STRUKTUR UMUR, POLA PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares (Bonnatere, 1788) DI SELAT MAKASSAR Wayan Kantun 1 dan Faisal Amir 2

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD DAN NISBAH KELAMIN TUNA MADIDIHANG

DINAMIKA POPULASI IKAN

STRUKTUR UKURAN IKAN DAN PARAMETER POPULASI MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI PERAIRAN LAUT BANDA

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

PENGKAJIAN STOK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): ISSN:

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

3. METODE PENELITIAN

HASIL TANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDERA HINDIA BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, BALI

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

Mortalitas Ledhyane Ika Harlyan

STRUKTUR UKURAN DAN JUMLAH TANGKAPAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares MENURUT WAKTU PENANGKAPAN DAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

PENDUGAAN PERTUMBUHAN, KEMATIAN DAN HASIL PER REKRUT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WADUK BILIBILI

RESPON TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) TERHADAP UMPAN DAN KEDALAMAN PADA PERIKANAN HANDLINE DI SELAT MAKASSAR

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna (Prager et

UMUR, PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS HIU KERTAS (Mustelus manazo, Bleeker 1854) DI TANJUNG LUAR, NUSA TENGGARA BARAT

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

PERBANDINGAN STRUKTUR UKURAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) YANG TERTANGKAP PADA RUMPON LAUT DALAM DAN LAUT DANGKAL DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ABSTRAK

TUGAS M.K: DINAMIKA POPULASI IKAN (MSP531) Oleh: Nuralim Pasisingi C

DINAMIKA POPULASI IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN TELUK KWANDANG, LAUT SULAWESI

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : ISSN

Estimasi parameter populasi ikan lencam (Lethrinus lentjan) di sekitar perairan Kotabaru (P. Laut) Kalimantan Selatan

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TUNA DENGAN METODE SPWANING POTENTIAL RATIO DI PERAIRAN SENDANGBIRU

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN LAYAK TANGKAP IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER POPULASI IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DI PERAIRAN LAUT JAWA BAGIAN TIMUR

HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT, SEBARAN FREKUENSI PANJANG, DAN FAKTOR KONDISI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

Ukuran ikan tuna matabesar (Thunnus obesus) yang ditangkap dengan menggunakan pancing ulur (hand line) di perairan Maluku

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

Struktur ukuran dan pertumbuhan populasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan

Size-frequency and allometric growth of the yellowfin tuna, Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788), caught in the Molluca Sea, Indonesia

PARAMETER POPULASI DAN POLA REKRUITMEN IKAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei Risso, 1810) DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 :

MODEL DINAMIK PERTUMBUHAN BIOMASSA UDANG WINDU DENGAN FAKTOR MORTALITAS BERGANTUNG WAKTU. Sulanjari 1 dan Sutimin 2

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

PARAMETER POPULASI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI LAUT ARAFURA

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, DENPASAR, BALI

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: ISSN

2. METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: ISSN: X

Study Programme of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

DINAMIKA POPULASI SIDAT TROPIS (Anguilla marmorata) DI PERAIRAN MALUNDA SULAWESI BARAT

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA YULI WULANDARI

Growth and the Rate of Catch of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis Cantor 1849) Landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

ASPEK BIOLOGI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR DI PERAIRAN TELUK BONE Wayan Kantun dan Muhahamad Fadillan Amir ABSTRAK

BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT BALI

DISTRIBUSI PANJANG DAN ESTIMASI TOTAL TANGKAPAN TUNA SIRIP BIRU SELATAN (Thunnus maccoyii) PADA MUSIM PEMIJAHAN DI SAMUDERA HINDIA

DINAMIKA POPULASI IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus) DI PERAIRAN TANGERANG BANTEN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PERFORMA HASIL TANGKAPAN TUNA DENGAN PANCING TONDA DI SEKITAR RUMPON. (Performance Catch of Tuna from Troll Line in Rumpon) Oleh:

HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/KEPMEN-KP/2015 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA, CAKALANG DAN TONGKOL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ASPEK BIOLOGI CAKALANG (Katsuwonus pelamis) HASIL TANGKAPAN HUHATE di BITUNG

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAMIKA POPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius L.) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999)

3. METODE PENELITIAN

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

LAJU PERTUMBUHAN, LAJU KEMATIAN DAN EKSPLOITASI IKAN TONGKOL KOMO, Euthynnus affinis (Cantor 1849), DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA BARAT SUMATERA

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decaterus ruselli) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI PASAR IKAN TAREMPA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

Fisheries Resources Laboratory Jakarta Fisheries Univ.

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

Transkripsi:

STRUKTUR UMUR, POLA PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares (Bonnatere, 1788) DI SELAT MAKASSAR Wayan Kantun 1 dan Faisal Amir 2 1. Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar Email: wayankantun@yahoo.com 2. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Hasanuddin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur umur, pola pertumbuhan, dan mortalitas Tuna Madidihang dengan menggunakan data frekuensi panjang. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Januari-Desember 2011. Parameter pertumbuhan yaitu panjang asimptotik (L ) dan koefisien pertumbuhan (K) diestimasi dengan menggunakan software FISAT II. Indeks penampilan pertumbuhan didasarkan pada formula Ø = Log K +2 * Log L (Pauly dan Munro,1984) dan umur pada saat panjang nol (t 0 ) berdasarkan rumus turunan Von Bertanlanffy. Panjang umur (Longevity) diestimasi dari t max = 3/K+t 0 (Pauly, 1983a). Mortalitas alami (M) dihitung beradasarkan empiris Pauly (Pauly, 1980) dan mortalitas total (Z) dari length converted catch curve (Pauly, 1983 b). Rasio eksploitasi dengan formula E= F/Z dan laju eksploitasi dengan formula U=F/Z (1-e -z ); mortalitas penangkapan (F) dengan formula F=Z-M (Sainsbury, 1982; Appeldoom 1988). Ikan TunaMadidihang yang berhasil diukur berjumlah 474 ekor yang tertangkap dengan pancing tangan di Selat Makassar dengan kisaran panjang 42.60-163.20 cm. Hasil estimasi berdasarkan parameter pertumbuhan von Bertalanffy diperoleh L = 192.5 cm, koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0.33 pertahun dan t o sebesar -0.705 tahun. Indeks penampilan pertumbuhan (Ø) sebesar 4.14. Umur maksimum (t max ) yang dibutuhkan untuk mencapai panjang maksimum adalah sebesar 8.4 tahun. Mortalitas total (Z) = 2.21 pertahun mortalitas alami (M) = 0.52 pertahun dan mortalitas penangkapan = 1.69pertahun dengan rasio eksploitasi (E) sebesar 0.77 serta laju eksploitasi 0.68. Rata-rata ukuran panjang dari total sampel yang terkumpul adalah 101.43 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuna madidihang di Selat Makassar berumur panjang, pertumbuhan yang lambat dengan mortalitas penangkapan lebih besar dari mortalitas alami. Kata kunci: Umur, pertumbuhan, mortalitas, tuna madidihang, Selat Makassar. Banda, Barat Sumatra, Selatan Jawa, Selat Makassar, Laut Flores dan Teluk Bone. Intensitas penangkapan yang semakin meningkat menyebabkan tuna madidihang mengalami tekanan penangkapan. Tekanan penangkapan mengakibatkan terjadinya penurunan ukuran stok, baik ukuran individu maupun ukuran populasi berdasarkan data panjang serta data berat. Penurunan ukuran PENDAHULUAN Tuna madidihang merupakan ikan pelagis besar, yang bernilai ekonomis tinggi, memiliki pangsa pasar ekspor yang luas, dengan harga yang tinggi sehingga banyak diusahakan oleh nelayan. Kebutuhan dan permintaan pasar yang terus mengalami peningkatan sehingga dibutuhkan kontinuitas bahan baku. Untuk memenuhi permintaan, menyebabkan intensitas penangkapan semakin meningkat. Peningkatan intensitas tersebut akan berakibat pada penurunan produksi penangkapan terjadi hampir di seluruh wilayah dari segi bobot maupun jumlah. Penurunan perairan Indonesia seperti Teluk Tomoni, Laut produksi tuna madidihang terjadi hampir di seluruh perairan di belahan dunia. Menurut 8

Jumlah (ekor) Volume 4 Nomor 1 Januari-Juni 2013 Nomura (2009), produksi tuna madidihang dunia mengalami penurunan rata-rata sebesar 14.33% dari 1.439.503 ton pada tahun 2003 menjadi 1.009.628 ton pada tahun 2007. Penurunan produksi tuna madidihang terjadi juga di Indonesia secara drastis, dari 163.241 ton tahun 2000 menjadi 103.655 tahun 2007 atau mengalami penurunan rata-rata sebesar 7.94% pertahun (Indonesian Fisheries Statistic Indext, 2009). Penurunan produksi tuna juga terjadi di Selat Makassar, rata-rata sebesar 5.86% pertahun dari 1496.0 ton tahun 2004 menjadi 613.1 ton tahun 2011 (DKP Majene, 2012). Untuk mengetahui kondisi populasi tuna madidihang saat ini, maka perlu dilakukan kajian pemanfaatan di perairan Selat Makassar Sulawesi Barat. Salah satu bagian dari kajian dimaksud adalah menganalisis struktur umur, pertumbuhan dan mortalitas. MATERI DAN METODE Panjang cagak (cm) dan bobot tubuh (kg) tuna madidihang diukur di atas kapal nelayan yang menangkap dengan pancing tangan. Parameter pertumbuhan yaitu panjang asimptotik (L ) dan koefisien pertumbuhan (K) diestimasi dengan menggunakan ELEFAN I modul software FISAT dan length converted catch curve (Pauly, 1983 b). Indeks penampilan pertumbuhan didasarkan pada panjang yaitu Ø = Log K +2*Log L dihitung berdasarkan Pauly and Munro (1984) dan umur pada saat panjang nol (t 0 ) berdasarkan rumus turunan Von Bertanlanfy. Panjang umur (Longevity) diestimasi dari t max = 3/K+t 0 (Pauly, 1983a). Mortalitas alami (M) dihitung beradasarkan empiris Pauly (Pauly, 1980) dan mortalitas total (Z) dikonversi dari panjang kurva hasil tangkapan (Pauly, 1983b). Rasio eksploitasi diestimasi (E) dengan formula E = F/Z dan laju eksploitasi (U) dengan formula U = F/Z(1-e -z ); mortalitas penangkapan (F) dengan formula F = Z-M (Sainsbury, 1982 dan Appeldoom 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Ukuran Tuna madidihang yang berhasil diukur panjang cagaknya berjumlah 474 ekor dengan kisaran ukuran mulai 42.60-163.20 cm. Frekuensi panjang dari waktu rekrutmen seperti tersaji pada Gambar 1. 7 6 5 4 3 2 1 0 Gambar 1. Distribusi Frekuensi Panjang Tuna Madidihang yang tertangkap di Perairan Majene Selat Makassar. Gambar 1 menunjukkan bahwa ukuran yang dominan tertangkap adalah ukuran komersial sesuai permintaan pasar lokal dan industri perikanan yakni mulai panjang 65-160 cm, panjang rata-rata ikan yang tertangkap 101.43 cm. Struktur Umur Struktur umur Tuna Madidihang yang tertangkap di Selat Makassar pada kisaran panjang 42.60-163.20 cm, seperti terlihat pada Tabel 1. Kisaran Panjang Cagak (cm) Tabel 1 menunjukkan bahwa pada penelitian ini diperoleh struktur ukuran yang lebih besar pada umur yang sama dibanding dengan daerah lain. Perbedaan struktur ukuran J F M A M J J A S 9

Panjang Cagak (cm) Volume 4 Nomor 1 Januari-Juni 2013 Tabel 1. Perbandingan Estimasi Umur Berdasarkan Daerah dan Tahun Penelitian yang Berbeda. Panjang Cagak (cm) Metode yang Peneliti Daerah Penelitian Umur digunakan 1 2 3 4 5 Rohit et al, (2012) Panjang Samudra India 56.2 92.8 119.9 140.0 154.9 Somvanshi et al. (2003) Panjang ZEE India 35.1 63.9 87.5 106.8 122.6 John (1995) Panjang Pulau Andaman dan Nicobar 57.9 88.7 111.2 127.5 139.4 John dan Reddy (1989) Panjang Samudra India 77.0 101.7 120.1 134.0 144.3 Penelitian ini Panjang Selat Makassar 51.4 95.5 130.6 151.2 162.1 pada umur yang sama untuk setiap daerah penelitian diduga berkaitan dengan tingkat eksploitasi, daya dukung lingkungan, intensitas penangkapan, keterwakilan ukuran. Penelitian terdahulu pada umumnya ada keterwakilan ukuran-ukuran kecil ( 20 cm) sehingga akan memberi pengaruh terhadap panjang maksimum sedangkan pada penelitian ini keterwakilan ukuran (>40 cm). Umur maksimum (t max ) yang dibutuhkan Tuna Madidihang yang tertangkap di Selat Makassar untuk mencapai panjang maksimum adalah sebesar 8.4 tahun. Umur maksimal yang diperoleh pada penelitian ini hampir sama yang diperoleh Collette dan Nauen (1983) yakni sebesar 8 tahun, tetapi ini lebih kecil dibanding dengan penemuan Rohit et al. (2012) dengan menggunakan frekuensi panjang yang mem-peroleh umur maksimal 9.8 tahun, untuk pengambilan data tahun 2009 di pantai Timur India, tetapi lebih besar dari yang diperoleh Sun et al. (2003) sebesar 7.65 tahun di Pasifik Barat. Lehodey dan Leroy (1999) memperoleh umur maksimum 7.5 tahun di Pasifik Barat dan Tengah serta White (1982) di perairan Filipina memperoleh pada umur 9.65 tahun. Perbedaan ini diduga berkaitan dengan keterwakilan ukuran sampel yang dipakai analisis. Pola Pertumbuhan Hasil analisis berdasarkan data frekuensi panjang Tuna Madidihang diperoleh parameter pertumbuhan von Bertanlanffy seperti pada Gambar 2 dengan panjang maksimum (L ) sebesar 192.5 cm, koefisien laju pertumbuhan sebesar 0.33 pertahun dan umur teoritis sebesar - 0.705 tahun. Indeks penampilan pertumbuhan (Ø) sebesar 4.14. 200 175 150 125 100 ( 75 50 25 0-1 3 7 11 15 Umur (tahun) ( ) ) Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Tuna Madidihang di Selat Makassar 10

Tabel 2. Estimasi Parameter Pertumbuhan Berdasarkan Data Frekuensi Panjang pada Beberapa Lokasi Penelitian. L (cm) K to Ø Negara/Area Referensi 195.20 0.36 4.14 Pasifik Barat Yang et al. (1969) 175.00 0.29 - Pantai Samudra India Timur Reddy (1989) 191.00 0.33-1.03 Japan Koido dan Zusuki, (1989) 171.50 0.32-0.31 Andaman & Nicobar John (1995) 196.00 0.42-0.38 Laut Oman Kaimaram, (1998) 199.60 0.39-4.19 Pasifik Barat Lehodey dan Leroy (1999) 193.00 0.20-3.90 ZEE India Somvanshi et al. (2003) 230.70 0.27-0.08 Atlantik Ekuator bagian Barat Lessa dan Neto (2004) 197.42 0.30-0.12 4.00 Pantai Samudra India Timur Rohit et al. (2012) 192.50 0.33-0.70 4.14 Selat Makassar Penelitian ini Pada umur-umur muda pertumbuhan tuna madidihang sangat cepat ketika mencapai umur tua (mendekati panjang maksimum) mulai melambat atau mengalami penurunan (Gambar 3). Hasil penelitian terdahulu dengan menggunakan data frekuensi panjang diperoleh hasil seperti pada Tabel 2. Nilai indeks penampilan pertumbuhan (Ø) memiliki kemiripan dengan daerah eksploitasi yang lain, meskipun berasal dari daerah yang berbeda dengan metode analisis yang berbeda (Tabel 2). Nilai Ø pada penelitian tergolong reliable dalam artian bahwa model penampilan pertumbuhan masih bagus dengan indikator bahwa semakin tinggi nilai Ø menunjukkan penampilan pertumbuhan semakin baik. Akan tetapi pertumbuhan itu sendiri banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan pola penampilan pertumbuhan (Ø), koefisien pertumbuhan (K) dan panjang asimptotik (L ), dalam setiap 20 tahunan memiliki kemiripan. Hal ini terindikasi dari data hasil penelitian di Samudra Pasifik Barat, bahwa tahun 1969-1989 ada kemiripan pola struktur populasi, demikian pula dari 1989-2012. Kemiripan tersebut yang paling mendasar, nampak dari nilai koefisien dan penampilan pertumbuhan. Muncul dugaan bahwa daya pulih tuna madidihang untuk tumbuh dengan baik dari tekanan eksploitasi dalam menjaga keberlanjutannya secara alami kemungkinan bisa terjadi setiap rentang waktu 20 tahunan dengan penampilan pertumbuhan terbaiknya. Menururt Everhart and Younge (1992) dan Driggers et al., (1999) penggunaan data frekuensi panjang untuk menduga parameter pertumbuhan, memiliki kelemahan jika terjadi overlap data sehingga akan kesulitan mengestimasi umur, perkembangan kohort dan laju pertumbuhan. Fonteneau (1980) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang berbeda, defisiensi ukuran frekuensi panjang, selektifitas alat dan musim sampling bisa mempengaruhi hasil analisis pertumbuhan. 11

Pertumbuhan tuna madidihang di Selat Makassar kemungkinan juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Perairan Selat Makassar memiliki karakteristik massa air dengan suhu permukaan di sebelah utara (perairan Majene) lebih hangat berkisar antara 27,4-29,1 o C dan salinitas permukaan pada bagian utara berkisar 27,13-30,30, sementara kandungan khlorofil berkisar 0.17-0.62 g/m 3 untuk Selat Makassar (Kantun, 2012). Menurut Awaluddin (2005) dan Susanto (2003 dalam Rasyid, 2010) menyatakan bahwa pergerakan massa air Selat Makassar berasal dari Samudera Pasifik Utara yang terdiri dari massa air subtropik Pasifik Utara pada kedalaman 100-150 meter dan massa air menengah Pasifik Utara pada kedalaman 350-400 meter Mortalitas Mortalitas alami (M) diperoleh sebesar 0.52, mortalitas total (Z) 2.21, mortalitas penangkapan (F) 1.69. Rasio eksplotasi (E) sebesar 0.77 dan laju eksploitasi (U) sebesar 0.68 dengan suhu rataan 28.4 o C (Gambar 3). Gambar 3. Prediksi Umur Absolut Tuna madidihang di Selat Makassar Hasil penelitian ini memunjukkan bahwa Tuna Madidihang di Selat Makassar telah mengalami lebih tangkap yang ditandai dengan nilai mortalitas penangkapan lebih besar dari mortalitas alami (F>M) atau nilai laju eksploitasi lebih besar dari 0.5 (E>0.5). KKP (2011) memperoleh data bahwa tuna madidihang di WPPRI 713 sudah mengalami lebih tangkap yang ditampilkan dalam bentuk peta tematik. Hampton (2002) di Samudra Pasifik bagian Tengah juga memperoleh hasil lebih tangkap dengan nilai mortalitas alami berkisar 0.6-0.8 pertahun dan mortalitas penangkapan berkisar 1.85-1.96 pertahun. Zhu et al. (2011) di Samudra Pasifik Bagian Timur dan Tengah memperoleh nilai mortalitas total (Z) sebesar 1.56 pertahun, mortalitas penangkapan (F) sebesr 0.91 pertahun dan mortalitas (M) sebesar 0.65 pertahun. Jika berpedoman pada petunjuk Beverton dan Holt (1957 dalam Biusing, 1987) yang menyatakan bahwa suatu stok dikatakan lestari apabila mortalitas penangkapan sama dengan mortalitas alami (F=M) atau tingkat eksploitasi (E=0.5), maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sumberdaya tuna madidihang di Selat Makassar sudah berada dalam kondisi lebih tangkap. Estimasi parameter mortalitas tergolong cukup tinggi, terutama mortalitas penangkapan. Mortalitas penangkapan yang tinggi cenderung berbanding lurus dengan tingkat eksploitasi yang tinggi pula. Perbedaan hasil analisis pada setiap lokasi penelitian diduga dipengaruhi oleh efek dari rekrutmen penangkapan (effect of fishing on the recruitment), tingkah laku dan migrasi dari tuna Madidihang. Selain itu, penggunaan jenis alat 12

tangkap, metode penangkapan, desain alat tangkap, penggunaan jenis umpan dan cara memasang umpan serta ukuran mata pancing diduga kuat berkontribusi terhadap selektifitas ukuran yang tertangkap. KESIMPULAN 1. Tuna madidhang di Selat Makassar termasuk memiliki umur panjang. 2. Pertumbuhan tuna madidihang di Selat Makassar tergolong lambat. 3. Mortalitas penangkapan lebih besar dari mortalitas alami DAFTAR PUSTAKA Appeldoom, R.S., 1988. Age determination, growth, mortality and age of first reproduction in adult queen conch, Strombus gigas L., off Puerto Rico. Fisheries Research 6: 363-378. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2012. Data Statistik Perikanan. DKP Kabupaten Majene Sulawesi Barat. Driggers W. B., J. M. Grego and J. M. Dean, 1999. Age and growth of yellowfin tuna (Thunnus albacares) in the western north Atlantic Ocean. Coll. Vol. Sci. Pap. ICCAT 123: 374-383. Everhart, H. M. and W. D. Younge, 1992. Principles of fishery science, 2nd edn., Cornell University Press, Ithaca, 263 pp. Fonteneau, A. 1980. Croissance de l albacore (Thunnus albacares) de l Atlantique est. ICCAT. Coll.Vol. Sci. Pap., 9: 152-168. Gayanilo,F.C.,P.Sparre and D.Pauly, 2005. FISAT II User Guide. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Hadikusumah, 2009. Karakteristik Massa Air di Laut Flores. Jurnal Oseanologi, 2 (1/2):26-36. Hampton, J., 2002. Stock assessment of yellowfin tuna in the western and central Pacific Ocean. Oceanic Fisheries Programme. Noumea, New Caledonia. SCTB15 Working Paper. YFT-1. Indonesian Fisheries Statistic Indext. 2009. Ministry of Marine Affairs Fisheries. Japan International Corporation Agency. John, M. E. and K. S. N. Reddy, 1989. Some considerations on the population dynamics of yellowfin tuna, Thunnus albacares (Bonnaterre) in the Indian seas. Studies on fish stock assessment in Indian waters. FSI Spl. Pub., 2: 33-54. John, M. E. 1995. Studies on yellowfin tuna, Thunnus albacores (Bonnaterre, 1788) in the Indian seas, Ph. D. thesis submitted to Bombay University, 225 pp. Kaimaram. 1998. Length Frequency Aanalisys of Yellowfin Tuna (Thunnus albacores) in the Oman Sea. IOTC Proceeding No. 1 Seychelles. 216-218p. Kantun, W., 2012. Kondisi Stok, Hubungan Kekerabatan dan Keragaman Genetik Tuna Madidihang Thunnus albacares pada Wilayah Pengelolaan Perikanan 713 (Selat Makassar, Laut Flores dan Teluk Bone). Disertasi. Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Reprublik Indonesia Nomor Kep.45/MEN/2011 tentang Estimasi potensi sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia Koido, T. and Z. Suzuki. 1989. Main spawning season of yellowfin tuna, Thunnus albacares, in the western tropical Pacific Ocean based on the gonad index. Bull. Far Seas Fish. Res. Lab. 26:153-164. Lehoday, P. and B. Leroy, 1999. Age and growth of yellowfin tuna (Thunnus albacares) from the western and central Pacific Ocean as indicated by daily growth increments and tagging data. SCTB12 working paper. YFT-2. 12th Standing committee on tuna and billfish. Lessa, R. and P.D.Neto. 2004. Age and growth of yellowfin tuna (Thunnus albacares) in the western equatorial Atlantic, using dorsal fin spines. Fish. Res., 69: 157-170. Miyake, M.P., P. Guillotreau, C.H. Sun, G. Ishimura. 2010. Recent developments in the tuna industry. Stocks, fisheries, Management, processing, trade and markets. Fao Fisheries 13

And Aquaculture Technical Paper No. 543. FAO. 125p. Nomura, I., 2009. Fishery and Aquaculture Statistics. Food And Agriculture Organization of The United Nations Rome. Pauly, D. 1979. Theory and management of tropical multi-species stocks. A review with emphasis on the South-east Asian demersal fisheries. ICLARM Studies and Reviews, 1: 35 pp. Pauly, D. 1980. On the interrelationships between natural mortality, growth parameters and mean environmental temperature in 175 stocks. L. Cons. Ciem., 39(2): 175-192. Pauly, D. 1983a. Some simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO Fisheries Technical Paper, No. 243, 52 pp. Pauly, D. 1983b. Length converted catch curves. A powerful tool for the fisheries research in tropics (Part-I). ICLARM Fishbyte, 1(2): 9-13. Pauly, D. and J. L. Munro, 1984. Once more on the composition of growth in fish and invertebrates. Fishbyte, 2(1): 21. Rasyid, A., 2011. Dinamika Massa Air terkait dengan Lokasi Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan kepulauan Spermonde. Disertasi Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar. Rohit, P., G.S.Rao and K. Rammohan, 2012. Age, growth and population structure of the yellowfin tuna Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) exploited along the east coast of India. Indian J. Fish., 59(1) : 1-6. Sainsbury, K.J., 1982. Population dynamics and fishery management of the paua, Holiotis iris I. Population structure, growth, reproduction, and mortality. New Zealand Journal of Marine and Freshwater Research 16: 147-161. Somvanshi, V. S., A. K.Bhargava, D. K.Gulati, SVarghese and S.P. Varghese. 2003. Growth parameters estimated for yellowfin tuna occurring in the Indian EEZ. WPTT-03-21. IOTC Proceedings, 6: 191-193. Zhu, G., L.Xu, X.Dai and W.Liu, 2011. Growth and mortality rates of yellowfin tuna, Thunnus albacares (Perciformes: Scombridae), in the eastern and central Pacific Ocean Zoologia 28 (2): 199 206. 14