BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) awal pelaksanaannya dimulai. PSG kemudian baru ditingkatkan pada seluruh SMK di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan

PENDAHULUAN. di sekolah. Manajemen kurikulum mengatur pemenuhan kebutuhan. pendidikan berdasarkan hasil analisis kondisi lingkungan internal dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas tamatan / lulusan agar lebih sesuai dengan tuntutan kebijaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tujuan pendidikan kejuruan, SMK Swasta Immanuel

BAB I PENDAHULUAN. lulusannya kelak dapat memasuki dunia kerja dan menjadi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Sari Peranginangin, 2013

BABI PENDAHULUAN. Peran kepemimpinan di berbagai lembaga, institusi, dan organisasi bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

pendidikan dari segi tujuan perkembangan kepribadian saja kurang lagi

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas murid, guru, pegawai serta sarana dan prasarana sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chynthia Paramitha, 2015

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu bangsa Indonesia perlu menyelenggarakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan informasi serta persaingan yang ketat di antara organisasiorganisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu persoalan penting bagi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang hendak di capainya guna memajukan perusahaan, organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat di pisahkan

BABI PENDAHULUAN. sehingga muncul paradigma baru pendidikan dengan berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. keahlian teknik kenderaan ringan Program T-TEP (Toyota Technical Education

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

sesua1 dengan harapan, sekolah kejuruan masih sering dipandang sebagai sekolah

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang yang harus diutamakan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sangat penting dan berharga bagi kehidupan manusia. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya sistim dan praktik pendidikan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Sebagai bukti bahwa matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dimilikinya. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mengacu pada permasalahan penelitian, yakni bagaimana pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan terdapat pada Peraturan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

PENGEMBANGAN KOTA VOKASI

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penyelenggaraan pendidikan, sarana dan prasarana yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yulqi Azka Shiyami, 2015

I. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

8 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas salah satunya dalam bidang dasar dan pengukuran listrik.

Transkripsi:

-~-" --... --- - - - I '.. ~ : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) awal pelaksanaannya dimulai sejak tahun ajaran 1994/1 995 di sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tertentu yang ditunjuk sebagai pilot project dalam pelaksanan PSG kemudian baru ditingkatkan pada seluruh SMK di Indonesia. Dengan dilaksanakan PSG tersebut, dukungan dan peran serta masyarakat luas sangat diharapkan, khususnya dukungan dari dunia usaha dan industri di samping pihak SMK itu sendiri serta instansiinstansi lain yang terkait. Dukungan dan peran serta kalangan dunia usaha dan industri merupakan kunci keberhasilan pelak.sanaan PSG. Sebagaimana pendapat Bukit dalam buku Soenaryo dkk. (2002 : 532), sejarah pendidikan teknik dan kej uruan di Indonesia menyatakan bahwa, praktek industri dalam rangka PSG belum memperoleh dukungan maksimal dari industri. Untuk itu diharapkan peran serta dunia usaha dan industri dalam pelaksanaan PSG dapat memberikan kontribusi yang nyata karena ciri utama pelaksanaan PSG adalah penyelenggaraan pendidikan dalam bentuk kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dan dunia usaha atau 1

2 industri. Oleh karena itu keterlibatan dunia usaha dalam pelaksanaan PSG mutlak diperlukan. Masalah yang perlu diperhatikan dalam upaya pembenahan dan perbaikan pelaksanaan PSG adalah kondisi atau keadaan yang terjadi di institusi pasangan SMK dan kaitannya dengan pelaksanaan PSG. Kondisi tersebut antara lain meliputi pengelolaan PSG, pembelajaran PSG, dan fasilitas komponen tersebut akan diperoleh 'gambaran atau potret institusi pasangan pada daerah tertentu dalam memberikan dukungan dan partisipasinya pada pelaksanaan PSG. Namun disadari tingkat dukungan dan partisipasi institusi. pasangan tidak sama, hal tersebut sangat tergantung pada kesediaan, kesiapan dan kemampuan masing-masing perusahaan atau industri yang bersangkutan. Dunia usaha dan industri mempunyai tingkat kepentingan yang berbeda-beda baik bentuk dan jenis bidang usahanya. Ini sangat berpengaruh dalam peran sertanya terhadap pelaksanaan PSG. Sebagai contoh, ditinjau dari tingkat kesediaan antara industri besar, menengah dan kecil masing-masing berbeda, dilihat dari kemampuan dan kesiapan fasilitas yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan PSG menunjukkan adanya perbedaan. Dalam perjalanannya, pelaksanaan PSG di sejumlah SMK di selurub lndonesia, termasuk di Sumatera Utara khususnya Kota Medan

selalu dihadapkan oleh adanya beberapa kendala yang perlu diatasi secara tepat. Kendala yang dihadapi yaitu pembelajaran PSG yang belum optimal dalam pencapaian propil kemampuan tamatan, terbatasnya kesesuaian peralatan yang ada di sekolah dengan penggunaan teknologi di industri, pengelolaan pelaksanaan PSG yang belum baik, dan fasilitas praktek yang masih kurang dan be]um memadai. Khusus di Kota Medan, masih kurang terpenuhinya proporsionalitas jenis industri dengan jumlah program studi keahlian yang ada di SMK, untuk mendapatkan industri sehagai pasangan mitra kerja cenderung tidak mudah, karena tidak semua industri bersedia menjadi institusi pasangan dalam pelaksanaan PSG. Z lapangan, Ditinjau dari segi kesiapan manajemen dunia usaha dan industri terhadap pelaksanaan PSG di Kota Medan berdasarkan basil temuan di disebutkan bahwa partisipasi dunia usaha dan industri terhadap pelaksanaan PSG di Kota Medan masih rendah. Artinya masih diperlukan adanya upaya meningkatkan kesadaran dunia usaha dan industri dalam partisipasinya terhadap pelaksanaan PSG, dengan harapan akan diperoleh tamatan sebagai tenaga kerja yang profesional sesuai dengan bidang keahlian. Berdasarkan survey terhadap dunia usaha dan industri di Kota Medan terhadap pelaksanaan PSG dinilai masih rendah, dimana industri merasa keheratan melakukan kerjasama melalui PSG yang harus diikuti

4 akad kcrjasama, hal itu dipandang akan mengikat dan mcmheratkan hagi pihak industri. Berdasarkan heberapa temuan di atas, menunjukkan bahwa pelaksanaan PSG yang dilakukan di institusi pasangan SMK, khususnya di Kota Medan belum dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan PSG yang dilakukan di dunia industri tetap merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran, oleh karena itu proses pembelajaran tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil pembelajaran yang optimal. Namun dalam kenyataannya, kajian dan analisis kondisi institusi pasangan SMK Teknologi belum dipikirkan secara sistematis dan operasional. Wena (1994: 16) mengemukakan bahwa kegiatan pembe1ajaran praktek industri yang sering dilakukan z selama ini sehagian besar tanpa persiapan pembelajaran yang memadai. Padahal aspek pembelajaran dalam PSG pada pendidikan kejuruan sangat penting, karena keberhasilan pclaksanaan PSG tersebut sangat tergantung dari keterkaitan perencanaan pembelajaran di sekolah dan di dunia usaha dan industri. Oleh karena itu, perlu dilakukan rancangan pembelajaran yang tepat. Sebagaimana dikemukakan oleh Atmodiwirio (2002 : 191 ), bagaimana dapat me man faatkan waktu yang terhatas sesuai dengan kondisi dan tempat yang tersedia sehingga dapat memahami tujuan pembclajaran pada industri.

5 Faktor yang turut mcnentukan keberhasilan pelaksanaan PSCiadalah pengelolaan PSG yang perlu dibenahi schingga mudah dilakukan koordinasi SMK dengan institusi pasangan. lnstruktor yang memiliki fungsi yang san gat penting dalam menentukan keberhasilan peserta PSG. Tugas instruktor dalam pendidikan sistern ganda memberikan bimbingan melatih, rnemotivasi, dan menilai pesrta PSG. Ketersediaan fasilitas peralatan praktek yang memadai. Fasilitas peralatan praktek yang digunakan siswa dalam rangka pelaksanaan PSG di industri, diharapkan memberikan kontribusi pada pencapaian profil kemampuan tamatan sebagaimana yang dituntut kurikulum. Oleh karena itu, tingkat pemanfaatan antara fasilitas peralatan praktek yang digunakan dan profit kemampuan tamatan peserta PSG menjadi suatu hal yang penting untuk z diperhatikan_ Untuk memperoleh dan mengetahui data yang akurat tentang kondisi ketiga unsur tersebut di atas, yakni meliputi pengelolaan PSG, pembelajaran PSG, dan fasilitas praktek PSG yang kaitannya dengan pelaksanaan PSG di institusi pasangan SMK kelompok teknologi, khususnya di Kota Medan perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang analisis kondisi institusi pasangan Sekolah Menengah Teknologi dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda, dengan merumuskan faktor penyebab dan upaya peningkatan. Penelitian tersebut dirasa penting

6 karena sampai saat ini belum ada penelitian mengcna1 kondisi institusi pasangan SMK Tcknologi di Kota Medan. B. ldentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentiiikasi beberapa permasalahan penel itian khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelaksanaan PSG di dunia usaha dan industri yang menjadi institusi pasangan SMK sebagai berikut : Pertama, terselenggaranya pelaksanaan program PSG di sejumlah SMK sangat tergantung pada kesediaan dunia usaha dan industri yang menjadi institusi pasangan SMK karena keterlibatan perusahaan dan industri dalam program PSG belum menjadi suatu kewajiban yang diatur z oleh undang-undang. Kedua, untuk bisa mendapatkan perusahaan atau industri sebagai institusi pasangan dalam pelaksanaan PSG sangat bergantung kepada kemampuan manajemen sekolah untuk mendekati, meyakinkan atau "menjual" program ke dunia usaha dan industri. Oleh karena itu bagaimana usaha SMK dalam merangkul dunia usaha dan industri agar bersedia menjadi institusi pasangan dalam rangka pelaksanaan PSG. Ketiga, PSG bagi kalangan industri masih merupakan program pendidikan yang memerlukan pengkajian sccara seksama terutama ditinjau dari segi manfaat dan pengaruhnya terhadap proses produksi,

7 sehingga tidak jarang sejumlah industri atau perusahaan yang tidak bersedia menjadi institusi pasangan PSG. Keempat, penyelenggaraan pendidikan melalui PSG khususnya yang dilakukan industri, dalam pelaksanaannya tidak lepas dari aspekaspek pendidikan. Kelima, instruktor yang bertugas sebagai pembimbing peserta PSG di tempat kerja di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dituntut mampu mempersiapkan, mengarahkan, memotivasi, melatih, menilai dan membimbing siswa peserta program PSG. Keenam, kualitas pembelajaran dan pengalaman kerja bagi peserta PSG di industri sangat bergantung pada pola pembelajaran yang diterapkan pada pelaksanaan PSG oleh instruktor. Oleh karena itu z diperlukan suatu mekanisme yang tepat dalam memonitor kegiatan pembelajaran praktek di industri bagi peserta PSG. Ketujuh, dari sejumlah industri yang telah melaksanakan program PSG mempunyai keterbatasan dalam menyediakan fasilitas praktek dan daya dukung lainnya yang diperlukan untuk menghasilkan jenis profit kemampuan kerja siswa pada bidang tertentu. Kedelapan. pengelolaan PSG pada dunia usaha dan industri belum mendapat tempat dilihat dari struktur organisasi, rencana kerja, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan pengendalian.

8 C. Pembatasan Masalah I3erdasarkan identifikasi masalah yang dijelaskan di atas, pcnelitian ini membatasi fokus penelitian pada analisis kondisi institusi pasangan SMK bidang teknologi kaitannya dengan pelaksanaan PSG di Kota Medan meliputi pengelolaan PSG, pembelajaran PSG, dan fasilitas praktek bagi peserta PSG. Dari kelompok pengelolaan PSG akan dilihat struktur organisasi, rencana kerja, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan pengendalian. Kelompok pembelajaran PSG akan dilihat instruktor, kesiswaan, pemanfaatan dokumen kurikulum, program pembelajaran dan evaluasi. Untuk kelompok fasilitas praktek PSG dilihat dari analisis kebutuhan praktek, ketersediaan fasilitas, pemanfaatan fasilitas, dan keterlaksanaan perawatan dan perbaikan fasilitas. Rumusao Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah seperti yang diuraikan di atas, penelitian 1m dirumuskan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Seberapa tinggikah nilai kerja rata-rata pengelolaan PSG pada lnstitusi Pasangan SMK Teknologi di Kota Medan? 2. Seberapa tinggikah nilai kcrja rata-rata pembelajaran PSG pada lnstitusi Pasangan SMK Tcknologi di Kota Medan?

9 3. Seberapa tinggikah nilai kerja rata-rata fasilitas praktek PSG pada Institusi Pasangan SMK Teknologi di Kota Medan? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran ten tang: Nilai kerja pengelolaan PSG pada Institusi Pasangan SMK Teknologi di Kota Medan. Nilai kerja pembelajaran PSG pada lnstitusi Pasangan SMK Teknologi di Kota Medan.. 3. Nilai kerja fasilitas praktek PSG pada lnstitusi Pasangan SMK Teknologi di Kota Medan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan : Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengembangan program pelaksanaan PSG pada sekolah kejuruan khususnya SMK bidang teknologi. I

10 2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menjalin kerjasama antara SMK dan institusi pasangannya dalam rangka pelaksanaan PSG. 3. Pihak institusi pasangan dapat memanfaatkan basil penelitian sebagai bahan evaluasi dalam memberikan dukungan dan partisipasinya terhadap pelaksanaan PSG. Dapat sebagai bahan pertimbangan dalarn mempersiapkan peserta didiknya dengan sebaik-baiknya sebelum terjun mengikuti PSG di institusi pasangannya. Secara teoritis. basil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dalam pengembangan pembelajaran pelaksanaan PSG, khususnya pembelajaran yang dilakukan di dunia industri.