BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimengerti karena pembangunan kesehatan mempunyai hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

BAB II PELAKSANAAN JAMKESMAS DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI,

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN SUMEDANG

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SOP MENERIMA PASIEN RUJUKAN DARI PUSKESMAS ATAU RUMAH SAKIT LAIN. No. Revisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pengelolaan kesehata n dalam SKN

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN)

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

G U B E R N U R J A M B I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 36 SERI E

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung dengan tujuan agar

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan, termasuk didalamnya pelayanan kesehatan masyarakat. memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah rumah sakit sangat diperlukan oleh masyarakat, oleh karena itu diperlukan upaya kesehatan untuk mewujudkan suatu tingkat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Anonim, 2004). Rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat kesehatan masyarakat, terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, dengan demikian diharapkan rumah sakit selaku penyedia jasa memberikan pelayanan yang terbaik. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar pelayanan rumah sakit, disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu 11

2 dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Anonim, 2004). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harianto (2005), pada 100 responden menunjukkan bahwa harapan responden terhadap pelayanan resep di apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta 72% dengan kategori tinggi. Sedangkan kenyataannya pelayanan resep yang diterima responden adalah 10%. Hasil ini menunjukkan pasien di apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta pelayanan resepnya masih rendah, maka penelitian terhadap pelayanan resep khususnya dalam hal waktu tunggu obat perlu ditingkatkan karena sebagian pasien mengharapkan pelayanan resep yang cepat dan tepat. RSUD Sukoharjo merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah. RSUD Sukoharjo selaku penyedia jasa kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding dengan rumah sakit lain agar kepuasan pasien dapat tercapai. Misi Rumah sakit Umum Daerah Sukoharjo adalah memberikan pelayanan kesehatan secara professional, yang terjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan mengutamakan mutu dan kepuasan pasien, sedang visi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu secara profesional kepada masyarakat. Pelayanan dibidang farmasi adalah salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh RSUD Sukoharjo untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Pasien Jamkesmas termasuk salah satu jenis pasien yang terdapat di dalam RSUD Sukoharjo dimana pesertanya meliputi masyarakat miskin dan tidak mampu (Anonim, 2009). Pasien Jamkesmas dipilih karena pasien Jamkesmas ingin

3 mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal dengan biaya pengobatan obat yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien umum. Selain itu pasien Jamkesmas juga menguntungkan rumah sakit karena segala biaya yang dikeluarkan untuk pasien Jamkesmas sudah ditanggung oleh negara (pemerintah). Oleh karena itu pihak Rumah Sakit selaku penyedia jasa kesehatan selalu berusaha memberikan pelayanan yang maksimal terutama dalam hal waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan. Waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit adalah kurang dari 30 menit untuk obat jadi dan kurang dari 60 menit untuk obat racikan (Anonim b, 2008). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan yaitu bagaimana kinerja apoteker terhadap waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan pasien Jamkesmas rawat jalan, yang diberikan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Maret Mei? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja apoteker terhadap waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan pasien Jamkesmas rawat jalan, yang diberikan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Maret Mei 2011.

4 E. Tinjauan Pustaka 1. Kecepatan Pelayanan Resep a. Definisi Resep Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/IX/1993, resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku. b. Pelayanan Resep Langkah-langkah pelayanan resep dokter di apotek (Seto, dkk., 2006). Resep diterima dari pasien Resep diterima kelengkapannya : Nama dokter, No SIP Paraf Dokter Jika perlu umur dan alamat pasien Resep dihitung dosis, jumlah dan harga obat Penyelesaian pembayaran untuk pembelian tunai Penyiapan dan peracikan Pemberian label dan etiket Pembuatan salinan resep dan kuitansi Pemeriksaan akhir Penyerahan obat dan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi Gambar 1.Skema Pelayanan Resep (Seto, dkk., 2006).

5 Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/MENKES/II/2008, waktu tunggu pelayanan obat dibagi menjadi dua yaitu obat jadi ( Tabel 1) dan obat racikan (Tabel 2) Tabel 1. Waktu tunggu pelayanan obat jadi (Anonim b, 2008) Dimensi mutu Tujuan Definisi operasional Frekuensi pengumpulan data Periode analisis Numerator Denominator Sumber data Standar Penanggung jawab Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi 1 bulan 3 bulan Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien yang disurvey dalam satu bulan Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut. Survey <30 menit Kepala Instalasi Farmasi Tabel 2. Waktu tunggu pelayanan obat racikan (Anonim b, 2008) Dimensi mutu Tujuan Definisi operasional Frekuensi pengumpulan data Periode analisis Numerator Denominator Sumber data Standar Penanggung jawab Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan 1 bulan 3 bulan Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien yang disurvey dalam satu bulan Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut. Survey <60 menit Kepala Instalasi Farmasi 2. Pelayanan Apotek Rumah Sakit Departemen Kesehatan (1990) dalam buku standar pelayanan rumah sakit menyebutkan bahwa sasaran pelayanan farmasi di rumah sakit diselenggarakan dan diatur untuk terselengggaranya farmasi yang efisien dan bermutu berdasarkan fasilitas dan standar yang ada. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

6 1197/MenKes/SK/2004 telah menyebutkan beberapa tujuan pelayanan fungsi di apotek rumah sakit antara lain: a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal, baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia. b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi. c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat. d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah dan evaluasi pelayanan. f. Menguasai dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah, dan evaluasi pelayanan. g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode analisa penelitian (Anonim, 2004). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pada pasien meliputi : a. Pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan tersedianya obat dengan kualitas baik. b. Harga yang kompetitif. c. Adanya kerjasama dengan unsur lain di rumah sakit. d. Faktor-faktor lain, misal lokasi apotek, kenyamanan dan keragaman komoditi (Aditama, 2002).

7 3. Pasien Jamkesmas a. Definisi Jamkesmas Jamkesmas adalah bentuk belanja bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Tujuan penyelenggaraan jamkesmas adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien (Anonim a, 2009). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan peserta mengacu pada prinsip-prinsip : 1) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin. 2) Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost effective dan rasional. 3) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas. 4) Efisien, Transparan dan akuntabel (Anonim a, 2008). b. Prosedur Pelaksanaan Jamkesmas Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta JAMKESMAS adalah : 1) Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya. 2) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahannya kepersertaannya menunjuk pada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati atau Wali Kota setempat.

8 3) Apabila peserta JAMKESMAS memerlukan pelayanan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency. 4) Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT. ASKES (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT. Askes (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan. 5) Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT. ASKES (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT. ASKES (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat inap. 6) Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD (Instalasi Gawat Darurat) termasuk kasus gawat darurat di Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh

9 petugas PT.ASKES (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT.ASKES (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP). 7) Bila peserta tidak dapat menunjukkan Kartu Peserta atau Surat Keterangan Tidak Mampu sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan diberi waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu dimana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud maka Direktur Rumah Sakit dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan (Anonim a, 2008). Peserta Puskesmas Pelayanan Kesehatan Rujukan Rumah Sakit Verifikasi Kepesertaan SKP Pulang Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Rawat Inap Pulang Data Base Kepesertaan (Petugas PT Askes) Pelayanan Kesehatan Pulang IGD Kasus Gawat Darurat Peserta Gambar 2. Alur Pelayanan Kesehatan Jamkesmas (Anonim b, 2009).

10 c. Verifikasi Pelaksanaan Jamkesmas Verifikasi adalah kegiatan menguji kebenaran administrasi pertanggung jawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan). Tujuan dilaksanakannya verifikasi adalah diperolehnya hasil pelaksanaan Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Proses Verifikasi dalam pelaksanaan JAMKESMAS, meliputi : 1. Pengecekan kebenaran dokumen identitas peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. 2. Pengecekan adanya Surat Rujukan dari Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Penerbitan Surat Keabsahan Peserta oleh PT. ASKES. 3. Proses memastikan dikeluarkannya data entry rekapitulasi pengajuan klaim oleh petugas Rumah Sakit sesuai dengan format pengajuan klaim. 4. Pengecekan kebenaran penulisan paket/diagnosa, prosedur, No. kode Surat Keabsahan Peserta (SKP). 5. Pengecekan kebenaran besar tarif sesuai paket/diagnosa, prosedur, No.kode Surat Keabsahan Peserta (SKP). 6. Pengirim rekapitulasi pengajuan klaim yang ditanda tangani oleh pihak Direktur Rumah Sakit ke Tim pengelola JAMKESMAS Pusat, tembusan tim pengelola JAMKESMAS Propinsi/Kabupaten/Kota. 7. Mengirim laporan rekapitulasi dan realisasi pembayaran klaim Rumah Sakit ke tim Pengelola Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota (Anonim a, 2008).