PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Arikunto. (1991). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP OPERASI BENTUK ALJABAR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY METHODS DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIGLI. Fithri Angelia Permana

Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi. matematika siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 10 Pemangkat

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1 2

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

STRATEGI FORMULATE SHARE LISTEN CREATE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE STATEMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB III METODE PENELITIAN O X O

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

Pengaruh Penerapan Strategi Trading Places Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

Transkripsi:

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA Oleh Sendi Ramdhani Universitas Suryakancana Cianjur e-mail:sendiramdhani@yahoo.com ABSTRAK Tulisan ini untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing. Penelitian dilakukan dengan quasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi dari penelitian adalah seluruh siswa kelas X di salah satu Madrasah Aliyah swasta di Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel dengan mengunakan purposive sampling. Adapun sampelnya terdiri dari dua kelas, yaitu kelas kontrol (kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional) dan kelas eksperimen (kelas yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing). Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Kata Kunci: problem posing, koneksi matematis PENDAHULUAN Kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar dan kemampuan bekerjasama yang efektif dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan dunia yang semakin kompleks. Kemampuan-kemampuan seperti ini dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional (Irwan, 2011). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika dalam Standar Isi KTSP, jelas bahwa pembelajaran matematika perlu meningkatkan kemampuan koneksi matematis, penalaran, pemecahan masalah, dan komunikasi matematis siswa. kenyataan di lapangan berdasarkan hasil observasi Gordah (2008) menunjukkan bahwa pemecahan masalah dan koneksi matematis dalam pembelajaran matematika belum dijadikan sebagai proses utama. Yonandi (2011) mengungkapkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa masih kurang. Kelemahan yang paling banyak ditemui pada hasil jawaban siswa dalam kemampuan koneksi matematis adalah siswa tidak dapat menjawab hubungan konsep matematika yang digunakan. Kelemahan siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematis adalah pada aspek merencanakan penyelesaian dan memeriksa kembali. Atas dasar itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Salah satu pembelajaran matematika yang dapat menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing (Muhfida, 2010). Problem posing atau pembentukan soal adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika (Tim PTM, 2002). Silver dan English (Irwan, 2011) mengungkapkan bahwa problem posing adalah pengajuan masalah yang merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada

perumusan soal menyelesaikannya berdasarkan situasi yang diberikan kepada siswa. Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing dapat mengembangkan kemampuan matematis atau menggunakan pola pikir matematis karena dalam pendekatan problem posing soal dan penyelesaiaannya dirancang sendiri oleh siswa. Problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, yang mempunyai beberapa padanan dalam bahasa Indonesia. Suryanto (1998) dan As ari (2000) memadankan istilah problem posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso (1999) menggunakan istilah membuat soal, Siswono (1999) menggunakan istilah pengajuan soal, dan Suharta (2000) menggunakan istilah pengkonstruksian masalah. Menurut Amin (Sari, 2007) problem posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lynn D. English dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Kemudian pendekatan ini dikembangkan pada mata pelajaran yang lain. Pembelajaran problem posing mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2000. Problem posing dapat juga diartikan membangun atau membentuk masalah (Tim PTM, 2002). Problem posing dalam matematika mempunyai beberapa arti (Muhfida, 2010) yaitu (1) Perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan soal-soal yang rumit. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengajuan soal merupakan salah satu langkah dalam rencana pemecahan masalah/soal, (2) Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan (Silver, dkk., 1996). Pengertian ini berkaitan erat dengan langkah melihat kembali yang dianjurkan oleh Polya (1973) dalam memecahkan masalah soal, DAN (3) Perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, saat atau setelah pemecahan suatu masalah/soal. Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing menurut Budiasih dan Kartini (Syarifulfahm, 2009) adalah 1) Membuka

kegiatan pembelajaran; 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran; 3) Menjelaskan materi pelajaran; 4) Memberikan contoh soal; 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas; 6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya; 7) Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan; 8) Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa; 7) Menutup kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, artikel ini dimaksudkan untuk membicarakan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing. METODE Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen karena peneliti menerima subjek penelitian apa adanya, artinya subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak. Hal ini dikarenakan tidak memungkinkan secara administratif dan apabila dilakukan secara acak maka akan menyebabkan tidak alaminya situasi kelompok subjek. Desain penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Sampel sebanyak dua kelas dari enam kelas yang ada di sebuah Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan guru bidang studi yang mengajar bidang studi matematika yang mengajar di kelas X di MA tersebut, yang melihat bahwa penyebaran siswa di kedua kelas yang dipilih sebagai sampel merata secara akademik. Adapun instrumen dalam penelitian adalah tes kemampuan pemecahan masalah dan tes kemampuan koneksi matematis. Tes diberikan sebelum (pretes) dan sesudah pembelajaran matematika (postes). Tes diberikan pada kelas eksperimen, yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing dan kelas kontrol, yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil pretes dan postes dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui rerata dan deviasi standar, hal ini dilakukan untuk melihat kualitas pembelajaran. Hasil analisis deskriptif disajikan dalam Tabel 1 berikut. Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Koneksi Matematis Tabel 1 Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa Pretes Postes Kelas Deviasi Rerata Standar Rerata Eksperimen 5,9 2,6 23,4 7,0 Deviasi Standar Kontrol 4,4 2,3 15,1 3,6 Eksperimen 1,5 2,6 12,1 5,7 Kontrol 1,0 1,1 7,1 3,7 Selanjutnya untuk melihat perbedaan rerata kemampuan awal siswa dilakukan uji normalitas dan homogenitas, untuk menentukan uji beda yang akan dilakukan. Hasil uji normalitas dan homogenitas untuk kemampuan pemecahan masalah adalah data berdistribusi normal namun tidak homogen, oleh karena itu dilakukan uji t. Sedangkan hasil uji normalitas dan homogenitas untuk kemampuan koneksi matematis adalah data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, oleh karena itu dilakukan uji Mann-Whitney. Berikut ini pada Tabel 3 menyajikan rangkuman hasil uji beda dua rerata kemampuan awal siswa. Tabel 2 Uji Beda Dua Rerata Kemampuan Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Koneksi Matematis t Sig. (2-tailed) 2,427 0,018 Kesimpulan Terdapat Perbedaan Mann- Whitney Sig. (2-tailed) 429,000 0,570 Kesimpulan Tidak Terdapat Perbedaan Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Sig. (2-tailed) untuk kemampuan awal pemecahan masalah siswa adalah 0,018 lebih kecil dari 0,05, artinya terdapat perbedaan kemampuan awal pemecahan masalah siswa. Sedangkan, Sig. (2-tailed)

untuk kemampuan awal koneksi matematis siswa adalah 0,570 lebih besar dari 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awal koneksi matematis siswa. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa berdasarkan hasil pretes dan postes dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut. Tabel 3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Kelas Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Koneksi Matematis Rerata Kategori Rerata Kategori Eksperimen 0,584 Sedang 0,306 Sedang Kontrol 0.336 Sedang 0,176 Rendah Kemudian untuk melihat apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional dilakukan uji beda dua rerata satu pihak. Adapun hipotesisnya sebagai berikut: Hipotesis 1 H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas ekperimen sama dengan kelas kontrol. H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hipotesis 2 H0 : Peningkatan kemampuan koneksi pada kelas ekperimen sama dengan kelas kontrol. H1 : Peningkatan kemampuan koneksi pada kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil uji normalitas dan homogenitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah adalah data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka untuk dilakukan uji Mann-Whitney. Berikut hasil uji Mann-Whitney terdapat pada Tabel 4.

Tabel 5 Uji Mann-Whitney Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Mann-Whitney Sig. (2-Pihak) Sig.(1-Pihak) 165,00 0,000 0,000 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa Sig. (2-pihak) = 0,000. Menurut Whidiarso (2008) nilai Sig. (1-pihak) = ½ Sig.(2-pihak) sehingga Sig. (1- pihak) = ½ 0,000 = 0,000 < 0,05, artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas ekperimen lebih baik secara signifikan daripada kelas kontrol. Sedangkan hasil uji normalitas dan homogenitas peningkatan koneksi matematis adalah data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka untuk dilakukan ujit. Berikut hasil uji t terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Uji t Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis t' (equal variances not assumsed) Sig. (2-Pihak) Sig.(1-Pihak) 3,826 0,000 0,000 Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa Sig. (2-pihak) = 0,000. Menurut Whidiarso (2008) nilai Sig. (1-pihak) = ½ Sig.(2-pihak) sehingga Sig. (1- pihak) = ½ 0,000 = 0,000 < 0,05, artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas ekperimen lebih baik secara signifikan daripada kelas kontrol. Hasil pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2 menunjukan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvesional. Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing menuntut siswa untuk menyusun soal sendiri berdasarkan situasi sehingga menuntut siswa untuk mempunyai kemampuan menghubungkan pengetahuan mereka sebelumnya baik materi matematika ataupun pengetahuan bidang lain. Hal ini dapat

meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, sebagaimana penelitian yang dilakukan tim PTM (2002) bahwa problem posing atau pembentukan soal adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Selain menyusun soal sendiri dalam pembelajaran problem posing juga siswa dituntut untuk menyelesaikan soal yang mereka buat, sehingga kemampuan siswa untuk melihat kecukupan data, membuat model matematika, pemilihan strategi penyelesaian soal, dan penyelesaian masalah menjadi terlatih. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hasimoto bahwa pembelajaran problem posing memberikan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah (Mufida, 2010) dan juga penelitian Silver dan Cai (1995) menunjukkan bahwa kemampuan pembentukan soal berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Dalam rangka menindaklanjuti pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pembelajaran, di antaranya. Pendekatan problem posing yang berpusat pada siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran di sekolah yang disesuaikan dengan kondisi sekolah yang bersangkutan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing, antara lain kepada para peneliti dan pemerhati pendidikan, penelitian ini masih perlu ditindaklanjuti dan

dikembangkan secara lebih luas untuk mengetahui lebih jauh efektifitas pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini perlu ditingkatkan dan disempurnakan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya, yaitu: rancangan instrumen dan rencana pembelajaran perlu dibuat dengan bekerjasama dengan guru yang bersangkutan, supaya bisa disesuaikan dengan kondisi sekolah dan para siswa. DAFTAR PUSTAKA As ari, A.R. (2000). Problem Posing untuk Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika. Jurnal Matematika. V, (1). Gordah, Eka K. (2009). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis melalui Pendekatan Open Ended(Studi Eksperimen pada SMU X Di Bandung). Tesis UPI Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung. Irwan. (2011). Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share (SSCS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika (Suatu Kajian Eksperimen pada Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang (UNP). Jurnal Penelitian Pendidikan. 12, (1). Muhfida. (2010). Pendekatan Problem Posing. [Online]. Tersedia: http://www.muhfida.com/pendekatanproblemposing.html[21 Februari 2011] Sari,Virgania. (2007). Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing Dibanding Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Compotition) Pada Kemampuan Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 16 Semarang Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pokok Himpunan Tahun Pelajaran 2006/2007. [Online]. Tersedia: http: //digilib. unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/hashe58a.dir/doc.pdf. [11 Maret 2011] Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta Silver, E.A. (1994). On Mathematical Problem Posing. For the Learning of Mathematics. (1), 19-28.

Silver, E.A. & Cai, S.. (1996). An Analysis of Arithmetic Problem Posing by Middle School Students, Journal for Research in Mathematics Education. 27: 521-539. Siswono, Y.T.E. 2000. Pengajuan Soal (Problem Posing) dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah (Implementasi dari Hasil Penelitian).Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pengajaran Matematika Sekolah Menengah, 25 Maret 2000. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Suharta, I.G.P. (2000). Pengkonstruksian Masalah oleh Siswa (Suatu Strategi Pembelajaran Matematika). Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pengajaran Matematika di Sekolah Menengah yang dilaksanakan oleh Jurusan Matematika FMIPA UM. Malang, 25 Maret 2000. Suryanto. (1998). Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional: Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan dalam Menghadapi Era Globalisasi. Program Pascasarjana IKIP Malang, 4 April 1998. Sutiarso, S. (1999). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Aritmatika Siswa SMPN 18 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana UM. Syarifulfahmi. (2009). Pendekatan Pembelajaran Problem Posing. [Online]. Tersedia:http://syarifulfahmi.com/2009/09/pendekatan-pembelajaran problem-posing.html. [21 Februari 2011] Tim PTM (Penelitian Tindakan Matematika). (2002.) Meningkatkan Kemampuan Siswa Menerapkan Konsep Matematika Melalui Pemberian Tugas Problem Posing Secara Berkelompok. Buletin Pelangi PendidikanVolume 2. Jakarta. Direktorat Pendidikan. Whidiarso, W. (2007). Uji Hipotesis Komparatif. [Online]. Tersedia: http://elisa.ugm.ac.id/files/wahyu_psy/maaio0d2/membaca_t-tes.pdf. [2 Februari 2011] Yonandi. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuana Komputer Pada Siswa SMA. Desertasi UPI Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.