PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN USAHA DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa usaha dibidang kesehatan adalah merupakan kegiatan yang strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, mendorong terciptanya lapangan kerja dan pengembangan investasi serta meningkatkan pendapatan masyarakat dan Pemerintah Daerah; b. bahwa sebagai upaya untuk melakukan pembinaan pengawasan penertiban dan pengembangan usaha dibidang kesehatan dipandang perlu mengatur tata cara pemberian ijinnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana maksud pada huruf a dan b tersebut di atas, maka perlu diatur dalam Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Nomor 76 Tahun 1981, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Tambahan Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3711); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 7. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 1999 Nomor 11 Seri C-01) jo.peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 26 Tahun 2001 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2001 Nomor 26 Seri D-09); 8. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 22 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2000 Nomor 23 Seri D);
2 9. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 24 Tahun 2000 tentang Bangunan (Lembaran Daerah Kota Tarakan Nomor 23 Seri D); 10. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 15 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan Tahun 2002-2010 (Lembaran Daerah Kota Tarakan Nomor 15 Seri C-04). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN TENTANG PEMBERIAN IJIN USAHA DI BIDANG KESEHATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tarakan; 2. Pemerintah Kota adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif Daerah; 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah badan legislatif Daerah; 4. Kepala Daerah adalah Walikota Tarakan; 5. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perijinan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Tarakan; 7. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Tarakan; 8. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Tarakan; 9. Bendaharawan Khusus Penerima, yang selanjutnya disebut BKP adalah Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan Kota Tarakan; 10. Usaha dibidang kesehatan adalah semua jenis usaha dibidang kesehatan yang memberikan jasa dan pelayanan kesehatan secara umum serta dapat nikmati oleh masyarakat secara aman; 11. Ijin Usaha di dibidang kesehatan, yang selanjutnya disebut ijin adalah ijin yang diberikan Kepala Daerah kepada perorangan dan atau badan untuk mengusahakan / mengoperasikan usaha dagang di bidang kesehatan; 12. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, atau pelayanan kesehatan lainnya. BAB II JENIS-JENIS USAHA DI BIDANG KESEHATAN Pasal 2 (1) Di wilayah Kota Tarakan dapat diadakan usaha di bidang kesehatan dengan persetujuan dari Kepala Daerah; (2) Jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah : a. Pedagang Besar Farmasi adalah suatu usaha yang bergerak dibidang farmasi; b. Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian baik itu peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, dan penyerahan obat kepada masyarakat; c. Toko Obat adalah suatu tempat penjualan obat dengan ketentuan tertentu (bebas terbatas);
3 d. Klinik Kesehatan adalah tempat pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat untuk berobat; e. Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) adalah suatu tempat pelayanan kesehatan khusus untuk ibu dan anak yang melayani untuk pemeriksaan kesehatan, konsultasi, dan pengobatan; f. Klinik Bersalin adalah suatu tempat pelayanan kesehatan khusus melayani ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan melahirkan; g. Optikal adalah suatu usaha penjualan peralatan optik (kacamata); h. Akupuntur adalah suatu usaha pengobatan atau pemeriksaan orang sakit dengan tusuk jarum; i. Pengobatan Alternatif adalah pengobatan yang tidak dilakukan secara medis melainkan dengan cara pengobatan supranatural atau menggunakan keahlian tertentu; j. Laboratorium Kesehatan adalah tempat atau ruangan tertentu yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan kimia tertentu untuk mengadakan percobaan/penyelidikan pemeriksaan suatu sediaan atau sampel untuk kepentingan diagnosa penyakit atau lingkungan; k. Usaha Pembuatan Gigi adalah seseorang yang mempunyai keahlian dibidang pembuatan gigi palsu; l. Usaha Jamu Tradisional adalah usaha pembuatan obat yang dibuat dari akarakaran, daun-daunan dan sebagainya yang diramu sedemikian rupa dengan cara yang diwariskan dari nenek moyang secara turun menurun dan dijual pada tempat yang permanen; m. Panti Pijat adalah tempat yang melaksanakan pengobatan secara tradisional dengan cara pemijatan; (3) Jenis-jenis usaha lain yang tidak termasuk di dalam ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB III BENTUK USAHA DAN PERMODALAN Pasal 3 (1) Usaha di bidang kesehatan yang seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dapat berbentuk badan dan atau perorangan dengan maksud dan tujuan semata-mata berusaha dalam bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Modal usaha di bidang kesehatan dapat dimiliki oleh badan usaha atau perorangan warga negara Indonesia dan atau kerjasama Badan Usaha warga negara Asing sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) Usaha di bidang kesehatan yang modalnya patungan antara warga negara Indonesia dan warga negara Asing wajib berbadan hukum. BAB IV PENGUSAHAAN USAHA DI BIDANG KESEHATAN Pasal 4 (1) Pengusahaan usaha di bidang kesehatan meliputi usaha sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) Peraturan Daerah ini; (2) Setiap pembangunan atau perluasan usaha di bidang kesehatan, pengusaha yang bersangkutan wajib memperoleh persetujuan dari Kepala Daerah setelah mendapat rekomendasi dari dinas terkait.
4 BAB V K E W A J I B A N Pasal 5 (1) Pengusaha/penyelenggara di bidang kesehatan berkewajiban untuk : a. Mengadakan pembukuan perusahaan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku; b. Menjaga martabat usaha di bidang kesehatan serta mencegah penggunaan fasilitas yang disediakan untuk kegiatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, serta segala hal yang bertentangan dengan kepribadian Agama, Bangsa dan Negara; c. Bertanggung jawab atas persyaratan sanitasi dan hygiene dalam lingkungan usaha sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; d. Mentaati perjanjian kerja, keselamatan kerja, dan jaminan sosial karyawannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Tidak menggunakan tempat usahanya diluar dari ijin usaha yang telah ditentukan; f. Memberikan laporan pemakaian fasilitas dan pelayanan setiap akhir tahun kepada Kepala Daerah melalui Dinas Kesehatan dan apabila dianggap perlu Kepala Daerah dapat meminta laporan tertentu kepada pimpinan setiap jenis usaha di bidang kesehatan. (2) Tata cara pembuatan laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf f Pasal ini, diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD. BAB VI KETENTUAN PERIJINAN Pasal 6 (1) Setiap orang pribadi dan atau badan yang menyelenggarakan usaha di bidang kesehatan wajib memiliki ijin; (2) Ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, hanya dapat diberikan pada tempat-tempat tertentu dalam Kota Tarakan yang pengaturannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan; (3) Ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan dan wajib didaftar ulang setiap tahun; (4) Ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) dinyatakan batal jika kegiatan usaha belum dimulai dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya ijin; (5) Tata cara penyelenggaraan ijin diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah. BAB VII KETENTUAN BIAYA PERIJINAN Pasal 7 (1) Setiap orang pribadi dan atau badan yang telah memperoleh ijin dikenakan biaya perijinan; (2) Biaya perijinan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD; (3) Biaya perijinan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, disetorkan ke Kas Daerah melalui BKP pada Dinas Pendapatan.
5 BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 8 (1) Pembinaan dan pengawasan atas kegiatan usaha di bidang kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan instansi terkait dan organisasi profesi yang membidangi kesehatan; (2) Dalam upaya pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, Dinas Kesehatan bersama-sama dengan instansi terkait dan organisasi profesi yang membidangi kesehatan memberikan bimbingan dan petunjuk, baik administratif maupun teknis operasional. BAB IX SANKSI ADMINISTRASI Pasal 9 (1) Kepala Daerah dapat mengenakan sanksi administrasi atas pelanggaran Pasal 5 Peraturan Daerah ini; (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, adalah : a. Peringatan secara lisan; b. Peringatan secara tertulis; c. Pencabutan sementara surat atau dokumen ijin; d. Pencabutan seluruh surat atau dokumen ijin; e. Penutupan/penyegelan tempat usaha. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 10 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3 ayat (3), Pasal 4 ayat (2), dan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, adalah pelanggaran; (3) Dengan tidak mengurangi arti ketentuan ancaman pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, terhadap pemegang ijin dapat dikenakan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah ini. BAB XI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 11 (1) Selain oleh Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota yang pengangkatannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang kesehatan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi dan atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang kesehatan; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi dan atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang kesehatan; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang kesehatan;
6 e. Melakukan penggeledahan-penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meningggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang kesehatan; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah. Pasal 13 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan. Ditetapkan di Tarakan pada tanggal 28 Nopember 2002 WALIKOTA TARAKAN, ttd dr. H. JUSUF S.K Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2002 Nomor 14 Seri E-10 Tanggal 2 Desember 2002 SEKRETARIS DAERAH, ttd. Drs. H. BAHARUDDIN BARAQ, M.Ed Pembina Utama Muda Nip. 550 004 607