Semoga Buku Tanya Jawab ini bermanfaat. Jakarta, Februari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

dokumen-dokumen yang mirip
TANYA JAWAB PERTANYAAN UMUM TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG PEMENUHAN BEBAN KERJA GURU DAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

2 Menetapkan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Pemerintah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG

STANDAR ISI 1 Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi 4 4 sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

PEMBINAAN PENGELOLAAN TUNJANGAN PROFESI GURU SEKSI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TAHUN Visit Our Website: madrasahjatim.wordpress.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

, No.1905 Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Kriteria Guru Penerima

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambaha

KEMENDIKBUD. Dana Alokasi Khusus. Pendidikan. Petunjuk Teknis.

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nom

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

KEMENAG. Sekolah Menengah Agama. Katolik. Perubahan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG HARI SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - DRAF PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR xxx TAHUN 2015 TENTANG

BIDANG KURIKULUM ( Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan

BAB II HASIL SURVEY. dan Kebudayaan No. 0296/0/1978, SMP Negeri 39 Surabaya dibangun di atas tanah

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

K E P U T U S A N KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL NOMOR 420/5998/DISDIKBUD/2017 T E N T A N G

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

SMP NEGERI 1 SEMARAPURA Jalan Teratai, Semarapura Kelod, Klungkung Website:

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 17. Jl. Mangga Besar IV/i No. 27, Kel. Kec. Tamansari, Telp , Fax Jakarta Barat 11150

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PANDUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

INFORNASI AKADEMIK SMA NEGERI 78 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEDOMAN PENGHITUNGAN BEBAN KERJA GURU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2008

BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005

- 1 - MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN PROFESI

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2015, Direktorat Pembinaan SMA i

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Contoh Penyusunan PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) UJIAN PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

WALI KOTA BANDUNG, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KURIKULUM SMA BL Maju Bersama + Hebat Semua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Transkripsi:

TANYA JAWAB TENTANG EKUIVALENSI KEGIATAN PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN BAGI GURU YANG BERTUGAS PADA SMP/SMA/SMK YANG MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 PADA SEMESTER PERTAMA MENJADI KURIKULUM TAHUN 2006 PADA SEMESTER KEDUA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 1

2

KATA PENGANTAR Dalam rangka peningkatan layanan pendidikan yang berkualitas, satuan pendidikan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Ditinjau dari beban belajar peserta didik berdasarkan struktur Kurikulum Tahun 2006 dan struktur Kurikulum 2013 terdapat perbedaan jumlah jam pelajaran secara keseluruhan dan pada beberapa matapelajaran di SMP/SMA/SMK. Dalam melaksanakan kurikulum di sekolah, sangat terkait dengan tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Salah satu ciri guru yang profesional adalah bersertifikat pendidik. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, guru yang bersertifikat pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi dan salah satu persyaratan untuk mendapatkan tunjangan profesi adalah bahwa guru harus memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka per minggu. Berdasarkan pertimbangan di atas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Ekuivalensi Kegiatan Pembelajaran/ 3

Pembimbingan Bagi Guru yang Bertugas pada SMP/SMA/ SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006 pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk memberikan persamaan persepsi dan langkah dalam melaksanakan Peraturan Menteri dimaksud di sekolah, disusun Buku Tanya Jawab tentang kemengapaan dan proses pelaksanaan ekuivalensi kegiatan pembelajaran/ pembimbingan bagi guru yang bertugas di SMP/SMA/ SMK. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pembelajaran/pembimbingan yang dilakukan oleh para guru pada khususnya dan penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah pada umumnya. Semoga Buku Tanya Jawab ini bermanfaat. Jakarta, Februari 2015 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 3 A. UMUM... 9 1. Mengapa Kemdikbud melakukan ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan?... 9 2. Bagi siapa saja ekuivalensi itu berlaku?... 10 3. Apa tujuan ekuivalensi itu Dilakukan?... 10 4. Apakah ekuivalensi dimaksud berlaku untuk semua mata pelajaran?... 10 5. Mata pelajaran apa saja yang boleh dilakukan ekuivalensi beban mengajar guru dan pada jenjang pendidikan apa?... 10 6. Dari uraian mata pelajaran tersebut, mengapa guru-guru di Sekolah Dasar tidak terkena dampak?... 11 7. Bagaimana dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama dan guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Dasar?... 11 8. Apa dasar pemikirannya bahwa hanya mata pelajaran tertentu saja di SMP/SMA/SMK yang dapat dilakukan ekuivalensi?... 11 9. Berapa banyak guru bersertifikat pendidik di SMP/SMA/ SMK yang terkena dampak tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu sehingga tidak mendapatkan SK Tunjangan Profesi Guru?... 12 10. Mengapa hanya mata pelajaran tersebut dan tidak bisa untuk mata pelajaran lain?... 12 11. Bagaimana dengan guru mata pelajaran lain yang memiliki kekurangan beban mengajar guru?... 13 12. Berapa banyak kegiatan pembelajaran/pembimbingan yang dapat diekuivalensikan?... 13 5

13. Berapa jam pelajaran ekuivalensi itu diperoleh, apa kegiatan, dan bagaimana cara mengukurnya?... 13 14. Apakah beban mengajar 24 jam beban kerja guru itu bisa diekuivalensikan seluruhnya?... 17 15. Berapa banyak kegiatan ekuivalensi pembelajaran/ pembimbingan dapat dipilih oleh guru?... 17 16. Mengapa hanya kegiatan-kegiatan tesebut yang dapat diekuivalensikan dalam pemenuhan beban kerja tatap muka guru SMP/SMA/SMK?... 18 17. Bagaimana cara melakukan ekuivalensi kegiatan pembelajaran/ pembimbingan untuk memenuhi beban mengajar guru?... 18 18. Apa yang harus dilakukan agar guru yang mengekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan dapat dibayarkan tunjangan profesinya?... 18 19. Apakah dengan melakukan kegiatan ekivalensi pembelajaran/ pembimbingan, guru matapelajaran yang telah bersertifikat pendidik tersebut dapat memenuhi beban mengajar tatap muka per minggunya dan akan mendapatkan SK Tunjangan Profesi?... 19 20. Apa himbauan pimpinan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terhadap Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya?... 19 21. Apakah ekuivalensi ini bersifat permanen?... 20 B. WALI KELAS... 21 1. Apa saja yang menjadi tugas wali kelas?... 21 2. Apa saja yang termasuk dalam pengelolaan kelas?... 21 3. Apakah yang dimaksud dengan interaksi antara wali kelas dengan orang tua/wali peserta didik?... 21 4. Apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan antara wali kelas dengan orang tua/wali peserta didik?... 22 5. Langkah apa yang dilakukan jika ada peserta didik memiliki permasalahan dalam hal belajar, interaksi sosial, dan yang 6

lainnya?... 22 6. Bagaimana mengerjakan administrasi kelas?... 23 C. PEMBINA OSIS... 24 1. Berapa jumlah pembina Osis pada setiap satuan pendidikan yang dapat diberikan nilai ekuivalensi?... 24 2. Bagaimana sistematika penyusunan program pembinaan OSIS yang dapat dijadikan bukti fisik?... 24 3. Bagaimana sistematika penyusunan laporan hasil kegiatan pembinaan OSIS yang dapat dijadiikan bukti fisik?... 25 4. Bolehkah saya mendapatkan jam tambahan ekuivalensi sebagai Pembina OSIS di satuan pendidikan lain?... 25 5. Siapa saja yang boleh menjadi Pembina OSIS terkait dengan Ekuivalensi?... 25 6. Mengapa membina OSIS dapat dijadikan salah satu untuk penambahan jam ekuvalensi?... 25 D. MEMBINA EKSTRAKURIKULER... 26 1. Apakah yang dimaksud Kegiatan Ekstrakurikuler?... 26 2. Apa saja bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler?... 26 3. Apakah Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler?... 27 4. Bagaimana tahapan Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan di satuan pendidikan?... 27 5. Komponen apa saja yang terdapat dalam Program Kegiatan Ekstrakurikuler?... 27 6. Bagaimana penyusunan jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler?... 27 7. Komponen apa saja dalam menyusun jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler?... 28 8. Penilaian seperti apa yang dilakukan dalam kegiatan Ekstrakurikuler?... 28 9. Unsur apa saja yang terlibat dalam pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler?... 29 10. Siapakah yang berhak menjadi Pembina Kegiatan 7

8 Ekstrakurikuler terkait dengan ekuivalensi?... 29 11. Berapa banyak Kegiatan Ekstrakurikuler bagi guru mata pelajaran terkait ekuivalensi?... 29 12. Berapa jam yang diakui bagi guru mata pelajaran yang membina Kegiatan Ekstrakurikuler?... 29

UMUM 1. Mengapa Kemdikbud melakukan ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan? Pada tahun 2013-2014, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh sekolah di Indonesia dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap 1 pelaksanaan terbatas pada tahun pelajaran 2013/2014, dan tahap II pelaksanaan pada seluruh sekolah di Indonesia pada tahun pelajaran berikutnya (2014/2015). Pada tahun 2014 Pemerintah mengevaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 dan salah satu kebijakan yang diambil adalah menerapkan perubahan kurikulum secara bertahap. Langkah yang dilakukan adalah menunda pelaksanaan kurikulum baru pada sekolah yang baru melaksanakan selama 1 (satu) semester dan sekolah tersebut diharuskan kembali menggunakan Kurikulum Tahun 2006. Lalu secara bertahap Pemerintah menyiapkan sekolah dan mengimplementasikan kurikulum baru. Dengan adanya kebijakan untuk kembali pada Kurikulum Tahun 2006 berdampak pada terjadinya sebagian guru tidak terpenuhi beban mengajar 24 jam tatap muka per minggu berdasarkan Kurikulum Tahun 2006. Akibatnya adalah mereka tidak akan memperoleh SKTP sebagai dasar untuk memperoleh tunjangan profesi. Untuk mengatasi kondisi pemenuhan beban mengajar - agar mereka memperoleh tunjangan profesi - dibuat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan ekivalensi kegiatan pembelajaran pembimbingan. 9

2. Bagi siapa saja ekuivalensi itu berlaku? Ekuivalensi berlaku bagi guru yang bertugas pada SMP/SMA/ SMK yang melaksanakan Kurikulum 2013 pada semester pertama dan berubah menggunakan Kurikulum Tahun 2006 pada semester kedua tahun pelajaran 2014/2015. 3. Apa tujuan ekuivalensi itu Dilakukan? Dengan melakukan ekivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan kepada peserta didik, maka guru yang bersertifikat pendidik dapat memenuhi beban kerjanya dalam mengajar minimal 24 tatap muka per minggu. 4. Apakah ekuivalensi dimaksud berlaku untuk semua mata pelajaran? Tidak. Hanya mata pelajaran yang terkena imbas perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006. 5. Mata pelajaran apa saja yang boleh dilakukan ekuivalensi beban mengajar guru dan pada jenjang pendidikan apa? a. Mata pelajaran di SMP meliputi 1) Bahasa Indonesia, 2) Ilmu Pengetahuan Alam, 3) Matematika, 4) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 5) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, 6) Seni Budaya, dan 7) TIK. b. Mata pelajaran di SMA meliputi 1) Geografi, 2) Matematika, 10

3) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, 4) Sejarah, dan 5) TIK. c. Mata pelajaran di SMK meliputi 1) Bahasa Indonesia, 2) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, 3) Sejarah, dan 4) TIK/Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI). 6. Dari uraian mata pelajaran tersebut, mengapa guru-guru di Sekolah Dasar tidak terkena dampak? Guru di sekolah dasar merupakan guru kelas, yang beban kerjanya sudah bisa mencukupi 24 jam tatap muka per minggu dan bahkan bisa lebih dari itu. 7. Bagaimana dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama dan guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Dasar? Guru-guru mata pelajaran Pendidikan Agama dan guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Dasar yang telah bersertifikat pendidik tidak hanya dapat mengajar Pendidikan Agama dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di sekolahnya, namun juga bisa mengajar di SD lain, SMP, SMA, atau SMK untuk mata pelajaran yang sama dengan sertifikat pendidiknya. 8. Apa dasar pemikirannya bahwa hanya mata pelajaran tertentu saja di SMP/SMA/SMK yang dapat dilakukan ekuivalensi? Seperti yang telah kami sampaikan bahwa guru-guru di SD tidak terkena dampak. Namun sebagian guru di SMP, SMA, dan SMK terkena dampak, yaitu tidak terpenuhinya 24 jam. Hal ini disebabkan 11

karena jumlah jam pelajaran pada struktur Kurikulum 2013 lebih banyak daripada Kurikulum Tahun 2006, yaitu dari 38 jam pelajaran menjadi 32 jam pelajaran dengan bobot yang berbeda pada setiap mata pelajarannya. 9. Berapa banyak guru bersertifikat pendidik di SMP/SMA/SMK yang terkena dampak tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu sehingga tidak mendapatkan SK Tunjangan Profesi Guru? Setelah kami menghitung; a. Guru bersertifikat pendidik SMP yang tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu sebanyak 94,803 orang. b. Guru bersertifikat pendidik SMA yang tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu sebanyak 9,995 orang. c. Guru bersertifikat pendidik SMK yang tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu sebanyak 3,685 orang Secara total ada sebanyak 108,483 orang guru SMP, SMA, dan SMK yang akan tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu sehingga tidak akan mendapat SK Tunjangan Profesi. Karena itulah kebijakan ekuivalensi ini dibuat, akan guruguru tetap mendapatkan tunjangannya. 10. Mengapa hanya mata pelajaran tersebut dan tidak bisa untuk mata pelajaran lain? Karena mata pelajaran-mata pelajaran tersebut dalam struktur Kurikulum Tahun 2006 jumlah jam pelajaran per minggunya lebih kecil daripada yang terdapat di dalam struktur program Kurikulum 2013, sedangkan mata pelajaran-mata pelajaran lain tidak ada perubahan yang signifikan dan tidak berdampak pada guru dalam memenuhi beban mengajarnya. 12

11. Bagaimana dengan guru mata pelajaran lain yang memiliki kekurangan beban mengajar guru? Itu bisa saja terjadi, dan kondisinya disebabkan karena kelebihan guru di sekolah dan tidak dilakukan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Di sinilah letak koordinasi antara sekolah dengan Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dalam melakukan penataan dan pemerataan kebutuhan guru. 12. Berapa banyak kegiatan pembelajaran/pembimbingan yang dapat diekuivalensikan? Ada 5 jenis kegiatan ekivalensi pembelajaran/ pembimbingan yang dapat dipilih oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, yaitu guru menjadi: a. walikelas, b. pembina OSIS, c. guru piket, d. membina kegiatan ekstrakurikuler, seperti OSN, Keagamaan, Pramuka, Olah raga, Kesenian, UKS, PMR, Pencinta Alam, dan KIR, atau e. menjadi tutor Paket A, Paket B, Paket C, Paket C Kejuruan, atau program pendidikan kesetaraan. 13. Berapa jam pelajaran ekuivalensi itu diperoleh, apa kegiatan, dan bagaimana cara mengukurnya? Kegiatan, tugas, jumlah kegiatan/kelas/kelompok/orang, ekuivalensi beban kerja per minggu dan bukti fisik untuk masing-masing kegiatan diuraikan dalam tabel berikut: 13

Wali Kelas TUGAS JUMLAH KEGIATAN/ KELAS/ KELOMPOK/ ORANG EKUIVALENSI BEBAN KERJA PER MINGGU BUKTI FISIK a. Pengelolaan Kelas b. Berinteraksi dengan orang tua/wali peserta didik c. Penyelenggaraan Administrasi Kelas d. Penyusunan dan laporan kemajuan belajar peserta didik e. Pembuatan catatan khusus tentang peserta didik f. Pencatatan mutasi peserta didik Satu kelas per tahun 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai wali kelas dari kepala sekolah b. Program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil kegiatan wali kelas g. Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar h. dan lain-lain tugas kewalikelasan 14

Membina Osis TUGAS JUMLAH KEGIATAN/ KELAS/ KELOMPOK/ ORANG EKUIVALENSI BEBAN KERJA PER MINGGU BUKTI FISIK a. Menyusun program pem binaan OSIS b. Mengkoordinasikan kegia tan upacara rutin dan hari besar nasional c. Penyelenggaraan latihan kepemimpinan dasar bagi peserta didik d. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan class meeting e. Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pembinaan OSIS Pengurus OSIS 1 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina OSIS dari kepala sekolah b. Program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil kegiatan pembinaan OSIS Guru Piket TUGAS JUMLAH KEGIATAN/ KELAS/ KELOMPOK/ ORANG EKUIVALENSI BEBAN KERJA PER MINGGU BUKTI FISIK a. Meningkatkan pelaksanaan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, kesehatan, keteladanan, dan keterbukaan (9K) b. Mengadakan pendataan dan mengisi buku piket Satu kali dalam seminggu 1 jam pelajaran a. Surat tugas per semester sebagai guru piket dari kepala sekolah b. Jadwal piket yang ditandatangani oleh kepala sekolah. 15

TUGAS JUMLAH KEGIATAN/ KELAS/ KELOMPOK/ ORANG EKUIVALENSI BEBAN KERJA PER MINGGU BUKTI FISIK c. Menjadi guru pengganti di kelas kosong d. Mencatat warga sekolah yang tidak disiplin e. Melaporkan kasus-kasus yang bersifat khusus kepada kepala sekolah f Melakukan kegiatan lainnya yang terkait tugas guru piket c. Laporan hasil piket per tugas Membina Ekstrakurikuler TUGAS JUMLAH KEGIATAN/ KELAS/ KELOMPOK/ ORANG EKUIVALENSI BEBAN KERJA PER MINGGU BUKTI FISIK a. Surat tugas per semester sebagai guru piket dari kepala sekolah b. Jadwal piket yang ditanda tangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil piket per tugas Satu paket per tahun 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina ekstrakurikuler tertentu dari kepala sekolah b. Program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah. c. Laporan hasil kegiatan pembinaan ekstrakurikuler tertentu 16

Menjadi Tutor Paket A, B, atau C TUGAS JUMLAH KEGIATAN/ KELAS/ KELOMPOK/ ORANG EKUIVALENSI BEBAN KERJA PER MINGGU BUKTI FISIK Mengajar peserta didik Paket A, Paket B, atau Paket C di PKBM/SKB Jam pelajaran per minggu Sesuai dengan alokasi jam pelajaran per minggu, maksimal 6 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina ekstrakurikuler tertentu dari kepala sekolah b. Program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil kegiatan pembinaan ekstrakurikuler tertentu 14. Apakah beban mengajar 24 jam beban kerja guru itu bisa diekuivalensikan seluruhnya? Tentu saja tidak. Ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan diakui paling banyak 25% beban mengajar guru atau 6 jam tatap muka per minggu yang dibuktikan dengan bukti fisik. 15. Berapa banyak kegiatan ekuivalensi pembelajaran/pembimbingan dapat dipilih oleh guru? Tentu harus lebih dari satu. Hal yang paling penting adalah kegiatan pembelajaran/pembimbingan dimaksud tidak melebih banyak 25% beban mengajar guru atau 6 jam tatap muka per minggu. 17

16. Mengapa hanya kegiatan-kegiatan tesebut yang dapat diekuivalensikan dalam pemenuhan beban kerja tatap muka guru SMP/SMA/SMK? Kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah disebutkan tadi merupakan kegiatan pembelajaran/pembimbingan yang secara langsung berkaitan dengan peserta didik yang sangat bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran/ pembimbingan/pendidikan di sekolah. 17. Bagaimana cara melakukan ekuivalensi kegiatan pembelajaran/ pembimbingan untuk memenuhi beban mengajar guru? Sekolah melakukan pembagian tugas mengajar guru, kemudian diidentifikasi guru-guru mata pelajaran apa saja yang terkena dampak kekurangan beban mengajar guru 24 jam tatap muka per minggu. Setelah diketahui, diputuskan untuk dilakukan penataan guruguru; yang sesuai dengan Permendikbud ini diberikan ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan sesuai dengan kebutuhannya. Apabila terjadi kelebihan guru mata pelajaran lain, kepala sekolah mengusulkan guru-guru yang kekurangan jam mengajar kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi sesuai dengan kewenangannya untuk dilakukan pemerataan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru. Guru yang diberikan ekivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan wajib memiliki bukti fisik berupa surat tugas dari kepala sekolah, program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala sekolah, dan laporan hasil kegiatan pembelajaran/ pembimbingan. 18. Apa yang harus dilakukan agar guru yang mengekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan dapat dibayarkan tunjangan profesinya? Guru yang telah melakukan kegiatan pembelajaran menyiapkan bukti fisik. Bukti fisik kemudian dilegalisasi oleh kepala sekolah dan 18

disampaikan ke dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi sesuai dengan kewenangannya untuk diverifikasi. Setelah Dinas melakukan verifikasi, Dinas pendidikan melaporkan hasil verifikasi ke Direktorat terkait yang menangani guru sebagai dasar penerbitan Keputusan Tunjangan Profesi. Gambar berikut ini menunjukkan mekanisme. 19. Apakah dengan melakukan kegiatan ekivalensi pembelajaran/ pembimbingan, guru matapelajaran yang telah bersertifikat pendidik tersebut dapat memenuhi beban mengajar tatap muka per minggunya dan akan mendapatkan SK Tunjangan Profesi? Ya, kami berharap bahwa para guru bersertifikat pendidik dapat memenuhi kewajibannya dalam mengajar/membimbing peserta didik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga mereka akan mendapatkan SK Tunjangan Profesi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Harapan kami pula setelah mendapatkan SK Tunjangan Profesi, para guru tersebut akan mendapatkan tunjangan profesi. 20. Apa himbauan pimpinan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terhadap Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangannya? 19

Kami menghimbau agar Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya melakukan: a. penataan dan pemerataan guru agar tidak terjadi kelebihan guru di sekolah-sekolah tertentu, b. verifikasi bukti fisik ekivalensi kegiatan pembelajaran/ pembimbingan yang disampaikan oleh kepala sekolah. c. pemantauan dan pengendalian dalam pembinaan kepada guruguru di wilayahnya. 21. Apakah ekuivalensi ini bersifat permanen? Tidak. Hanya berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016.. 20

WALI KELAS 1. Apa saja yang menjadi tugas wali kelas? Tugas wali kelas antara lain: a. pengelolaan kelas, b. berinteraksi dengan orang tua/wali peserta didik, c. penyelenggaraan administrasi kelas, d. penyusunan dan laporan kemajuan belajar peserta didik, e. pembuatan catatan khusus tentang peserta didik, f. pencatatan mutasi peserta didik, g. pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar, h. dan lain lain tugas kewalikelasan. 2. Apa saja yang termasuk dalam pengelolaan kelas? Kegiatan yang termasuk dalam pengelolaan kelas antara lain: a. Memastikan ketersediaan sarana prasana penunjang kelas, diantaranya kelengkapan kelas, jadwal pelajaran, papan tulis, ATK, media pembelajaran, listrik, pengaturan sirkulasi udara, kebersihan dan kesehatan ruangan, b. Pembentukan pengurus kelas dan tugas-tugas lainnya disertai rincian tugas dan kewenangannya, c. Membuat jadwal piket kelas, d. Mengatur posisi duduk peserta didik sesuai dengan karakteristik mereka. 3. Apakah yang dimaksud dengan interaksi antara wali kelas dengan orang tua/wali peserta didik? 21

Hal-hal yang termasuk dalam interaksi antara lain: a. Interaksi antara wali kelas dengan orang tua/wali peserta didik adalah pertemuan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, b. Interaksi dapat dilakukan minimal tiga kali pertemuan dalam satu semester. c. Selain tiga pertemuan, interaksi dapat juga dilakukan melalui telepon, SMS, media group online (WA, email, BB, line) maupun media cetak (brosur, buletin, majalah dinding kelas), d. Pertemuan dapat dilakukan dengan mengundang orang tua/wali peserta didik ke sekolah atau mengunjungi kediaman peserta didik, e. Pertemuan dapat dilakukan secara individu, kelompok, atau seluruh orang tua/wali peserta didik. 4. Apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan antara wali kelas dengan orang tua/wali peserta didik? Hal-hal yang dibicarakan dalam pertemuan antara wali kelas dengan orang tua/wali peserta didik antara lain: a. Kegiatan /pertemuan rutin antara wali kelas dengan orang tua/ wali peserta didik b. Kebijakan dan program kegiatan sekolah dan kelas dalam bulanan, semester, dan tahunan c. Kondisi, potensi, tantangan, dan peluang di kelas dan peserta didik, d. Perkembangan peserta didik baik akademis maupun keperibadiannya, e. Hasil laporan koordinasi dengan BK/Wkl Kepala sekolah Bidang Kesiswaan, dan/atau pihak terkait lainnya 5. Langkah apa yang dilakukan jika ada peserta didik memiliki permasalahan dalam hal belajar, interaksi sosial, dan yang lainnya? 22

Langkah yang dilakukan jika ada peserta didik memiliki permasalahan dalam hal belajar, interaksi sosial, dan yang lainnya antara lain: a. Memanggil peserta didik yang bermasalah. b. Mencatat permasalahan dalam buku pembinaan peserta didik. c. Berkoordinasi dengan guru BK atau pihak terkait. d. Berkomunikasi dengan orang tua/wali peserta didik. e. Melaksanakan bimbingan dan tindak lanjut hasil pertemuan wali kelas dan peserta didik. 6. Bagaimana mengerjakan administrasi kelas? Kegiatan yang harus dilakukan dalam mengerjakan administrasi kelas adalah mengisi buku jurnal kelas, agenda kelas, buku penghubung dan daftar hadir. 23

PEMBINA OSIS 1. Berapa jumlah pembina OSIS pada setiap satuan pendidikan yang dapat diberikan nilai ekuivalensi? Ekuivalensi pembina OSIS adalah 1 jam pelajaran. Satuan pendidikan dapat mengangkat Pembina OSIS berdasarkan rombongan belajar. a. 1 rombongan belajar sampai dengan 9 rombongan belajar diangkat satu pembina OSIS. b. 10 rombongan belajar sampai dengan 18 rombongan belajar diangkat dua pembina OSIS. c. 9 rombongan belajar sampai dengan 27 rombongan belajar diangkat tiga pembina OSIS. d. Lebih dari 27 rombongan belajar diangkat 4 Pembina OSIS. Mereka yang diangkat hanya yang bagi guru yang kurang jam akibat perubahan kurikulum 2013 ke 2006. 2. Bagaimana sistematika penyusunan program pembinaan OSIS yang dapat dijadikan bukti fisik? Sistematika penyusunan program pembinaan OSIS antara lain: Cover, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, Maksud dan Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup kegiatan, Tempat, Strategi pelaksanaan, Jadwal Kegiatan, Peserta, Indikator Keberhasilan, Pendanaan, Sarana Prasarana yang dibutuhkan, Penutup. 24

3. Bagaimana sistematika penyusunan laporan hasil kegiatan pembinaan OSIS yang dapat dijadiikan bukti fisik? Sistematika penyusunan program pembinaan OSIS antara lain: Cover, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, Maksud dan Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup kegiatan, Tempat, Strategi pelaksanaan, Jadwal Kegiatan, Peserta, Indikator Keberhasilan, Pendanaan, Sarana Prasarana yang dibutuhkan, Hasil Pelaksanaan kegiatan, Dampak Kegiatan, Hambatan pelaksanaan, Solusi atas hambatan pelaksanaan Penutup, Kesimpulan, Rekomendasi, dan Lampiranlampiran. 4. Bolehkah saya mendapatkan jam tambahan ekuivalensi sebagai Pembina OSIS di satuan pendidikan lain? Tidak boleh. 5. Siapa saja yang boleh menjadi Pembina OSIS terkait dengan Ekuivalensi? Hanya guru yang mengalami kekurangan jam mengajar yang diakibatkan oleh perubahan kurikulum 2013 ke kurikulum 2006. 6. Mengapa membina OSIS dapat dijadikan salah satu untuk penambahan jam ekuvalensi? Karena guru Pembina OSIS melakukan bagian dari tugas pokok guru dalam rangka membimbing. 25

MEMBINA EKSTRAKURIKULER 1. Apakah yang dimaksud Kegiatan Ekstrakurikuler? Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. 2. Apa saja bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler? a. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya; b. Karya ilmiah, misalnya: kegiatan ilmiah remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya; c. Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, fotografi, teater, debat, bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya; d. Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis alquran, retreat, perayaan idul qurban, perayaan galungan, perayaan waisak, dan lain-lain; e. Bentuk kegiatan lainnya, seperti penyiapan lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN), Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), cerdas cermat 4 pilar, dan lain-lain 26

3. Apakah Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler? Lingkup kegiatan ekstrakurikuler meliputi: a. Individual, yakni kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan. b. Berkelompok, yakni kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik secara: 1) Berkelompok dalam satu kelas (klasikal). 2) Berkelompok dalam kelas parallel 3) Berkelompok antar kelas. 4. Bagaimana tahapan Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan di satuan pendidikan? Tahapan Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler melalui : (1) analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; (2) identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik; (3) menetapkan bentuk kegiatan yang diselenggarakan; (4) mengupayakan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya; (5) menyusun Program Kegiatan Ekstrakurikuler. 5. Komponen apa saja yang terdapat dalam Program Kegiatan Ekstrakurikuler? Komponen Program Kegiatan Ekstrakurikuler sekurang-kurangnya memuat: a. rasional dan tujuan umum; b. deskripsi setiap Kegiatan Ekstrakurikuler; c. pengelolaan; d. pendanaan; dan e. evaluasi 6. Bagaimana penyusunan jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler? 27

Penjadwalan Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dirancang di awal tahun pelajaran oleh pembina di bawah bimbingan kepala sekolah/ madrasah atau wakil kepala sekolah/madrasah. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler diatur agar tidak menghambat pelaksanaan kegiatan intra dan kokurikuler. 7. Komponen apa saja dalam menyusun jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler? Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri dari jadwal latihan rutin dan jadwal yang bersifat incidental Jadwal Latihan Rutin NO HARI/TGL PUKUL URAIAN KEGIATAN PNJWB 1. 2. X. Sedangkan jadwal yang bersifat incidental sesuai dengan kebutuhan. 8. Penilaian seperti apa yang dilakukan dalam kegiatan Ekstrakurikuler? Penilaian Kegiatan Ekstrakurikuler berupa penilaian dan dideskripsikan dalam raport. Kriteria keberhasilannya meliputi proses dan pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian dilakukan secara kualitatif. Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal baik pada setiap semesternya. 28

9. Unsur apa saja yang terlibat dalam pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler? Unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler adalah: a. Satuan Pendidikan, b. Komite Sekolah, c. Orangtua, d. Dunia usaha dan dunia industri. 10. Siapakah yang berhak menjadi Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler terkait dengan ekuivalensi? Guru mata pelajaran yang terkena dampak kebijakan yang melaksanakan kurikulum 2013 pada semester pertama menjadi kurikulum tahun 2006 pada semester kedua tahun pelajaran 2014/2015. 11. Berapa banyak Kegiatan Ekstrakurikuler bagi guru mata pelajaran terkait ekuivalensi? Hanya 1 (satu) Kegiatan Ekstrakurikuler. 12. Berapa jam yang diakui bagi guru mata pelajaran yang membina Kegiatan Ekstrakurikuler? Guru mata pelajaran yang membina kegiatan Ekstrakurikuler sebagai bagian dari pemenuhan beban mengajar guru dengan beban mengajar paling banyak 2 jam pelajaran per minggu. 29

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG EKUIVALENSI KEGIATAN PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN BAGI GURU YANG BERTUGAS PADA SMP/SMA/SMK YANG MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 PADA SEMESTER PERTAMA MENJADI KURIKULUM TAHUN 2006 PADA SEMESTER KEDUA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa satuan pendidikan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah; b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, terdapat perbedaan beban belajar peserta didik pada SMP/SMA/ SMK dalam struktur kurikulum tahun 2006 dan struktur kurikulum 2013; c. bahwa salah satu persyaratan untuk mendapatkan tunjangan profesi, guru harus memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka per minggu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Ekuivalensi Kegiatan Pembelajaran/Pembimbingan Bagi Guru yang Bertugas pada SMP/SMA/SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama 30

Menjadi Kurikulum Tahun 2006 pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941); 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara; 6. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 7. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja; 8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 30 Tahun 2011; 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013; 31

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG EKUIVALENSI KEGIATAN PEMBELAJARAN/ PEMBIMBINGAN BAGI GURU YANG BERTUGAS PADA SMP/ SMA/SMK YANG MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 PADA SEMESTER GANJIL MENJADI KURIKULUM TAHUN 2006 PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Pasal 1 (1) Beban belajar peserta didik SMP berdasarkan Struktur Kurikulum 2013 meliputi sepuluh mata pelajaran berjumlah 38 jam pembelajaran per minggu. (2) Pada struktur kurikulum SMA: a. Beban belajar peserta didik Kelas X SMA berdasarkan Kurikulum 2013 meliputi dua belas mata pelajaran yang berbeda pada peminatan MIPA dan IPS, sebelas mata pelajaran yang berbeda pada peminatan Bahasa dan Budaya dengan minimal 42 jam pelajaran per minggu. b. Beban belajar peserta didik Kelas XI dan Kelas XII SMA berdasarkan Kurikulum 2013 meliputi dua belas mata pelajaran yang berbeda pada peminatan MIPA dan IPS, sebelas mata pelajaran yang berbeda pada peminatan Bahasa dan Budaya dengan minimal 44 jam pelajaran per minggu. (3) Pada struktur kurikulum SMK: Beban belajar peserta didik SMK berdasarkan Kurikulum 2013 sesuai dengan kelompok peminatan yang mengacu pada Spektrum Keahlian yang mencakup Bidang Keahlian, Program Keahlian, dan Paket Keahlian dengan jumlah 48 jam pembelajaran per minggu. (4) Peserta didik SMP/SMA/SMK berdasarkan Kurikulum 2013 mendapat layanan bimbingan dan konseling dari guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor. (5) Peserta didik SMP/SMA/SMK berdasarkan Kurikulum 2013 mendapat layanan bimbingan Teknologi Informasi dan Komunikasi/Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (TIK/KKPI) dari guru TIK/KKPI. 32

(6) Satuan pendidikan SMP, SMA, dan SMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu. Pasal 2 (1) Beban belajar peserta didik SMP berdasarkan Struktur Kurikulum Tahun 2006 meliputi sepuluh mata pelajaran ditambah muatan lokal dan pengembangan diri berjumlah 32 jam pembelajaran per minggu. (2) Pada struktur kurikulum SMA: a. Beban belajar peserta didik Kelas X SMA berdasarkan Kurikulum Tahun 2006 meliputi enam belas mata pelajaran ditambah muatan lokal dan pengembangan diri berjumlah 38 jam pembelajaran per minggu. b. Beban belajar peserta didik Kelas XI dan Kelas XII SMA Program IPA, Program IPS, dan Program Bahasa berdasarkan Kurikulum Tahun 2006 meliputi masing-masing tiga belas mata pelajaran ditambah muatan lokal dan pengembangan diri berjumlah 39 jam pembelajaran per minggu. (3) Pada struktur kurikulum SMK: a. Beban belajar peserta didik SMK berdasarkan Kurikulum Tahun 2006 meliputi sepuluh mata pelajaran ditambah muatan lokal dan pengembangan diri, masing-masing berdasarkan kelompok kejuruannya. b. Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standar kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1044 jam per tahun. (4) Peserta didik SMP/SMA/SMK berdasarkan Kurikulum Tahun 2006 mendapat layanan bimbingan dan konseling dari guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor. (5) Satuan pendidikan SMP dan SMA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. 33

Pasal 3 (1) Perubahan beban belajar peserta didik dalam struktur kurikulum dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2 berdampak tidak terpenuhinya beban mengajar minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu bagi guru mata pelajaran tertentu di SMP/SMA/SMK. (2) Mata pelajaran tertentu di SMP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Seni Budaya, dan TIK. (3) Mata pelajaran tertentu di SMA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Geografi, Matematika, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Sejarah, dan TIK. (4) Mata pelajaran tertentu di SMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Sejarah, dan TIK/KKPI. (5) Bagi guru mata pelajaran tertentu di SMP/SMA/SMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diterbitkan Keputusan Tunjangan Profesinya. (6) SMP/SMA/SMK wajib melakukan optimalisasi penataan dan pemerataan beban mengajar guru. (7) Dalam hal telah dilakukan optimalisasi penataan dan pemerataan beban mengajar guru dan masih terdapat guru mata pelajaran tertentu di SMP/ SMA/SMK yang tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu, pemenuhan beban mengajar dilakukan melalui ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (8) Ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diakui paling banyak 25% beban mengajar guru atau 6 jam tatap muka per minggu yang dibuktikan dengan bukti fisik. (9) Bukti fisik ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berupa fotokopi/salinan yang dilegalisasi oleh kepala sekolah dan disampaikan ke dinas pendidikan kabupaten/kota/ provinsi sesuai dengan kewenangannya untuk diverifikasi. 34

(10)Dinas pendidikan melaporkan hasil verifikasi ke Direktorat terkait yang menangani guru sebagai dasar penerbitan Keputusan Tunjangan Profesi. Pasal 5 Pemenuhan beban mengajar melalui Ekuivalensi Kegiatan Pembelajaran/ Pembimbingan berlaku sampai dengan 31 Desember 2016. Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Februari 2015 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, ANIES BASWEDAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 35

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG EKUIVALENSI KEGIATAN PEMBELAJARAN/ PEMBIMBINGAN BAGI GURU YANG BERTUGAS PADA SMP/ SMA/SMK YANG MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 PADA SEMESTER PERTAMA MENJADI KURIKULUM TAHUN 2006 PADA SEMESTER KEDUA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 EKUIVALENSI KEGIATAN PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN No Kegiatan Tugas Jumlah Kegiatan/ Kelas/ Kelompok/ Orang Ekuivalensi Beban Kerja Per Minggu Bukti Fisik 1. Menjadi wali kelas a. Pengelolaan Kelas b. Berinteraksi dengan orang tua/ wali peserta didik c. Penyelenggaraan Administrasi Kelas d. Penyusunan dan laporan kemajuan belajar peserta didik e. Pembuatan catatan khusus tentang peserta didik Satu kelas per tahun 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai wali kelas dari kepala sekolah b. Program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil kegiatan wali kelas 36

No Kegiatan Tugas f. Pencatatan mutasi peserta didik g. Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar h. dan lain-lain tugas kewalikelasan 2. Membina OSIS a. Menyusun program pembinaan OSIS b. Mengkoordinasikan kegiatan upacara rutin dan hari besar nasional c. Penyelenggaraan latihan kepemimpinan dasar bagi peserta didik d. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan class meeting e. Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pembinaan OSIS Jumlah Kegiatan/ Kelas/ Kelompok/ Orang Ekuivalensi Beban Kerja Per Minggu Pengurus OSIS 1 jam pelajaran Bukti Fisik a. Surat tugas sebagai pembina OSIS dari kepala sekolah b. Program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil kegiatan pembinaan OSIS 37

No Kegiatan Tugas 3. Menjadi guru piket a. Meningkatkan pelaksanaan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, kesehatan, keteladanan, dan keterbukaan (9K) b. Mengadakan pendataan dan mengisi buku piket c. Menjadi guru pengganti di kelas kosong d. Mencatat warga sekolah yang tidak disiplin e. Melaporkan kasus-kasus yang bersifat khusus kepada kepala sekolah f. Melakukan kegiatan lainnya yang terkait tugas guru piket 4 Membina kegiatan ekstrakurikuler, seperti OSN, Keagamaan, Pramuka, Olah raga, Kesenian, UKS, PMR, Pencinta Alam, dan KIR a. Menyusun program pembinaan ekstrakurikuler tertentu b. Melaksanakan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler tertentu c. Melaporkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tertentu Jumlah Kegiatan/ Kelas/ Kelompok/ Orang Satu kali dalam seminggu Satu paket per tahun Ekuivalensi Beban Kerja Per Minggu 1 jam pelajaran 2 jam pelajaran Bukti Fisik a. Surat tugas per semester sebagai guru piket dari kepala sekolah b. Jadwal piket yang ditandatangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil piket per tugas a. Surat tugas sebagai pembina ekstrakurikuler tertentu dari kepala sekolah 38

No Kegiatan Tugas 5 Menjadi tutor Paket A, Paket B, Paket C, Paket C Kejuruan, atau program pendidikan kesetaraan Mengajar peserta didik Paket A, Paket B, atau Paket C di PKBM/ SKB Jumlah Kegiatan/ Kelas/ Kelompok/ Orang Ekuivalensi Beban Kerja Per Minggu Bukti Fisik b. Program dan jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala sekolah. c. Laporan hasil kegiatan pembinaan ekstrakurikuler tertentu Jam pelajaran per minggu Sesuai dengan alokasi jam pelajaran per minggu, maksimal 6 jam pelajaran a. SK mengajar sebagai tutor. b. Jadwal kegiatan yang ditandatangani oleh kepala PKBM/SKB. c. Laporan pelaksanaan tugas sebagai tutor. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, ANIES BASWEDAN 39