DAFTAR ISI. Ekspedisi Citarum Wanadri Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?...

dokumen-dokumen yang mirip
Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan pada Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. laut. Hutan bakau atau mangrove ini tumbuh terutama di tempat tempat yang. ikan blodok, kepiting, burung kuntul, kera, dan ular.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

3.1 Metode Identifikasi

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA

Media Informasi Pembangunan Karawang

membangun imej positif di Desa Muara?

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

IV. KONDISI UMUM LOKASI

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI WILAYAH CIREBON

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sehingga perlu dijaga kelestariannya. Hutan mangrove adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tektonik besar yang terus bergerak yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

HIDROSFER V. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

Sambutan Presiden RI pada Peninjauan Hutan Mangrove Taman Wisata Alam Muara Angke, 7 Juni 2010 Senin, 07 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Penjelasan dan Pengertian Judul Pengertian ekosistem Mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

Transkripsi:

DAFTAR ISI Ekspedisi Citarum Wanadri 2009...2 Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?...18 Fotografi: Veronica Wijaya, Candra Samekto, Diella Dachlan Editor: Candra Samekto. Teks & Layout: Diella Dachlan xx

Ekspedisi Citarum Wanadri 2009 Penyusuran sungai Citarum dari hulu hingga hilir menjadi salah satu kegiatan ekspedisi Wanadri pada tahun 2009 ini. Wanadri merupakan perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung, yang didirikan pada tahun 1964 berlokasi di Bandung. Dalam kegiatan ekspedisi ini, Wanadri melakukan pendataan dan pendokumentasian di sepanjang sungai Citarum. Selain mengamati kondisi sungai berikut permasalahannya, ekspedisi ini juga akan merekam sisi sosial masyarakat yang hidup di sepanjang aliran sungai Citarum melalui kegiatan wawancara dan diskusi. Persiapan kegiatan dilakukan sejak pertengahan tahun 2009 dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk kontribusi para anggota senior Wanadri dan sumber pendanaan lainnya. Rencananya, ekspedisi ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu sekitar enam hingga sembilan bulan, yang juga akan diikuti oleh para anggota Wanadri dari berbagai angkatan. Kegiatan ekspedisi kali ini dikhususkan untuk merekam kawasan muara Citarum di daerah Bekasi. Selain mendapatkan data dan dokumentasi yang merekam kondisi fisik dan sosial kehidupan di sungai Citarum, diharapkan pula agar kegiatan ini dapat menjadi bagian dari kampanye kepedulian isu-isu dan permasalahan Citarum kepada masyarakat luas. 2

3

Muara Gembong, Bekasi Daerah muara Sungai Citarum yang berada di Kabupaten Bekasi yaitu Muara Gembong, terletak sekitar 64 kilometer dari pusat Kota Bekasi. Secara administratif, kecamatan ini berada di antara Jakarta Utara dan Kabupaten Kerawang. Usaha perikanan banyak ditemui di daerah ini, misalnya tambak ikan bandeng, keramba ikan di sungai dan laut yang dikelola kelompok-kelompok individu, penangkapan ikan laut, kepiting dan udang oleh nelayan. 4

Menurut penduduk setempat, sampai menjelang akhir tahun 80-an, kawasan ini dulunya memiliki kawasan hutan bakau yang luas. Monyet banyak ditemui disini, demikian juga satwa lain seperti burung dan ular. 5

Kini kondisinya jauh berbeda. Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk di daerah ini, beralihnya fungsi lahan hutan bakau menjadi lahan usaha dan permukiman, maka keberadaan satwa tersebut semakin tersingkir dan jarang terlihat. Dari segi lingkungan, kondisi sungai pun mengalami penurunan dan mulai menghadapi berbagai masalah. Salah satu masalah yang paling sering dikeluhkan oleh penduduk sekitar adalah pembuangan limbah industri yang diduga berasal dari Kerawang dan Bekasi. Limbah ini bukan hanya membuat air sungai menjadi berbau, tetapi juga mengakibatkan ikan mati, sehingga merugikan usaha perikanan. 6

Masalah banjir yang datang setiap tahun antara bulan Desember dan Februari pun menyebabkan kerugian bagi penduduk setempat, seperti usaha tambak ikan merugi, gagal panen, dan penyakit. Di pertemuan antara sungai dan laut lepas, juga terjadi pendangkalan akibat endapan lumpur yang semakin lama semakin tebal. Di lokasi ini ketinggian air di beberapa tempat hanya mencapai setengah meter. Sehingga hal ini menyulitkan bagi perahu nelayan yang seringkali kandas. Menurut laporan media, sekitar sebelas hilir sungai di pantai utara Kabupaten Bekasi ini mengalami pendangkalan sepanjang 2 kilometer ke arah laut. Sebelas hilir itu di antaranya Muara Bendera (Citarum), Muara Mati, Muara Besar, Muara Kuntul, Muara Jaya, Muara Gobah, Muara Blacan, Sungai Labuh, Cikarang Bekasi Laut, Muara Bungin, dan Muara Beting. (Koran Tempo, 15 Juli 2008) 7

Bencana akibat daya rusak air sepertinya tidak berhenti sampai di sini. Bahaya Abrasi masih terus mengancam hingga saat ini. Pada beberapa puluh tahun yang lalu bibir pantai masih sekitar 200 hingga 300 meter dari bibir pantai yang terlihat saat ini (Republika, 16 Juni 2007). Dalam dua tahun terakhir ini abrasi yang terjadi nampak semakin parah. Penggerusan pantai ini dikatakan telah menghilangkan sekitar seribu hektar lahan tambak petani. Penduduk sekitar menengarai bahwa pencurian pasir laut dan kerusakan hutan mangrove sebagai penyebab percepatan terjadinya abrasi (Koran Tempo, 19 Agustus 2004). 8