BAB I PENDAHULUAN. latar belakang pada penelitian ini. Fenomena masalah adalah hal yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

Jawaban UAS PLKS 2014/2015

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia lembaga keuangan berkembang dengan begitu pesatnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah merupakan suatu perwujudan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perencanaan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan periharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. (QS. Ali Imron 3: 130) 1.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas tentang kupasan awal apa yang menjadi latar belakang pada penelitian ini. Fenomena masalah adalah hal yang wajib diangkat untuk menjadi landasan awal dalam suatu penelitian. Terlebih lagi dengan ditambah data-data pelengkap sebagian dari kesatuan untuk mengungkap masalah yang akan dibahas, dan tentunya akan menjadi pelengkap dari hasil kesimpulan yang akan kita dapatkan pada akhir pembahasan penelitian ini. 1.2 Latar Belakang Kerangka kegiatan muamalat secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, politik, sosial dan ekonomi. Dari ekonomi dapat diambil tiga turunan lagi yaitu: konsumsi, simpanan dan investasi. Berbeda dengan sistem lainnya, Islam menngajarkan pola konsumsi yang moderat, tidak berlebihan tidak juga keterlaluan. Lebih jauh dengan tegas al-quran surat Al-Isra (17) ayat 27 melarang terjadinya perbuatan tabdzir, Atinya: sesungguhnya orang-orang yang melakukan itu adalah saudarasauaranya syaitan.

2 Doktrin al-qur an ini secara ekonomi dapat diartikan mendorong terpupuknya surplus konsumsi dalam bentuk simpanan, untuk dihimpun dan dipergunakan membiayai investasi baik untuk pedagangan (trade), produk (manfacture) dan jasa (service). Dalam kontek inilah kehadiran lembaga keuangan mutlak adanya (dharurah), karena dia bertindak sebagai intermediate antar unit supply dengan unit demand. Lembaga keuangan yang dikelola secara syariah kini mulai bermunculan di berbagai daerah. Dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011, Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia. Dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan non Bank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar, maka Indonesia diproyeksikan akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan (Alamsyah dalam Rahaeni, 2013). Perkembangan lembaga keuangan syariah yang semakin pesat pada saat ini, tentunya juga berdampak pada perkembangan lembaga lembaga keuangan mikro syariah. Bank Indonesia membagi LKM (Lembaga Keuangan Mikro) dalam dua kategori. Pertama, LKM yang berwujud bank, yaitu seperti BRI Unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat. Kedua, LKM yang sifatnya non bank, seperti koperasi simpan pinjam,

3 Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), lembaga swadaya masyarakat, arisan kelompok swadaya masyarakat (Adiningsih dalam Awami, 2009). BMT sebagai lembaga keungan yang melandaskan kinerjanya pada sistem syariah mencoba untuk menjalankan segala sesuatunya sesuai dengan aturan-aturan bermuamalah yang benar seperti sistem yang diterapakan pada bank-bank syariah lainnya, Lembaga keuangan mikro syariah BMT adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan konsep utamanya adalah sistem bagi hasil untuk bagaimana meningkatkan kualitas ekonomi para pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan (Mu'alim dan Abidin dalam Murwanti dan Sholahuddin, 2013). Lebih lanjut, BMT yang termasuk dalam lembaga bisnis Islami syariah merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menegakkan aturan-aturan ekonomi Islami. Bisnis secara syariah di Indonesia sendiri tampak mulai tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu tampak jelas pada sektor keuangan yang tercatat tiga bank umum syariah, 78 BPR syariah, dan lebih dari 2.000 unit BMT yang telah berdiri. Lembaga ini kurang lebih telah mengelola berjuta bahkan bermiliar rupiah dana masyarakat sesuai dengan prinsip syariah (Muhammad, 2005). Fungsi utama dari BMT yaitu sebagai penghimpun dana (funding), dan pembiayaan (financing). BMT terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal

4 dan Baitul Tamwil. Baitul Maal adalah lembaga yang kegiatannya menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sadaqah, sedangkan Baitul Tamwil adalah lembaga yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil dan mikro antara lain mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi (Muhammad, 2005). BMT didirikan dengan tujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. BMT berorientasi pada upaya meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan (empowering) agar dapat menjadi mandiri. Dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya (Ridwan, 2004: 128 dalam Rosyidah, 2013). Produk-produk yang ditawarkan pun oleh BMT tidak jauh berbeda dengan produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah. Pada intinya produk yang ditawarkan adalah berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat yaitu prinsip wadiah dan mudharabah dan kegiatan penyaluran dana yaitu prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah kepada Masyarakat (Asmi, 2007). Sejalan dengan hal itu, yang menjadi sasaran penelitian ini adalah Lembaga keuangan mikro syariah yaitu BMT Tinelo Sejahtera. BMT Tinelo Sejahtera merupakan lembaga keuangan mikro syariah aset umat dengan prinsip operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syariat

5 Islam/ekonomi Islam. BMT Tinelo Sejahtera dibentuk oleh Yayasan Tinelo Lipu Limboto yang selama ini fokus dalam pengembangan bidang pendidikan dan ekonomi syariah sebagai upaya memberdayakan umat secara kebersamaan melalui kegiatan simpanan dan pembiayaan serta kegiatan-kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan ekonomi anggota dan mitra binaan ke arah yang lebih baik, lebih aman, serta lebih adil. Pada tanggal 20 Oktober 2009 sesuai dengan keputusan Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia melalui Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gorontalo tentang legalitas usaha jasa keuangan syariah dengan Nomor: 330/BH/DKPP/X/2009 ditetapkanlah akta sah lembaga dengan nama UJKS. BMT Tinelo Sejahtera, dengan jumlah pendiri sebanyak 20 orang beralamatkan di JL. Sama un Pulubuhu (ex.gunung Boliyohuto) No.111, Komp. Yayasan Tinelo Lipu (SDIT Lukmanul Hakim), Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka dibentuklah divisi Baitul Maal yang dikelola secara terpisah agar dapat berjalan secara optimal melayani umat, dan sebagai lembaga bisnis maka dibentuklah Baitut Tamwil dengan dikelola oleh tenaga muslim yang profesional di bidang keuangan, Insya Allaah akan menampilkan lembaga keuangan syariat yang sehat, berkualitas, dan memenuhi harapan umat.

6 Selanjutnya, data penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BMT (Shohibul Maal) kepada pengelola (Mudharib) banyak didominasi oleh sistem jual beli dan pembiayaan Qardhul Hasan. Hal ini dapat dilihat pada tabel komposisi pembiayaan yang ada pada BMT Tinelo Sejahtera pada Tahun 2013-2015 adalah sebagai beikut: Tabel 1: Komposisi Pembiayaan BMT Tinelo Sejahtera Pembiayaan 2013 2014 2015 Pembiayaan Qardhul Hasan 15,000,000 32,333,667 34,496,883 Pembiayaan Mudharabah - 10,000,000 14,167,000 Pembiayaan Murabahah 5,000,000 25,271,835 120,875,501 Total 20,000,000 67,605,502 169,539,384 Sumber: BMT Tinelo Sejahtera, 2015 Berdasakan tabel pembiayaan di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 pembiayaan dengan akad Qardhul Hasan mendominasi Pembiayaan yang ada pada BMT Tinelo Sejahtera. Hal ini terlihat dari komposisi pembiayaan Qardhul Hasan yang jumlahnya dua kali lipat dari pada pembiayaan lain seperti Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Murabahah. Selanjutnya pada tahun 2015 kuartal pertama terlihat bahwa Pembiayaan Murabahah yang mendominasi struktur pembiayaan yang ada pada BMT Tinelo Sejahtera dan selanjutnya diikuti oleh pembiayaan Qardhul Hasan dan Pembiayaan Mudharabah. Masih dalam hal yang sama, sesuai dengan informasi yang diperoleh dari BMT Tinelo Sejahtera bahwa jumlah nasabah pembiayaan sampai saat ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:

7 Tabel 2: Jumlah Nasabah Pembiayaan pada April-Mei 2015 Jenis Pembiayaan April Mei Qardhul Hasan 38 41 Mudharabah 2 2 Murabahah 56 123 Jumlah 96 166 Sumber: BMT Tinelo Sejahtera, 2015 Terlihat pada tabel di atas bahwa pembiayaan pada bulan April dengan akad Murabahah Mendominasi jumlah nasabah yang ada pada BMT Tinelo Sejahtera, dimana tercatat 56 nasabah yang memakai produk pembiayaan Murabahah, dan selanjutnya disusul oleh akad pembiayaan Qardhul Hasan yang menempati urutan kedua dengan jumlah total nasabahnya mencapai 38 Nasabah. Selanjutnya pada urutan ketiga adalah pembiayaan Mudharabah dengan total Nasabah sebanyak 2 orang. Selanjutnya dibulan berikutnya terlihat bahwa masih dalam kondisi yang sama untuk urutan pembiayaan, namun demikian ada peningkatan pada jumlah nasabahnya. Sistem bagi hasil mengacu pada kesepakatan awal kontrak (akad) antara pemilik dana dan pengelola. Perhitungan bagi hasil berdasarkan pada pendekatan laba atau pendapatan sehingga tidak merubah jumlah cicilan atau presentase pembagian hasil sekalipun kondisi makro ekonomi terus berfluktuasi. Hal ini membuat masyarakat lebih tertarik untuk lebih memilih pembiayaan syariah sebagai mitra memperoleh dana. Fenomena yang terjadi bahwa semakin berkembangnya pola pembiayaan pada BMT Tinelo Sejahtera, dimana semakin bertambahnya

8 angka pembiayaan dan jumlah nasabah yang berkembang seperti apa yang digambarkan pada beberapa tabel di atas sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai motivasi nasabah dalam memilih pembiayaan syariah pada BMT Tinelo Sejahtera. Menurut Samsudin, (2005: 281) Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Pembiayaan Qardhul Hasan adalah akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada pemilik dana pada waktu yang telah disepakati oleh pemilik dana dan nasabahnya (Solihin, 2008: 169). Murabahah adalah salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (Tawarmenawar). Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntngannya penjual pun diberi tahu kepada pembeli. (Hendry, 1999: 39 dalam Muslim, 2015: 84). Pembiayaan Mudharabah adalah dimana BMT dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja, hingga 100%, sedangkan nasabah menyediakan usaha dan manajemennya. Bagi hasil kentungan melalui penjanjia yang sesuai dengan proporsinya (Muhammad: 2008). Penelitian ini sebelumnya berkonsepkan dengan pendekatan kuantitatif dimana peneliti mengambil rumusan masalah yaitu: Pengaruh

9 pembiayaan Qardhul Hasandan pembiayaan Murabahah terhadap peningkatan pendapatan usaha mikro kecil dan menengah akan tetapi karna ada data yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu data pembiayaan Qardhul Hasan terhadap pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah dimana pembiayaan Qardhul Hasan hanya dipergunakan untuk pinjaman dengan keperluan konsumtif dan bukan untuk modal usaha mikro. Maka dari itu peneliti mencoba untuk merubah konsep pendekatan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tentang motivasi nasabah sebelumnya telah dilakukan oleh Thalib (2013), judul penelitian tentang persepsi dan motivasi menjadi nasabah Bank Syariah bagi nasabah non muslim. Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan bahwa semua informan memiliki motif dan tujuan yang relatif sama, dengan berbagai pertimbangan bahwa: pertama. bagi hasil lebih menguntungkan karena margin produknya lebih rendah dari bank konvensional, kedua. Kemudahaan dalam bertransaksi, ketiga. Termotivasi label syariah, karena label syariah menjadi hal yang baru dalam kehidupan perbankan masa kini. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Thalib (2013), terletak pada objek penelitian ini yaitu masyarakat kabupaten Gorontalo yang menjadi nasabah BMT. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terlihat adanya perkembangan dari segi pembiayaan dan juga jumlah Nasabah. Namun demikian apa yang menjadi dasar bahwa nasabah mau menjadi konsumen BMT? dan apa yang menjadi

10 motivasi nasabah untuk memilih pembiayaan syariah pada BMT? Fenomena inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan suatu penelitian dengan rumusan sebagai berikut: Motivasi Nasabah Dalam Memilih Pembiayaan Syariah Pada BMT Tinelo Sejahtera: Sebuah Studi Fenomenologi. 1.3 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah motivasi nasabah dalam memilih pembiayaan syariah pada BMT Tinelo Sejahtera. 1.4 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah yang menjadi motivasi nasabah dalam memilih pembiayaan syariah pada BMT Tinelo Sejahtera? 1.5 Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian ini mempunyai tujuan yaitu: untuk mendeskripsikan motivasi nasabah dalam memilih pembiayaan syariah pada BMT Tinelo Sejahtera. 1.6 Manfaat Penelitian antara lain: Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, a. Manfaat Teoritis

11 1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan BMT, khususnya menyangkut motivasi nasabah dalam memilih pembiayaan syariah. 2) Sebagai bahan acuan/referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan permasalahan ini. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, masukan dan informasi yang berguna bagi BMT dalam mengambil kebijakan terutama mengenai motivasi nasabah dalam memilih pembiayaan syariah.