BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang lain. Kedua kegiatan tersebut merupakan proses pembelajaran. Dari proses

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK KINEMATIKA DI KELAS XI IPA MAN I PEKANBARU

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan memiliki peranan penting bagi perkembangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Neng Dini Endang Dewi Krisnaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai ilmu pengetahuan yang erat kaitannya dengan kemampuan berpikir dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

(PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran adaptif ini bertujuan menyiapkan tamatan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia menghadapi era

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari bendabenda di alam tersebut secara fisik dan mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk kemanfaatan umat manusia lebih lanjut. Jadi fisika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan sains yang mempelajari sesuatu yang konkret dan dapat dibuktikan secara matematis dengan menggunakan rumus-rumus persamaan yang didukung adanya penelitian yang terus dikembangkan oleh para fisikawan. Fisika adalah ilmu yang perlu dikuasai oleh peserta didik agar akrab dengan pesatnya perkembangan teknologi serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Disisi lain, fisika adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika memerlukan strategi dengan penerapan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa terhadap fisika. Oleh karena itu, metode tersebut harus menarik dan dapat membuat pembelajaran dapat melekat dalam pikiran. Fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta dalam belajar fisika hendaknya tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan 1

2 tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa), siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka. Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah menunjukkan suatu pergeseran ke arah paradigma konstruktivis. Berkenaan dengan pembelajaran konstruktivis, tugas seorang guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasan-gagasan mereka serta mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Jadi peranan guru dalam pembelajaran adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman siswa. 1 Para pakar pendidikan telah mengembangkan berbagai sistem pembelajaran untuk mendukung pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Problem posing (pengajuan soal) adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis, berbeda dengan pembelajaran yang 1 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran (Pengembangan wacana dan Praktik Pembelajaran dalam pembangunan Nasional), Jogjakarta: Ar-Russ Media, 2011, h. 107.

3 bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hapalan yang cenderung mematikan daya nalar dan kreativitas berpikir anak. 2 Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari pembelajaran problem posing. Problem posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap fisika. Hal ini sejalan dengan pendapat aliran behaviorisme yang menyatakan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang masalah yang disampaikan, membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep akan menjadi lebih baik. 3 Pada tingkat SMP dan SMA, strategi pengajuan soal selaras dengan tujuan khusus pengajaran yaitu agar siswa dapat mempunyai pandangan luas dan mempunyai sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika. Dalam pembelajaran, guru hendaknya memilih strategi yang melibatkan siswa baik secara mental, fisik maupun sosial. 4 2 Herman, Hujodo, Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional; Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi, PPS, IKIP Malang: Tanpa penerbit, 1998, h. 32. 3 Ibid.,h. 32. 4 Syam, Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang melalui Pendekatan Problem Posing Berbasis Aktivitas di SMUN I Banjarmasin, Skripsi Sarjana, Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika FMIPA Unlam, 2005, h. 4.

4 Kelebihan problem posing antara lain adalah siswa tidak hanya diminta membuat soal atau mengajukan suatu pertanyaan, akan tetapi mereka juga diminta untuk mencari penyelesaian dari soal yang mereka buat sendiri. Soal yang mereka buat bisa dikerjakan sendiri, minta tolong pada teman atau soal tersebut dikerjakan secara berkelompok. Dengan cara dikerjakan secara kooperatif akan memudahkan pekerjaan mereka, sebab yang memikirkan masalah tersebut oleh banyak anak. Selain itu, dengan belajar kelompok suatu soal atau masalah dapat diselesaikan dengan banyak cara dan bisa diselesaikan dengan cepat. 5 Jika dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, bahwa proses pembelajaran fisika disekolah yang diterapkan sebagian guru dalam menyampaikan materi pembelajaran adalah dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran hanya terfokus pada penjelasan guru saja. 6 Penelitian ini mengambil materi fluida statis, karena materi fluida statis sangat sesuai dengan karakteristik pembelajaran problem posing. Fluida statis adalah zat alir yang berada dalam kondisi diam dan tidak bergerak. Konsep Fluida statis pada SMA menekankan pada analisis hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan seharihari diantaranya teori Hidrostatika, hukum Pascal, hukum Archimedes, dll. 5 Mohammad Nurul Hajar, Problem Posing (Belajar dari Masalah membuat masalah), http://h4j4r.multiply.com/journal/item/7?&show_interstitial=1&u=%2fjournal%2fitem, (Diunduh 20 Mei 2013). 6 Berdasarkan Hasil Observasi Awal di SMAN 4 Palangka Raya, pada tanggal 19 Juni 2013.

5 Konsep tersebut harus dikuasai dengan baik oleh siswa salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pembiasaan latihan soal. Penerapan pendekatan Problem Posing siswa diharapkan dapat menyelesaikan berbagai macam kesulitan memahami materi pelajaran fisika khususnya materi fluida statis dengan melibatkan banyak siswa dalam memahami pelajaran serta menemukan sendiri konsep dengan eksperimen dan kemampuan merumuskan soal. Dengan bertolak dari uraian di atas, maka penelitian tentang pendekatan problem posing terhadap prestasi belajar fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen, penelitian ini mengangkat judul. Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Posing Berbasis Aktivitas Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pokok Bahasan Fluida Statis Di SMAN 4 Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014 B. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional pada materi fluida statis kelas XI SMAN 4 Palangkaraya tahun ajaran 2013/2014?

6 2. Bagaimana pengelolaan pembelajaran pada penerapan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dan pembelajaran konvensional? C. Batasan Masalah Penelitian ini terbatas pada, yaitu : 1. Subjek penelitian terbatas pada siswa kelas XI SMAN 4 PALANGKA RAYA 2. Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Posing (pengajuan soal) dengan model pengajaran langsung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yang umumnya diajarkan di sekolah. 3. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fluida statis. 4. Guru yang mengajar materi fluida statis dengan pendekatan pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas adalah peneliti. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan problem posing dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional pada materi fluida statis kelas XI SMAN 4 Palangkaraya tahun ajaran 2013/2014. 2. Mengetahui pengelolaan pembelajaran pada penerapan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dan pembelajaran konvensional

7 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pendidik atau calon pendidik: hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang model pembelajaran fisika yang tepat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. 2. Bagi siswa tampak bahwa keterlibatan untuk turut belajar dengan menerapkan pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektiifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dari guru, tetapi juga berusaha menggali dan mengembangkan hasil belajar sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan, tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir. 3. Lembaga pendidikan: guna memberikan informasi awal dan bahan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kondisi objektif di lapangan bagi pihak-pihak tertentu yang bermaksud mengembangkan atau melakukan penelitian serupa di tempat lain. 4. Peneliti selanjutnya untuk menjadi bahan pertimbangan 5. Konstribusi pemikiran atau strategi dan operasionalisasi tentang penggunaan model pembelajaran problem posing berbasis aktivitas dalam proses belajar mengajar fisika pada materi fluida statis di SMAN 4 Palangka Raya.

8 F. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini yaitu: H 0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional pada materi fluida statis kelas XI SMAN 4 Palangkaraya tahun ajaran 2013/2014. ( ) H a = Ada perbedaaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional pada materi fluida statis kelas XI SMAN 4 Palangkaraya tahun ajaran 2013/2014.( ) G. Definisi Konsep Definisi konsep bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan hasil penelitian, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut.

9 1. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. 2. Problem posing berbasis aktivitas didefinisikan sebagai tugas perumusan soal yang harus dilakukan oleh siswa (pribadi ataupun kelompok) yang berfokus pada aktivitas siswa yang merupakan strategi pembelajaran dengan paradigma konstruktivis. 3. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik. 7 4. Hasil belajar siswa adalah hasil tes atau skor yang didapatkan siswa di akhir pertemuan. 5. Pendekatan konvensional adalah suatu pendekatan pembelajaran yang terpusat pada guru yaitu guru hanya memberikan suatu informasi dan tugas kepada siswa. 6. Berbasis aktivitas yaitu tugas yang harus dilakukan oleh siswa baik secara pribadi maupun berkelompok. H. Definisi Operasional Sintaks model pembelajaran problem posing berbasis aktivitas adalah sebagai berikut: 8 7 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 272.

10 1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa menggunkan alat peraga untuk memperjelas konsep. 2. Guru memberikan latihan soal beserta solusinya. 3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, lalu dengan soal tersebut siswa diminta untuk mengerjakan sendiri, minta tolong pada teman atau soal tersebut dikerjakan secara berkelompok. 4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya didepan kelas. Dalam hal ini, guru dapan menetukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa. 5. Guru memberikan tugas rumah secara individual. Sintaks pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut: 9 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut 2. Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah. 3. Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik 4. Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah h. 10 8 Ibrahim Muslim dkk, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000, 9 Yaza, Model dan Sintaks Pembelajaran Konvensional, http://www.wawasanpendidikan.com (Di unduh 26 November 2013)