PENDAHULUAN. Supatono 9

dokumen-dokumen yang mirip
BAHASAN KEUTUHAN NKRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS V-A SDN TANGGUL WETAN 04 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

PENGGUNAAN METODE DELICAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI TENTANG ASMAUL HUSNAH PADA SISWA KELAS II SDN MANGGISAN 01 JEMBER.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Pengaruh globalisasi dapat mempengaruhi gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MONGKRONG, WONOSEGORO

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan rumusan masalah maka penelitian ini menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

Oleh: ENUNG KARNENGSIH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI KELOMPOK (SISWA KELAS III SDN CANDIJATI 01 ARJASA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswanya. Agar mampu melaksanakan tugas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

IMPLEMENTASI METODE MAKE A MATCH DALAM PENDEKATAN SAINTIFIKMATA PELAJARAN PKN PADA SISWA KELAS IV SDN KEBONSARI 01 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

Jufri Lanasir, Anthonius Palimbong, dan Hasdin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB III METODE PENELITIAN

Theresyam Kabanga Program Studi PGSD UKI Toraja ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE SISWA KELAS IV SDN 10 PADANG DAREK KABUPATEN SOLOK SELATAN

Oleh : Susi Rahmawati Abstrak

Lulus Yuliastuti 23. Kata Kunci: Hasil Belajar, pembelajaran PKn, Inkuiri. Guru Kelas IV SDN Sidomekar 08 Semboro, Jember

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING. Siti Jaenatun SDN Dukuhjati Kidul 02 Kec. Pangkah Kab.

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF ABJAD MELALUI TEKNIK MENULIS DI UDARA PADA SISWA KELAS 1 B SDN KLATAKAN 02 JEMBER.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV SDN 1 BALE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB

IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) YANG BERKARAKTER PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

MENINGKATKAN SOPAN SANTUN DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGINTEGRASIKAN BUDI PEKERTI KEDALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS III SDN KRAMAT SUKOHARJO 02 TANGGUL KABUPATEN JEMBER Supatono 9 Abstrak.Meningkatkan sopan santun dan hasil belajar siswa dengan mengintegrasikan budi pekerti dalam PKn dikelas III SDN Kramat Sukoharjo 02. Hasil dari observasi, secara empirik menunjukkan munculnya fenomena merosotnya nilai moral yang ditandai dengan fenomena perilaku yang tidak santun, perilaku kekerasan, tidak hormat kepada guru, kurang menghargai teman, masa bodoh, suka menggunjing, dan seterusnya. Dengan demikian pendidikan budi pekerti sangat diperlukan untuk memberikan kontribusi yang bermakna terhadap pendewasaan anak usia sekolah dan pemuda, yang harus mampu menunjukkan dirinya bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional, sosial dan spiritual. Dalam mengatasi krisis amal,untuk meningkatkan perilaku sopan santun dan hasil belajar siswa perlu adanya solusi yang tepat.salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengintegrasikan Budi Pekerti ke dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn).Agar system penddikan kita berimbang,anak tidak hanya cerdas secara rasional saja melainkan juga cerdas secara emosional,sosial dan spiritual.atas dasar hal tersebut peneliti menetapkan dalam penelitian ini memilih judul Meningkatkan sopan santun dan hasil belajar siswa dengan mengintegrasikan Budi Pekerti kedalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran di kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Hasil penelitian pada siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 68, pada siklus 2 meningkat menjadi 77 dan pada siklus 3 89. Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan mengintegrasikan Budi Pekerti kedalam Pendidikan dan Kewarganegaraan dapat meningkatkan prilaku sopan santun dan pretasi belajar siswa kelas III di SDN Kramat Sukoharjo 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, yang ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata menjadi 88 jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan sebelumnya (ada peningkatan yang signifikan). Kata Kunci: Sopan Santun, Hasil belajar, Budi Pekerti PENDAHULUAN Salah satu kritik yang menarik terhadap sistem pendidikan kita antara lain pendidikan kita terlalu mementingkan pendidikan akademik, dan kurang diimbangi pendidikan karakter, budi pekerti yang luhur, akhlak, moral dan mentalitas yang tinggi. Untuk memberikan respon secara positif terhadap kritik tersebut. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah tengah mencoba mengadakan beberapa penyempurnaan dalam sistem pendidikan nasional pada umumnyadan sistem pembelajaran dan pengajaran pada khususnya, selaras dengan arus perubahan yang kini sedang menggejala dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan dasar dan menengah antara lain: 9 Staf Pengajar SDN Kramat Sukoharjo 02 Kab Jember

70 Pancaran, Vol. 4, No. 1, hal 69-78, Februari 2015 Pertama, sistem penyelenggaraan pendidikan yang sentralistis kini telah diubah menjadi sistem penyelenggaraan pendidikan yang desentralistik dengan titik berat pemberian kewenangan kepada daerah kabupaten atau kota. Kedua, sistem pembelajaran yang lebih berpusat kepada guru diubah menjadi sistem pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa dengan pendekatan yang dikenal dengan student artic learning, atau yang dikenal dengan pensekatan PAKEM (PembelajaranAktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Ketiga, pendidikan yang lebih mengedepankan aspek akademis (high based education) secara bertahap telah diarahkan menjadi pendidikan yang berorientasi ketrampilan untuk hidup (lifeskill). Pendidikan budi pekerti merupakan sarana untuk dapat memberikan konstribusi dalam pembinaan karakter, watak dan moralitas yang tinggi. Dalam Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN. Khusus pada Bab IV huruf D, mengenai Agama dinyataka pada butir 1, yaitu memantapkan fungsi peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama.pada bab IV huruf C bagian e, mengenai pendidikan dinyatakan pada butir 2, yaitu meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga kependidikan mampu berfungsi secara optimal terutama dalam meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan. Selanjutnya pada fisi dan misi Garis Garis Besar Haluan Negara Indonesia tahun 1999 digariskan bahwa Pengamalan Pancasila harus dilakukan secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia dan seterusnyaperlu diwujudkan. Hasil dari observasi, secara empirik menunjukkan munculnya fenomena merosotnya nilai moral yang ditandai dengan fenomena perilaku yang tidak santun, perilaku kekerasan, tidak hormat kepada guru, kurang menghargai teman, masa bodoh, suka menggunjing, dan seterusnya. Dengan demikian pendidikan budi pekerti sangat diperlukan untuk memberikan kontribusi yang bermakna terhadap pendewasaan anak usia sekolah dan pemuda, yang harus mampu menunjukkan dirinya bukan hanya cerdas

Supatono: Meningkatkan Sopan Santun dan Hasil Belajar Siswa Dengan 71 secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional, sosial dan spiritual (Depdiknas, 2003). Agar siswa memiliki tingkat kecerdasan secara rasional dan juga berperilaku yang santun maka perlu dengan adanya pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti kedalam Mata Pelajaran yang relevan. Dalam hal ini peneliti mencoba mengintegrasikan pelajaran budi pekerti kedalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Berdasarkan latar belakang dan identitas masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1)bagaimanakah penerapan model Pengintegrasian budi pekerti kedalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pokok bahasan musyawarah di kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kabupaten Jember?; (2) bagaimanakah aktivitas siswa selama penerapan model Pengintegrasian budi pekerti kedalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pokok bahasan musyawarah di kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kabupaten Jember?; (3) bagaimanakah hasil belajar siswa setelah penerapan model Pengintegrasian budi pekerti kedalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pokok bahasan musyawarah di kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kabupaten Jember?. Tujuan penelitian tindakan kelas ini bertujuan sebagai berikut: 1) Mendiskripsikan Model Pengintegrasian Budi Pekerti kedalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa. 2) Mendiskripsikan Model Pengintegrasian Budi Pekerti kedalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: 1) Model Pengintegrasian budi pekerti kedalam PKn dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa dalam musyawarah di kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kabupaten Jember; 2) Model Pemgintegrasian budi pekerti kedalam PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kabupaten Jember. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Adapaun manfaatnya sebagai berikut: a) memberikan sajian pelajaran yang terpadu menarik dan menyenangkan agar dapat meningkatkan perilaku sopan santun pada siswa; b) dengan diintegrasikannya budi pekerti kedalam PKn, dapat meningkatkan hasil belajar siswa; c) menemukan alternatif model pembelajaran yang

72 Pancaran, Vol. 4, No. 1, hal 69-78, Februari 2015 mampu meningkatkan perilaku sopan santun dan hasil belajar siswa; d) memberikan solusi terhadap kritikan yang selama ini terjadi yakni bahwa sistem pendidikan kita hanya mengutamakan akademik kurang memperhatikan moral, sosial, dan spiritual; e) memberikan jalan keluar yang selama ini merupakan kelemahan para guru secara umum yakni lebih mengutamakan pengajaran dan meninggalkan aspek yang justru lebih penting yakni pendidikan; f) diharapkan dengan model Pengintegrasian budi pekerti kedalam PKn ini dapat memberikan jalan keluar dalam mengatasi krisis moral pada usia anak sekolah dan sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar para peserta didik; g) dengan diintegrasinya Pendidikan Budi Pekerti kedalam PKn atau mata pelajaran lainnya yang relevan diharapkan dapat menanggulangi kenakalan remaja untuk mencegah tawuran antar siswa di sekolah atau antar sekolah dengan sekolah lain. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) PTK, ini mengacu pada pandangan Eliot (1991) yang terdiri dari siklus. Atas dasar hal tersebut peneliti ingin mengetahui sejauhmana tingkat perilaku sopan santun dalam musyawarah dan hasil belajar siswa terhadap pendidikan Budi pekerti yang diintegrasikan kedalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas III SDN Kramat Sukoharjo 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur sebagai berikut: refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan perancangan ulang. Dalam refleksi awal ini peneliti mengadakan observasi, identifikasi dan menganalisa permasalahan perilaku siswa kelas III yang dikaitkan dengan pendidikan Budi Pekerti dan PKn di SDN Kramat Sukoharjo 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Pengamatan dilakukan oleh peneliti kolaburasi dengan guru kelas III dan teman sejawat, dengan wawancara secara mendalam, analisis dokumen, catatan lapangan unutk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mencatat data-data yang muncul kemudian mentranskripsikannya. Analisa dokumen dengan menilai pengerjaan LKS dan evaluasi pembelajaran. Data tentang peningkatan perilaku sopan santun dilakukan melalui pengamatan aktifitas perilaku siswa selama pembelajaran, saat pengerjaan LKS dan diskusi

Supatono: Meningkatkan Sopan Santun dan Hasil Belajar Siswa Dengan 73 kelompok. Data tentang hasil belajar diukur dengan membandingkan antara hasil penilaian fomatif dengan hasil belajar sebelumnya. Hasil refleksi siklus pertama sebagai dasar untuk membuat rancangan pada siklus kedua dan rancangan tindakan lanjutan (perancangan ulang). Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti membuat perancangan ulang untuk penelitian siklus kedua. Perancangan pada siklus kedua ini merupakan penyempurnaan dari siklus pertama. Hal-hal yang muncul pada siklus pertama dicatat, dianalisa, kemudian disempurnakan pada siklus kedua baik yang berhubungan dengan penyempurnaan RPP atau mengenai proses pembelajarannya. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Kramat Sukoharjo 02, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember pada kelas III semester I tahun pelajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa sasaran dalam penelitian sebanyak 20 siswa. Data dikumpulkan melalui pengamatan catatan lapangan, wawancarta secara mendalam dan studi dokumen, a) teknik pengamatan dan catatan lapangan digunakan untuk menilai proses pembelajaran dan peningkatan perilaku sopan santun siswa; b) teknik wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran, kaitannya dengan perilaku sopan santun siswa dalam musyawarah; c) teknik studi dokumen digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian pada siklus I direfleksi untuk bahan penyempurnaan pada siklus II demikian pada siklus II direfleksi lagi guna penyempurnaan pada siklus III dan pelaksanaan selanjutnya dilapangan. Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan dasar hasil observasi terhadap perilaku sopan santun siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)melakukan reduksi data yaitu ricek (pengecekkan) dan mencatat kembali data-data yang telah terkumpul; 2)melakukan interpretasi yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan; 3)melakukan inferensi adalah menyimpulkan apakah dalam pembelajaran ini terjadi peningkatan perilaku sopan santun siswa dan hasil belajar atau tidak ada peningkatan (didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan); 4)tahap tindak lanjut artinya merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya atau pelaksanaan di lapangan setelah siklus berakhir berdasarkan inferensi yang telah ditetapkan; 5)pengambilan

74 Pancaran, Vol. 4, No. 1, hal 69-78, Februari 2015 kesimpulan didasarkan pada analisis hasil-hasil dan observasi dalam penelitian kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan melalui interpretasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil siklus 1 dapat disimpulkan bahwa perilaku sopan santun siswa belum menunjukan peningkatan karena rata-rata prosentasenya dibawah standar yang telah ditetapkan yakni 68%. Oleh sebab itu perlu adanya perbaikan atau penyempurnaan dalam siklus berikutnya. Dari hasil siklus 2 sudah cukup baik, dimana rata-rata prosentasenya mencapai 74% ada kenaikan jika dibandingkan dengan pengamatan siklus I. Sedangkan pada siklus 3 menjadi 88% terdapat kenaikan,ini merupakan kenaikan yang sangat baik. Untuk mengetahui peningkatan perilaku sopan santun siswa dalam aktivitas di dalam kelas dan pembelajaran dapat dilihat pada table berikut: Tabel 1. Rangkuman Aktivitas Siswa Prosentase No Aktifitas Siklus I Siklus II Siklus III 1 Pengerjaan LKS 68% 76% 86% 2 Pembahasan LKS/Diskusi Klmp 66% 74% 89% 3 Dalam Ulangan Formatif 61% 73% 88% Rata-rata 65% 74% 88% Dari data tersebut diatas tergambarkan dengan jelas bahwa terdapat peningkatan yang signifikan perilaku sopan santun dalam mengerjakan LKS dari siklus I sebesar 68% dan pada siklus II 76% sehingga ada peningkatan 8%, dan pada siklus III tedapat kenaikan 10% dari siklus II yaitu dari 76% menjadi 86% demikian juga pada aktivitas pembahasan dan ulangan formatif juga terdapat peningkatan. Dari table di atas juga dapat disimpulkan bahwa rata-rata perilaku sopan santun siswa dalam aktivitas siswa di kelas menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan yaitu pada siklus I65%, pada siklus II 74% dan pada siklus III 88%. Demikian juga untuk mengetahui sampai sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa, hasil evaluasi tiap-tiap siklus dapat dilihat dari tabel berikut:

Supatono: Meningkatkan Sopan Santun dan Hasil Belajar Siswa Dengan 75 Tabel 2. Hasil Evaluasi Setiap Siklus NOMOR Urut SIKLUS 1 2 3 1 75 80 90 2 60 75 80 3 65 70 95 4 70 80 95 5 65 85 85 6 65 70 85 7 70 80 90 8 70 75 85 9 70 75 90 10 75 80 90 11 60 75 80 12 65 70 95 13 70 80 95 14 65 85 85 15 65 70 85 16 70 80 90 17 70 75 85 18 70 75 90 19 75 80 90 20 70 75 90 JUMLAH 1365 1545 1770 RATA-RATA 68 77 89

76 Pancaran, Vol. 4, No. 1, hal 69-78, Februari 2015 Tabel 3. Rangkuman Hasil Evaluasi Setiap Siklus Nomor Siklus Nilai Rata-Rata 1 Siklus I 68 2 Siklus II 77 3 Siklus III 89 Juga dapat dilihat pada grafik berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 siklus 1 siklus 2 siklus 3 Gambar 1. Hasil Belajar Siswa Dilihat dari rangkuman data tersebut diatas, adanya peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa dalam tiap siklus yakni 68 pada siklus pertama menjadi 77 pada siklus kedua dan 89 pada siklus ketiga. Dengan memperhatikan hasil penelitian dari siklus I, II, dan III maka peneliti memberikan rekomendasi bahwa melalui Model Peningkatan Pendidikan Budi Pekerti kedalam Pendidikan PKn dapat meningkatkan perilaku sopan santun dan hasil belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dimuka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) model pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti kedalam PKn dapat meningkatkan Perilaku Sopan Santun siswa kelas III di SDN

Supatono: Meningkatkan Sopan Santun dan Hasil Belajar Siswa Dengan 77 Kramat Sukoharjo 02, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember; 2) model pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti kedalam PKn dapat meningkatkan Hasil belajar siswa kelas III dalam belajar PKn di SDN Kramat Sukoharjo 02, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Atas dasar kesimpulan diatas disarankan kepada para guru agar mengintegrasikan Pendidikan Budi Pekerti kedalam PKn atau pelajaran lain yang relevan dalam proses pembelajaran. Agar pendidikan kita dapat seimbang tidak tekesan hanya mementingkan akademis saja, guru dalam proses pembelajaran sedapat mungkin mengintegrasikan pendidikan budi pekerti kedalam setiap mata pelajaran yang relevan, yang menjadi siswa tidak hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional, sosial, dan spiritual (berakhlak mulia dan moralitas tinggi). DAFTAR PUSTAKA ------------. 1999. Ketetapan MPR RI No. IV Tentang GBHN RI 1999-2004. Jakarta: Sinar Grafika. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Kep. Mendiknas RI. 2002. Penyesuaian GBPP dan Penilaian Sistem Semester Satuan Pendidikan. Jakarta: SD Depdiknas-Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Mutiono. M. dkk. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud. Jakarta: Balai Pustaka.

78 Pancaran, Vol. 4, No. 1, hal 69-78, Februari 2015