BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengetahui dinamika pembangunan suatu negara, dapat dilihat dari

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perubahan. Dalam studi empirisnya Chenery memberikan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Hal ini mengarahkan sistem pemerintahan pada pola desentralisasi dan otonomi daerah. Desentralisasi mengantarkan perubahan beban dari pusat ke daerah dan dari sentralistik pemerintah ke partisipasi masyarakat. Perubahan ini diawali dari tuntutan demokratisasi sebagai manifestasi kedaulatan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang pada gilirannya disadari sebagai tuntutan kompetisi ekonomi yang menuntut responsif terhadap perubahan global yang sangat cepat. Otonomi daerah juga memperluas kewenangan dan keleluasaan daerah dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah, mengingat pembangunan daerah harus bertumpu pada potensi, kemampuan daerah serta kedudukannya dalam lingkup kawasan dan nasional. Sebelum membuat suatu perencanaan dalam ekonomi daerah perlu menentukan peran yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada empat peran pemerintah dalam pembangunan daerah yaitu: 1) entepreneur, yaitu pemerintah daerah bertanggungjawab untuk merangsang jalannya suatu usaha bisnis, 2) koordinator, yaitu pemerintah daerah sebagai koordinator dalam penetapan suatu kebijakan atau strategi bagi pembangunan daerah, 3) fasilitator, yaitu pemerintah daerah dapat mempercepat 1

2 pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya, 4) stimulator, yaitu pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi investor agar masuk dan mempertahankan serta menumbuh kembangkan investor yang telah ada di daerahnya (Blakely and Brashaw, 2002: 84-88). Perencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana penggunaan sumberdaya yang tersedia sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut berpengaruh sangat penting dalam proses memillih di antara berbagai pilihan tindakan-tindakan yang ada (Arsyad, 2005: 19). Dalam proses perencanaan dilakukan analisis untuk mengetahui potensi daerah ditinjau secara sektoral. Dari analisis ini diharapkan daerah dapat mengetahui sektor yang menguntungkan daerahnya dari segi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja) atas kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Oleh karena itu, perhatian terhadap isu-isu mendasar yang dihadapi daerah, keselarasan perencanaan pembangunan antarsektor, dan koordinasi antarlembaga merupakan hal yang mutlak diperlukan. Perencanaan yang teliti dan seimbang mengenai penggunaan sumber daya-sumber daya yang dimiliki merupakan syarat terselenggaranya pembangunan ekonomi yang efisien. Melalui perencanaan suatu daerah yang baik, suatu unit ekonomi akan dapat dilihat secara keseluruhan yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain.

3 Perencanaan pembangunan dapat dilakukan dengan menggunakan konsep keseimbangan antara permintaan dan penawaran, keseimbangan antara input dan output, dan sebagainya. Dari sisi lingkupnya keseimbangan tersebut dapat dilihat baik dalam konteks keseimbangan parsial maupun dalam konteks keseimbangan umum. Keseimbangan parsial mengarahkan perhatiannya ke keseimbangan di satu sektor saja. Analisis keseimbangan parsial suatu sektor tertentu dilakukan dengan asumsi ceteris paribus yaitu kondisi di mana hal lain dianggap konstan. Dengan demikian analisis parsial tidak mengikutsertakan kemungkinan terjadinya interaksi di antara sektor perekonomian sebagai suatu kesatuan. Perencanaan pembangunan memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam mengenai koefisien aliran dalam modal statis dan tentang koefisien modal dalam model dinamis. Keterkaitan antara berbagai sektor dan hubungan struktural di dalam setiap sektor dapat diketahui melalui Tabel I-O. Dengan demikian, para perencana dapat menentukan pengaruh suatu perubahan dalam suatu sektor terhadap semua sektor lain dalam perekonomian, dan dengan demikian dapat menyusun rencana yang sesuai dengan tujuan pembangunan (Arsyad, 2005: 219). Struktur perekonomian suatu daerah merupakan gambaran langsung dari komponen seluruh kegiatan produksi barang dan jasa yang dilakukan di wilayah tersebut. Jika terjadi perubahan struktur produksi akan menyebabkan pergeseran struktur ekonomi di wilayah tersebut. Indikator yang sering dipakai untuk mengamati struktur perekonomian suatu daerah adalah distribusi persentase pertumbuhan sektoral yang juga dapat digunakan untuk menyusun keunggulan daerah.

4 Berdasarkan komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama 3 tahun dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB 2010-2012 sektor 2010 2011 2012 1. primer pertumbuhan 1,47 persen 3,92 persen 37.047.682,81 37.593.764,79 39.068.189,31 a. pertanian 34.956.425,39 35.399.800,56 36.712.340,43 b. pertambangan & penggalian 2.091.257,42 2.193.964,23 2.355.848,88 2. sekunder pertumbuhan 6,60 persen 5,71 persen 74.017.012,68 78.904.031,88 83.406.897,68 a. industri pengolahan 61.387.556,40 65.439.443,00 69.012.495,82 b. listrik, gas, & air Bersih 1.614.857,68 1.711.200,96 1.820.436,99 c. bangunan & konstruksi 11.014.598,60 11.753.387,92 12.573.964,87 3. tertier pertumbuhan 7,70 persen 8,07 persen 75.928.290,01 81.772.321,25 88.373.337,05 a. perdagangan, hotel & restoran 40.054.938,34 43.159.132,59 46.719.025,28 b. pengangkutan & komunikasi 9.805.500,11 10.645.260,49 11.486.122,63 c. keuangan, persewaan & jasa perusahaan 7.038.128,91 7.503.725,18 8.206.252,08 d. jasa-jasa 19.029.722,65 20.464.202,99 21.961.937,06 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, (diolah). Tahun 2012, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan yang paling besar (9,36 persen), diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,25 persen) dan sektor angkutan dan komunikasi (7,90 persen). Sektor pertanian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu 3,71 persen. Sektor yang rnemberikan sumbangan terbesar setelah sektor industri pengolahan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian, dengan 20,29 persen dan 18,74 persen. Sektor pertarnbangan dan penggalian

5 mernberikan sumbangan terkecil yakni hanya sebesar 0,94 persen (BPS Jawa Tengah, 2012). Secara garis besar sektor ekonomi dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu: sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Sektor primer adalah bagian dari perekonomian yang mengadakan spesialisasi dalam produk pertanian dan ekstraksi bahan-bahan mentah. Sektor sekunder adalah bagian manufaktur dalam perekonomian yang menggunakan bahan-bahan mentah dan bahan setengah jadi untuk menghasilkan barang-barang jadi lainnya. Sektor tersier adalah bagian jasa dan perdagangan dalam perekonomian. strategi pembangunan yang dijalankan oleh masing-masing pemerintahan di negara-negara Dunia Ketiga berbeda satu sama lain dan strategi mana yang dipilih tergantung pada kondisi dasar, struktur, dan tingkat interdependensi atau saling-ketergantungan antara sektor-sektor primer, sekunder, dan tertier. Sektor industri primer biasanya meliputi sektorsektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sektor industri sekunder ditulangpunggungi oleh sektor manufaktur, sedangkan sektor industri tersier terdiri dari sektor-sektor perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa-jasa (Todaro dan Smith, 2003: 53). Dan perlu diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, peranan sektor industri di negara-negara maju telah berkurang, ketika produktivitas dan pendidikan meningkat, dan bergeser kepada peningkatan di sektor jasa (Todaro dan Smith, 2003: 53). Salah satu alat analisis yang bisa digunakan dalam mengetahui dampak suatu sektor adalah dengan pendekatan input output melalui Tabel input output, yaitu suatu tabel dalam bentuk matriks yang menggambarkan hubungan keterkaitan antarberbagai sektor dalam perekonomian suatu wilayah. Tabel ini mempunyai manfaat untuk kegiatan perencanaan pembangunan maupun analisis, sebab perencanaan sektoral dengan menggunakan model yang diturunkan dari Tabel Input

6 Output dapat dilakukan secara simultan dan mampu memperlihatkan aspek keterkaitan antarsektor (BPS, 2009: 27). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan sebagai berikut ini. 1. Sektor-sektor manakah yang merupakan sektor kunci berdasarkan keterkaitan antarsektor perekonomian Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 dan 2008? 2. Sektor-sektor ekonomi manakah yang memberikan angka pengganda output perekonomian terbesar di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 dan tahun 2008? 3. Apakah di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 ke 2008 mengalami perubahan struktur ekonomi? 4. Sektor ekonomi manakah yang merupakan sumber pertumbuhan tertinggi pada perekonomian di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2004 dan 2008? 5. Bagimana hubungan pertumbuhan produksivitas tenaga kerja, modal dan Total faktor produksi dengan pertumbuhan output di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2004 dan 2008? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian dengan metode input-output perekonomian baik di Provinsi Jawa Tengah maupun di luar Provinsi Jawa Tengah, pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Alat analisis dan kesimpulan yang diperoleh, dijabarkan dalam tabel berikut ini.

7 Tabel 1.2 Penelitian-penelitian Sebelumnya Nama Peneliti (Tahun) Akita dan Hermawan (2000) Rumilah Natratilova (2008) Nurul Fajri (2013) Alat Analisis Analisis input output metode dekomposisi faktor pertumbuhan output. Pengolahan data inputoutput perekonomian Provinsi Jawa Tengah tahun 2004dengan metode RAS dan hypotetical extraction. Analisis input output metode Multi Product Matrix, dekomposisi faktor pertumbuhan output, analisis sumber pertumbuhan TFP. Kesimpulan 1. Indonesia melakukan transisi dari inward looking (ekspor migas) menjadi outward looking (ekspor non migas) 1980-1985 2. Peningkatan konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama pertumbuhan output, sedangkan kontribusi konsumi pemerintah semakin menurun dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan output. 3. Pertumbuhan ekspor juga menjadi penyumbang pertumbuhan output seiring dengan peningkatan investasi berorientasi ekspor, terutama ekspor non migas. 1. Sumbsektor-subsektor industri pengolahan mempunyai angka pengganda output yang tinggi, kecuali industri pengilangan minyak, tetapi angka pengganda pendapatan, pengganda nilai tambah bruto, dan pengganda tenaga kerja sektor industri pengolahan relatif rendah. 2. Sektor industri makanan, minuman dan tembakau serta industri pupuk, kimia dan barang dari karet menjadi leading sector dari sisi analisis keterkaitan 3. Berdasarkan hypothetical extraction methode, sektor industri pengolahan termasuk industri strategis. Dalam kurun waktu tahun 2000 2010, 1. sektor penggerak utama dalam perekonomian Kalimantan Selatan adalah sektor industri pengolahan; 2. perekonomian di Kalimantan menuju ke arah perubhan struktur ekonomi; 3. sumber pertumbuhan ekonomi utama di Provinsi Kalimantan Selatan adalah ekspor; 4. pertumbuhan TFP searah dengan pertumbuhan output perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan; dan 5. industri yang berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah industri berbasis pertanian dan pertambangan.

8 Akita dan Hermawan (2000) menggunakan alat analisis input output dengan metode dekomposisi faktor pertumbuhan output saja, sedangkan penelitian ini, disamping menggunakan metode dekomposisi faktor pertumbuhan output, juga menggunakan analisis angka pengganda, dekomposisi sumber pertumbuhan output dari sisi permintaan, analisis multi product matix. Selain itu, wilayah penelitian Akita dan Hermawan (2000) meliputi wilayah perekonomian Indonesia. Rumilah Natratilova (2008), penelitiannya menggunakan metode RAS dan hypotetical extraction. Nurul Fajri (2013), penelitiannya menggunakan alat analisis input output metode Multi Product Matrix, dekomposisi faktor pertumbuhan output, analisis sumber pertumbuhan TFP, akan tetapi tidak menganalisis angka pengganda. Selain itu, wilayah penelitiannya meliputi perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, sedangkan penelitian kali ini meliputi wilayah Provinsi Jawa Tengah. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis sektor-sektor yang merupakan sektor-sektor kunci berdasarkan keterkaitan antarsektor perekonomian Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 dan 2008. 2. Menelaah sektor-sektor ekonomi yang memberikan angka pengganda terbesar di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 dan tahun 2008. 3. Mempelajari apakah di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 ke 2008 mengalami perubahan struktur ekonomi.

9 4. Mengkaji sumber pertumbuhan dari sisi permintaan pada perekonomian di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2004 dan 2008. 5. Menyelidiki hubungan pertumbuhan produksivitas tenaga kerja, modal dan Total Faktor Produktivitas dengan pertumbuhan output di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2004 dan 2008 dari sisi penaawaran. 6. Memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto persektor ekonomi Provinsi Jawa Tengah berdasarkan tabel input-output periode tahun 2004 dan 2008. 1.3.2 Manfaat penelitian Hasil kajian yang dilakukan dalam penelitian ini, diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada periode terkait, dengan: 1. mengidentifikasi sektor-sektor yang perlu diprioritaskan karena merupakan sektor kunci berdasarkan keterkaitan antarsektor perekonomian Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 dan 2008; 2. memberikan gambaran tentang perubahan struktur ekonomi yang bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi kebijakan di Provinsi Jawa Tengah; 3. merumuskan sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan pada perekonomian di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2004 dan 2008; dan 4. menentukan strategi industrialisasi yang tepat untuk diterapkan. 1.4 Sistematika Penulisan Laporan penlitian ini disajikan dalam empat bab dengan sistematika disusun menjadi 5 (Lima) bab. Bab I adalah Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

10 perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II meliputi Tinjauan Pustaka yang menguraikan mengenai landasan teori dan studi empiris ebelumnya. Bab III. berisi Alat Analisis yang akan digunakan. Bab IV berisi Analisis Data yang menguraikan perkembangan variabel yang diamati, hasil analisis data dan pembahasan. Bab V berisi Kesimpulan dan Saran, menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bisa diambil setelah penelitian dilakukan.