DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode deskriptif adalah suatu penggambaran atau penjelasan terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 KABILA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Instrumen Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis

Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematika, Statistika

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. memperjelas suatu keadaan atau masalah. saat kita berada di rumah, di sekolah, di pasar, dan dilain tempat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aisyah*, Amrina Rosyada** Dosen Pend. Matematika*, Alumni** Universitas Batanghari Jambi *

BAB I PENDAHULUAN. menurut National Council of Teachers of Mathematics tahun 1989 (dalam Yuliani,

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA MATERI DIMENSI TIGA

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang menjadi penyebab yaitu pembelajaran terpusat kepada guru dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi merupakan komponen penting karena membantu dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW)

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MELALUI METODE BERMAIN KARTU SOAL. Nurkhikmatun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

Transkripsi:

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL Andriani Nusi, Sumarno Ismail, Nurwan 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan komunikasi matematika siswa dalam menyelesaiakan soal cerita khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Limboto Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 152 orang dan tersebar dalam 7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik penerikan sampel Arikunto. Dari populasi ini diambil 15-20%. yang akan diberikan perlakuan. Dan diperoleh 23 orang yang menjadi sampel. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan instrumen berupa tes kemampuan komunikasi matematika. Tes diberikan kepada siswa sebelumnya sudah divalidasi kontruksi dan isinya. Data hasil belajar kemudian di analisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan melalui tabel dengan mempresentasekan rata-rata. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 1 Limboto dalam menyelesaiakn soal cerita pada materi Sistem persamaan linier dua variabel tergolong kategori cukup. Kata kunci: komunikasi matematika, soal cerita, sistem persamaan linier dua variabel. 1 Pendahuluan Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dalam berbagai disiplin ilmu dan mampu mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Dapat pula dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah. 1 Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Gorontalo, Jln.Jend. Sudirman, No.6, Kab/Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Telp.0435-827213, Fax.0435-827213 Seperti yang tercantum dalam standar isi untuk

satuan dasar dan menengah yaitu mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika juga sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Tanpa adanya komunikasi yang benar, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar sesuai rencana. Komunikasi dengan menggunakan simbol dan diagram dalam pembelajaran matematika akan sangat penting dan akan lebih mempermudah pemahaman peserta didik dalam menerima pelajaran. Komunikasi dalam matematika sekolah biasanya diwujudkan melalui soal cerita. Dalam penyelesaian soal cerita terlebih dahulu siswa harus dapat memahami isi soal cerita tersebut, setelah itu menarik kesimpulan obyek-obyek yang harus dipecahkan dan memisalkannya dengan simbol-simbol matematika, sampai pada tahap akhir yaitu penyelesaian. Soal cerita merupakan pokok bahasan mata pelajaran matematika yang harus dipelajari oleh setiap siswa. Persoalan yang berhubungan dengan matematika sering ditemukan dalam kehidupan/situasi sehari-hari (nyata). Untuk dapat menyelesaikan soal cerita tidak semudah mengerjakan soal yang sudah berbentuk simbol. Dalam pengerjaannya siswa di tuntut untuk bisa mengubah kalimat matemtaika menjadi simbol matematika. Untuk itulah kemampuan komunikasi matematika sangat penting. Salah satu masalah yang ada saat ini adalah bahwa siswa SMP kesulitan dalam mengerjakan soal cerita. Kesulitan itu meliputi kemampuan dalam menghitung, siswa sering salah dalam menghitung suatu bentuk perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Tetapi kesulitan yang mendasar adalah siswa kurang bisa atau belum mampu mengubah kalimat matematika menjadi simbol matematika. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, dan salah satu diantaranya adalah kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang diketahui dalam soal masih rendah. Tidak jauh beda dengan apa yang dialami siswa SMP pada umumnya, kesulitan yang sama dialami juga oleh siswa kelas VIII-1 di SMP Negeri 1 Limboto. Dari hasil observasi pembelajaran siswa kelas VIII-1 pada materi sistem persamaan linier dua variabel SMP Negeri 1 Limboto, diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pokok bahasan ini masih sangat rendah khususnya dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa jarang melakukan kegiatan diskusi kelompok. Dalam kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menyampaikan hasil pemikirannya, siswa kurang memahami apa yang di-

sampaikan siswa yang lain, siswa hanya mampu menyelesaikan soal sejenis dengan soal yang sudah diselesaikan oleh guru dan siswa menginginkan guru yang menyelesaikan soal yang jenisnya berbeda dengan yang sudah diterangkan. Selain itu siswa juga merasakan kesulitan dalam merumuskan masalah yang terdapat dalam soal cerita ke dalam model matematika dan kesulitan dalam menggunakan simbol-simbol dalam matematika. Uraian-uraian di atas merupakan gambaran bahwa kemampuan komunikasi matemtatika siswa dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita merupakan suatu masalah yang perlu dikaji melalui suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang kemampuan komunikasi matematatika siswa dalam menyelesaiakna soal cerita pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Selanjutnya menurut Stephen (dalam Komariyatiningsih dan Kesumawat, 2012:3) komunikasi adalah kegiatan yang lekat dengan kehidupan sehari-hari.komunikasi menjadi faktor penentu hubungan kita dengan makhluk lainnya, khususnya hubungan kita dengan sesama manusia. Oleh karena itu dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi untuk mencapai komunikasi yang efektif. Setidaknya kita harus menguasai empat jenis keterampilan dasar berkomunikasi, yaitu menulis, mambaca (bahasa tulisan), dan mendengar, serta berbicara (bahasa lisan). Dari uraian di atas dapat disimpulkan komunikasi adalah perilaku manusia dalam kegiatan sehari-hari berupa pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih secara lisan maupun tulisan sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Ramdani (2012:48) bahwa komunikasi matematika adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi matematika yang diamati melalui proses mendengar, mempresentasi, dan diskusi. Pendapat ini senada dengan pendapat Pauweni (2012:10) yang menyatakan bahwa komunikasi matematika adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang dalam berbagi informasi baik ide, situasi, maupun relasi baik secara lisan maupun tulisan, dalam bentuk simbol, data, grafik atau table dengan orang lain. Komunikasi matematika adalah kemampuan merepleksikan pemahaman matematik dengan berbagai bentuk baik itu tulisan, lisan, gambar, grafik dan lain sebagainya. Kemampuan komunikasi matematika dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog sehingga terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapa secara lisan maupun tertulis. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Lateka (2012:16) bahwa kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan mengkonstuksikan ide, pikiran atau pendapat dalam memahami konsep dan prosedur, memecahkan

masalah atau melakukan penalaran, mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Terkait dengan komunikasi matematika, dalam Principles and Standards for School Mathematics (NCTM dalam Mahmudi 2006: 176) membuat standar kemampuan yang seharusnya dicapai siswa: 1. Mengorganisasikan dan mengkonsolidasi pemikiran matematika untuk mengkomunikasikan kepada siswa lain. 2. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru, dan lainnya. 3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain. 4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika. Dari penjelasan-penjelasan diatas, maka kemampuan komunikasi matematika dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan dalam menyatakan suatu situasi/soal cerita kedalam bahasa/simbol matematika, kemampuan dalam menyelesaikan masalah serta kemampuan dalam menarik kesimpulan. Sedangkan indikator kemampuan komunikasi matematika yang digunakan sebagai berikut: 1. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik; 2. Menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis; 3. Menarik kesimpulan dari pernyataan. 2 METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penggambaran atau penjelasan terhadap suatu masalah. Jadi, jelaslah bahwa pada penelitian ini akan menggambarkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam penyelesaian soal cerita pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Data dalam penelitian berupa data tentang kemampuan komunikasi matematika siswa dalam penyelesaian soal cerita pada materi sistem persamaan linier dua variabel yang bersumber dari siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Limboto tahun pelajaran 2012/2013. Data yang terkumpul dianalisa secara kuantitatif yang dikualitatifkan. Instrumen utama pada penelitian ini adalah tes. Untuk instrumen penelitian dan Kisikisi tes komunikasi dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara/teknik yaitu: pemberian Tes, dan Wawancara. Tes tertulis berbentuk essay, sebagai taknik utama yang digunakan untuk menjaring kemampuan komunikasi matematika siswa dalam penyelesaian soal cerita pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Sebelum digunakan dalam penelitian, tes tersebut terlebih dahulu dinilai validitas isinya. Hasil tes ini yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk pengembangan wawancara nanti.

Wawancara dilakukan pada siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang, dan rendah. Masing-masing akan diwakili oleh dua orang siswa. Tujuan wawancara dalam penelitian ini untuk mengetahui kendala apa yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linier dua variabel. kemudian untuk teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut: 1. Menghitung persentase rerata tiap indikator kemampuan komunikasi matematika Presentase rerata tiap indikator = Jumlah Skor Siswa Tiap Indikator Skor Maksimal T iap Indikator Banyaknya Siswa 100% 2. Menghitung persentase rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa Rata-rata presentase Kemampuan komunikasi matematika siswa = Jumlah skor siswa Semua Indikator skor maksimal semua indikator Banyaknya siswa 100% 3. Menentukan Penilaian Acuan Patokan (PAP) untuk menginterpretasikan data perolehan nilai kemampuan komunikasi matematika siswa. Sementara untuk PAP itu sendiri sebagai berikut: Tabel 1: Penilaian Acuan Patokan (PAP) No. Tingkat Presentase (%) Interpretasi 1 85-100 Sangat Baik 2 75-84 Baik 3 65-74 Cukup 4 50-64 Kurang 5 < 50 Sangat Kurang 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematika siswa ini diperoleh melalui hasil tes dan wawancara. Tes yang dimaksudkan adalah untuk memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematika siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Tes dalam dalam penelitian ini terlihat sulit bagi sebagian siswa dan terlihat mudah bagi sebagian siswa. Namun bila dirataratakan, kemampuan komunikasi matematika siswa sudah cukup baik. Kemudian dari hasil tes yang di peroleh, di pilih siswa yang akan di wawancarai dan lembar jawaban dari masingmasing siswa tersebut di jadikan pedoman dalam wawancara. Deskripsi kemampuan komunikasi matematika siswa untuk tiap indikator dijabarkan sebagai berikut: 1. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik Kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika, yang dimaksud yaitu kemampuan siswa dalam mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan

yang ditanyakan, serta mencari hubungan antara data yang belum diketahui sehingga terbentuk suatu model matematika. Tabel 2: Kemampuan Menyatakan Peristiwa Sehari-hari dalam Bahasa atau Simbol Matematik Kategori kemampuan Jumlah siswa Presentase relative (%) Sangat mampu ( 85 % ) 2 9 Mampu (75 % - 84 % ) 12 52 Cukup (65 % - 74 % ) 3 13 Kurang (50% - 64% ) 4 17 Tidak mampu (< 50 % ) 2 9 Jumlah 23 100 Rata-rata 71,73913 Pada indikator ini yang mampu menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika dan yang mampu menuliskan semua hal yang diketahui dan ditanyakan dalam soal sebanyak 61% orang siswa, yang kurang mampu atau hanya menuliskan sebagian dari hal yang diketahui maupun yang ditanyakan sebanyak 30% orang siswa, dan yang tidak mampu mengenal masalah atau yang tidak memberikan jawaban sebanyak 9% orang siswa. 2. Menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. Menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahan secara matematik, msuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis, yaitu menyelesaikan model matematika dengan mengikuti langkah-langkah penyelesaian dari model matematika tersebut. Tabel 3: Kemampuan Menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. Kategori kemampuan Jumlah siswa Presentase relative (%) Sangat mampu ( 85 % ) 5 35 Mampu (75 % - 84 % ) 7 30 Cukup (65 % - 74 % ) 4 18 Kurang (50% - 64% ) 3 13 Tidak mampu (< 50 % ) 1 4 Jumlah 23 100 Rata-rata 76,52174 Pada indikator ini siswa yang mampu menulis atau menyelesaikan soal dengan langkahlangkah yang benar, masuk akal dan sistematis sebanyak 35% oang siswa, yang

menyelesaikan dengan langakah-langkah yang benar namun tidak sistematis sebanyak 30% orang siswa, yang menyelesaikan dengan langkah yang tidak benar dan tidak sistematis sebanyak 31% orang siswa, dan yang tidak mampu menganalisis atau tidak menuliskan penyelesaian sebanyak 4% orang siswa. 3. Menarik kesimpulan dari pernyataan Setelah siswa mampu menyelesaikan model matematika dengan baik, langkah terakhir dari penyelesaian masalah ini adalah siswa mampu menarik kesimpulan yang diperoleh dari hasil penyelesaian masalah tersebut. Tabel 4: Kemampuan Menarik kesimpulan dari pernyataan. Kategori kemampuan Jumlah siswa Presentase relative (%) Sangat mampu ( 85 % ) 9 39 Mampu (75 % - 84 % ) 6 26 Cukup (65 % - 74 % ) 1 4 Kurang (50% - 64% ) 4 18 Tidak mampu (< 50 % ) 3 13 Jumlah 23 100 Rata-rata 76,08696 Pada indikator ini siswa yang mampu menarik kesimpulan sebanyak 65% orang siswa, yang kurang mampu menarik kesimpulan sebanyak 22% orang siswa, dan yang tidak mampu memberikan kesimpulan sebanyak 13% orang siswa. 4. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematika. Deskripsi kemampuan komunikasi matematika siswa secara keseluruhan meliputi Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik, kemampuan Menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis, dan kemampuan Menarik kesimpulan. Tabel 5: Kemampuan Komunikasi Matematika siswa. Kategori kemampuan Jumlah siswa Presentase relative (%) Sangat mampu ( 85 % ) 8 35 Mampu (75 % - 84 % ) 5 22 Cukup (65 % - 74 % ) 4 17 Kurang (50% - 64% ) 4 17 Tidak mampu (< 50 % ) 2 9 Jumlah 23 100 Rata-rata 74,78261

Untuk memperoleh informasi yang akurat tentang kemampuan komunikasi mtematika siswa pada materi system persamaan linier dua variabel maka dilakukan wawancara. Mengingat keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis maka untuk keperluan analisis data peneliti membatasi pada lingkup subjek penelitian yang berjumlah 6 orang siswa masingmasing 2 orang siswa untuk kategori kemampuan komunikasi matematika tinggi, 2 orang siswa untuk kategori kemampuan komunikasi matematika sedang, dan 2 orang siswa untuk kategori kemampuan komunikasi matematika rendah. Adapun hasil wawancara peneliti dengan subjek pada setiap butir soal adalah sebagai berikut: 1. Subjek 1 (Kode SP-1) Dari hasil wawancara peneliti dengan subjek terkait dengan hasil pekerjaan subjek pada soal nomor 1 sampai dengan soal nomor 5, diperoleh bahwa subjek mampu menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Subjek juga mampu menyelesaiakan soal yang diberikan disertai dengan alasan yang tepat, dan dalam wawancara subjek juga mampu menjelaskan jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. Namun terkait dengan langkah-langkah penyelesaian pada soal nomor 3, subjek keliru dalam melakukan perhitungan, sehingga mempengaruhi hasil akhir dan tentu saja berdampak pada pengambilan kesimpulan dari jawaban yang diperoleh. kesimpulan dari jawaban yang sudah diperoleh. Namun terkait dengan soal-soal yang lain subjek mampu menarik menarik kesimpulan dengan benar. 2. Subjek 2 (Kode SP-2) Dari hasil wawancara peneliti dengan subjek terkait dengan hasil pekerjaan subjek pada soal nomor 1 sampai dengan soal nomor 5, diperoleh bahwa subjek mampu menyatakan masalah sehari-hari kedalam simbol matematika sebab subjek mampu menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dan dapat membuat model matematika dari soal cerita yang diberikan. Subjek juga mampu menjelaskan jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis serta subjek mampu memberikan kesimpulannya. 3. Subjek 3 (Kode SP-3) Dari hasil wawancara peneliti dengan subjek, terkait hasil pekerjaan subjek pada soal nomor 1 sampai dengan nomor 3 diperoleh bahwa subjek mampu menyatakan masalah sehari-hari dalam symbol matematika. Hal ini terlihat dari kemampuan subjek dalam menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dalam soal sampai memperoleh model matematika dari sol cerita yang diberikan. Namun setelah memperoleh model matematika, subjek kurang mampu menjelaskan jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. Akan tetapi apabila subjek melihat hasil akhir dari penyelesaian soal tersebut, subjek mampu menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh tersebut. Pada soal nomor 4 dan nomor 5 subjek mampu menyatakan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal, namun subjek kurang mampu membuat model

matematika dari soal cerita yang diberikan.kemudian untuk menjelaskan langkahlangkah penyeleaian soal subjek mampu menjelaskan langkah-langkah penyelesaian soal menggunakan metode gabungan (substitusi dan eliminasi) dengan secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis serta mampu menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh. 4. Subjek 4 (Kode SP-4) Dari hasil wawancara peneliti dengan subjek, terkait hasil pekerjaan subjek pada soal nomor 1 sampai dengan nomor 3 diperoleh subjek mampu menyatakan masalah sehari-hari dalam symbol matematikal sebab mampu menyebutkan semua hal yang diketahui dan ditanyakan dal soal serta membuat model matematikanya. Sama halnya dengan SP-3, subjek ini juga kurang mampu dalam menjelaskan langkahlangkah penyelesaian secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis, namun mampu menyatakan kesimpulan dari hasil yang di peroleh. Sedangkan untuk soal nomor 4 dan soal nomor 5 subjek mengaku belum bisa memodelkan soal cerita yang seperti ini sebab subjek belum bisa memahami soal dengan baik. Namun apabila sudah dilihat model matematikanya, subjek mampu menjelaskan penyelesaian dari soal tersebut dengan baik dan mampu menarik kesimpulan. 5. Subjek 5 (Kode SP-5) Dari hasil wawancara peneliti dengan subjek terkait dengan hasil pekerjaanya, diperoleh pada soal nomor 1 sampai dengan nomor 4 subjek kurang mampu dalam menyatakan masalah sehari-hari kedalam simbol matematika. Subjek hanya mamapu menyebutkan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal. Untuk langkah penyelesaian sampai penarikan kesimpulan, subjek tidak mampu menjelaskannya. Sedangkan untuk soal nomor 5 subjek mengaku belum bisa mengerjakan soal tersebut karena dinilai sulit. 6. Subjek 6 (Kode SP-6) Dari hasil wawancara peneliti dengan subjek terkait dengan hasil pekerjaanya, diperoleh pada soal nomor 1 sampai dengan soal nomor 5 subjek mengaku hanya bisa menyebutkan hal-hal yang diketahui dan yang di tanyakan dalam soal. Walaupun pada lembar jawaban subjek menuliskan langkah penyelesaian dan memberikan kesimpulan. Namun subjek mengaku hasil pekerjaannya bukan hasil kerjanya sendiri melainkan hasil contekan dari teman. Hal ini juga terlihat dari langkah-langkah penyelesaiannya yang tidak masuk akal, dan jelas serta tidak tersusun secara logis dan sistematis. Dari uraian hasil wawancara peneliti dengan keenam subjek di atas dapat disimpulkan bahwa subjek 1 dan subjek 2 memiliki kemampuan komunkasi matematika tinggi sebab kedua subjek tersebut memenuhi ketiga indikator dalam komunikasi matematika, subjek 3 dan 4 memiliki kemampuan komunikasi matematika yang cukup sebab hanya memenuhi 2 indikator saja yaitu menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk simbol matematika

dan menarik kesimpulan, sedangkan untuk subjek 5 dan 6 memiliki kemampuan komunikasi rendah, sebab hanya mampu menyatakan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal. 4 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa presentase kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Limboto dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linier dua variabel tergolong cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada presentase untuk setiap indikator yang terdiri atas kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik, kemampuan menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, dan kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan. Dari ketiga indikator tersebut dapat dilihat bahwa siswa lebih mengalami kesulitan pada indikator kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. Salah satu penyebabnya adalah siswa kurang mampu memahami soal, sehingga siswa kesulitan dalam mengubah soal cerita kedalam model matematika. Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Mengingat kemampuan komunikasi matematika sengat penting dalam pembelajaran, maka diharapkan para guru dapat melatih siswa dalam menyelesaikan soal-soal dengan memperhatikan indikator-indikator dari kemampuan komunikasi itu sendiri. 2. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru memilih metode, model, pendekatan serta media yang tepat dan sesuai dengan materi dan kondisi siswa. 3. Guru dalam mengajar perlu menjadikan siswa sebagai jiwa yang memiliki potensi yang lebih, sehingga guru cukup sebagai fasilsitator agar siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki sebaik-baiknya.

Referensi [1] Mahmudi, Ali. (2009), Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Makalah Termuat pada Jurnal Pendidikan UNHALU Vol. 8, No.1, Februari 2009, ISSN: 11412-2318. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/ali%20mahmudi,%20s.pd,%20m. Pd,%20Dr./Makalah%2006%20Jurnal%20UNHALU%202008%20-Komunikasi%20dlm %20Pembelajaran%20Matematika-.pdf (Diakses tanggal 11 Februari 2013). [2] Lateka, Nangsi. (2012), Pengaruh Motode Penemuan Terbimbing dan Proses Berpikir Siswa Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika, Tesis pada Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG),Tidak dipublikasikan. [3] Pauweni, Khardiyawan A. Y. (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Berdasarkan Masalah dan Perbedaan Gender Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika, Tesis pada Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG),Tidak dipublikasikan. [4] Ramdani, Yani. (2012), Pengembangan Instrumen Dan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Komeksi Matematis Dalam Konsep Integral, Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.13, No 1, April 2012. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan/view/1390/pengembangan-instrumendan-bahan-ajar-untuk-meningkatkan-kemampuan-komunikasi,-penalaran,-dankoneksi-matematis-dalam-konsep-integral.html (diakses tanggal 12 april 2013) [5] sugiyono. (2012), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, Bandung. AL- FABETA [6] Arikunto, Suharsimi. (2006), Prosedur Penelitian, Jakarta. Rineka Cipta.

Lampiran 1 Tabel 6: Kisi-kisi Komunikasi Matematika Materi Indikator Aspek Komunikasi Nomor Soal yang Diukur Sistem Siswa dapat Menyatakan 1a, 2a, 3a, Persamaan menyatakan peristiwa sehari-hari 4a, 5a Linier Dua permasalahan yang dalam bahasa atau Variabel diberikan ke dalam simbol matematik bentuk model yang ada didalam matematika yang SPLDV berbentuk persamaan dan menyelesaikannya. Menuliskan 1b, 2b, 3b penjelasan dari 4b, 5b jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. Menarik kesimpulan 1c, 2c, 3c, dari pernyataan. 4c, 5c

Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN SOAL MATA PELAJARAN : MATEMATIKA POKOK BAHASAN :SISTEM PERSMAAN LINIER DUA VARIABEL KELAS : VIII WAKTU : 3 X 40 Menit Pentunjuk : 1. Tulislah terlebih dahulu nama dan kelas pada lembar jawaban yang telah disediakan. 2. Periksalah dan baca soal sebelum anda menegrjakannya. 3. Jawablah soal dengan mengikuti langkah-langkah berikut: (a) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika, yaitu mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan, serta mencari hubungan antara data yang belum diketahui sehingga terbentuk suatu model matematika. (b) Menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahan secara matematik, msuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis, yaitu menyelesaikan model matematika dengan mengikuti langkah-langkah penyelesaian dari model matematika tersebut. (c) Menarik kesimpulan dari penyataan yang diperoleh. Soal 1. Irfan berbelanja ke Super market, ia membeli satu bungkus roti keju dan empat roti cokelat, untuk itu ia harus membayar Rp. 12.000,00. Di Super Market yang sama, Lulu membeli dua bungkus Roti keju dan tiga bungkus roti cokelat, dengan jumlah uang yang harus dibayar Lulu adalah Rp. 14.000,00. (a) Buatlah model matematikanya! (b) Selesaikanlah model matematika yang kamu buat tersebut! (dengan metode subtitusi) (c) Berapakah harga satu bungkus roti keju dan satu bungkus roti cokelat? 2. Harga sebuah buku dan sebuah pensil Rp 5.500,- harga 2 buku dan 3 buah pensil Rp 12.500,-. (a) Nyatakan kalimat diatas dalam bentuk persamaan dengan peubah x dan y! (b) Selesaikan persamaan itu! (dengan menggunakan metode substitusi) (c) Tentukan harga 4 buah buku dan 3 buah pensil! 3. Dalam suatu hari seorang pedagang berhasil menjual 2 pasang sepatu dan 3 pasang sandal. Uang yang diperoleh hasil dari penjualan tesebut adalah Rp.215.000,-. Sedangkan hasil penjualan dari 1 pasang sepatu dan 2 pasang sandal adalah Rp. 125.000,-. (a) Buatlah model matematikanya! (b) Selesaikanlah model matematika yang kamu buat tersebut! (dengan menggunakan metode eliminasi) (c) Tentukan harga sepasang sandal dan sepasang sepatu! 4. Dua tahun yang lalu, umur Ayah sama dengan enam kali umur anaknya. Delapan belas tahun kemudian umurnya akan menjadi dua kali umur anaknya.

(a) Buatlah model matematikanya! (b) Selesaikanlah model matematika yang kamu buat tersebut!( dengan menggunakan metode gabungan eliminasi dan subtitusi) (c) Tentukanlah umur ayah dan umur anaknya! 5. Keliling sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang adalah 48 m. panjangnya lebih 6 meter dari lebarnya. (a) Buatlah model matematikanya! (b) Selesaikanlah model matematika yang kamu buat tersebut! (dengan menggunakan metode gabungan eliminasi dan subtitusi) (c) Tentukan ukuran tanah tesebut!