BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK PERTIWI PABLENGAN MATESIH KARANGANYAR TAHUN 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 DIBAL NGEMPLAK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan perkembangan otak anak selama hidupnya artinya Golden Age. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Suyanto, 2003:6).

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan persaingan hidup yang semakin tinggi. Tanpa pendidikan sama sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PEMBIASAAN BERMAIN PERAN DALAM MENGENALKAN KONSEP MEMBILANG PADA ANAK USIA DINI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Sosial Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Berdasarkan paparan diatas, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir hingga 8 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spritual), motorik dan akal pikir, emosional dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi dan penyediaan kesempatan-kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Pratiwi menjelaskan bahwa kemampuan sosial adalah fungsi adaptasi dengan mengembangkan sumber-sumber personel yang dimiliki dan mengatur lingkungan untuk mencapai manfaat bagi dirinya maupun orang lain. Menurut Hurlock (Sujanto, 1996: 38) karateristik perkembangan sosial usia prasekolah berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Kemampuan anak menyesuaikan diri dalam lingkungan TK memerlukan tiga proses yaitu; 1) belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial; 2) memainkan peran sosial yang dapat diterima; 8 3) perkembangan sosial untuk bergaul dengan baik.

Dari penjelasan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks kemampuan sosial seseorang, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia. 2.1.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal. Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda. Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik a anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut : 1. Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.

2. Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif. 3. Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0 8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental. Ada banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak usia dini antara lain : 1. Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya. 2. Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik. 3. Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. 4. Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis. 5. Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Anak usia dini (0 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut : 1. Usia 0 1 tahun

Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain : 1. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. 2. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya. 3. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya. 2. Usia 2 3 tahun Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 3 tahun antara lain : 1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan. 2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan

berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. 3. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan. 3. Usia 4 6 tahun Anak usia 4 6 tahun memiliki karakteristik antara lain : 1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar. 2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu. 3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat. 4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama. 2.1.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Sosial Keluarga merupakan tempat pertama kali anak melakukan fungsi sosialisasinya. Proses yang terjadi antara anak dan orang tua tidaklah bersifat satu arah, namun saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya, anak belajar dari orang tua, sebaliknya, orang tua juga belajar dari anak. Proses sosialisasi yang terjadi dalam keluarga lebih berbentuk sebagai suatu system yang interaksional. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh (Masbow:2).

Pola pengasuhan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Orang tua yang cenderung otoriter (authoritarian parenting), dimana mereka menghendaki anak untuk selalu menuruti keinginan orang tua tanpa ada kesempatan bagi anak untuk berdialog, akan menghasilkan anak-anak yang cenderung cemas, takut, dan kurang mampu mengembangkan keterampilan berkomunikasinya. Sebaliknya, orangtua yang cenderung melepas keinginan anak (neglectful parenting) akan menyebabkan pribadi anak tidak mampu mengontrol perilaku dan keinginannya dan dapat membentuk pribadi anak yang egois dan dominan. Masih menurut (Masbow:2), konteks sosial diluar keluarga pada anak-anak adalah teman sebaya. Pada teman sebaya inilah, anak memperoleh informasi dan perbandingan tentang dunia sosialnya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistmatis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu anak agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak adalah sebagai faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah dikatakan mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para anak mencapai tugas perkembangannya, Alasannya antara lain sekolah memberi pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan perkembangan konsep dirinya, anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada tempat lain diluar rumah. Yusuf (2005:1) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan sosial anak, yaitu sebagai berikut :

1. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga. 2. Kematangan Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, member dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan 3. Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normative yang telah ditanamkan oleh keluarganya. 4. Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normative, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. 5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensin sosial anak. Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap

perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak. 2.1.2 Hakekat Bermain Peran 2.1.2.1 Pengertian Bermain Peran Dengan menggunakan metode bermain peran, diharapkan anak sebagai pelaku dalam kegiatan pembelajaran lebih mampu memahami makna dari kegiatan pembelajaran. Sudirman (2001 : 96) metode bermain peran adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan menirukan tingkah laku dari sesuatu situasi sosial. Metode bermain peran lebih menekankan pada keikutsertaan pada murid untuk bermain peran/sandiwara dalam hal menirukan masalahmasalah sosial. Rostiyah (2001:90) mengemukakan dengan bermain peran anak bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah-masalah sosial psikologis. Melalui bermain peran pula anak dapat belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya. Bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai

pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya, Budyono (dalam Conny, 2002:22). Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Sedangkan menurut Sukinta (1979:20) bermain dipandang sebagai suatu aktivitas yang memiliki karakteritik yang aktivitasnya dilaksanakan atas dasar motivasi intrinsik si pelaku yang berorientasi pada proses bukan pada hasil. Selain itu, bermain juga didefinisikan oleh Conny (2002:22) yang berarti suatu kebutuhan bagi anak dengan merancang pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntunan taraf perkembangannya. 2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Metode Bermain Peran Bagi Anak Usia Dini Kegiatan bermain peran merupakan kegiatan pembelajaran yang diharapkan anak dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, dan mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Menurut Mansyur (sagala, 2008 : 213) menjelaskan beberapa prinsip metode bermain peran yaitu: a. Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankan. Dengan demikian daya ingatan murid harus tajam dan tahan lama.

b. Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. c. Bakat yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah. d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya. e. Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. f. Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. 2.1.2.3 Metode Bermain Peran Bagi Anak Usia Dini Kegiatan bermain peran yang dilaksanakan oleh guru dan anak diharapkan, anak lebih tertarik pada pelajaran sehingga anak lebih mudah memahami masalah-maslah sosial yang diperankan. Selain itu anak dapat menempatkan diri seperti watak orang yang diperankan, anak dapat merasakan perasaan orang lai, tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih kepada sesama makhluk, sampai akhirnya siswa dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup karena telah merasakan dan menghayati permasalahannya. Sedangkan anak lain yang menonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran maupun kritik. Sedangkan menurut Uno (2008:26) menguraikan proses bermain peran dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: a. Menggali perasaannya,

b. Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya, c. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, d. Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan lain-lain. Kemudian Rostiyah (2001:91) mengemukakan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode bermain peran adalah: a. Guru perlu menerangkan kepada anak, untuk memperkenalkan tekhnik ini, bahwa dengan jalan bermain peran anak diharapkan dapat memecahkan hubungan sosial yang actual ada di masyarakat, kemudian guru menunjuk beberapa anak yang akan bermain peran. Masingmasing anak akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan anak yang lain jadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula b. Guru memilih masalah yang urgrn, sehingga menarik minat siswa. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu, c. Agar siswa memahami peristiwa, guru harus bisa menceritakn sambil mengatur adegan, d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi, tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk peranya. Bila tidak ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman seperti yang diperankan itu,

e. Jelaskan pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas peranannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog, f. Anak yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, di samping mendengar dan melihat mereka harus bisa member saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah bermain peran selesai. 2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran Menurut sagala, (2008:216) metode bermain peran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Adapun kelebihan metode bermain peran antara lain: 1. Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatiskan suatu masalah sosial yang sekaligus melatih keberanian serta kemampuannya melakukan suatu adegan dihadapan orang banyak, 2. Suasana kelas sangat hidup karena perhatian para murid semakin tertarik melihat adeganadegan seperti melihat keadaan sesungguhnya, 3. Para murid dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah memahami membandingbanding, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri, 4. Anak-anak menjadi terlatih berpikir kritis dan sistematis Adapun kekurangan, metode bermain peran antara lain: 1. Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu yang cukup lama, 2. Guru yang kurang kreatif biasanya sulit berperan menyerukan suatu situasi/tingkah laku sosial yang berarti pula metode ini baginya sangat tidak efektif, 3. Adakalanya para murid enggan memerankan suatu adegan karena merasa rendah diri atau malu,

4. Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka guru tidak dapat mengambil suatu kesimpulan apapun yang berarti pula tujuan pengajaran tidak tercapai. 2.1.3 Peningkatan Kemampuan Sosial Anak Melalui Metode Bermain Peran Bermain peran dalam meningkatkan kemampuan sosial anak terhadap lingkungan dilaksanakan untuk menggali nilai-nilai (value clafication) yang anak miliki tentang sesuatu dan sifat yang terbuka. Anak diharapkan mampu berperan sebagai orang dalam kehidupan nyata, melakukan apa yang layaknya dilakukan oleh orang yang diperankannya tersebut. Dengan bermain peran ini, anak diharapkan dapat membentuk konsep secara mandiri, mengenal lebih jauh sifat-sifat yang seharusnya dimiliki sebagai seorang anak maupun sebagai seorang teman. Secara perlahan, anak akan lebih peka terhadap lingkungannya, merasa saling memiliki, saling memberi dan menrima serta mampu menjadi bagian dari lingkungannya. Langkah- langkah penerapan metode bermain peran dalam usaha meningkatkan kemampuan sosial antara lain pada Kegiatan inti pembelajaran dengan penerapan pembelajaran bermain peran dalam penelitian ini, terdiri dari pembentukan konsep, aplikasi konsep dan pemantapan konsep. langkah pertama adalah pembentukan konsep, pembentukan konsep dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang konsep materi yang sedang dipelajari. Langkah kedua dilakukan aplikasi konsep,untuk mengaplikasikan konsep dilakukan dengan permainan yaitu bermain peran. Sebelum dilakukan permainan peran, guru membuat setting permainan agar tampak sebagaimana mestinya. Misalnya, menjelaskan kepada anak peran apa yang akan dimainkan. Dalam hal ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan setting permainan dan atributnya. Menjelaskan tujuan danaturan permainan kemudian dilanjutkan bermain peran sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Jika terjadi kesalahan dalam suatu

tahapan, guru dan langsung melanjutkan ke tahapan berikutnya hingga permainan peran selesai. Setelah permainan peran selesai, guru bersama anak mendiskusikan tentang aturan permainan yang semestinya, kemudian dilakukan pemeranan ulang. Biasanya pemeranan ulang lebih baik dari pemeranan pertama. Langkah ketiga dengan pemantapan konsep,pada tahap pemantapan konsep guru dapat mengkomunikasikan dan tanya jawab secara lisan konsep- konsep yang telah dipelajari. Kemudian diakhir dengan membuat kesimpulan/rangkuman. 2.2 Kajian Penelitian Relevan Kusuma Dewi Wahyu (2012) Upaya Meningkatkan Interaksi Sosial Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Tk Pertiwi Pablengan Matesih Karanganyar Tahun 2012. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatkan kemampuan interaksi sosial anak melalui metode bermain peran. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari 2 siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengumpulan data (observing), refleksi (reflecting). Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumenter. Subyek penelitian ini adalah anak dan guru TK Pertiwi Pablengan Matesih Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan interaksi sosial anak melalui metode bermain peran. Pada siklus I peningkatan nilai rata-rata awal 2,0 menjadi 2,8 dengan prosentase kenaikan 20% dan diperoleh rata-rata penilaian anak dalam pembelajaran interaksi sosial sebesar 70 %. Pada siklus II peningkatan mencapai nilai 3,8 dengan prosentase kenaikan 26% dan diperoleh rata-rata hasil penilaian pembelajaran kemampuan interaksi sosial anak sebesar 96 %. Hal ini dapat dilihat dari prosentase rata-rata hasil pembelajaran interaksi sosial anak dalam satu kelas sebelum tindakan adalah 50%, siklus I mencapai 70 %, siklus II mencapai 96 %. Kesimpulan

dari peneltian ini bahwa metode bermain peran dapat meningkatkan interaksi sosial anak kelompok B TK Pertiwi Pablengan Matesih Karanganyar. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakannya sebagai berikut: Jika guru menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran anak di kelompok B TK Putra IV kecamatan kota tengah kota gorontalo maka kemampuan sosial anak akan. 2.4 Indikator Kinerja Penelitian ini memiliki indikator keberhasilan yaitu apabila pengembangan kemampuan sosial anak melalui aspek yang dinilai mulanya 40% mencapai 75% dari jumlah anak yang mengikuti proses pengajaran melalui metode bermain peran.