Journal of Economic Education

dokumen-dokumen yang mirip
Efriyani Sumastuti Universitas PGRI Semarang.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia


BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. tanggal 28 Juni 1975 tentang Pelaksanaan Perbaikan Statistik. Pertanian. tanggal 17 Desember 1984 tentang Keseragaman Metode untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH KONSOLIDASI LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

Analisis Perubahan Iklim Bagi Pertanian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kekeringan dalam Permasalahan Kekeringan dan Cara. lebih panjang akan mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan air

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riset Ekonomi Manajemen

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN

KESIAPAN JATENG MENGANTISIPASI DAMPAK ANOMALI IKLIM UNTUK MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

P E N G A N T A R. Jakarta, Maret 2017 Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. diantara dua benua, dan dua samudra serta berada di sekitar garis equator yang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

A. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L)

Transkripsi:

JEE 5 (1) (2016) Journal of Economic Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA TANAMAN PADI DI JAWA TENGAH Efriyani Sumastuti, Nuswantoro Setyadi Pradono 1 FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang, Indonesia 2 Prodi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 4 Januari 2016 Disetujui: 18 Maret 2016 Dipublikasikan: 2 Juni 2016 Keywords: central java; climate change; paddy. Abstrak Perubahan iklim di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura pada umumnya mempunyai tiga dampak, yaitu : Banjir, Kekeringan dan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Dampak ketiga hal tersebut di atas mengakibatkan sektor pertanian, khususnya padi mengalami penurunan produksi (kuantitas maupun kualitas) atau bahkan kegagalan panen. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan mapping daerah rawan perubahan iklim khususnya untuk tanaman padi di Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah. Statistik deskriptif digunakan untuk proses analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah sangat rawan banjir untuk tanaman padi di Jawa Tengah meliputi Kabupaten Cilacap dan Jepara; daerah sangat rawan kekeringan adalah Kabupaten Cilacap, Pemalang, Semarang, Demak, Grobogan, Sragen, Rembang, Pati dan Kota Semarang. OPT yang menyerang tanaman padi di Jawa Tengah terdiri dari WBC, penggerek batang, tikus dan tungro. Abstract Climate change in the agricultural sector of food crops and horticulture in general have three effects, namely: flooding, drought and Pest Plant Organisms Attack (OPT). The impact of the above three things lead to the agricultural sector, especially paddy production decline (quantity or quality) or even crop failures. This research aims to carry out mapping areas vulnerable to climate change in particular for paddy plant in Central Java. The Data used are secondary data coming from the Department of agriculture food crops and horticulture, Central Java province. Descriptive statistics was self-employed to analyze the data. The results showed that the area is highly prone to flooding to paddy crops in Central Java and Cilacap Regency Chief of Jepara include; the area is very prone to drought is a Regency of Pemalang, Cilacap, Semarang, Demak, Grobogan, Sragen, Rembang, Semarang, and Starch and OPT who attacked paddy crops in Central Java consists of WBC, penggerek rods, rat and tungro 2016 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang E-mail: efriyanisumastuti@yahoo.com p-issn 2301-7341 e-issn 2502-4485 31

PENDAHULUAN Perubahan iklim global merupakan isu yang saat ini menjadi perhatian bagi banyak kalangan, terutama setelah diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992. Perubahan iklim adalah keniscayaan yang tidak dapat dibantah. Luas Indonesia dari Sabang sampai dengan Merauke dengan 17.000 lebih pulau yang posisinya pun tidak seragam, sering dikaitkan dengan rumitnya persoalan prediksi musim di Indonesia. Fenomena El Nino dan La Nina sangat berpengaruh terhadap kondisi cuaca/iklim di wilayah Indonesia dengan geografis kepulauan. Sirkulasi antara benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Atlantik sangat berpengaruh, sehingga wilayah Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim. Hal ini diindikasikan dengan terjadinya berbagai peristiwa bencana alam yang intensitas dan frekuensinya terus meningkat. Fenomena El Nino adalah naiknya suhu di Samudera Pasifik hingga menjadi 31 C, sehingga akan menyebabkan kekeringan yang luar biasa di Indonesia. Dampak negatifnya antara lain adalah peningkatan frekuensi dan luas kebakaran hutan, kegagalan panen, dan penurunan ketersediaan air. Fenomena La Nina merupakan kebalikan dari El Nino, yaitu gejala menurunnya suhu permukaan Samudera Pasifik, yang menyebabkan angin serta awan hujan ke Australia dan Asia Bagian Selatan, termasuk Indonesia. Akibatnya, curah hujan tinggi disertai dengan angin topan dan berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor besar (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2008). Perubahan iklim mempunyai dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Banyak peristiwa yang sudah terjadi di Indonesia sebagai akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global seperti : perubahan pola dan distribusi curah hujan. meningkatnya kejadian kekeringan, banjir dan tanah longsor. menurunnya produksi pertanian /gagal panel, 32 meningkatnya kejadian kebakaran hutan, meningkatnya suhu di daerah perkotaan, naiknya permukaan air laut. Pola dan distribusi curah hujan yang terjadi mempunyai kecenderungan bahwa daerah kering menjadi makin kering dan daerah basah menjadi makin basah yang mengakibatkan kelestarian sumber daya air menjadi terganggu. Kejadian-kejadian ekstrim seperti turunnya hujan dengan intensitas yang cukup tinggi tapi dalam waktu singkat mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor. Di sisi lain terjadinya musim kemarau berkepanjangan mengakibatkan kekeringan dan terjadinya krisis air serta memicu terjadinya kebakaran hutan. Ketidakstabilan hujan yang terjadi seperti datangnya awal musim yang terlambat dan berakhirnya lebih cepat membawa dampak pada sektor pertanian yaitu menurunnya produktifitas pertanian bahkan ada yang sampai gagal panen. Sesuai studi UNDP (2007), perubahan dalam pola curah hujan akan bervariasi bergantung pada lokasi. Para petani yang akan paling sengsara adalah mereka yang tinggal di wilayah dataran tinggi yang dapat mengalami kehilangan lapisan tanah akibat erosi. Hasil tanaman pangan dataran tinggi seperti kedelai dan jagung bisa menurun 20 hingga 40%. Namun, nyaris seluruh petani akan merasakan dampaknya. Sekarang saja, sudah banyak petani kesulitan menentukan waktu yang tepat untuk memulai musim tanam, atau sudah mengalami gagal tanam karena hujan yang tidak menentu atau kemarau panjang. Yang paling kesusahan biasanya adalah mereka yang bertani di wilayah paling ujung saluran irigasi yang pada saat kelangkaan air tidak mendapatkan jatah air karena sudah lebih dulu digunakan oleh para petani di daerah hulu irigasi. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah sentra pangan di Indonesia. Tanaman pangan unggulan di Jawa Tengah menurut Susilowati (2009), adalah Padi, jagung, kedelai dan hortikultura (sayuran). Penelitian tersebut menjadi dasar dalam penentuan jenis komoditas penelitian ini.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah sebagai representatif studi kasus untuk Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang diperoleh dari dinas/ institusi, seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal dan publikasi terkait. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Deskriptif. Untuk menentukan/ menghitung kerugian adanya perubahan iklim dilakukan analisis benefit-cost. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan iklim di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, pada umumnya mempunyai tiga dampak, yaitu : 1. Banjir 2. Kekeringan 3. Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Dampak ketiga hal tersebut di atas mengakibatkan sektor pertanian mengalami penurunan produksi (kuantitas maupun kualitas) atau bahkan kegagalan panen. A. Banjir Daerah rawan banjir untuk tanaman padi di Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar1 Gambar 1. Peta Rawan banjir pada tanaman Padi di Jawa Tengah Keterangan Gambar 1 : =sangat rawan =potensi rawan = rawan = tidak rawan Pada umumnya semua Kabupaten di Jawa Tengah menghasilkan padi, tetapi menurut data BPS (2015), sentra padi ada di Kabupaten Grobogan, Cilacap dan Demak. Kriteria sentra tersebut didasarkan pada besarnya luas panen dan produksi. Berdasarkan pada Gambar 1 diketahui bahwa daerah sentra tanaman padi termasuk dalam golongan sangat rawan dan rawan banjir. Daerah sangat rawan banjir ada di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Jepara. Daerah rawan banjir meliputi Kabupaten Pemalang, Kendal, Demak, Pati, Kudus, Grobogan, Wonogiri, Purworejo dan Banyumas. Daerah berpotensi ada di Kabupaten Semarang, Sragen, Klaten, Kebumen, Purbalingga dan Batang. Kerugian akibat banjir adalah kehilangan produksi dan gagal panen. Luas areal yang terkena (sebagian) banjir dan gagal panen (puso) selama 5 tahun terakhir di Jawa Tengah seperti pada Tabel 1. Dari Tabel 1 diketahui bahwa kerugian akibat banjir yang paling besar terjadi pada tahun, kemudian sampai tahun berangsur-angsur menurun. Hal ini menunjukkan bahwa sudah dilakukan sosialisasi dan antisipasi terhadap musim hujan, dengan penerapan pola tanam dan waktu tanam yang menyesuaikan kondisi iklim pada empat tahun terakhir. Tabel 1. Kerugian Tanaman Padi (Ha) Akibat Banjir Tahun - Tahun Terkena(%) Puso(%) Jumlah 30.368(70,8) 48.239(72,9) 42.625(81,1) 23.490(75,7) 12.727(89,4) 12.526(29,2) 17.947(27,1) 9.959(18,9) 7.559(24,3) 1.503(10,6) 42.894 66.186 52.584 31.049 14.230 33

Apabila dilihat dari jumlah persentase kerugian akibat banjir antara yang terkena dan yang puso, maka kecenderungan yang terkena selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan, kecuali di tahun. A. Kekeringan Daerah yang berpotensi kering untuk tanaman padi di Jawa Tengah seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Kekeringan Tanaman Padi di Jawa Tengah Keterangan Gambar 2 : = sangat rawan = potensi rawan = rawan = tidak rawan Daerah yang sangat rawan kekeringan pada tanaman padi menurut Gambar 2 adalah Kabupaten Cilacap, Grobogan, Semarang, Pemalang, Pati, Sragen, Rembang dan Kota Semarang. Daerah rawan kekeringan berada di Kabupaten Brebes, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Kendal, Wonogiri, Karanganyar dan Blora. Kerugian akibat kekeringan adalah kehilangan produksi dan gagal panen. Kerugian akibat kekeringan dikategorikan menjadi 4, yaitu: 1. Ringan ( R ) 2. Sedang ( S ) 3. Berat ( B ) 4. Puso ( P ) Luas areal yang terkena kekeringan selama 5 tahun terakhir di Jawa Tengah seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Kerugian Tanaman Padi (Ha) Akibat Kekeringan Tahun - 18.097 5.081 931 7.168 26.389 7.761 1.150 776 1.351 4.558 7.001 1.172 254 425 2.232 14.784 2.052 0 3.078 11.598 47.653 9.454 1.961 12.021 44.777 Berdasarkan pada Tabel 2 diketahui bahwa kerugian terbesar akibat kekeringan terjadi pada tahun dan. Hal ini terjadi karena pada dua tahun tersebut musim kering lebih panjang daripada musim hujan. Pada kondisi normal, periode musim hujan dan kering sebenarnya sama, tetapi karena ada perubahan iklim akibat pemanasan global mengakibatkan periode waktu musim hujan dan kering menjadi tidak sama. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh pada produksi tanaman pangan, khususnya padi yang sangat memerlukan air pada kondisi tertentu. B. Serangan OPT Jenis OPT pada tanaman padi saat musim hujan dan musim kering sama, yaitu WBC, Penggerek batang, tikus dan tungro. Perbedaannya hanya pada intensitas serangan per wilayah penghasil padi. Untuk serangan OPT pada musim hujan dan kering dapat dilihat pada Gambar 3a, 3b, 4a, 4b, 5a, 5b, 6a dan 6b. Berdasarkan Gambar 3a dan Gambar 3b, diketahui bahwa endemis serangan WBC pada musim hujan lebih kecil daripada musim kering/ kemarau. Daerah yang potensial terkena serangan lebih besar pada musim hujan, sedangkan yang sporadik lebih dominan pada musim kemarau. 34

Gambar 3a. Peta potensi Serangan OPT WBC Musim hujan untuk Padi di Jawa Tengah Gambar 4a. Peta potensi Serangan OPT Penggerek Batang Musim hujan di Jawa Tengah Gambar 4b. Peta potensi Serangan OPT Penggerek Batang Musim Kering untuk Padi di Jawa Tengah Gambar 3b. Peta potensi Serangan OPT WBC Musim Kering untuk Padi di Jawa Tengah Keterangan Gambar 3 : = endemis = potensial = sporadis = Aman Gambar 4a dan Gambar 4b, menunjukkan bahwa serangan penggerek batang pada tanaman padi secara endemis, lebih besar pada musim hujan. Secara sporadis dan potensial relatif sama pada musim hujan dan kemarau. Keterangan Gambar 4 : = endemis = potensial = sporadis = Aman Gambar 5a dan Gambar 5b memberikan gambaran bahwa penyebaran serangan tikus pada musim hujan dan musim kering relatif sama, tetapi lokasi daerahnya berbeda. Gambar 5a. Peta potensi Serangan OPT Tikus Musim hujan untuk Padi di Jawa Tengah 35

Gambar 5b. Peta potensi Serangan OPT Tikus Musim Kering untuk Padi di Jawa Tengah Gambar 6b. Peta potensi Serangan OPT Tungro Musim Kering untuk Padi di Jawa Tengah Keterangan Gambar 5 : = endemis = potensial = sporadic = Aman Gambar 6a dan 6b menunjukkan bahwa serangan OPT tungro pada musim hujan lebih sedikit dibandingkan pada musim kering. Gambar 6a. Peta potensi Serangan OPT Tungro Musim hujan untuk Padi di Jawa Tengah Keterangan Gambar 6 : = endemis = potensial = sporadic = Aman Kerugian akibat serangan OPT adalah kehilangan produksi dan gagal panen. Kerugian tersebut dikategorikan menjadi 4, yaitu : 1. Ringan ( R ) 2. Sedang ( S ) 3. Berat ( B ) 4. Puso ( P ) Luas areal yang terkena serangan OPT selama 5 tahun terakhir di Jawa Tengah seperti pada Tabel 3, 4, 5 dan 6. Tabel 3. Kerugian Tanaman Padi (Ha) Akibat Serangan WBC Tahun - 3.179 16.633 25.085 32.474 13.103 55 1.173 2.333 3.867 369 12 1.035 499 804 7 4 998 4.149 13.245 316 3.249 19.838 32.065 50.390 13.796 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa kerugian terbesar akibat serangan WBC dalam kurun waktu 5 tahun terjadi pada tahun dan terendah di tahun. 36

Tabel 4. Kerugian Tanaman Padi (Ha) Akibat Serangan Penggerek BatangTahun - 31.212 27.814 34.060 24.803 25.910 1.106 1.994 839 1.400 552 175 44 49 63 48 29 70 36 186 45 32.522 29.923 34.984 26.452 26.555 Tabel 5. Kerugian Tanaman Padi (Ha) Akibat Serangan Tikus Tahun - 22.787 29.748 27.605 22.457 25.537 1.556 1.808 2.478 1.892 1.705 185 301 491 283 134 350 475 751 3.500 1.914 24.878 32.332 31.325 28.133 29.290 Daerah yang sangat rawan kekeringan pada tanaman padi adalah Kabupaten Cilacap, Grobogan, Semarang, Pemalang, Pati, Sragen, Rembang dan Kota Semarang. Daerah rawan kekeringan berada di Kabupaten Brebes, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Kendal, Wonogiri, Karanganyar dan Blora Untuk menghindari kerugian yang semakin besar, maka diperlukan : 1. Informasi prakiraan musim dari BMKG yang dapat diakses secara langsung oleh petani 2. Sosialisasi cara membaca, menginterpretasi dan menterjemahkan informasi prakiraan musim. 3. Informasi pola tanam, jenis tanaman dan cara menentukan apa yang akan ditanam pada kondisi musim yang ada Tabel 6. Kerugian Tanaman Padi (Ha) Akibat Serangan Tungro Tahun - 1.034 698 846 1.011 712 260 158 175 141 25 32 32 68 16 1 18 2 10 30 13 SIMPULAN 1.345 890 1.098 1.198 751 Perubahan iklim di sektor pertanian tanaman pangan, khususnya padi memberikan dampak secara : 1. Langsung, yang dapat kita rasakan, meliputi banjir, kekeringan dan serangan OPT 2. Tidak langsung berupa penurunan kualitas kehilangan produksi baik sebagian maupun seluruhnya (puso= gagal panen) Untuk tanaman padi, daerah sangat rawan banjir ada di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Jepara. Daerah rawan banjir meliputi Kabupaten Pemalang, Kendal, Demak, Pati, Kudus, Grobogan, Wonogiri, Purworejo dan Banyumas. Daerah berpotensi ada di Kabupaten Semarang, Sragen, Klaten, Kebumen, Purbalingga dan Batang. 37 DAFTAR PUSTAKA Dinpertan TPH, 2015. Antisipasi Musim Kemarau dan Musim Penghujan. Semarang Jawa Tengah dalam Angka, 2015. BPS, Semarang Nazir, 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Uphoff, 2003. Some Analytical Issue in Measurement Empowerment for the Poor, with Concern for Community and Local Government. Paper Pressented at the Workshop on Measurering Empowerment. Payne, 1997. Social Work and Community Care. McMillan, London Rencana Strategis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tahun. BMKG. Jakarta. Sekaran, Umi. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Salemba Empat: Jakarta Susilowati dkk, 2009. The shock of Climate change towards the vulnerable Small scale Fisheries Sector in Central java Province- Indonesia : The Way Forward. Makalah Fifth International Conference di Global Academy of Business & Economic Research, Malaysia.

Sumastuti dan Sucihatiningsih,. Adaptation of Agricultural Sector to Climate Change In Central Java. Makalah Symposium On Economic Impacts Of Global Warming. UNNES, Semarang Sumastuti dan Susilowati,. Managing Natural Disaster and Climate Change Without Management? An Empirical Evidence of Adaptation and Mitigatioan in The Fisheries Sector, Central Java Province-Indonesia. Symposium On Coastal Resources Management and Development. UNDIP, Semarang. Sumastuti, Karyadi dan Nuswantoro,. The Level Of Empowerment Competitive Food Crop Farmers For Anticipation Climate Change : Pilot Project in Central Java, Indonesia.The 2nd Waswac World Conference, Chiang Rai, Thailand Suryana, A, 2004. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE, Yogyakarta. 38