MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Mochtar. 2005). Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

GAMBARAN DAN ANALISIS BIAYA PENGOBATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. rectal yang terkadang disertai pendarahan. mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia (BPH) dilaporkan terus meningkat yang banyak dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

B A B PENDAHULUAN. seperti hernia inkarserata, masih merupakan perdebatan. Jaringan yang edema,

BAB I PENDAHULUAN. Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025,

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DIARE DI BANGSAL MELATI RSUD SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

I. PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

Transkripsi:

HUBUNGAN USIA DENGAN LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBILIS YANG DILAKUKAN OPERASI HERNIOREPAIR DENGAN MENGGUNAKAN MESH DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008-2009 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh: MUHAMMAD PRABU ARYANDA J 500 060 009 Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hernia repair inguinal adalah salah satu prosedur pembedahan yang terbesar di dunia. Tehnik pembedahan untuk herniorepair akan lebih baik jika mengerti anatomi dan fisiologi kanalis inguinalis (Desarda, 2008). Sedangkan menurut Koch, 2005 mengatakan bahwa hernia repair inguinal merupakan operasi tersering yang dilakukan di pembedahan umum dengan jumlah operasi lebih dari 20 juta per tahun. Di Amerika Serikat dilakukan 800.000 operasi herniorepair setiap tahunnya. Sedangkan di Belanda 33.000 operasi herniorepair setiap tahunnya (Ruhl, 2007). Dari data yang didapatkan dari RSUD Sragen jumlah penderita hernia pada tahun 2008 cukup tinggi sekitar 8,25 % dari kunjungan 10.960 pasien. Dari data tersebut ditemukan bahwa penyakit hernia inguinalis termasuk dalam 10 besar penyakit yang memerlukan tindakan operasi bedah (Wihono, 2009). Herniorepair inguinal adalah tindakan pembedahan untuk pasien hernia inguinal. Herniorepair dapat dilakukan dengan berbagai tehnik operasi, seperti pure tissue repair hernioplasty, tension-free hernioplasty dan laparoskopik. Herniorepair dengan menggunakan mesh sintetik akan mengurangi resiko hernia rekuren dan mengurangi kemunculan nyeri persisten (Scott, 2004). Tension-free hernio repair telah dipuji dengan hasil yang baik sekali, lebih baik dibandingkan herniorepair laparoskopik (Conze et al, 2001). Di Amerika Serikat pada tahun 2003 lebih dari 90% hernia inguinal direpair dengan open-mesh (Rutkow, 2003). Secara relative kemajuan sederhana dari hasil klinis atau penghematan sumber yang digunakan dalam herniorepair inguinal akan berhubungan secara signifikan dengan pengobatan dan dampak ekonomi (Veen, 2008). Angka lama rawat inap (Length of stay) merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan medis di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh The Americans Colledge of Surgeons (Soejadi, 1996). LOS adalah rata-rata 1

2 lamanya (dinyatakan dalam hari) seseorang penderita menghuni sebuah tempat tidur (dirawat) selama satu periode waktu. Menurut Wibisono, 1997 mengatakan bahwa kelompok usia lanjut mempunyai lama hari rawat lebih lama dari pada penderita dewasa muda. Umumnya nilai makin kecil makin baik, tetapi bila membandingkan harus diperhitungkan faktor penyakit yang berlainan (lamanya perawatan berlainan untuk penyakit yang berlainan) dan keadaan penderita waktu keluar, penderita yang keluar mati atau pulang paksa dalam keadaan belum sembuh tidak menggambarkan lama rawat yang sebenarnya (WHO-Depkes, 1997). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Insidensi hernia akan meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang (Sjamsuhidayat, 2004). Faktor usia merupakan faktor resiko berkembangnya hernia inguinal. Pembedahan yang dilakukan pada pasien dewasa, lebih sering terjadi pada pasien berusia 60-80 tahun (Martin, 2000). Resiko hernia inguinal meningkat dengan usia yang bertambah, mencapai 22, 8% pada orang berusia 60-74 tahun (Ruhl, 2007). Menurut Abrahamson, 1997 mengatakan bahwa insidensi hernia inguinal menurut usia diperkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang 25 40 tahun 5 8 %, di atas 75 tahun 45 %. Sedang menurut jenis kelamin insiden hernia inguinal pada pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita. Menurut laporan di Amerika Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinal di rumah sakit adalah 3, 9% untuk laki-laki dan 2, 1% untuk perempuan setelah rata-rata diikuti selama 18, 2 tahun (Ruhl, 2007). Sedangkan menurut Koch, 2005 mengatakan bahwa herniorepair inguinal yang terjadi pada perempuan hanya sekitar 8% dari semua herniorepair inguinal (Koch, 2005). Secara umum hernia lebih sering terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena pada usia lanjut dinding otot sudah lemah, sehingga sangat berpeluang terjadinya hernia. Dan adapun faktor presipitasi yang dapat

3 mengakibatkan hernia antara lain : obesitas, kehamilan, mengejan, batuk kronis, mengangkat beban berat (Wihono, 2009). Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Sekarang ini Indonesia menempati peringkat keempat dunia dengan penduduk orang berusia lanjut terbanyak di dunia dibawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut data dari Departemen sosial jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2005 adalah sekitar 17,6 juta jiwa. Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2005 di Jawa Tengah terdapat sekitar 2,2 juta jiwa penduduk lanjut usia Pada tahun 2010 diprediksikan jumlah orang lanjut usia meningkat menjadi 9,58 % dan pada tahun 2020 sebesar 11,20 % (Sulandari, 2009). Usia tua akan mempengaruhi aspek kehidupan mereka seperti terjadinya perubahan-perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan atau munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut. Secara signifikan orang tua mengalami kasus mortalitas dan morbiditas lebih besar daripada orang muda. Kerentanan orang tua terhadap penyakit disebabkan oleh menurunnya fungsi sistem imun tubuh (Depkes, 2003a). Sindroma gagal pulih merupakan stadium akhir dari kerapuhan pada usia lanjut. Tanda sindroma gagal pulih muncul secara bertahap, dimulai dari malnutrisi dengan hilangnya jaringan lemak dan otot, penurunan fungsi fisik dan kognitif, menurunnya nafsu makan dan makin menarik diri dari aktivitas sosial (Martono, 2009). Menurut Kane et al, 1994 mengatakan bahwa dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organorgannya makin besar. Mengingat tingginya insidensi hernia repair inguinal (Desarda, 2008), banyaknya herniorepair dengan menggunakan mesh yang dilakukan sebagai tindakan pembedahan untuk pasien hernia inguinalis (Rutkow, 2003), hernia lebih sering terjadi pada orang yang sudah lanjut usia (Wihono, 2009) dan usia lanjut mempunyai lama hari rawat lebih lama dari pada penderita dewasa

4 muda (Wibisono, 1997). Maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara usia dengan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dilakukan operasi herniorepair dengan menggunakan mesh di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. B. Perumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan yaitu apakah ada hubungan antara usia dengan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dilakukan operasi herniorepair dengan menggunakan mesh di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2008-2009? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dengan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dilakukan operasi herniorepair dengan menggunakan mesh. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui jumlah pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dilakukan operasi herniorepair dengan menggunakan mesh di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. b. Mengetahui lama rawat pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dilakukan operasi herniorepair dengan mesh yang berusia kurang dari 60 tahun di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. c. Mengetahui lama rawat pasien hernia inguinalis lateralis reponibilis yang dilakukan operasi herniorepair dengan mesh yang berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. d. Mengetahui apakah ada keterkaitan antara usia dengan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

5 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan beberapa manfaat antara lain : 1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai hubungan usia dan lama rawat inap pada pasien hernia inguinalis. 2. Hasil penelitian dapat sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tindakan bedah terutama bedah operasi herniorepair dengan mesh pada pasien hernia inguinalis. 3. Dapat mendorong tersusunnya langkah-langkah untuk mengantisipasi terjadinya rawat inap yang lama pasca operasi. 4. Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.