PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PANGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh :

PENYITAAN DALAM PERKARA PIDANA DI POLRESTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat),

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA. (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta)

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

Lex Crimen Vol. VII/No. 1 /Jan-Mar/2018. H. Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 185.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

IMPLIKASI YURIDIS PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA TERHADAP KEKUATAN PEMBUKTIAN. Ridwan Fakultas Hukum Universitas Mataram. Abstract

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

EKSISTENSI SAKSI MAHKOTA KAITANNYA DENGAN SPLITSING DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

PEMECAHAN PERKARA (SPLITSING) DALAM PRA PENUNTUTAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GANTI KERUGIAN DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN BAGI TERDUGA TERORIS YANG TERTEMBAK MATI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

PUTUSAN HAKIM PIDANA YANG MELAMPAUI TUNTUTAN JAKSA PENUNTUT UMUM

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE PADA PROSES PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL ILMIAH

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak

PEMBUKTIAN DAN PUTUSAN PENGADILAN DALAM ACARA PIDANA 1 Oleh: Susanti Ante 2

HAK UNTUK MELAKUKAN UPAYA HUKUM OLEH KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu kehidupan yang adil dan makmur bagi warganya berdasarkan

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

KEDUDUKAN KETERANGAN AHLI SEBAGAI ALAT BUKTI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA 1 Oleh : Hadi Alamri 2

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

I. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP)

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut, khususnya mengenai kepentingan anak tentunya hal ini perlu diatur oleh

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

APA ITU CACAT HUKUM FORMIL?

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

PERANAN SAKSI YANG MENGUNTUNGKAN TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA (STUDI PN PALU NOMOR 10/PID.SUS-TIPIKOR/2013/PN.

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

KEABSAHAN PERNYATAAN MAJELIS HAKIM SIDANG TERBUKA DAN TERBATAS UNTUK UMUM (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

Kata kunci: Pencabutan keterangan, terdakwa. AKIBAT HUKUM TERHADAP PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DI PENGADILAN 1 Oleh: Efraim Theo Marianus 2

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

BAB I PENDAHULUAN. proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

Hukum Acara Pidana. Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM PERSIDANGAN DAN IMPLIKASI YURIDISNYA TERHADAP KEKUATAN ALAT BUKTI (Studi : Pengadilan Negeri Klas IA Padang)

BAB I LATAR BELAKANG. yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana tidak memberikan. penjelasan mengenai pengertian pembuktian, KUHAP hanya memuat jenis-jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

JURNAL KAJIAN TENTANG PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM PERSIDANGAN DAN IMPLIKASI YURIDISNYA TERHADAP KEKUATAN ALAT BUKTI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SIKAP KEJAKSAAN ATAS PELIMPAHAN BERKAS PERKARA OLEH PENYIDIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK HUKUM PEMBUKTIAN YANG BERUPA AKTA

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. entirely convinced, satisfied to a moral certainty; and phrase is the

BAB I PENDAHULUAN. penganiayaan adalah: perlakuan yang sewenang-wenang. Pengertian. pidana adalah menyangkut tubuh manusia. Meskipun pengertian

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

PELAKSANAAN PERADILAN ANAK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) Oleh WINDU ADININGSIH

Abstrak. Kata Kunci: Pemalsuan Akta Autentik, Penuntut Umum, Ahli A de Charge, Putusan. Abstract

BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan

UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN SELA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SUATU PERKARA PERDATA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB III PENUTUP. serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI DALAM PEMERIKSAAN PERSIDANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN (PUTUSAN NOMOR 429/PID.B/2013/PN.

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

BAB II HUBUNGAN KUHP DENGAN UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

PRAKTEK PERADILAN PIDANA Kode Mata Kuliah : MI 020

Transkripsi:

PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PANGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) Oleh I Made Adhi Parwatha I Ketut Keneng I Ketut Sudjana Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam pemeriksaan sidang pengadilan, untuk menemukan kebenaran materiil, pembuktian adalah hal yang mutlak harus dilakukan karena didalamnya akan dilakukan pemeriksaan terhadap alat-alat bukti yang sah serta barang bukti. Keterangan terdakwa adalah salah satu alat bukti sah yang akan diperiksa, akan tetapi hampir sebagian besar terdakwa mencabut keterangan yang dia berikan di berita acara pemeriksaan (BAP) pada saat pemeriksaan sidang pengadilan. Pencabutan keterangan terdakwa terhadap BAP inilah yang akan membawa terdakwa terhadap berbagai konsekuensi didalam hakim menjatuhkan putusan. Kata kunci : Pembuktian, Keterangan Terdakwa, Pencabutan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Putusan Hakim ABSTRACT In the middle of court session investigation, to find a material truth, verification is an absolute thing to do, because an that case will investigating proof instruments. Beside of the accused rescind their information given before on the annoucement judicial procedure investigation when verification entering the court session investigation. Rescindation of the information given before will take influence in the time when judge considering the decision. Key Words : Verification, The accused Information, The Announcement Judicial Procedure Information, Decision I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuktian dalam hukum acara pidana dapat diartikan sebagai suatu upaya mendapatkan keterangan melalui alat-alat bukti dan barang bukti guna memperoleh suatu keyakinan atas benar tidaknya perbuatan pidana yang didakwakan serta dapat mengetahui ada tidaknya kesalahan pada diri terdakwa. 1 Salah satu alat bukti yang sah menurut KUHAP adalah keterangan terdakwa, dimana terdakwa juga akan dimintai keterangan oleh hakim seputar tindak pidana yang didakwakan padanya. Menurut Yahya Harahap : Dalam banyak kasus, hampir setiap 1 Rusli Muhamad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti, bandung, h.185. 1

keterangan yang Tersangka / Terdakwa berikan dalam pemeriksaan penyidikan selalu dicabut kembali di sidang pengadilan, dan hanya satu dua yang tetap bersedia mengakui kebenarannya. 2 Banyak alasan kemudian yang terdakwa berikan atau ketengahkan terkait dengan pencabutan keterangan yang telah dia berikan sebelumnya dalam berita acara pemeriksaan (BAP) di muka sidang pengadilan. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini, disamping untuk mengetahui pengaturan tentang pencabutan keterangan terdakwa dalam BAP di muka sidang pengadilan juga untuk mengetahui bagaimana konsekuensi-konsekuensi dari pencabutan tersebut terhadap terdakwa. II ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum empiris dimana hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan nyata. Dalam penelitian empiris ini, digunakan data primer, data sekunder dan data penunjang yang penulis dapat dari penelitian lapangan ditambah hasil wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh kunci di bidang hukum. Jenis Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pendekatan Kasus, Pendekatan Perundang-Undangan, Pendekatan Analisis Konsep Hukum. Analisis terhadap bahanbahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan cara tehnik analisis kualitatif atau yang sering juga dikenal dengan analisis deskriptif kualitatif. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistematis. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Pengaturan Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Di Muka Sidang Pengadilan Hukum acara pidana di Indonesia sendiri menganut sistem pembuktian negatif. Seorang hakim dalam menjatuhkan pidana pada seseorang harus berdasarkan pada alatalat bukti sah yang terdapat dalam Undang-undang ditambah dengan keyakinan hakim. Salah satu alat bukti yang sah itu adlah keterangan terdakwa, agar dapat dipergunakan 2 M Yahya Harahap, 2006, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, ( selanjutnya Disingkat M Yahya Harahap I), h.324. 2

sebagai alat bukti di persidangan, maka keterangan terdakwa ini harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh KUHAP Pasal 189 (1), yaitu keterangan ini harus dinyatakan di depan sidang pengadilan, dimana isinya adalah tentang perbuatan yang ia lakukan, ia ketahui dan ia alami. Sebab, pemidanaan tersebut nantinya akan membawa dampak pada dua macam kepentingan, yaitu: 1. Kepentingan umum, bahwa seorang yang melanggar suatu peraturan hukum pidana harus mendapatkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya untuk mempertahankan keamanan umum. 2. Kepentingan orang yang dituntut, bahwasanya orang yang dituntut perkara itu harus diperlakukan secara jujur dan adil, artinya harus dijaga jangan sampai orang yang tidak bersalah dijatuhi pidana, atau apabila ia memang bersalah, jangan sampai ia memperoleh pidana yang terlampau berat, tidak seimbang dengan kesalahannya. 3 Dalam pemeriksaan terdakwa ada beberapa ketentuan yang perlu mendapat perhatian, antara lain sebagai berikut: a. Dalam pemeriksaan pada tingkat pengadilan terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada hakim (Pasal 52 KUHAP). b. Hakim dilarang menunjukkan sikap atau mengeluarkan pernyataan di sidang tentang keyakinan mengenai salah atau tidaknya terdakwa (Pasal 158 KUHAP). c. Tidak ada kewajiban bagi terdakwa untuk menjawab pertanyaan dari Hakim atau Penuntut umum (Pasal 175 KUHAP). d. Keterangan terdakwa diluar sidang yang dalam hal ini dimaksud keterangan di berita acara pemeriksaan (BAP) digunakan membantu menemukan bukti di sidang, asal didukung alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan padanya (Pasal 189 (2) ) Terkait dengan pengaturan pencabutan keterangan terdakwa di BAP oleh terdakwa di muka sidang pengadilan, I Dewa Made Puspa Adnyana, SH. Hakim PN Denpasar (wawancara senin 10 juni 2013) menerangkan Walaupun tidak secara 3 R. Soesilo, 1982, Hukum Acara Pidana: Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana menurut KUHAP, Politeia, Bogor,( Selanjutnya Disingkat R. Soesilo II), h. 19. 3

eksplisit KUHAP mengatur tentang pencabutan keterangan terdakwa, tapi beberapa pasal dalam KUHAP secara tidak langsung tidak menghalangi atau memberi ruang bagi terdakwa mencabut kembali keterangan yang ia telah berikan sebelumnya di pemeriksaan tingkat penyidikan. Akan tetapi alat-alat bukti lain dan fakta-fakta di persidanganlah juga yang akan turut serta membantu hakim dalam menilai pencabutan yang dilakukan oleh terdakwa,apakah dianggap meringankan atau memberatkan. 2.2.2 Konsekuensi Pencabutan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Dalam Sidang Pengadilan Apabila dari pemeriksaan di persidangan hakim dapat menerima alasan pencabutan keterangan terdakwa dalam berita acara pemeriksaan, berarti: 3. Keterangan yang terdapat dalam berita acara penyidikan, dianggap tidak benar, 4. Dan keterangan itu tidak dapat dipergunakan sebagai landasan untuk membantu menemukan bukti di sidang pengadilan. Sebaliknya, apabila alasan pencabutan tidak dapat dibenarkan, karena alasan pencabutan yang dikemukakan terdakwa tidak mempunyai alasan yang berdasar dan logis maka keterangan pengakuan yang tercantum dalam berita acara penyidikan tetap dianggap benar. Hakim dapat mempergunakannya sebagai alat untuk membantu menemukan bukti di sidang pengadilan. 4 Hubungan pencabutan keterangan terdakwa di BAP kepada surat dakwaan, I Dewa Made Puspa Adnyana, SH. Hakim PN Denpasar (wawancara senin 10 juni 2013) menerangkan bahwa, tidak ada hubungan atau pengaruh langsung bahwa apabila BAP dicabut oleh terdakwa kepada surat dakwaan. Apabila suatu BAP dianggap tidak sah atau batal demi hukum, tidak akan secara langsung berakibat dakwaan menjadi batal tidak sah juga atau batal demi hukum. Akan tetapi secara tidak langsung kepada surat dakwaan dalam artian tidak sahnya BAP akan berpengaruh pada putusan apabila dakwaannya tunggal, dan tidak akan berpengaruh apabila dakwaan dirumuskan secara komulatif. III Kesimpulan Pengaturan pencabutan keterangan terdakwa tidak secara eksplisit diatur dalam KUHAP, akan tetapi beberapa pasal tidak menghalangi atau memberi ruang terdakwa 4 M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Dan Penerapan KUHAP; Penyidikan Dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, (Selanjutnya Disingkat M. Yahya Harahap II), h. 326. 4

mencabut keterangannya di BAP. Konsekuensi pencabutan keterangan terdakwa, apabila hakim menerimanya maka BAP akan dipinggirkan dan keterangan yang dipakai adalah yang di persidangan. Sedangkan konsekuensi tidak sahnya BAP tidak berpengaruh secara tidak langsung melemahkan dakwaan yang berujung pada pemberian putusan oleh hakim. DAFTAR PUSTAKA R. Soesilo, 1982, Hukum Acara Pidana: Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana menurut KUHAP, Politeia, Bogor. Rusli Muhamad, 2007, hukum Acara Pidana Kontemporer, Cutra Aditya Bakti, Bandung. Yahya Harahap, 2006, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta., 2006, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. 5