Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 119 Tahun 2009 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 38 TAHUN 2013

-1- REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M 2 1/28/2014

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegaw

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 47 TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

2 Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan N

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan; 3. Peraturan Presiden Nomor 119 Tahun 2015 tent

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR 72 Tahun 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 73 Tahun : 2015

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.66/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 028 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 28 TAHUN 2013

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 152 TAHUN 2016

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Perijinan Kabupaten Bantul. Tunjangan Khusus, Pegawai Negeri Sipil, Dinas Perijinan.

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 7, Tambaha

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. No.675, 2016 KEMENDIKBUD. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil N

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 24 Tahun : 2014

Gubernur Jawa Barat. Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) , , Fax BANDUNG

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin P

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan L

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 216/KA/XI/2012 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

BUPATI PENAJAM PASER UTAR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2014

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Transkripsi:

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 119 Tahun 2009 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN KINERJA DALAM PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang Nlengiricat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, diberikan insentif berupa tambahan penghasilan berdasarkan criteria beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi dan prestasi kerja, yang dilakukan melalui pengukuran kinerja; b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan pengukuran kinerja dalam pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a, perlu disusun pedoman yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat; : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) jo Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); Jalan Diponegoro No. 22 Telepon (022) 4232448 4233347 4230963 Faks. (022) 4203450 BANDUNG 40115

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3176); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46); 12.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47); 13.Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 85 Tahun 2009 tentang Kriteria Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 158 Seri E). Memperhatikan : Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 841/Kep.966-ORG/2009 tentang Tunjangan Tambahan Penghasilan dan Kompensasi Uang Makan.

Menetapkan : M E M U T U S K A N PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN KINERJA DALAM PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat. 5. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 6. Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disebut Badan adalah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 7. Biro Keuangan adalah Biro Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Ba rat. 8. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 9. Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut CPNS adalah Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 10. Pejabat Sruktural adalah PNS yang diangkat dalam jabatan struktural dan telah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 11. Pejabat Fungsional Angka Kredit adalah PNS yang diangkat dalam jabatan fungsional yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. 12. Pejabat Fungsional Umum adalah PNS yang diangkat dalam suatu jabatan tertentu yang dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi tidak termasuk dalam rumpun jabatan fungsional angka kredit. 13. Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan tugas tertentu adalah PNS yang diangkat dalam suatu jabatan tertentu yang mempunyai beban kerja diatas pejabat fungsional umum lainnya. 14. Tambahan Penghasilan adalah penghasilan yang diperoleh berdasarkan atas hasil pencapaian kinerja selama 1 (satu) bulan diluar gaji yang diterima dengan sah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 15. Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap pegawai dari suatu kegiatan pada satuan organisasi yang telah direncanakan, dengan menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya organisasi.

16. Pengukuran Kinerja Pegawai adalah pengukuran kinerja terhadap prestasi kerja dan perilaku kerja yang dilaksanakan secara periodik terhadap pegawai oleh atasan langsung atas hasil pelaksanaan tugas pekerjaan dalam unit kerja. 17. Pejabat Pembina Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pembina sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 18. Pejabat Penilai adalah atasan langsung pegawai yang dinilai dengan ketentuan serendah-rendahnya pejabat eselon IV atau pejabat lain yang ditentukan. 19. Atasan Pejabat Penilai adalah atasan langsung pejabat penilai. 20. Assesor Kompetensi dan Kinerja adalah PNS yang memiliki sertifikasi keahlian dibidang assesment kompetensi dan kinerja PNS dan CPNS, yang diberi tugas tambahan untuk mengumpulkan dan menganalisa data kompetensi dan kinerja pegawai, serta memverifikasi hasil pengukuran kompetensi dan kinerja yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap pejabat yang dinilai, berdasarkan Surat Tugas Gubernur. 21. Koefesien Jabatan adalah nilai perkalian masing-masing jabatan struktural yang diukur dari aspek tanggungjawab, kompleksitas, pengetahuan dan keterampilan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud dan tujuan Pedoman Pengukuran Kinerja dalam Pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNS dan CPNS yaitu sebagai panduan dalam pengukuran kinerja serta penghitungan besaran tunjangan tambahan penghasilan yang akan diterima oleh masing-masing PNS dan CPNS di Lingkungan Pemerintah Daerah. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Pengukuran Kinerja dalam pemberian tambahan penghasilan dilakukan terhadap : a. PNS; dan b. C PN S BAB IV POKOK- POKOK KEBIJAKAN Pasal 4 (1) Pengukuran Kinerja dalam pemberian tambahan penghasilan dilaksanakan sebagai dasar penghitungan besaran tambahan penghasilan, untuk memenuhi kebutuhan hidup layak, meningkatkan kinerja, motivasi, inovasi dan penghargaan terhadap kinerja PNS dan CPNS berdasarkan perilaku kerja dan prestasi kerja. (2) Penghitungan tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan :

a. untuk Pejabat Struktural, dilaksanakan berdasarkan perkalian antara Tambahan Penghasilan dan koefesien jabatan; dan b. untuk Pejabat Fungsional Angka Kredit, Pejabat Fungsional yang melaksanakan tugas tertentu, Pejabat Fungsional Umum dan CPNS, dilaksanakan sesuai dengan tunjangan tambahan penghasilan yang ditetapkan. (3) Koefesien Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. (4) Koefesien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dievaluasi setiap tahun. (5) Besaran tambahan penghasilan yang diberikan kepada PNS dan CPNS Golongan III dan Golongan IV, dilaksanakan setelah dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan Peraturan perundang-undangan. BAB V PENGUKURAN KINERJA Bagian Kesatu Umum Pasal 5 (1) Pengukuran Kinerja dilakukan terhadap kinerja perorangan PNS dan CPNS yang bersangkutan. (2) Hasil Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara kumulatif dijadikan ukuran kinerja unit organisasi. (3) Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilaksanakan berdasarkan : a. Aspek perilaku kerja, yang merupakan perilaku PNS dan CPNS yang diukur dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai jabatannya; dan b. Aspek prestasi kerja, yang merupakan capaian kinerja pegawai yang diukur dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan jabatannya. Bagian Kedua Aspek Perilaku Kerja Pasal 6 (1) Pengukuran aspek perilaku kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (3) huruf a dilaksanakan dengan menerapkan pemotongan terhadap tambahan penghasilan bagi PNS dan CPNS yang melanggar ketentuan sebagai berikut : a. hadir terlambat tanpa ijin; b. pulang lebih cepat tanpa ijin; c. tidak Masuk kerja tanpa ijin; d. tidak melaksanakan tugas dan/atau perintah kedinasan dari atasan tanpa alasan; dan e. dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Besaran proporsi pemotongan tambahan penghasilan untuk masingmasing aspek perilaku kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan dalam Formulir Penilaian Kinerja PNS dan CPNS. Pasal 7 (1) Ijin hadir terlambat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf a, diberikan paling lama 30 (tiga puluh) menit dari jam masuk kerja. (2) Ijin pulang lebih cepat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf b, dapat diberikan paling lama 30 (tiga puluh) menit dari jam pulang kerja, kecuali dalam hal tertentu dengan pertimbangan Pejabat Penilai dan Atasan Pejabat Penilai. (3) Dalam hal PNS dan CPNS hadir terlambat dan pulang lebih cepat melebihi waktu 30 (tiga puluh) menit tanpa ijin, dinilai sebagai tidak melaksanakan tugas dan/atau perintah kedinasan dari atasan tanpa alasan. (4) Ijin tidak masuk kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf c untuk kepentingan pribadi/keluarga, diberikan paling lama 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan. (5) Ijin hadir terlambat, ijin pulang cepat, dan ijin tidak masuk kerja harus disampaikan oleh PNS dan CPNS yang bersangkutan kepada atasan langsung untuk mendapatkan persetujuan tertulis. (6) Ijin tertulis paling lambat diberikan dalam waktu 3 (tiga) hari sejak PNS dan CPNS yang bersangkutan mengajukan ijin. Bagian Ketiga Aspek Prestasi Kerja Pasal 8 (1) Pengukuran aspek prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (3) huruf b dilaksanakan dengan ketentuan : a. Pejabat Fungsional Angka Kredit meliputi capaian angka kredit untuk setiap bulan, dan penetapan angka kredit berdasarkan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) setiap 6 (enam) bulan atau semesteran; b. Pejabat Struktural Eselon III dan IV, meliputi : 1) Kualitas Pekerjaan; 2) Kerjasama dan relasi sosial; 3) Inisiatif; 4) Menentukan prioritas; dan 5) Kebutuhan dukungan bawahan. c. Pejabat Struktural Eselon II, terdiri dari 1. Kepala OPD dan Kepala Biro, meliputi : a) pembinaan dan Pengembangan PNS dan CPNS dibawah tanggungjawabnya; dan b) realisasi anggaran dan kegiatan sesuai Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) OPD.

2. Asisten Sekretaris Daerah, meliputi : a) pembinaan dan Pengembangan PNS dan CPNS dilingkup Biro dan OPD dibawah koordinasinya; dan b) realisasi anggaran dan kegiatan sesuai Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) Biro dan OPD dibawah koordinasinya. 3. Staf Ahli Gubernur, meliputi : a) jumlah hasil rekomendasi kebijakan yang disampaikan kepada Gubernur; dan b) kehadiran pada acara/kegiatan kedinasan baik diundang maupun sebagai pemrakarsa kegiatan. Bagian Keempat Instrumen Pasal 9 (1) Pengukuran kinerja dan perhitungan tambahan penghasilan dilaksanakan dengan menggunakan instrumen pengukuran yang dimuat dalam formulir sebagai berikut : a. Formulir Penilaian PK 1, untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Umum yang Melaksanakan Tugas Tertentu, Pejabat Fungsional Umum dan CPNS; b. Formulir Penilaian PK 2, untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Angka Kredit; c. Formulir Penilaian PK 3, untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon III dan IV; d. Formulir Penilaian PK 4, untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon II Kepala OPD dan Kepala Biro; e. Formulir Penilaian PK 5, untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon II Asisten Sekretaris Daerah; dan f. Formulir Penilaian PK 6, untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon II Staf Ahli Gubernur. (2) Formulir pengukuran kinerja dan perhitungan tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Gubernur. Bagian Kelima Pejabat Penilai Pasal 10 (1) Pengukuran kinerja untuk Pejabat Struktural Eselon II Asisten Sekretaris Daerah dan Staf Ahli Gubernur, dilakukan oleh Sekretaris Daerah. (2) Pengukuran kinerja untuk Pejabat Struktural Eselon II Kepala OPD dan Kepala Biro, dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah, berdasarkan laporan bahan penilaian dari Para Asisten Sekretaris Daerah.

(3) Pengukuran kinerja untuk Pejabat Struktural Eselon III, dilaksanakan oleh Pejabat Struktural Eselon II sebagai atasan langsung. (4) Pengukuran kinerja untuk Pejabat Struktural Eselon IV, dilaksanakan oleh Pejabat Struktural Eselon III sebagai atasan langsung. (5) Pengukuran kinerja untuk Pejabat Fungsional Umum, Pejabat Fungsional Umum yang Melaksanakan Tugas Tertentu dan CPNS, dilaksanakan oleh Pejabat Struktural Eselon IV sebagai atasan langsung. (6) Pengukuran Kinerja untuk Pejabat Fungsional Angka Kredit, dilaksanakan oleh Kepala OPD berdasarkan bahan pertimbangan dari Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada OPD yang bersangkutan, serta Ketua Tim Penilai Angka Kredit atau Pejabat yang ditunjuk sebagai koordinator jabatan fungsional terkait. Bagian Keenam Tata Cara Pengukuran Kinerja Pasal 11 (1) Pejabat penilai wajib melakukan pengukuran kinerja PNS dan CPNS di lingkungan unit kerja masing-masing selama 1 (satu) bulan, dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja yang telah ditetapkan. (2) Pejabat yang menilai dan PNS/CPNS yang dinilai wajib menandatangani formulir penilaian kinerja yang telah diisi pada setiap akhir bulan. (3) Penandatanganan Formulir Penilaian Kinerja Pejabat Fungsional Angka Kredit oleh Kepala OPD dapat dilimpahkan kepada Sekretaris OPD, sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketujuh Hasil Pengukuran Kinerja Pasal 12 (1) Hasil Pengukuran Kinerja yang dilakukan oleh Pejabat Atasan Langsung, direkapitulasi oleh masing-masing OPD untuk setiap akhir masa penilaian setiap bulan, dan selanjutnya dilaporkan kepada : a. Badan, dilampiri Formulir Rekapitulasi Pencapaian Kinerja (RPK); dan b. Biro Keuangan, dilampiri Formulir Rekapitulasi Besaran Tambahan Penghasilan (RBTP). (2) Hasil rekapitulasi pencapaian kinerja dari masing-masing OPD yang disampaikan kepada Badan, selanjutnya diverifikasi oleh Assesor Kompetensi dan Kinerja. (3) Hasil pengukuran kinerja PNS dan CPNS dipergunakan sebagai dasar perhitungan besaran tambahan penghasilan dan dapat menjadi bahan pertimbangan penilaian dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) serta penempatan dalam jabatan. (4)Tata cara penggunaan hasil pengukuran kinerja PNS dan CPNS untuk bahan penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) dan penempatan dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam Peraturan Gubernur tersendiri.

(5) Formulir Rekapitulasi Pencapaian Kinerja dan Formulir Rekapitulasi Besaran Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Bagian Kedelapan Keberatan Atas Hasil Pengukuran Kinerja Pasal 13 (1) PNS dan CPNS yang dinilai dapat mengajukan keberatan atas hasil penilaian yang telah dilakukan. (2) Keberatan atas hasil pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan diselesaikan oleh Atasan Pejabat Penilai secara berjenjang, sampai Kepala OPD. (3) Dalam hal Kepala OPD tidak dapat menyelesaikan keberatan terhadap hasil pengukuran kinerja, maka Kepala OPD melaporkan kepada Tim Monitoring dan Evaluasi. (4) Tim Monitoring dan Evaluasi menindaklanjuti hasil pengukuran kinerja dengan membahas dan memutuskan bersama-sama Kepala OPD yang bersangkutan, berdasarkan bukti-bukti pendukung yang ditunjukan oleh pihak yang bersengketa. (5) Pejabat penilai dan PNS/CPNS yang dinilai wajib menandatangani Formulir Pengukuran Kinerja dengan hasil pengukuran yang diputuskan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi bersama dengan Kepala OPD yang bersangkutan. (6) Hasil pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud ayat (5) selanjutnya dijadikan dasar penghitungan pemberian besaran tunjangan tannbahan penghasilan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kesembilan Tim Monitoring dan Evaluasi Pasal 14 (1) Dalam rangka pelaksanaan verifikasi terhadap basil pengukuran kinerja, dan menangani pengaduan dari PNS dan CPNS yang dinilai maupun Pejabat yang menilai, dibentuk Tim Monitoring dan Evaluasi. (2) Keanggotaan Tim Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Badan; b. Inspektorat Provinsi Jawa Barat; c. Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat; d. Biro Keuangan; e. Biro Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat; dan f. Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. (3) Dalam melakukan verifikasi terhadap basil pengukuran kinerja, Tim Monitoring dan Evaluasi dibantu oleh oleh Assesor Kompetensi dan Kinerja.

BAB VI PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN Bagian Kesatu Umum Pasal 15 Pemberian Tambahan Penghasilan diberikan kepada: a. Pejabat Struktural; b. Pejabat Fungsional Angka Kredit; c. Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan Tugas Tertentu; d. Pejabat Fungsional Umum; dan e. CPNS. Bagian Kedua Pejabat Struktural Pasal 16 Besaran tambahan penghasilan yang diberikan kepada Pejabat Struktural selama 1 (satu) Tahun dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Triwulan I, tambahan penghasilan dibayarkan sebesar 100% (seratus persen) tanpa memperhitungkan hasil Pengukuran Kinerja; b. Triwulan II, tambahan penghasilan diberikan dengan proporsi 80% (delapan puluh persen) dibayarkan secara langsung dan 20% (dua puluh persen) berdasarkan hasil pengukuran kinerja; c. Triwulan III, tambahan penghasilan diberikan dengan proporsi 70% (tujuh puluh persen) dibayarkan secara langsung dan 30% (tiga puluh persen) berdasarkan hasil pengukuran kinerja; d. Triwulan IV, tambahan penghasilan diberikan dengan proporsi 60% (enam puluh persen) dibayarkan secara langsung dan 40% (empat puluh persen) berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Bagian Ketiga Pejabat Fungsional Angka Kredit Pasal 17 Besaran tambahan penghasilan yang diberikan kepada Pejabat Fungsional Angka Kredit selama Tahun 2010 dibayarkan sebesar 100% (seratus persen) tanpa memperhitungkan hasil pengukuran kinerja. Bagian Keempat Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan tugas tertentu dan Pejabat Fungsional Umum Pasal 18 Besaran tambahan penghasilan yang diberikan kepada Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan tugas tertentu dan Pejabat Fungsional Umum, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Triwulan I, tambahan penghasilan dibayarkan sebesar 100% (seratus persen) tanpa memperhitungkan besaran potongan dari hasil Pengukuran Kinerja; dan

b. Triwulan II dan seterusnya, tambahan penghasilan diberikan dengan proporsi 80% (delapan puluh persen) dibayarkan secara langsung dan 20% (dua puluh persen) berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Bagian Kelima Calon Pegawai Negeri Sipil Pasal 19 Besaran tambahan penghasilan Bagi CPNS diberikan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari besaran tambahan penghasilan yang ditetapkan, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Triwulan I, tambahan penghasilan dibayarkan sebesar 100% (seratus persen) tanpa memperhitungkan besaran potongan dari hasil Pengukuran Kinerja; b. Triwulan II dan seterusnya, tambahan penghasilan diberikan dengan proporsi 80% (delapan puluh persen) dibayarkan secara langsung dan 20% (dua puluh persen) berdasarkan hasil pengukuran kinerja; BAB VII PEMOTONGAN TAMBAHAN PENGHASILAN Pasal 20 Hasil pemotongan tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, disetorkan ke Kas Daerah Provinsi Jawa Barat, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VIII MEKANISME PEMBAYARAN Pasal 21 (1) Pembayaran tambahan penghasilan kepada PNS dan CPNS dilakukan pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. (2) Pembayaran tambahan penghasilan dari masing-masing OPD diajukan kepada Biro Keuangan berdasarkan hasil pencapaian kinerja PNS dan CPNS. BAB IX PENGHENTIAN PEMBAYARAN TAMBAHAN PENGHASILAN Pasal 22 (1) Pembayaran tambahan penghasilan untuk PNS dan CPNS sebagaimana dimaksud pada Pasal 21, tidak dapat dilaksanakan dan/atau dihentikan, dalam hal PNS dan CPNS yang bersangkutan : a. mengajukan keberatan/banding administrasi terhadap putusan hukuman disiplin berat; b. menjalani cuti besar dan cuti diluar tanggungan negara; c. berhenti sebagai PNS/CPNS; d. menjalani masa bebas tugas/masa persiapan pensiun; dan e. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.

(2) Dalam hal PNS/CPNS yang mengajukan keberatan/banding administrasi terhadap putusan hukuman disiplin berat dinyatakan tidak terbukti bersalah, maka akan dibayarkan terhitung sejak mulai dihentikannya pembayaran tambahan penghasilan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) PNS/CPNS yang menjalani cuti besar karena bersalin, atau menunaikan Ibadah Haji, atau cuti sakit dihentikan pemberian tambahan penghasilannya sebesar proporsi tambahan penghasilan berdasarkan hasil pengukuran kinerja. 12 BAB X SANKSI Pasal 23 (1) Pejabat Penilai yang berdasarkan hasil verifikasi Tim Monitoring dan Evaluasi terbukti memberikan penilaian kinerja yang tidak sesuai dengan bukti kinerja diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan penghasilan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari total tambahan penghasilan pada bulan berikutnya. (2) Pejabat Penilai yang terbukti tidak melakukan penilaian kinerja kepada bawahannya, diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari total tambahan penghasilan pada bulan berikutnya. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Gubernur ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat. Pasal 25 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung Pada tanggal 23 Desember 2009 Diundangkan di Bandung Pada tanggal 23 Desember 2009 ARIS DAERAH PROVINSI AWA BARAT, X LAKSAMANA BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009 NOMOR 192 SERI E