PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN PADA KELUARGA PETANI DI KOTA BOGOR WINDA DWI GUSTIANA

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah klasik yang belum tuntas terselesaikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

BAB I PENDAHULUAN. bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

1 Universitas Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa adanya pendidikan yang memadai dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembangunan. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan. Begitu pentingnya peran petani dalam negara agraris ini, namun, kesejahteraan keluarga petani masih kurang mendapat perhatian. Menurut Witrianto (2005), pada umumnya keluarga petani yang tinggal di daerah padat penduduk ataupun perkotaan hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan yang dialami oleh petani merupakan kondisi nyata yang saat ini banyak terjadi. Tingkat produktivitas yang tidak menaik (atau bahkan turun) menyebabkan pendapatan rendah. Seseorang yang bermatapencaharian sebagai petani sangat tergantung kepada keadaan alam yang tak terduga. Banyak di antara petani, terutama buruh tani dan petani yang memiliki lahan sempit tidak dapat mencukupi atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya, terutama jika panen gagal akibat hama atau buruknya cuaca. Selain itu, para petani juga dihadapkan pada kendala panen di mana frekuensi panen tidak selalu sesuai harapan, hal tersebut menyebabkan petani mengalami penurunan penghasilan dan kendala ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari termasuk untuk biaya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hak dasar bagi setiap warga negara. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan, semakin mudah suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini karena telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan teknologi oleh sumberdaya manusia sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakan pembangunan nasional (Sulistyatuti 2007). Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang ditempuh oleh anak merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ketiga lembaga tersebut. Pendidikan bagi anak petani merupakan salah satu bentuk pendidikan pada umumnya yang dirasakan oleh setiap manusia. Dalam hal ini, kebutuhan pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan cukup matang bagi setiap keluarga petani.

2 Karakteristik keluarga merupakan faktor yang memengaruhi persepsi atau cara pandang keluarga, termasuk tentang pendidikan. Para petani lebih memilih pendidikan yang seperlunya dibanding pendidikan yang dijalani oleh masyarakat pada umumnya. Kebanyakan para petani lebih memilih pendidikan yang bersifat agama dan kemasyarakatan daripada pendidikan formal, karena dalam proses menempuh pendidikan formal, mereka terkendala berbagai masalah yang membuat anak petani kebanyakan mengalami putus sekolah karena masalah biaya (Barada 2008). Keluarga memegang peranan penting dalam proses peningkatan sumber daya manusia. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama untuk mendidik (Sadli 1993). Keadaan keluarga yang mendukung terbentuknya pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Keluarga yang berpendidikan setidaknya dapat mewujudkan tiga hal, yaitu: Pertama, dapat membebaskan dirinya dari kebodohan dan keterbelakangan. Kedua, mampu berpartisipasi dalam proses politik untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis dan ketiga, memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dari kemiskinan (Sulistyastuti 2008). Oleh karena itu, pendidikan adalah unsur penting bagi manusia untuk menjadi sejahtera dan mandiri. Melalui pendidikan, manusia memperoleh pengetahuan sehingga memiliki kesempatan lebih besar untuk meraih peluang kemajuan (Muchtar 2003). Pendidikan yang baik merupakan salah satu prasyarat terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, yang masih menjadi kendala ialah biaya pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan menengah yang memerlukan biaya lebih mahal dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Berbagai program kebijakan pemerintah telah dibuat untuk membantu biaya pendidikan, namun ironisnya pencapaian HDI (Human Development Index) di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan data United Nation for Development Programe (UNDP), Indeks Pembangunan Manusia atau HDI pada tahun 2011 Negara Indonesia menempati peringkat ke-124 dari 187 negara. Peringkat ini jauh di bawah negara tetangga yaitu Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia yang masing-masing secara berurutan menempati peringkat ke-26, 33, dan 61 (UNDP 2011). Hal ini menunjukan pendidikan di Indonesia masih relatif rendah dan tertinggal dari Negara lain. Selain itu, Suprianto 1 mencatat hanya sekitar 23 persen siswa yang dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan 1 Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemendikbud. www.edukasi.kompas.com (2011) Biaya Mahal Picu Anak Putus Sekolah.

3 menengah pada tahun 2011. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 77 persen siswa pendidikan dasar tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Hal ini dikarenakan kendala biaya dan persepsi orang tua yang lebih mementingkan anak bisa secepatnya mencari uang untuk membantu memenuhi kehidupan keluarga dibanding dengan melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang menengah. Dana bantuan dari pemerintah, seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) hanya diberikan hingga sembilan tahun, yang artinya, pada saat orang tua dan anak ingin melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah, maka bantuan dana pemerintah sudah tidak diberikan lagi. Hal tersebut yang memberatkan keluarga petani, khususnya orang tua untuk membiayai sekolah anak hingga ke jenjang pendidikan menengah, ataupun jika anak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah, orangtua tidak dapat mencukupi kebutuhan yang menunjang pendidikan anak, hingga mengakibatkan anak putus sekolah. Pendidikan orang tua memengaruhi pandangan atau persepsi orangtua mengenai pentingnya anak untuk masa depan. Persepsi pentingnya pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku yang dicerminkan dalam alokasi pengeluaran untuk pendidikan (Jerrim dan Micklewright 2009). Alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak merupakan cerminan investasi yang dilakukan oleh orangtua untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Bryant (1990) mengemukakan bahwa bentuk investasi dalam keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas anak dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan. Perumusan Masalah Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar matapencaharian penduduknya ialah petani. Para petani pada umumnya bertempat tinggal di pedesaan dekat dengan lokasi lahan garapan mereka. Masyarakat petani yang tinggal di pedesaan pada umumnya memiliki lahan garapan yang cukup luas jika dibandingkan dengan lahan garapan petani di pinggir perkotaan. Masyarakat tani perkotaan semakin sulit untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia karena maraknya pengalihan fungsi lahan pertanian. Jika melihat perkembangan pembangunan di perkotaan yang semakin pesat, tentunya semakin jarang pula ditemukan lahan pertanian seperti sawah dan perkebunan. Masyarakat perkotaan saat ini lebih akrab dengan

4 pemandangan perumahan, mall, dan tempat-tempat rekreasi. Meski masih dapat ditemui, namun keberadaan lahan pertanian sudah sangat sempit dan jarang ditemui. Semakin sempitnya lahan pertanian di perkotaan dapat dilihat dari salah satu kota di Jawa Barat, yaitu Kota Bogor, dengan luas total 11.850 hektar. Lahan pertanian sawah hanya terdapat 3,46 persen saja sedangkan lahan pertanian bukan sawah sekitar 10,74 persen (BPS 2010). Menurut data dari Dinas Pertanian tahun 2010 di Kota Bogor lahan yang berpotensi sebagai lahan pertanian ialah 1.315,621 hektar yang meliputi 1.006 hektar lahan sawah, dan 309,621 hektar lahan perkebunan. Sedangkan perumahan penduduk, dan lainnya yang meliputi (pusat perbelanjaan, infrastruktur industri, dan lahan kering bekas lahan pertanian yang akan dijadikan bangunan) masing-masing sebanyak 6.217,292 hektar dan 3.186,327 hektar. Lebih lanjut, Data Dinas Pertanian Kota Bogor menyatakan pada tahun 2011 lahan pertanian sawah dan perkebunan di Kota Bogor menghilang sekitar 300 hektar. Hal tersebut disebabkan adanya pembangunan perumahan dan juga para petani yang tidak lagi memanfaatkan lahannya. Perbandingan yang cukup besar antara luas lahan pertanian (lahan sawah dan perkebunan) dengan lahan nonpertanian akibat pengalihan fungsi lahan membuat masyarakat petani di perkotaan mengalami kendala ekonomi, bahkan kehilangan pekerjaannya, sehingga banyak dari mereka yang memutuskan untuk beralih profesi ke bidang lain, misalnya bidang industri atau memilih untuk berwirausaha. Namun, ada pula petani yang masih bertahan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tetap menjadi petani di pinggiran kota. Kecamatan Bogor Selatan adalah kecamatan yang memiliki jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak, yaitu sebanyak 38,0 persen dari total penduduk yang tergolong ke dalam keluarga pra sejahtera di Kota Bogor (BPS 2010), yang diantaranya ialah masyarakat petani. Kecamatan ini memiliki lahan pertanian seluas 898,9 hektar dari luas total 2.926,7 hektar, dengan jumlah rumah tangga petani terbanyak di Kota Bogor, yaitu 240 rumah tangga dan memiliki kelompok tani terbanyak di Kota Bogor, yaitu 26 kelompok tani (BPS 2010). Kecamatan Bogor Selatan terdiri dari 16 kelurahan. Lima kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan yaitu Lawanggintung, Batutulis, Bondongan, Empang dan Pakuan tidak memiliki lahan pertanian (sawah dan non-sawah) sama sekali, sementara sebelas kelurahan lainnya masih memiliki lahan pertanian (sawah dan

5 perkebunan) yang relatif sempit, yaitu 898,9 hektar tersebar di 11 kelurahan. Wijayanti (2003) mengemukakan bahwa keadaan petani di pinggiran kota keadaannya cukup memprihatinkan, hal tersebut salah satunya dikarenakan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk ataupun infrastruktur industri, terutama di perkotaan yang menyebabkan menurunnya penghasilan petani. Menurunnya penghasilan petani berdampak pada rendahnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak. Hasil penelitian Permatasari (2010) menunjukan bahwa keluarga yang tergolong miskin masih sedikit mengalokasikan pengeluaran untuk pendidikan anak, baik karena kemampuan ekonomi yang rendah atau karena kesadaran yang masih kurang terhadap pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik pertanyaan pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana persepsi orang tua pada keluarga petani tentang pentingnya pendidikan menengah? 2. Bagaimana alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani? 3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani? Tujuan Umum Mengkaji persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan pada keluarga petani di Kota Bogor. Tujuan Khusus 1. Mengetahui persepsi orang tua pada keluarga petani tentang pentingnya pendidikan menengah. 2. Mengetahui alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani. 3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani.

6 Kegunaan penelitian Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain : a. Bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan dan sebagai media pengembangan keilmuan sesuai bidang keilmuan peneliti. b. Bagi civitas akademika (IPB) dapat menyumbang referensi tentang kajian mengenai persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani. c. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Bogor ialah untuk memberikan informasi terkait persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani di wilayah penelitian. Selain itu, dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk memecahkan permasalahan dan pengambilan keputusan penentu kebijakan bagi masyarakat, khususnya masalah peningkatan kualitas sumber daya manusia.