IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

Latar belakang. Oleh: Sukendro. Bs Nrp

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Studi Penggunaan Jenis Elektroda Las Yang Berbeda Terhadap Sifat Mekanik Pengelasan SMAW Baja AISI 1045

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Persentasi Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARI BUDIANTO NIM : D TUGAS AKHIR. Disusun :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN POSTWELD HEAT TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS BAJA TAHAN KARAT

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Chamdani Achmad

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA SS400 DENGAN VARIASI ARUS

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur (%) Raw Material Welding Metal Fe 98.58 97.97 C 0.51 0.10 Si 0.26 0.51 Mn 0.63 1.08 Cr < 0.0027 0.026 Ni < 0.018 < 0.018 Mo < 0.0018 < 0.0018 Cu 0.018 0.016 Al 0.00 0.00 V 0.0065 0.014 W 0.063 0.081 Ti 0.00 0.021 Nb 0.01 0.01 B 0.00 0.00 S 0.011 0.14 P 0.0042 0.026 2. Data Proses Pengelasan Data pengelasan yang digunakan dalam pengelasan ini adalah sebagai berikut:

55 a. Elektroda dengan diameter 2.6 mm Gambar 22. Jumlah Multypass Pada Elektroda 2.6 mm Arus Pengelasan Tegangan Pengelasan Posisi Pengelasan Elektroda Las Lapisan Las Jumlah Lapisan Las : 80 Ampere : 380 / 400 Volt : Mendatar, Downhand : E7016 LB-52 : Multypass : 7 Lapisan las b. Elektroda dengan diameter 3.2 mm Gambar 23. Jumlah Multypass Pada Elektroda 3.2 mm Arus Pengelasan Tegangan Pengelasan Posisi Pengelasan Elektroda Las Lapisan Las Jumlah Lapisan Las : 110 Ampere : 380 / 400 Volt : Mendatar, Downhand : E7016 LB-52 : Multypass : 4 Lapis las

56 c. Elektroda dengan diameter 4 mm Gambar 24. Jumlah Multypass Pada Elektroda 4 mm Arus Pengelasan Tegangan Pengelasan Posisi Pengelasan Elektroda Las Lapisan Las Jumlah Lapisan Las : 130 Ampere : 380 / 400 Volt : Mendatar, Downhand : E7016 LB-52 : Multypass : 3 Lapis las B. DATA HASIL PENGUJIAN 1. Pengambilan Data Pengujian Pengujian ini dilakukan pada mesin uji tarik UPM 1000 dengan beban maksimal 10 ton. Spesimen yang diuji adalah spesimen uji tarik dengan standar spesimen ASTM E-8 (gambar 25a). Untuk mengukur nilai kekuatan tarik pada daerah sambungan las V tunggal, benda kerja dicekam pada ragum mesin uji tarik yang tersedia. Kemudian dilakukan proses pengujian tarik sampai benda kerja terputus pada daerah lasan yang terlihat pada gambar 25b. Kekuatan tarik dan elongation yang terjadi akan terbentuk berupa grafik tegangan-regangan. Setelah didapatkan hasil grafik tegangan-regangan, proses selanjutnya adalah mendapatkan nilai kekuatan tarik dalam satuan MPa dengan menggunakan persamaan :

57 F max UTS,(MPa).. (4) A0 %.. (5) sehingga didapatkanlah data-data pengujian berupa kekuatan dan elongation. Dimana akan Dibahas lebih lanjut pada bagian C bab ini. (a) (b) Gambar 25. (a) Spesimen Sebelum dilakukan uji tarik (b) Spesimen Setelah dilakukan uji tarik. 2. Kekuatan Tarik Maksimum Data mengenai kekuatan tarik maksimum dengan variasi diameter elektroda dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Nilai Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength) Jenis Elektroda Las E 7016 LB-52 Diameter Elektroda Nomor Spesimen Kekuatan Tarik (MPa) Rata-rata Kekuatan Tarik (MPa) 1 540.0 2.6 mm 2 593.3 560.0 3 546.7 1 586.7 3.2 mm 2 653.3 613.3 3 600.0 1 540.0 4.0 mm 2 533.3 524.4 3 500.0 Raw Material 720.0

58 Dari tabel 8, tegangan tarik terbesar yaitu 653.3 MPa terjadi pada spesimen 2 pada elektroda E-7016 dengan diameter 3.2 mm. Sedangkan untuk tegangan tarik terkecil yaitu 500.0 MPa terjadi pada spesimen 3 pada elektroda E-7016 dengan diameter 4 mm. Sehingga setelah diratarata tegangan tarik terbesar terjadi pada elektroda E-7016 dengan diameter 3.2mm sebesar 613.3 MPa dan untuk tegangan tarik terkecil terjadi pada elektroda E-7016 dengan diameter 4 mm yaitu 524.4 MPa. Pada pengujian ini juga dilakukan pengujian tarik terhadap based metal dari baja AISI 1045 (baja tanpa perlakuan las) dengan tegangan tarik yang didapat sebesar 720.0 MPa. 3. Data Perpanjangan (elongation) Nilai perpanjangan (elongation) total dari masing-masing diameter elektroda E-7016 LB-52 dapat dilihat dalam tabel 9. Tabel 9. Nilai Perpanjangan (elongation) Jenis Elektroda Las E 7016 LB-52 Diameter Elektroda Nomor Spesimen Elongation (%) Rata-rata Elongation (%) 1 29.2 2.6 mm 2 35.7 32.1 3 31.4 1 36.8 3.2 mm 2 41.1 38.6 3 37.8 1 27.0 4.0 mm 2 27.0 26.6 3 25.9 Raw Material 49.7 Dari tabel 9, nilai perpanjangan (elongation) terbesar terjadi pada spesimen 2 untuk elektroda dengan diameter 3.2 mm yaitu sebesar 41.1 %,

59 sedangkan nilai perpanjangan (elongation) terkecil terjadi pada spesimen 3 untuk elektroda dengan diameter 4 mm yaitu sebesar 25.9 %. Setelah dirata-ratakan nilai perpanjangan (elongation) terbesar terjadi pada elektroda dengan diameter 3.2 mm sebesar 38.6 % dan rata-rata nilai perpanjangan (elongation) terkecil terjadi pada elektroda dengan diameter 4.0 mm yaitu 26.6 %. Pada pengujian ini juga dilakukan pengujian tarik terhadap based metal dari baja AISI 1045 (baja tanpa perlakuan las) dengan nilai perpanjangan (elongation) yang didapat sebesar 49.7 %. C. GRAFIK HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Dari pengolahan data hasil pengujian dan grafik tegangan-regangan yang diambil maka dapat dilihat nilai kekuatan tarik rata-rata dari masing-masing diameter elektroda E-7016 yang dapat dilihat pada table 10. di bawah ini. Tabel 10. Data Tegangan Tarik Maksimum Jenis Diameter Elektroda Las Elektroda Las (mm) E-7016 LB-52 Rata-rata Kekuatan Tarik Hasil Pengelasan (MPa) 2.6 560.0 3.2 613.7 4 524.4 Raw Material 720.0 Dari tabel 10, dapat ditarik hubungan antara kekuatan tarik hasil lasan dari masing-masing material dengan menggunakan variasi diameter elektroda las yang dapat digambarkan dalam diagram batang di samping.

60 800.0 700.0 600.0 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0 0.0 Raw material 2.6 mm 3.2 mm 4.0 mm Kekuatan Tarik 720.0 560.0 613.3 524.4 Gambar 26. Grafik Nilai Kekuatan Tarik Terhadap Variasi Diameter Elektroda Dari gambar 26 dapat dilihat nilai kekuatan tarik hasil pengelasan baja AISI 1045 terhadap variasi diameter elektroda. Nilai kekuatan tarik pada raw material adalah 720.0 MPa. Nilai rata-rata kekuatan tarik pada elektroda berdiameter 2.6 mm adalah 560.0 MPa, ini mengalami penurunan sebesar 22.2% dari kekuatan tarik raw material. Penurunan ini terjadi karena terlalu kecilnya ukuran diameter elektroda sehingga menyebabkan banyaknya layer multypass pada kampuh las. Jumlah layer ini mengindikasikan banyak atau sedikitnya daerah lasan mengalami pengaruh panas secara berulang. Pengaruh panas secara berulang ini menyebabkan daerah HAZ mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat sehingga menyebabkan perubahan struktur metalurgi pada daerah hasil lasan yang mengakibatkan daerah pengaruh panas menjadi keras tapi cenderung lebih getas. Nilai rata-rata kekuatan tarik pada elektroda berdiameter 3.2 mm adalah 613.3 MPa, hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 9.5 % dari rata-rata kekuatan tarik elektroda berdiameter

61 2.6mm. Kenaikan ini terjadi karena diameter yang digunakan tepat dengan ukuran besar kampuh dan ketebalan pelat material yang dilas. Menghasilkan kemantapan busur nyala yang baik sehingga penyebaran panas pada saat proses pengelasan menjadi lebih sempurna dan merata. Akibatnya pada saat peleburan dan penyatuan antara logam las dan logam induk menjadi lebih halus dan lebih homogen. Nilai rata-rata kekuatan tarik elektroda berdiameter 4 mm yaitu sebesar 524.4 MPa, hal ini berarti mengalami penurunan sebesar 27.16 % dari kekuatan tarik raw material. Penurunan ini terjadi karena terlalu besarnya diameter elektroda yang digunakan sehingga menyebabkan besarnya perbedaan kecepatan pendinginan pada daerah permukaan las dengan daerah bagian dalam las. Perbedaan kecepatan pendinginan ini mengakibatkan material las mengalami distorsi dan deformasi yang besar pada saat proses pendinginan. Besar kecil nya ukuran diameter elektroda yang digunakan dalam pengelasan harus disesuaikan dengan besar kampuh las dan tebal pelat yang akan disambung. Ketepatan dalam memilihan besar diameter yang akan digunakan akan sangat mempengaruhi kekuatan dan ketangguhan dari sambungan las itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji tarik yang telah dilakukan. Kekuatan tarik akan menurun apabila menggunakan elektroda dengan diameter yang terlalu kecil atau pun menggunakan elektroda dengan diameter yang terlalu besar. Naik turunnya nilai kekuatan tarik juga dipengaruhi oleh jenis elektroda, tegangan busur las, kecepatan pengelasan, dan ada tidaknya cacat dalam pengelasan.

62 Dari penelitian ini, didapat kekuatan tarik terbesar terjadi pada pengelasan dengan diameter 3.2 mm yaitu sebesar 613.3 MPa. Sehingga dapat dikatakan diameter ini tepat untuk pengelasan benda kerja dengan sudut kampuh 90 0 dan ketebalan pelat 12 mm. Tabel 11. Data Nilai Perpanjangan (elongation) Jenis Elektroda Las E 7016 LB-52 Diameter Elektroda Rata-rata Elongation(%) 2.6 mm 32.1 3.2 mm 38.6 4.0 mm 26.6 Raw Material 49.7 Dari tabel 11, hubungan antara nilai perpanjangan (elongation) terhadap diameter elektroda las dapat digambarkan dalam diagram batang seperti gambar di bawah ini. 50.0% 45.0% 40.0% 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% Raw material 2.6 mm 3.2 mm 4.0 mm Elongation 49.7% 32.1% 38.6% 26.6% Gambar 27. Grafik Nilai Perpanjangan (elongation) Terhadap Variasi Diameter Elektroda Gambar 27, menunjukkan diagram perpanjangan (elongation) terhadap variasi diameter elektroda. Pada grafik tersebut nilai perpanjangan raw material merupakan nilai perpanjangan terbesar dibandingkan ketiga material yang

63 mengalami pengelasan yaitu sebesar 49.7 %. Nilai perpanjangan pada elektroda berdiameter 2.6 mm adalah 32.1 %, nilai perpanjangan ini mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai perpanjangan raw material yaitu sebesar 17.6 %. Nilai perpanjangan pada elektroda berdiameter 3.2 mm adalah 38.6 %, nilai ini mengalami penurunan sebesar 11.1 % dibandingkan dengan nilai perpanjangn raw material tetapi mengalami peningkatan sebesar 6.5 % dibandingkan nilai perpanjangan pada elektroda berdiameter 2.6 mm. Nilai perpanjangan elektroda dengan diameter 3.2 mm merupakan nilai terbesar dibandingkan nilai perpanjangan pada elektroda dengan diameter 2.6mm dan 4.0 mm. Nilai perpanjangan pada elektroda berdiameter 4.0 mm yaitu sebesar 26.6 %, nilai perpanjangan ini merupakan nilai perpanjangan terkecil dibandingkan kedua variasi diameter elektroda yang lain. Sebelum dilanjutkan ke pengelasan lapisan berikutnya, material didiamkan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menurunkan temperatur pada benda kerja sehingga deformasi yang terjadi tidak terlalu besar, akibat dari naik turunnya temperatur ini menyebabkan hasil dari pengelasan mengalami distorsi dan tegangan dalam (internal stress) sehingga terjadi perubahan struktur material baja. Tegangan dalam ini yang mempengaruhi sifat dan kekuatan tarik dari hasil lasan khususnya pada baja AISI 1045 ini.