Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Menurut Sondang

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) DAN VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENYEBERANG JALAN DALAM MENGGUNAKANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENANGANAN PARKIR PADA BADAN JALAN SEPANJANG RUAS JALAN CIMANUK KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. Berbagai aktivitas perkotaan terutama di kota-kota besar dimana mobilitas. lintas dan pergerakan manusia didaerah tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB I PENDAHULUAN. Departemental Advice Note TA/10/80 dalam Idris Zilhardi (2007) menyatakan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

Persyaratan Teknis jalan

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BAB V EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO)

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang besar pengaruhnya

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

KAJIAN ERGONOMI TANGGA PENYEBRANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS I UNTAR JAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. volume lalu lintas tinggi. Lalu lintas lancar dan teratur dapat menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengertian Lalu Lintas

BAB II STUDI PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI SUATU WILAYAH (STUDI KASUS DI JALAN LENTENG AGUNG)

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Transportasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari, namun masih mengalami berbagai

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati 3 Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email: jurnal@sttgarut.ac.id koswaraedy@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana efektifitas pemanfaatan fasilitas jembatan penyebrangan orang yang ada di Jl. Soekarno Hatta Bandung. Seperti kita ketahui bahwa meningkatnya volume kendaraan transportasi menyebabkan jalan tersebut menjadi lebih padat. Tentu saja hal ini menyebabkan pejalan kaki sulit untuk melintasi jalan terutama di jam sibuk seperti di pagi hari saat orang-orang pergi kerja dan pergike sekolah atau di malam hari ketika mereka pulang. Begitupun ketika mereka menelusuri jalan, di trotoar yang sempit. Seperti yang terjadi di setiap kota besar, hal ini terjadi karena permintaan pembangunan ekonomi, perdagangan, dan kemudahan masyarakat untuk mencapai pelayanan sosial, fasilitas umum seperti hotel, pusat perbelanjaan, dll. cenderung pengelompokan di wilayah tertentu. Selain itu, karena lokasi pembangunan dengan yang lain tersebar ke seluruh wilayah, sehingga untuk mencapai tujuan mereka para pejalan kaki harus melintas di jalan tersebut. Namun, keberadaan pejalan kaki di tingkat tertentu sering menyebabkan konflik besar dengan arus kendaraan sampai menyebabkan penundaan lalu lintas dan tingkat angka kecelakaan yang tinggi. Kata Kunci Efektifitas, Jembatan Penyebrangan Orang Jl.Soekarno Hatta Bandung. I. PENDAHULUAN Padatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan menambah semakin banyaknya tingkat transportasi yang ada. Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas manusia baik kegiatan pekerjaan rutin, bisnis, pendidikan, social dan lain sebagainya. Sebagai prasarana pendukung,transportasi harus mendapatkan pelayanan yang baik sehingga diperoleh system pergerakan yang efektif dan efisien bagi pengguna transportasi. Peningkatan sistem transportasi memerlukan penanganan yang menyeluruh, mengingat bahwa transportasi timbul karena adanya perpindahan manusia dan barang. Meningkatnya perpindahan tersebut dituntut penyediaanfasilitas penunjang laju perpindahan manusia dan barang yang memenuhi ketentuan keselamatan bagi pejalan kaki dimana pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. Pergerakan pejalan kaki meliputi pergerakan-pergerakan menyusuri jalan, memotong jalan dan persimpangan. Sebagaimana yang lazim terjadi di berbagai kota besar, karena tuntutan perkembangan ekonomi, perdagangan dan kemudahan jangkauan pelayanan bagi masyarakat, maka fasilitas-fasilitas umum seperti hotel, pertokoan dan lain sebagainya biasanya mengelompok pada suatu daerah tertentu, karena letak gedung satu dengan gedung yang lain menyebar ke seluruh kawasan, maka suatu ketika pajalan kaki harus menyeberangi lalu lintas kendaraan untuk sampai ke tempat tujuan. Namun sering kali keberadaan penyeberang jalan tersebut pada tingkat tertentu akan mengakibatkan konflik yang tajam dengan arus kendaraan yang berakibat pada

ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2014 tundaan lalu lintas dan tingginya tingkat kecelakaan. Keberadaan pejalan kaki tersebut memerlukan fasilitas bagi pejalan kaki, termasuk fasilitas penyeberangan jalan seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), dimana JPO tersebut dipasang apabila diharuskan tidak ada pertemuan sebidang antara arus pejalan kaki dengan arus lalu lintas. Agar pejalan kaki mau untuk menggunakan JPO harus dijamin keamanan dan jarak berjalan tidak terlalu bertambah jauh. Pemerintah kota Bandung telah menyediakan JPO bagi pejalan kaki, penyediaan sarana tranportasi bagi pejalan kaki seperti jembatan penyeberangan orang sudah mulai disediakan dimana-mana. Penyediaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dimaksudkan untuk mempermudah pejalan kaki untuk menyeberang jalan dengan aman. Selain itu tingkat penggunaan JPO di Kota Bandung yang masih rendah menunjukkan bahwa keselamatan bukanlah satu- satunya indikator yang berpengaruh dalam penggunaan jembatan penyeberangan dalam pemilihan fasilitas. Masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyeberang jalan dalam menggunakan jembatan penyeberangan, sehingga diperlukan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pejalan kaki untuk menggunakan JPO. Sehingga dengan adanya analisis efektifitas penggunaan JPO dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyeberang jalan dalam menggunakannya, diharapkan faktor-faktor tersebut dapat dijadikan masukan dalam penyediaan JPO yang lebih diminati dan difungsikan. Untuk itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan jembatan Penyeberangan Orang (JPO), dengan studi kasus JPO di Jln. Soekarno Hatta - Bandung. II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan sebelumnya. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana efektifitas kegunaan JPO di Jl. Soekarno Hatta Bandung. Oleh karena itu, efektivitas yang dimaksud disini adalah mengkaji bagaimana pemanfaatan JPO oleh masyarakat dan bagaimana strategisitas penempatan JPO di Jl. Soekarno Hatta Bandung. Dalam ukuran penulis, dikatakan efektif apabila JPO lebih dipilih oleh sebagian besar masyarakat sebagai tempat untuk menyeberang, walau mereka harus mengambil resiko lebih capek dan lebih lama sampai dari pada menyebrang langsung dijalanan dengan tingkat keselamatan yang rendah. Di samping itu, efektivitas juga terletak pada indikator pemanfaatan JPO sebagai sarana penyebrangan. 2.2 Kajian Tentang Jembatan Penyebrangan Orang Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi melewatkan lalu lintas yang terputus pada kedua ujung jalan akibat adanya hambatan berupa sungai, saluran, kanal, selat, lembah serta jalan dan jalan kereta api yang menyilang. Sedangkan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah jembatan yang letaknya bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada di atas kedua objek tersebut, dan hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki yang melintas (menyeberang) jalan raya atau jalur kereta api. Jembatan Penyeberangan Orang juga dapat diartikan sebagai fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar, menyeberang jalan tol, atau jalur kereta api dengan menggunakan jembatan tersebut, sehingga alur sirkulasi orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik dan kemungkinan terjadi kecelakaan dapat dikurangi. Keberadaan fasilitas jembatan penyeberangan orang di suatu daerah yang di bangun akan menimbulkan dampak untuk memulainya sebuah pembangunan kesadaran masyarakat untuk mau menggunakan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan fasilitas tersebut. Apabila setiapmasyarakat dan para pengguna fasilitas mempunyai kesadaran yang tinggi, maka kehidupan masyarakatpun akan menjadi sejahtera dan angka kecelakaan serta kemacetan lalu lintas akan dapat dikurangi. 2.3 Kajian Tentang UU. LLUAJ No 22 Tahun 2009 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian http://jurnal.sttgarut.ac.id 2

Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam batang tubuh di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Undang-Undang ini adalah : 1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan roda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; 2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan 3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Undang- undang no 22 tahun 2009 salah satunya menjelaskan bahwa adanya harapan untuk mewujudkan etika berlalu lintas dan budaya bangsa. Dalam hal ini tentunya juga mengarah pada etika bagi pejalan kaki. Dalam UU ini juga mengatur tentang hak dan kewajiban pejalan kaki. Pasal 131 ayat 1 sudah menjelaskan bahwa pejalan kaki berhak atas fasilitas penyeberangan. Untuk memenuhi aturan tersebut, maka pemerintah menyediakan berbagai sarana, di antaranya zebra cross, trotoar dan jembatan penyeberangan orang (JPO). Namun dalam prakteknya, UU ini justru dirasakan tidak efektif, karena masyarakat cenderung tidak menggunakan sarana yang ada, terlebih JPO. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang dipakai menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan metode ini yang berarti memahami atau pemahaman yang memungkinkan seseorang bisa memahami apa yang diyakini oleh orang lain tanpa prasangka tertentu. Metode pendekatan ini bertujuan untuk berusaha mengerti makna yang mendasari suatu peristiwa sosial. Memahami realitas sosial yang dihasilkan melalui tindakan berarti menjelaskan mengapa manusia menentukan pilihan, jadi hasil dari penelitian ini bukanlah berupa angka-angka hasil dari pengukuran, akan tetapi berupa informasi. Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengkaji kegunaan serta strategisitas fasilitas jembatan penyeberangan orang di Jl. Soekarno Hatta Bandung bagi kehidupan sosial masyarakat. Penelitian dilakukan di Jl. Soekarno Hatta Bandung. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena JPO di Jl. Soekarno Hatta Bandung adalah JPO yang berada di lokasi umum dimana berbagai tipe masyarakat mulai dari pelajar, pekerja, pedagang dan sebagainya, melintasi jalan jembatan tersebut. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Penggunaan Fasilitas Jembatan Orang (JPO) Sesuai dengan kegunaannya, JPO selayaknya dipakai oleh pengguna jalan sebagai sarana untuk menyeberang dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini agar alur sirkulasi orang dan lalu lintas kendaraan bisa berjalan dengan baik. Terpisahnya mobilisasi orang dan kendaraan bermotor diharapkan dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas dan berjalan kaki. Akan tetapi, JPO sebagai sarana untuk menyeberang bagi pejalan kaki menjadi kehilangan fungsinya. Pejalan kaki banyak yang tidak menggunakan JPO tetapi lebih sering menyeberang di jalan raya tempat lalu lintas kendaraan bermotor. 4.2 Analisis Pemahaman Masyarakat Pejalan Kaki Akan Latar Belakang Pembuatan JPO Pada dasarnya sebagian masyarakat telah memahami latar belakang pembuatan JPO. Masyarakat bisa memahaminya langsung tanpa harus bertanya pada pemerintah. Hal tersebut karena secara tidak langsung latar belakang pembuatan JPO bisa dipahami oleh masayarakat dengan merasakan kebermanfaatan akan fasilitas umum tersebut, walau tidak sedikit masyarakat yang mengabaikan kebermanfaatan tersebut dengan berbagai alasan, baik alasana internal dari dalam diri maupun alasan eksternal terkait ketidakamanan dan ketidaknyamanan fasilitas JPO. 3 2014 Jurnal STT-Garut All Right Reserved

ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2014 4.3 Analisis Kelebihan, Kelemahan dan Hal-hal yang Perlu diperbaiki dari JPO JPO sebagai sarana dan fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki bagi beberapa orang masih dipakai keberadaannya. Ada sebagian masyarakat yang berjalan kaki menggunakan JPO untuk menyeberang. JPO tetap difungsikan sebagaimana fungsi aslinya untuk menyeberang bagi pejalan kaki. Masyarakat pejalan kaki di sekitar JPO juga memahami kelebihan dari keberadaan JPO sebagai sarana penyeberangan. Disisi lain kelemahan JPO sebagai fasilitas yang digunakan sebagai sarana penyeberangan orang mempunyai kelemahan yang beragam. Tidak hanya pada bangunannya yang dirasa tidak memadai tetapi juga keberadaannya menjad beralih fungsi, seperti sebagai sarana pemasangan iklan, rawan kriminalitas serta tempat mangkal gelandangan dan pengemis. 4.4 Analisis Pemanfaatan JPO Sebagai sarana penyeberangan orang, JPO tentunya mempunyai manfaat posistif bagi masyarakat khususnya pejalan kaki. Adanya JPO akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menyeberang. Hal ini mengingat jika masyarakat menyeberang langsung akan mengalami kesulitan karena harus berhadapan dengan kendaraan-kendaraan yang terkadang memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, hingga pada akhirnya menimbulkan resiko kecelakaan. Ketidakmaksimalan masyarakat pejalan kaki untuk menggunakan JPO sebagai sarana penyeberangan dikarenakan faktor kriminalitas yang bisasaja menyertai mereka ketika menggunakan JPO untuk menyeberang. Ancaman kriminalitas membuat masyarakat ragu untuk menggunkan JPO. 4.5 Analisis Strategisitas JPO Strategisitas sebagai suatu keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari formulasi rencana yang telah ditentukan oleh suatu instansi atau lembaga tertentu. Kaitannya dengan startegisitas dalam penelitian ini adalah melihat apakah keberadaan Joekaro Hatta Bandung memiliki strategisitas dalam hal penempatan dan pemnafaatan fasilitas JPO tersebut. Pada dasarnya masyarakat sudah merasa bahwa keberadaan lokasi JPO sudahlah strategis. Lokasi JPO berada di daerah yang ramai pengguna jalan dan padat kendaraan. 4.6 Analisis Kesadaran Pejalan Kaki dalam Menggunakan JPO Kesadaran dalam menggunakan Fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang sangatlah penting bagi kehidupan sosial masyarakat. Terutama kesadaran para pejalan kaki dan masyarakat. Ketika menyeberangi jalan pejalan kaki seharusnya menggunakan fasilitas jembatan penyeberangan orang yang telah disediakan oleh pemerintah untuk kenyamanan dan keselamatan dalam menyeberangi jalan, sehingga konflik yang terjadi antara pejalan kaki yang akan menyeberangi jalan dengan para pengguna kendaraan bermotor yang melintas tidak akan terjadi lagi. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1) Berdasarkan hasil penelitian, jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terdapat di Jl.Soekarno Hatta Bandung belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pejalan kaki untuk menyeberang jalan. Pejalan kaki tidak selalu menggunakan JPO ketika hendak menyeberang jalan. Penggunaan JPO sebagai sarana penyeberangan dipakai oleh pejalan kaki apabila kondisi jalan raya sedang ramai kendaraan ataupun sedang turun hujan, sedangkan jika jalan raya sepi pejalan kaki lebih memilih untuk menyeberang langsung di jalan. JPO juga mempunyai kegunaan lain selain untuk penyeberangan, yaitu sebagai sarana atau lokasi pemasangan iklan produk ataupun iklan politik. Beberapa alasan pejalan kaki tidak menggunakan JPO sebagai sarana penyeberangan adalah karena lokasi JPO yang rawan pencopetan, penodongan dan penjambretan, banyaknya gepeng yang beroperasi di sekitar JPO dan tangga JPO yang curam sehingga rawan bagi wanita dan anak- anak. 2) Lokasi JPO yang berada di Jl. Soekarno Hatta Bandung merupakan lokasi yang strategis, yaitu lokasi yang ramai kendaraan, dan dekat dengan pertokoan, perkantoran, sekolahan dengan jalan raya yang lebar dilalui banyak kendaraan dan pejalan kaki. Masyarakat pejalan http://jurnal.sttgarut.ac.id 4

Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut kaki mengakui strategisitas keberadaan JPO, akan tetapi strategisitas JPO tersebut tidak dibarengi dengan pemanfaatan yang maksimal dari pejalan kaki. Hal tersebut karena pejalan kaki tidak selalu menggunakan JPO untuk menyeberang. Pejalan kaki lebih sering menyeberang langsung tanpa sarana JPO agar lebih cepat sampai dan tidak capek karena harus menaiki dan menuruni tangga. 5.2 Saran 1) Perlu dilakukan perbaikan terhadap kondisi fisik JPO agar lebih menarik sehingga penyeberang mau menggunakan JPO. Hal ini dikarenakan sebagian besar penyeberang mengeluhkan mengenai kondisi fisik JPO yang dinilai tidak layak, misalnya seperti besi JPO yang sudah rusak atau berkarat, JPO yang kotor dan bau,tangga JPO yang terlalu tinggi, atap JPO yang rusak, lantai JPO yang licin, dan JPO yang gelap terutama pada malam hari. Selain itu,pemberian fasilitas pendukung lainnya, seperti lampu penerangan dan tempat sampah, serta perawatan rutin pada JPO akan menambah kenyamanan pengguna JPO; 2) Perlu adanya peraturan terkait dengan penggunaan JPO oleh penyeberang, seperti penetapan sanksi kepada penyeberang jika tidak menggunakan JPO. Hal ini dikarenakan ketidak efektifan penggunaan JPO salah satunya diakibatkan oleh perilaku penyeberang yang tidak tertib ketika menyeberang, yaitu tidak menggunakan JPO meskipun telah disediakan pada ruas jalan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memaksa penyeberang menggunakan JPO adalah dengan pemberian pagar pada jalan atau median jalan. DAFTAR PUSTAKA 1) Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum No.032/T/BM/1999, Kementrian Pekerjaan Umum 2) Amelinda, Pinkan. (2012). Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan JPO di Kota Bandung (Studi Kasus : Jalan Arteri dan Kolektor di Kota Bandung). Bandung :Perencanaan Wilayah dan Kota ITB. 3) Moleong, Lexy J. 2000. Metode penelitian kualitatif. Bandung.PT. Remaja Rosdakarya 5 2014 Jurnal STT-Garut All Right Reserved