KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DALAM PENATAAN RUANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KOLABORATIF TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA. Frida Purwanti Universitas Diponegoro

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

BAB I. PENDAHULUAN. hutan harus dilakukan dengan tetap memelihara kelestarian, keharmonisan, dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 KETENTUAN UMUM

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH

Wasis Sugeng Yuli Irianto

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM STRATEGI PEMULIHAN KERUSAKAN VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TESIS PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

LANSKAP. Mempunyai karakter (tropis, temperate; gurun, gunung, pantai; rural, urban; oriental, western; tradisional/etnik, modern, dll) time

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

III KERANGKA PEMIKIRAN

PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

AN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

LESSON LEARNED DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KELAUTAN DI EKOREGION SUNDA KECIL

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN

Transkripsi:

Karya Tulis KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DALAM PENATAAN RUANG Oleh : ANITA ZAITUNAH NIP 132 259 574 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel berjudul Konservasi Sumberdaya Alam Dalam Penataan Ruang Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya mempertimbangkan konservasi sunberdaya alam khususnya hutan dalam setiap kegiatan perencanaan pemanfaatan ruan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Januari 2009 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR i ii iii A. Latar Belakang 1 B. Penataan Ruang 2 C. Konservasi Sumberdaya Alam 4 D. Penataan ruang sebagai upaya konservasi sumberdaya alam 5 E. Penutup 6 DAFTAR PUSTAKA 7

DAFTAR GAMBAR No Text Hal Gambar 1. Fungsi asal dan fungsi baru sumberdaya alam mengalami penataan ruang 2 Gambar 2. Penataan ruang merupakan proses yang dinamis 6

A. Pendahuluan Terjadinya perubahan lingkungan dan penggunaan lahan dicirikan dengan adanya dinamika perubahan (exchange) dan kompleksitas (complexity). Perubahan yang terjadi secara terus-menerus dengan frekuensi dan intensitas yang berbeda-beda, kompleks dan rumit antara komponen abiotik, biotik dan kultural yang semuanya masih memberikan kontribusi ketidakpastian dalam kondisi mendatang. Secara umum persoalan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang penting dalam rangka pengembangan dan pembangunan wilayah di Indonesia. Kerusakan dan degradasi lahan serta tidak optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam semakin menambah kompleksitasnya permasalahan pengelolaan sumber daya alam. Degradasi sumberdaya alam yang disebabkan oleh berbagai macam perlakuan baik legal maupun illegal mengakibatkan terganggunya keseimbangan suatu ekosistem yang pada gilirannya akan mengakibatkan berkurangnya fungsi ekosistem, seperti fungsi lindung, fungsi hidroorologis (mengatur tata air) dan sebagai ruang semua makhluk hidup di dalam suatu wilayah. Dalam satu kawasan tidak seluruh wilayahnya memiliki karakteristik, cirri dan tingkat kerentanan lingkungan yang sama., sehingga dalam satu wilayah manajemen perlu dilakukan pembuatan batasan terhadap sesuatu yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dilakukan di suatu wilayah pengelolaan. Penurunan kualitas lingkungan dapat diatasi dengan menganggap suatu wilayah dalam penataan ruang sebagai sebuah ekosistem. Sebagai ekosistem, wilayah harus dikelola dalam batas-batas keberfungsiannya. Pendekatan ekosistem dalam penataan ruang harus melibatkan semua sektor masyarakat dan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang relevan B. Penataan ruang Penataan ruang dipandang sebagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya alam sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Namun demikian, penataan ruang juga harus dapat menjamin kelestarian (sustainability) sumberdaya alam dapat berfungsi dan bermanfaat terus menerus (Gambar 1) yaitu fungsi sumberdaya alam (tanah, air

dan isinya) awal harus tetap dapat berfungsi setelah mengalami penataan ruang. Karena sifat penataan ruang yang irreversible maka perencanaan penataan ruang harus mempertimbang kebutuhan, kemampuan dan kapasitas dalam melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tata ruang yang disusun. Gambar 1. Fungsi asal dan fungsi baru sumberdaya alam mengalami penataan ruang Dalam membuat dan menyusun tata ruang kawasan seharusnya melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaannya. Dengan demikian masyarakat akan ikut bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga tata ruang yang telah disusunnya. Di samping itu masyarakat dapat memberikan alternatif-alternatif desain tata ruang sehingga mereka pun masih dapat mencari penghasilan dan meningkatkan kesejahteraanya dengan tidak mengganggu bentuk tata ruang yang dibangun. Rusli 1998 menyatakan bahwa permasalahan tata ruang dapat dikurangi dengan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang, dengan meningkatkan efektivitas komunikasi, peningkatan peran tokoh masyarakat dan pertukaran informasi secara kontinu. Pelibatan dapat dilakukan pada tahap penentuan tipe penggunaan lahan dan tahap alokasi penggunaan lahan. Oleh karenanya prinsip yang harus dipedomani dalam penataan ruang adalah :

Mekanisme penyusunannya dilakukan secara partisipatif (melibatkan semua pihak yang terkena dampak penataan ruang). Didukung oleh komitmen publik (para pihak) Ada kesesuaian antara program rekomendasi dengan alokasi anggaran Melibatkan seluruh stake holder dalam proses penyusunannya Disosialisasikan kepada semua pihak Menungkinkan untuk dilakukan asesmen/evaluasi tahunan Bonheur 2002 juga menyatakan bahwa keberhasilan pada tingkat lokal dalam pelibatan masyarakat, dalam penelitian dan pengelolaan kawasan secara bijaksana khususnya di kawasan-kawasan perlindungan. Selain itu juga tergantung pada kemampuan bekerjasama dengan stake holder sebagai faktor kunci, utamanya sektor perikanan dan pertanian serta pemilihan metode manajemen pengaturan. Termasuk faktor kunci kelestarian yang lain adalah sosial, budaya, ekonomi dan pertimbangan lingkungan. Agar tata ruang yang disusun dapat dijalankan dan memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan wilayah maka harus dibuat juga : 1. Actions plan yaitu rencana tindakan pelaksanaan tata ruang yang akan dilakukan guna mencapai tujuan penataan ruang yang meliputi daftar program dan kegiatan, tata waktu, prioritas aktivitas, sumberdaya dan anggaran yang diperlukan 2. Monitoring and review yaitu metode untuk mengawasi, waktu pengawasan, dan teknis pelaksanaan pengawasan (termasuk indikatoryang didefinisikan untuk menilai kinerja pelaksanaan tata ruang) C. Konservasi sumberdaya alam Konservasi sumberdaya alam merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya alam dengan tetap menjaga agar manfaat yang melekat pada sumberdaya alam yang

bersangkutan tetap dapat diambil terus menerus. Penaatan ruang secara teknis dan konseptual merupakan salah satu sarana untuk melakukan konservasi sumberdaya daya alam khususnya konservasi tanah dan air (Wasis, 2002) Karakteristik wilayah yang berbeda menentukan pola dan struktur penataan ruang. Dalam hubungannya dengan karakteristik wilayah maka penataan ruang wilayahwilayah yang dengan karakteristik unik dan berperanan sangat penting bagi konservasi sumberdaya alam memerlukan penataan ruang tersendiri yang berbeda dengan tata ruang yang pada umumnya merupakan kebijakan dalam suatu wilayah administrasi. Sehingga dalam perkembangannya wilayah dengan karakteristik unik seperti pesisir, pulau-pulau kecil dan kawasan-kawasan penyangga ekosistem penting memerlukan penataan ruang tersendiri. Ruang merupakan wadah yang meliputi ruang daratan (tanah dan lahan), ruang lautan dan ruang udara sebagai kesatuan wilayah tempat makhluk hidup melangsungkan kehidupannya, sehingga tata ruang tidak dapat dipisahkan dari penatagunaan tanah (Hardjowigeno et al, 2001). Sebagai sumberdaya alam tidak terbaharui, lahan harus dilestarikan fungsi dan manfaatnya. Tata ruang merupakan salah satu usaha dan upaya dalam melaksanakan konservasi tanah dan air dari segi kebijaksanaan. D. Penataan ruang sebagai upaya konservasi sumberdaya alam Tata ruang dapat menjadi salah satu upaya konservasi sumberdaya alam, karena tata ruang berusaha mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkesinambungan. Sebelum dikenal penataan ruang, sebenarnya sudah ada tata ruang yang berjalan sesuai dengan adat dan kebiasaan suatu masyarakat, dimana sebagai pengatur dan pengendalinya adalah tradisi yang memandang bahwa alam adalah sebagai tempat hidup, sumber hidup dan sarana bergantung. Karena keberadaannya yang sangat penting maka secara tidak langsung tata ruang terbentuk dengan sendirinya sebagai upaya konservasi sumberdaya alam.

Penataan ruang bukan proses yang statis, tetapi merupakan suatu rangkaian proses yang berlangsung dinamis dan berdimensi waktu sebagai wujud dari hasil pembelajaran (learning process) yang terus-menerus (Rustiadi et al. 2005). Pelaksanaan tata ruang harus melalui pengawasan yang baik dan harus dikendalikan agar tidak menyimpang dari yang direncanakan. Pada umumnya penyimpangan terjadi karena tekanan terhadap sumberdaya alam sangat tinggi karena adanya pertambahan populasi manusia. Oleh karenanya untuk menjamin kelestarian sumberdaya alam, maka secara berkala rencana tata ruang yang disusun dapat ditinjau (review), sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi (Gambar 2). Gambar 2. Penataan ruang merupakan proses yang dinamis E. Penutup Penataan ruang mendukung upaya konservasi sumberdaya alam melalui zonasi fisik penggunaan lahan berupa pengalokasian ruang bagi kawasan lindung. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian penerapan tata ruang harus melibatkan semua elemen yang terkait dengan tata ruang sehingga rencana tata ruang dapat dijalankan dengan

benar dan konsisten. Penyelenggaraan tata ruang yang sesuai dengan rencana akan mendukung upaya konservasi sumberdaya alam, sehingga fungsi dan manfaatnya dapat lestari dan berkesinambungan.

Daftar Pustaka Bonheur, N. 2002. Tonle Sap Biosphere Reserve, Cambodia: management and zonation challenges. Journal Parks Vol 12 No 2 Local Communities And Protected Areas Hardjowigeno, S. Dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor Rusli, S.N. 1998. Penataan Ruang Wilayah dengan Peran Serta Masyarakat, Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Disertasi pada Program Pasca Sarjana IPB. Bogor Rustiadi, E., Saefulhakim, S. dan Panuju, D.R. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Fakultas Pertanian IPB. Wasis, B. 2002. Manajemen Lahan. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Program Pascasarjana IPB.