WASPADA TERHADAP BAHAYA PAPARAN BENSIN

dokumen-dokumen yang mirip
MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

TRANSFLUTRIN TRANSFLUTHRIN

AMONIUM OKSALAT MONOHIDRAT AMMONIUM OXALATE MONOHYDRATE

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

PARASETAMOL ACETAMINOPHEN

1,4-DIKLOROBENZEN-D4 1,4-DICHLOROBENZENE-D4

SODIUM BROMAT SODIUM BROMATE

N - Heptana. N - heptane

KRISOIDIN ( JINGGA BASA 2 ) CHRYSOIDINE (C.I. BASIC ORANGE 2)

Data Keracunan Rumah Sakit Tahun

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

SEMEN ALUMINA KIMIA CEMENT, ALUMINA, CHEMICALS

AMONIUM PARA-MOLIBDAT AMMONIUM PARA-MOLYBDATE

1,2-DIBROMO-1,1-DIFLUOROETHANE 1,2-DIBROMO-1,1-DIFLUOROETANA

KARBOWAKS 300 CARBOWAX 300

PROPILEN KARBONAT PROPYLENE CARBONATE

BRUSIN SULFAT BRUCINE SULFATE

1,2-DIBROMO-3-KLOROPROPANA 1,2-DIBROMO-3-CHLOROPROPANE

BENDIOKARB BENDIOCARB

ALIZARIN ALIZARINE. 1. N a m a. 2. Sifat Fisika Kimia. Golongan senyawa anorganik

ASAM TARTARAT TARTARIC ACID

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

ISOOKTANA ISOOCTANE. 2. PENGGUNAAN Digunakan dalam menentukan bilangan oktan bahan bakar, sebagai pelarut. (2)

ISOPROPIL MIRISTAT ISOPROPYL MYRISTATE

WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA

LEMBAR DATA KESELAMATAN

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

SERAT KERAMIK CERAMICS FIBER

MINYAK JARAK CASTOR OIL

AMIL ALKOHOL AMYL ALCOHOL

BUTIL FENIL METIL KARBAMAT BUTHYL PHENYL METHYL CARBAMATE (BPMC)

POLIVINIL ASETAT POLYVINYL ACETATE

BRODIFAKUM BRODIFACOUM

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

BROMASIL BROMASIL. 1. N a m a. Golongan Heterocyclic, nitrogen, halogen, aromatic

LEMBAR DATA KESELAMATAN

APAKAH RUMAH KITA AMAN UNTUK ANAK-ANAK KITA

LEMBAR DATA KESELAMATAN

SODIUM HIPOKLORIT SODIUM HYPOCHLORITE

LEMBAR DATA KESELAMATAN

KARBON DIOKSIDA CARBON DIOXIDE

KALSIUM HIPOKLORIT CALCIUM HYPOCHLORITE

RHODAMIN B RHODAMINE B

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Bahan Berbahaya penyebab keracunan

KALSIUM KARBONAT CALCIUM CARBONATE

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Asam Maleat MALEIC ACID

LEMBAR DATA KESELAMATAN

DIETILTOLUAMIDA N,N-DIETHYLTOLUAMIDE

LEMBAR DATA KESELAMATAN

PIRIDIN PYRIDINE. 2. Sifat Fisika Kimia (1,4,5,6) Nama Bahan Piridin Deskripsi

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

AMMONIUM IODIDA AMMONIUM IODIDE

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012

Pusat Hiperked dan KK

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

PT. BINA KARYA KUSUMA

Material Safety Data Sheet. : Gliserin Mentah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

PT. BINA KARYA KUSUMA

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ETHYLENE OKSIDA SEBAGAI STERILAN

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KALIUM HIDROKSIDA POTASSIUM HYDROXIDE

ATROPIN SULFAT ATROPINE SULPHATE

PT. BINA KARYA KUSUMA

BAHAYA DEET PADA INSECT - REPELLENT

NEONATUS BERESIKO TINGGI

BENOMIL BENOMYL. 1. N a m a. 2. Sifat Fisika Kimia. Golongan Karbamat heterosiklik. Sinonim / Nama Dagang

ISOAMIL ASETAT ISOAMYL ACETATE

2,3,7,8 TETRAKLORODIBENZO P - DIOKSIN 2,3,7,8 TETRACHLORODIBENZO P DIOXIN

Polietilen Tereftalat (PET)

LEMBAR DATA KESELAMATAN

DISODIUM OXALATE. Sinonim / Nama Dagang (1,2,3,8) Ethanedioic acid, disodium salt; Oxalic acids, disodium salt; Disodium Sodium oxalate.

Material Safety Data Sheet (MSDS) Benzena BAGIAN 1: KIMIA IDENTIFIKASI PRODUK DAN PERUSAHAAN

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PIRETROID DAN ANTINYAMUK

PROPOKSUR PROPOXUR. 2. PENGGUNAAN Insektisida untuk mengontrol nyamuk penyebab malaria (12).

NATRIUM TIOSULFAT SODIUM THIOSULFATE

Material Safety Data Sheet

ASAM BORAT BORIC ACID

Material Safety Data Sheet. : Minyak Turpentin

MSDS NaCl (natrium klorida)

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

ALUMUNIUM N a m a Golongan Sinonim / Nama Dagang Nomor Identifikasi : Sifat Fisika Kimia Nama bahan Deskripsi

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

SIANOGEN BROMIDA CYANOGEN BROMIDE

PIPERONAL PIPERONAL. 1. N a m a Golongan Aldehida, Heterosiklik

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

KUESIONER PENELITIAN

ISONIAZID ISONIAZID (6, 8, 11, 12, 14)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Transkripsi:

WASPADA TERHADAP BAHAYA PAPARAN BENSIN Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga sehingga harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, oleh karena itu untuk membantu mempercepat dan mempermudah mobilitas seseorang dari satu tempat ke tempat lain diperlukan fasilitas atau sarana pendukung, misalnya kendaraan bermotor, yang dapat berupa motor, mobil, bis, truk, dan lain sebagainya. Kendaraan bermotor tersebut memerlukan sumber energi untuk menggerakkannya. Bensin (gasoline) merupakan salah satu senyawa yang sudah tidak asing digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bensin diperoleh dari minyak mentah (crude oil) pada proses pengilangan minyak. Minyak mentah mempunyai bentuk berupa cairan kental berwarna hitam dan mengandung sekitar 500 macam hidrokarbon dengan jumlah atom karbon (C) mulai dari 1 hingga 50. Titik didih hidrokarbon akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah atom karbonnya. Pengolahan minyak bumi dilakukan melalui proses destilasi bertingkat sehingga diperoleh fraksi-fraksi yang memiliki rentang titik didih tertentu. Bensin mempunyai rentang rantai karbon C 6 hingga C 11 dan merupakan campuran dari berbagai hidrokarbon, antara lain butana, pentana, isopentana, benzen, alkilbenzen, toluen, dan xylene. Bensin juga mengandung bahan lain dalam jumlah sedikit, seperti pelumas, bahan anti karat, dan bahan anti beku yang biasanya ditambahkan untuk meningkatkan performa kendaraan bermotor. Jika bensin digunakan secara normal sebagai bahan bakar diharapkan tidak ada efek terhadap kesehatan yang akan terjadi. Namun, dalam penggunaannya seharihari sering kali orang kurang waspada dan berhati-hati sehingga kemungkinan dapat timbul efek terhadap kesehatan. Apalagi jika bensin disalahgunakan, misalnya dengan sengaja menghirup uapnya untuk menimbulkan sensasi merasa senang atau fly. Rute Paparan Bensin Bensin dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai rute paparan, yang paling umum adalah melalui hidung atau terhirup/terinhalasi. Petugas di pompa

bensin (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/SPBU), pengemudi truk tangki bensin, pekerja di tempat bongkar muat barang di pelabuhan, pekerja pembersih tumpahan dan kebocoran bensin, serta pekerja yang menggunakan peralatan berbahan bakar bensin (misalnya mesin pemotong rumput) merupakan orang yang berisiko terpapar uap bensin. Ketika mengisi bensin di SPBU, baik petugas pengisi bensin maupun konsumen dapat terpapar uap bensin. Namun, orang yang bekerja di SPBU akan terpapar uap bensin lebih banyak daripada orang yang sesekali mengisi bensin. Uap bensin juga dapat berasal dari evaporasi bensin yang mencemari tanah atau air. Sumber air minum yang tercemar bensin dapat memungkinkan paparan bensin melalui mulut/oral (penelanan), terutama jika air tersebut tidak diberi perlakuan khusus untuk menghilangkan bahan-bahan kimia yang terkandung dalam bensin. Bensin juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit, misalnya pada saat pemompaan gas atau pembersihan tumpahan bensin. Beberapa bahan kimia dalam bensin, seperti benzen, dapat menembus kulit dengan lebih mudah daripada bahan kimia lainnya.

Efek Bensin terhadap Kesehatan Bensin dapat menimbulkan iritasi ringan pada kulit, mata, dan saluran pernafasan. Efek sistemik akibat paparan akut bensin yang terutama adalah depresi sistem saraf pusat. Kebanyakan efek berbahaya dari bensin berasal dari bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, terutama senyawa BTEX (benzen, etilbenzen, toluen, dan xylene), yang ada dalam jumlah kecil. Berdasarkan rute paparannya, gejala yang dapat timbul akibat paparan bensin adalah: a. Inhalasi Jalur inhalasi merupakan jalur paparan yang umum untuk masuknya bensin ke dalam tubuh. Umumnya, bau bensin memberikan peringatan akan adanya konsentrasi yang berbahaya. Ambang batas bau bensin adalah 0,025 ppm. Paparan akut uap bensin dapat menyebabkan iritasi, telinga berdenging, mual, muntah, dada terasa perih, sukar bernafas, denyut jantung tidak normal, sakit kepala, lemah, mabuk, disorientasi, penglihatan terganggu, bendungan paru, gangguan darah, kelumpuhan, kejang, dan koma. Uap bensin juga dapat menimbulkan depresi sistem saraf pusat, hidung, dan tenggorokan. Menghirup bensin dengan kadar tinggi dalam jangka waktu pendek (akut) juga dapat menimbulkan efek buruk terhadap sistem saraf. Efek yang ditimbulkan akan bertambah berat seiring dengan meningkatnya jumlah bensin yang terhirup. Menghirup bensin dalam jumlah besar dapat mengakibatkan kematian. Kadar bensin yang dapat menimbulkan kematian adalah sekitar 10000 20000 ppm jika terhirup. Paparan kronik uap bensin dapat menyebabkan hilangnya pendengaran, kerusakan ginjal, kerusakan hati, kerusakan saraf, gangguan reproduktif, dan kanker. b. Tertelan Bensin bersifat toksik sedang jika tertelan. Namun, absorpsi bensin melalui saluran pencernaan tidak secepat absorpsi bensin jika melalui saluran pernafasan.

Paparan akut bensin dapat menyebabkan mulut terbakar; iritasi pada tenggorokan, dada, dan lambung, mual, muntah, diare, dada terasa perih, sukar bernafas, denyut jantung tidak normal, sakit kepala, perasaan mengantuk, gejala mabuk, disorientasi, gangguan penglihatan, sianosis (perubahan warna menjadi membiru) pada ujung jari, bibir, dan anggota badan, bendungan paru, kerusakan paru, kelumpuhan, kejang, dan koma. Masuknya bensin ke dalam paru (aspirasi) dapat terjadi pada saat bensin berada dalam mulut, tertelan, atau selama muntah. Jika pasien mengalami muntah, posisikan menyandar ke depan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi. Meskipun hanya sedikit, aspirasi bensin sangat berbahaya dan kemungkinan dapat menimbulkan kematian. Aspirasi bensin dapat menyebabkan pneumonitis kimia (inflamasi paru) dan/atau edema paru. Menelan sejumlah besar bensin dalam jangka waktu pendek (akut) dapat menimbulkan efek buruk terhadap sistem saraf. Efek yang ditimbulkan akan bertambah berat seiring dengan meningkatnya jumlah bensin yang tertelan. Pada orang dewasa, menelan 20 hingga 50 gram bensin dapat menimbulkan keracunan berat. Menelan bensin dalam jumlah besar juga dapat mengakibatkan kematian. Kadar bensin yang dapat menimbulkan kematian adalah sekitar 350 gram (12 oz) jika tertelan. Pada anak-anak, menelan 10 hingga 15 gram bensin bersifat fatal. Paparan kronik bensin dapat mengakibatkan impotensi, kerusakan pada hati, dan kanker. c. Terkena mata Jika terpapar uap bensin dalam jangka waktu pendek (akut) dapat timbul iritasi mata. Pada sukarelawan yang terpapar uap bensin dengan konsentrasi serendah-rendahnya 164 ppm selama 30 menit dilaporkan terjadinya iritasi. Bensin juga dapat menimbulkan nyeri temporer jika terpercik ke mata, tetapi hal itu tidak menimbulkan kerusakan permanen. Paparan kronik bensin dapat menyebabkan kerusakan kornea, retina, dan badan silier pada mata. d. Kontak kulit Pada paparan akut, bensin dapat mengiritasi kulit dan meyebabkan kulit melepuh. Jika bensin terperangkap di kulit, misalnya pada kejadian pakaian terendam

dalam bensin atau kulit kontak dengan genangan bensin, dapat menimbulkan luka bakar. Paparan berulang atau berkepanjangan (kronik) dapat menyebabkan kulit kering (akibat hilangnya lemak dari kulit), iritasi dan dermatitis. Efek terhadap sistem saraf juga dapat terjadi pada orang yang terpapar uap bensin untuk jangka panjang, baik itu karena pekerjaannya atau karena mereka menghirup bensin untuk memperoleh efek halusinasi. Orang yang bidang pekerjaannya memungkinkan terpapar bensin setiap hari kemungkinan juga dapat mengalami gangguan ingatan dan gangguan fungsi otot. Pada kadar tinggi, beberapa bahan kimia dalam bensin, seperti benzen, diketahui bersifat karsinogenik. Penatalaksanaan Keracunan Bensin Tidak ada antidotum spesifik untuk keracunan bensin. Namun efeknya dapat diobati sehingga orang yang terpapar bensin menjadi pulih kembali. Pengobatan yang dilakukan bersifat penunjang terhadap kardiovaskuler dan fungsi pernafasan. Bagi orang yang sebelumnya pernah mengalami gejala serius keracunan bensin kemungkinan diperlukan perawatan di rumah sakit. Jika telah terjadi keracunan bensin, dianjurkan untuk mencari pertolongan medis segera. Jangan melakukan rangsang muntah kepada pasien, kecuali disarankan oleh tenaga medis. Terhadap pasien yang mengalami keracunan akibat menghirup uap bensin, segera pindahkan ke tempat terbuka dan berudara segar. Jika perlu, dapat diberikan terapi penunjang berupa: 1. Stabilisasi A. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. B. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. C. Penatalaksanaan sirkulasi, yang bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

2. Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata (dilakukan sebelum membersihkan kulit): Posisikan pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih hangat atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. Jangan biarkan pasien menggosok matanya. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata. Lakukan pemeriksaan fluoresen terhadap kerusakan kornea. b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku): Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. c. Dekontaminasi saluran cerna Induksi muntah: Kontraindikasi karena dapat menyebabkan komplikasi sistemik, seperti kejang. Koma dapat terjadi dengan cepat atau tiba-tiba. Aspirasi dan kumbah lambung: Efektif bila dilakukan pada 2-4 jam pertama dan dengan teknik yang baik. Hanya dikerjakan setelah dilakukan pemasangan pipa endotrakeal (endotracheal tube).

Arang aktif: Dosis tunggal 1 gram/kg atau Dewasa: 30-100 gram Anak: 15-30 gram Cara pemberian: dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gram arang aktif dengan 100-200 ml air sehingga seperti sop kental. Dewasa: 10 gram tiap 20 menit Anak: 5 gram tiap 20 menit Pemberian katartik 3. Terapi selanjutnya: Rawat di ICU Monitor keadaan klinis, analisis gas darah, rontgen thorax, EKG. Jika memungkinkan, hindari penggunaan epinefrin dan simpatomimetik amine yang lain pada pasien yang mengalami intoksikasi dengan hidrokarbon halogen karena kemungkinan terjadi aritmia. Pada pasien yang telah menelan bensin dapat diberikan air atau susu untuk diminum, kecuali diperintahkan sebaliknya oleh tenaga medis. Namun, terhadap pasien yang tidak sadar, jangan diberikan air atau susu untuk diminum. Kondisi pasien bergantung pada jumlah bensin yang tertelan dan seberapa cepat pertolongan diberikan. Semakin cepat pasien memperoleh pertolongan, maka semakin besar peluang untuk pulih. Pasien yang telah menelan bensin harus diobservasi selama sekurangnya 6 jam, untuk mengamati timbulnya pneumonitis kimia. Efek sistemik dapat berkembang setelah beberapa jam dan dapat meliputi hemorhagia pankreas dan degenerasi lemak pada hati dan tulubus kontortus proksimalis serta glomerulus pada ginjal. Toksisitas ginjal akut dapat bertahan selama beberapa minggu setelah penelanan bensin, tetapi dapat pulih dengan adanya pengobatan. Pasien yang asimptomatik selama 6 hingga 8 jam dapat dipulangkan dan disarankan untuk menemui tenaga medis jika kemudian timbul gejala.

Pencegahan Paparan Bensin Karena bensin banyak digunakan sebagai bahan bakar, seperti pada kendaraan bermotor dan mesin pemotong rumput, maka mengurangi paparannya bukan merupakan hal yang mudah dilakukan. Namun, karena bau bensin dapat tercium pada kadar yang rendah, maka kita dapat mengurangi paparan bensin dengan cara menghindari tempat-tempat yang banyak terdapat bensin. Jika sumber air (misalnya air sumur) dicurigai telah tercemar bensin, maka jangan digunakan sebagai air minum, memasak, mencuci pakaian, ataupun mandi. Daftar Pustaka 1. Sentra Informasi Keracunan (SIKer), et al. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. Jakarta. 2001. 2.. Tox Town Environmental Health Concerns and Toxic Chemicals Where You Live, Work, and Play. July 23, 2009. (http://toxtown.nlm.nih.gov) [diunduh Agustus 2010] 3.. Gasoline Exposure and Treatment. Alaska Occupational Health. 2000. (http://www.akochealth.com) [diunduh Agustus 2010] 4.. Medical Management Guidelines for Gasoline. Agency for Toxic Substances and Disease Registry Division of Toxicology. Atlanta. March 1, 2010. (http://www.atsdr.cdc.gov) [diunduh Agustus 2010] 5.. Public Health Statement for Automotive Gasoline. (http://www.atsdr.cdc.gov) [diunduh Agustus 2010) 6.. Health Effects of Gasoline. Canadian Centre for Occupational Health and Safety. December 22, 1997. (http://www.ccohs.ca) [diunduh Agustus 2010) 7.. Gasoline Fact Sheet. Illionis Department of Public Health Division of Environmental Health. Springfield, Illinois. (http://www.idph.state.il.us) [diunduh Agustus 2010] 8. Heller, J.L. Gasoline Poisoning. US National Library of Medicine National Institutes of Health. February 1, 2010. (http://www.nlm.nih.gov) [diunduh Agustus 2010]