I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. (2014) minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama dan salah satu

I. PENDAHULUAN. lingkungan dapat menyebabkan pencemaran tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

SKRIPSI PEMANFAATAN LUMPUR AKTIF DALAM REMIDIASI MINYAK PELUMAS BEKAS MOBIL PENUMPANG DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI INDIGENUS

PEMANFAATAN LUMPUR AKTIF DALAM REMIDIASI LIMBAH CAIR BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI INDIGENUS

I. PENDAHULUAN. Industri batik memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS MENGGUNAKAN METODE ACID CLAY TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification).

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BIOREMEDIATION OF USED ENGINE OIL WASTE WITH ACTIVED SLUDGE WITH VARIATION OF ADDITION OF INDIGENOUS BACTERIA IDENTIFIED WITH 16S rdna SEQUENCE

Pengaruh Penambahan Aditif Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas terhadap Sifat-sifat Fisis

BAB I PENDAHULUAN I.1

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

PENGELOLAAN LIMBAH MINYAK PELUMAS BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR KONSEP KESADARAN DIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

PENGELOLAAN LIMBAH MINYAK PELUMAS BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR KONSEP KESADARAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

SKRIPSI ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI INDIGENUS DALAM PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH DOMESTIK

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

PT. SUKSES SEJAHTERA ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. dan mengutamakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan hidup itu. dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.

Klorin merupakan unsur halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Xu dkk (2005) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses produksinya menghasilkan limbah yang mengandung sulfat dan

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR PT PETROKIMIA GRESIK DENGAN BAKTERI INDIGENOUS

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

S e n t r a H K I U n s r i, P a t e n t D r a f t i n g / 7-8 A p r i l Deskripsi

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam

I. PENDAHULUAN. orang yang pertama kali mempopulerkan celana jeans di Amerika. Sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. Sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik merupakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu industri yang terus berkembang pesat di Indonesia adalah industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran air dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH :

ANALISA PEMURNIAN MINYAK PELUMAS BEKAS DENGAN METODE ACID AND CLAY. I Made Mara 1 *, Arif Kurniawan 2

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

Isolasi Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon di Tanah Tercemar Lokasi Perbengkelan Otomotif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang kemudian memacu produksi zat warna yang lebih beragam, aplikatif dan

BAB I PENDAHULUAN. terkandung di kawasan bekas tambang dan industri (Das et al, 2012; Hao dan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat migrasi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyebabkan terjadinya peningkatan mobilitas yang akan berdampak pada kebutuhan transportasi penduduk. Kebutuhan akan mobil penumpang sebagai sarana transportasi pun semakin hari semakin meningkat. Peran mobil dalam membantu pekerjaan maupun aktivitas manusia menjadikan masyarakat memiliki mobil penumpang (Hardy, 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga tahun 2013 jumlah mobil penumpang mencapai 1.224.262 buah. Berdasarkan banyaknya jumlah mobil penumpang tersebut, tentunya akan berdampak pula pada banyaknya limbah yang akan terbuang, salah satunya adalah limbah minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia yang salah satunya terdapat pada perbengkelan mobil penumpang. Minyak pelumas bekas memiliki tinggi nilai abu, residu karbon, bahan asphaltenic, logam, air, dan bahan kotor lainnya yang dihasilkan selama jalannya pelumasan dalam mesin (Nabil dkk., 2010). Limbah minyak pelumas mengandung Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) (Kankkantapong, 2009) dalam (Susanto, 2014). Minyak pelumas bekas juga mengandung beberapa logam berat seperti Zn, Al, Ba, Mg, Mo, K, Ca, Na dan Pb. Bahan bakar yang digunakan dapat mengandung Pb 1

2 (timbal), apabila ditambahkan TEL untuk menaikkan angka oktannya, hasil pembakarannya dapat masuk ke ruang karter dan bercampur dengan minyak pelumas (Siswanti, 2010). Minyak pelumas bekas yang dikeluarkan dari peralatan (mesin kendaraan) biasanya dibuang begitu saja (Sani, 2010). Minyak pelumas bekas jika dibuang akan menimbulkan masalah lingkungan yang berbahaya, karena mengandung kotoran logam-logam dengan kadar yang tinggi, bahan aditif, sisa bahan bakar dan kotoran lain (Siswanti, 2010). Apabila limbah minyak pelumas tumpah di tanah, akan mempengaruhi air tanah dan akan berbahaya bagi lingkungan. Keberadaan senyawa hidrokarbon dalam minyak pelumas bekas sebagai polutan dapat merubah struktur dan fungsi tanah sehingga produktivitas tanah menurun dan kehilangan unsur hara (Surtikanti dan Surakusumah, 2004). Sedangkan sifat minyak pelumas bekas yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air (Kankkantapong, 2009) dalam (Susanto, 2014). Minyak pelumas bekas jika dibuang secara langsung tanpa proses pengolahan terlebih dahulu akan menimbulkan masalah lingkungan yang berbahaya, terutama karena adanya kandungan logam berat Pb (timbal). Kontaminasi logam berat Pb menjadi permasalahan di lingkungan, karena akumulasi dari Pb sampai pada rantai makanan, serta menyebabkan pencemaran pada tanah, air, dan udara (P3KNLH, 2008b). Unsur Pb sampai saat ini masih dipandang sebagai bahan pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran tanah dan lingkungan (Juhaeti dkk., 2004). Adanya polutan berupa

3 logam Pb dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri (self purification). Limbah minyak pelumas yang semakin meningkat sehingga dapat memperbesar tingkat pencemaran lingkungan ini, perlu dilakukan suatu pengolahan tertentu yang dapat mereduksi zat pencemar yang ditimbulkan oleh minyak pelumas bekas. Pengolahan kembali limbah minyak pelumas (daur ulang minyak pelumas bekas) baik secara fisika maupun kimia telah banyak dilakukan. Salah satu pengolahan limbah yang dilakukan secara biologi disebut bioremediasi. Bioremediasi merupakan proses pemulihan secara biologi terhadap komponen lingkungan yang tercemar (Baker & Herson, 1994). Bioremediasi oli bekas dalam tanah tercemar telah dilakukan sebelumnya oleh Surtikanti dan Surakusumah (2004) dengan menggunakan metode fitoremediasi. Bioremediasi menggunakan teknik lainnya juga perlu dilakukan, terutama ketika minyak pelumas bekas akan dibuang langsung ke tanah atau perairan sekitar tanpa penanganan atau pengolahan awal terlebih dahulu. Teknik bioremediasi yang sering digunakan dalam skala industri ialah teknik lumpur aktif. Lumpur aktif merupakan proses biologi menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah cair menjadi CO2, H2O, NH4, dan sel biomassa baru (Asmadi & Suharno, 2012). Proses lumpur aktif merupakan proses penanganan air limbah secara biologis menggunakan mikrobia indigenus yang tumbuh secara alami pada air limbah tersebut (Sunarti dkk., 2014). Pada penelitian ini dilakukan

4 pengujian kemampuan dari bakteri indigenous yang terdapat pada minyak pelumas bekas menggunakan lumpur aktif. B. Keaslian Penelitian Pengolahan minyak pelumas bekas agar dapat digunakan kembali (reuse) oleh para pengguna kendaraan secara fisika dan kimia telah banyak diteliti. Raharjo (2007), dalam penelitiannya memanfaatkan TEA (Three Ethyl Amin) dalam proses penjernihan oli bekas yang dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar dalam proses peleburan aluminium. Penelitan Sani (2010), telah menggunakan pelarut phenol dalam mengolah minyak pelumas bekas base oil telah dilakukan. Pengolahan minyak pelumas bekas melalui proses adsorbsi menggunakan berbagai adsorben alami telah dilakukan oleh Nabil dkk., (2010). Penjernihan minyak pelumas bekas menggunakan metode penjerapan dengan memanfaatkan kombinasi fly ash batubara, alkilbenzenesulfonat, dan zeolit juga telah dilakukan oleh Santosa dkk., (2013). Penelitian untuk menurunkan kadar logam Pb yang terkandung dalam minyak pelumas bekas juga telah dilakukan oleh Pratiwi (2013). Penelitian ini menggunakan metode Acid Clay Treatment dengan adsorben kaolin yang telah diaktivasi oleh asam sulfat. Efisiensi penurunan kadar Pb pada kondisi terbaik sebesar 56,71%. Pengolahan limbah minyak pelumas secara biologi (bioremediasi) juga telah dilakukan. Penelitian Surtikanti dan Surakusumah (2004), telah melakukan fitoremediasi oli bekas dalam tanah tercemar, terdapat bakteri tanah Psudomonas dan Bacillus spp yang sangat berperan aktif dalam mendegradasi

5 bahan oli. Penelitian tentang eksplorasi bakteri pendegradasi limbah minyak bumi juga dilakukan oleh Yudono dkk. (2013), yang dilakukan di wilayah PT Pertamina UBEP Limau Muara Enim, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan secara bertahap yaitu isolasi, pemurnian, karakterisasi dan identifikasi bakteri isolat bakteri. Sampel berupa air, sludge dan tanah, hasil penelitian ini diperoleh 10 isolat bakteri indigenous yang mampu mendegradasi limbah minyak bumi yang termasuk dalam genus Pseudomonas, Bacillus, Micrococcus, dan Favobacterium. Penelitian tentang bioremediasi menggunakan metode lumpur aktif dengan penambahan bakteri indigenous juga telah dilakukan oleh Roga (2014), untuk meremediasi limbah cair bengkel motor. Terdapat 2 isolat bakteri indigenous yang mampu mendegradasi limbah cair bengkel kendaraan bermotor yaitu isolat OR 1 yang cenderung masuk ke genus Pseudomonas dan isolat OR 2 yang cenderung masuk ke genus Staphylococcus. Bakteri indigenous potensial untuk mendegradasi senyawa-senyawa hidrokarbon dan kadar logam Pb dalam minyak pelumas bekas mobil penumpang hasil pemanfaatan teknik lumpur aktif belum pernah dilaporkan dan dipublikasikan. C. Masalah Penelitian 1. Isolat apa yang ditemukan paling dominan pada lumpur aktif minyak pelumas bekas mobil penumpang? 2. Apakah lumpur aktif dengan penambahan bakteri yang terdapat pada minyak pelumas bekas mobil penumpang mampu melakukan bioremediasi?

6 3. Bakteri indigenus manakah yang paling potensial dalam meremediasi minyak pelumas bekas mobil penumpang? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui isolat bakteri yang ditemukan paling dominan pada lumpur aktif minyak pelumas bekas mobil penumpang. 2. Mengetahui kemampuan lumpur aktif dengan penambahan bakteri yang terdapat pada minyak pelumas bekas mobil penumpang dalam melakukan bioremediasi. 3. Menentukan bakteri indigenus yang paling potensial dalam meremediasi minyak pelumas bekas menggunakan lumpur aktif. E. Manfaat Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai remediasi minyak pelumas bekas mobil penumpang menggunakan lumpur aktif dengan penambahan mikrobia (indigenous) dan mengembangkan pengolahan limbah yang ramah lingkungan dengan proses bioremediasi dalam menangani minyak pelumas bekas yang merupakan limbah B3 (Bahan, Berbahaya dan Beracun).