BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, PENGALAMAN KERJA DAN SISTEM REWARD TERHADAP PERILAKU ETIS AUDITOR. Evie Mutiara Tandyo Raharjo 5.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. membahas tentang latar belakang penelitian yang. penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi kasus Kantor Akuntan Publik wilayah Surabaya Timur) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BABI PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari profesi akuntansi, Akuntan Publik seringkali

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan bersaing untuk menjadi yang terbaik di antara. dan tidak menyesatkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan etika.etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

Abstrak. Kata Kunci : Profesionalisme, Komitmen organisasi, Locus of Control Internal, Etika profesi dan Kinerja.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan. Salah satu yang menjadi sorotan profesi ini yaitu praktik praktik profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan melanggar etika. Perilaku tidak etis merupakan isu penting saat ini bagi profesi akuntan. Di Indonesia, isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Ludigdo dalam Nugrahaningsih, 2005). Pengembangan dan kesadaran etik memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al. dalam Nugrahaningsih, 2005). Seorang akuntan harus memiliki kewajiban untuk menjaga perilaku etis dimana mereka tinggal dan bekerja. Akuntan memiliki suatu tanggungjawab untuk menjadi seseorang yang berkompeten, menjaga integritas serta objektivitas mereka. Praktek-praktek dalam dunia bisnis seringkali dianggap sudah menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia bisnis merupakan dunia amoral yang tidak lagi mempertimbangkan etika (Hery, 2006). Beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan kepercayaan publik pada dunia bisnis dan pimpinan politik. Hal ini ditunjukkan oleh adanya berbagai kasus yang terjadi seperti korupsi,

2 praktek ilegal oleh pimpinan perusahaan, dan profesional yang tidak kompeten (Husein, 2003). Maka perilaku etis menjadi sangat penting untuk diterapkan. Dalam rangka untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, akuntan memerlukan suatu aturan perilaku yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan harus ditaati oleh para anggotanya. Dalam aturan tersebut diatur hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan. Penyimpangan atas aturan ini akan dikenakan sanksi oleh organisasi (KAP). Aturan perilaku ini akan menjamin adanya perlindungan terhadap kepentingan masyarakat pemakai jasa akuntan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan satu-satunya organisasi profesi akuntan di Indonesia yang berupaya untuk melakukan penegakan etika profesi bagi akuntan. IAI seperti halnya organisasi profesi di negara-negar lain telah sejak tahun 1973 mempunyai kode etik yang secara terus menerus mengalami revisi dan penyempurnaan. Kode etik IAI yang terakhir ditetapkan dalam kongres VIII IAI di Jakarta tahun 1998. Kompartemen akuntan Publik IAI sebagai bagian Ikatan Akuntan Indonesia yang sangat bekepentingan terhadap kode etik mengesahkan aturan etika Kompartemen Akuntan Publik (KAP). Profesi akuntan publik pada dasarnya membangun kepercayaan pengguna jasa akuntansi (klien). Akuntan publik harus menghindari keadaan yang dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perilaku etis auditor. Argumentasi diatas menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka ( Fine et al. dalam Nugrahaningsih, 2005)

3 Demi menjaga nama baik suatu profesi dan untuk melindungi masyarakat, suatu organisasi akan menetapkan peraturan peraturan mengenai perilaku yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya. Ketentuan ketentuan mengenai perilaku yang dibuat secara tertulis oleh organisasi profesi yang lazim disebut kode etik. Kode etik Ikatan Akuntansi Indonesia dalam pasal 1 ayat (2) mengamanatkan : Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mempertahankan sikap integritas, ia akan bertindak jujur dan tegas. Dengan mempertahankan objektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Dengan berperilaku secara etis, maka masyarakat dapat menilai sejauh mana auditor bekerja sesuai dengan standar standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. Jika seorang akuntan melanggar kode etiknya maka menunjukkan telah terjadi pelanggaran aturan yang telah ditetapkan sehingga akan semakin membuat pelanggaran moral terhadap kode etik profesi tidak dapat dipertahankan dan akan berdampak pada munculnya berbagai kasus seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Maka dari itu akan menarik untuk meneliti faktor apa yang mempengaruhi perilaku etis akuntan. Seiring dengan munculnya kesadaran tentang urgensi moral dan kesadaran etis akuntan maka penelitian mengenai perilaku etis dalam akuntansi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis mulai diperlukan (Louwers et.al. 1997 dalam Warsoko, 2007). Secara umum ada dua kategori faktor yang berpengaruh terhadap perilaku keputusan etis individual, yaitu faktor individual dan faktor situasional

4 (Mischel,Monson et.al. dalam Warsoko, 2007). Faktor individual dapat diartikan sebagai hal atau keadaan yang melekat pada pribadi orang secara fisiologi. Sedangkan faktor situasional adalah faktor yang timbul dari luar diri individu. Locus of control merupakan faktor individual dari dalam diri seseorang. Locus of control merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter dalam Nugrahaningsih, 2005). Locus of control terdiri dari dua kelompok internal locus of control dan external locus of control. Internal locus of control mengacu pada seseorang yang percaya bahwa sesuatu hasil tergantung pada usaha dan kerja keras yang dilakukannya. Sedangkan external locus of control mengacu pada seseorang yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar dirinya, seperti nasib, keberuntungan, kesempatan dan faktor lain yang tidak dapat diprediksi (Joe, 1971 dalam Sapariyah, 2005). Dengan meneliti faktor locus of control, peneliti bisa mengetahui cara pandang auditor terhadap perilaku etis. Bass et.al. (1999) menyatakan bahwa auditor yang termasuk internal locus of control cenderung berperilaku lebih etis karena ia akan berusaha dan bekerja keras semaksimal mungkin, bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan, sedangkan auditor yang termasuk external locus of control cenderung untuk berperilaku yang tidak etis, karena tidak memiliki tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan, percaya pada nasib dan keberuntungan saja. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Jones dan Kavanagh dalam Warsoko, 2007), (Reiss and Mitra dalam Sapariyah, 2005), (Fauzi, 2001 dalam Nugrahaningsih, 2005) yang

5 menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of control mempunyai perilaku yang lebih etis dibandingkan dengan individu external locus of control. Pengalaman kerja termasuk faktor individual dan dapat diartikan sebagai tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya. (Kohlberg dalam Warsoko, 2007) mengemukakan bahwa nilai moral seseorang akan meningkat seiring semakin banyaknya pengalaman yang dihadapi selama hidupnya. Seorang auditor yang telah memiliki banyak pengalaman kerja tentunya akan mengerti dan mentaati peraturan serta standar standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya dalam perusahaan, mengerti atas tindakan yang dilakukan, sehingga auditor yang memiliki banyak pengalaman kerja cenderung berperilaku lebih etis daripada auditor yang memiliki sedikit pengalaman kerja. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan (Ruegger dan King dalam Zoraifi, 2005), ( Poulsen and Honet dalam Kohls dalam Ustadi dan Utami, 2005) yang menyatakan bahwa mahasiswa bisnis yang telah memiliki pengalaman kerja cenderung untuk memiliki perilaku yang lebih etis daripada mahasiswa bisnis yang belum memiliki pengalaman kerja. Faktor situasional yang terjadi saat ini akan mendorong seseorang untuk membuat keputusan. Trevino dalam Kurnia (2002) menyusun sebuah model pengambilan keputusan etis dengan menyatakan bahwa keputusan etis adalah merupakan sebuah hasil perpaduan antara faktor individu dengan faktor situasional. Faktor situasional yang akan diteliti adalah lingkungan kerja. Menurut Mardiana

6 (2005) lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan auditor untuk dapat bekerja secara optimal, mematuhi segala peraturan yang berlaku sesuai standar standar etika yang telah ditetapkan profesinya, sehingga auditor terhindar dari perilaku yang tidak etis. Lingkungan kerja yang akan diteliti adalah sistem reward. Sistem reward adalah reward dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan (Mahmudi, 2005 : 89). Seorang auditor yang telah bekerja dengan baik, mematuhi standar standar etika yang telah ditetapkan profesinya, menyelesaikan audit dengan tepat waktu, perusahaan wajib memberikan reward, karena dengan memberikan reward dapat meningkatkan perilaku etis auditor. Penelitian yang akan dilakukan oleh Boshoff (2011) menyatakan bahwa locus of control dan pengalaman mempengaruhi perilaku etis. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bass et.al. (1999) dan Suhakim dan Arisudhana (2011) juga menyatakan bahwa locus of control mempengaruhi perilaku etis seseorang. Oluyinka (2010) menyatakan bahwa sistem reward akan berpengaruh terhadap perilaku etis. Hal ini juga didukung oleh penelitian Ronald (1992). Hudiwinarsih (2010) menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap perilaku etis. Maka penelitian ini akan menggabungkan berbagai penelitian terdahulu tersebut dengan meneliti pengaruh locus fo control, pengalaman kerja dan reward terhadap perilaku etis auditor dengan perbedaan pada sampel penelitian dan periode

7 pengamatan. Penelitian ini penting untuk diteliti karena urgensinya berkaitan dengan perilaku etis dimana hal ini harus dipegang teguh seorang auditor dalam rangka menjaga etika profesinya. Maka berdasarkan pada uraian tersebut penelitian ini berjudul : Pengaruh Locus of Control, Pengalaman Kerja dan Sistem Reward terhadap Perilaku Etis Auditor. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah locus of control berpengaruh terhadap perilaku etis auditor? 2. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap perilaku etis auditor? 3. Apakah sistem reward berpengaruh terhadap perilaku etis auditor? 1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap perilaku etis auditor. 2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap perilaku etis auditor. 3. Untuk mengetahui pengaruh sistem reward terhadap perilaku etis auditor.

8 1.3.2 Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Kontribusi praktek. Dapat memberikan masukan kepada KAP agar lebih memperhatikan dalam hal faktor individual dan situasional seperti sistem perekrutan karyawan dan pemberian reward agar auditor terhindar dari perilaku yang tidak etis dan menjaga auditor pada ketaatan terhadap kode etik profesi akuntan publik. 1.4. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan: Dalam bagian ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pikir, dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori: Pada bagian ini dijelaskan konsep teoritis yang relevan dengan pokok permasalahan penelitian ini serta pengembangan hipotesis yang didukung dengan reverensi beberapa hasil penelitian sebelumnya. Bab III: Metode Penelitian: Bagian ini menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi: populasi, sampel, teknik sampling, definisi dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV: Hasil dan Pembahasan Pada bab ini berisi tentang hasil analisis data dan pembahasannya Bab V: Penutup Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran.