PERANAN GURU MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DALAM MEMBINA KELOMPOK BELAJAR SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI-1 PALANGKA RAYA.

dokumen-dokumen yang mirip
Sogi Hermanto Program Studi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Palangka Raya Kampus Unpar Tunjung Nyaho Jl. H.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan penelitian dan observasi yang dilakukan pada SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini manusia dihadapkan pada suatu kehidupan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, maka dari itu tidaklah heran jika pendidikan saat ini adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tersebut tampak jelas dalam upaya-upaya pembaharuan sistem

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Alamiah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cerminan dari kemajuan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SDN 1 SELAT TENGAH. Oleh: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju-mundurnya suatu bangsa banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGELOLAAN KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV-VI DI SDN 03 JATIPURWO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

Transkripsi:

PERANAN GURU MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DALAM MEMBINA KELOMPOK BELAJAR SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI-1 PALANGKA RAYA. Oleh: Sogi Hermanto Dosen Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Palangka Raya Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Peranan Guru mata pelajaran sosiologi dalam membina kelompok belajar siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Ritasaya. Sumber data populasi, dan sampel adalah kelompok belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya, populasi sebanyak 298 orang siswa, sampel diambil 25% dari populasi sebanyak 77 orang siswa. Untuk metode pelaksanaan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif Deskriptif dengan pertimbangan masalah yang diteliti masih berlangsung sampai sekarang dan bertujuan untuk mengungkapkan masalah-masalah yang nyata dan aktual pada masa sekarang. Hasil penelitian secara diskriptif: Peranan Guru Mata Pelajaran Sosiologi dalam membina kelompok belajar Siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya, dapat disimpulkan bahwa dari 77 responden sampel menunjukkan bahwa dari hasil 23 pertanyaan dalam bentuk angket yang menjawab sangat baik (84,01%), yang menjawab baik (1,16%), yang menjawab cukup baik (14,29%), dan yang menjawab kurang baik (0,09%). Dari hasil analisis tersebut diatas diperoleh persentase paling tinggi sangat baik (84,01%) berarti menunjukan kriteria sangat baik ini membuktikan bahwa peranan guru mata pelajaran sosiologi dalam membina kelompok belajar siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Kata kunci: Peranan Guru, mata pelajaran sosiologi, kelompok belajar PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia tidaklah hanya ditujukan kepada sebagian orang, akan tetapi ditujukan kepada seluruh warga Negara. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Amandemen ke empat tahun 2002, dimana pasal 31 ayat (1) mengatakan : setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan ( UUD RI, 2002:23, Pasal 31 ayat 1). Agar hal tersebut dapat terlaksana, maka pemerintah mengusahakan sekaligus menyelenggarakan suatu sistem pendidikan secara nasional, sebagaimana dikatakan dalam Pasal 31 ayat (3) yang menyatakan: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang (UU, 2002:23, Pasal 31 ayat 3). Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, guru sebagai profesi menyandang persyaratan tertentu sebagaimana tertuang dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 39 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa :Tenaga 1

kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidikan merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Adapun sistem pendidikan nasional dimaksud menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2003, menegaskan : Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai pendidikan nasional (UU RI, 2003:6). Sedang tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 11, menegaskan : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI, 2003:11). Jadi tujuan pendidikan nasional adalah agar berkembangnya potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang berilmu, cerdas, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, pemerintah telah mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal dari tingkat terendah sampai pada tingkat tertinggi. Pendidikan formal dimaksud menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 adalah : Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Dedi Hamid, 2003:8). Salah satunya dari pendidikan formal dimaksud adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya. Menurut Wrightman dalam buku Menjadi Guru Profesional Mengemukakan bahwa : Peranan Guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya (Moh. Uzer Usman, 1992:1). Dalam mengembangkan potensi anak didik diperlukan suatu kondisi atau suasana yang mendukung tercapainya keberhasilan belajar baik berupa sarana maupun prasarana sehingga tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai. Salah satu komponen pendidikan adalah guru yang secara langsung membimbing anak didik dalam kegiatan belajar mengajar termasuk kemampuan dalam menerima, pelajaran dalam kata lain gurulah yang menunjang potensi anak didik agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan yakni dalam membina kelompok belajar pada anak didik. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya, adalah salah satu sekolah yang melaksanakan pendidikan dan pengajaran dengan mengedepankan unsur membimbing dan membina anak didik untuk mencapai hasil belajar secara maksimal dalam rangka membina kelompok belajar siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa peranan guru sosiologi dalam membina kelompok belajar siswanya sangat kurang baik, hal ini di lihat dari aktifitas belajar relatif kecil, cara mengajar guru kurang tepat, sikap guru dalam mengajar, pencarian sumber-sumber materi pengayaan belajar sangat terbatas, keberadaan kelompok belajar siswa, penyelesaian tugas-tugas belum tuntas, partisipasi siswa dalam belajar relatif kurang, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru sangat kurang, malas dalam mengerjakan tugas, dan kurangnya minat siswa dalam pembelajaran. 2

2. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif Deskriptif dengan pertimbangan masalah yang diteliti masih berlangsung sampai sekarang dan bertujuan untuk mengungkapkan masalah-masalah yang nyata dan aktual pada masa sekarang. Adapun ciri-ciri jenis Deskriptif menurut Winarno Surachmad (1988:140) adalah (1) Memusatkan diri pada pemecahan masalah sekarang, (2) Data yang dikumpulkan mulamula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisa, (3) Dari hasil Penelitian disimpulkan serta memberikan saran-saran terhadap pemecahan masalah yang diteliti, pendapat tersebut dipertegas oleh Suharsimi Arikunto (2004:8) mengemukakan bahwa penelitian Deskriptif secara khusus bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual dihadapi sekarang dan untuk mengumpulkan data-data atau informasi untuk dijelaskan dan dianalisis. 2.2 Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya. Pemilihan lokasi ini dengan mempertimbangkan adanya suatu permasalahan mengenai pembinaan kelompok belajar siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Juni 2013 sampai September 2013. 2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi. Soenarto (1987:2) mengatakan: Secara definitif populasi diartikan sebagai suatu kelompok manusia, rumah, buah-buahan, binatang dan sebagainya yang paling sedikit memberi ciri atau karakter tertentu. Dari ciri itulah akan diketahui perbedaan antara populasi yang satu dengan yang lainnya. Mengingat penelitian ini menyangkut peranan guru mata pelajaran sosiologi dalam membina kelompok belajar siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangkaraya, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa sebanyak 298 orang siswa. 2.3.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai sifat populasi. Muhammad Ali (1982:54) mengatakan tentang sampel adalah : sebagian dari seluruh subjek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi. Bila populasi cukup homogen terhadap populasi dibawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, dibawah 1000 dapat dipergunakan sampel sebesar 25% dan diatas 1000 dapat dipergunakan sampel sebesar 15%. (Winarno Surachmad, 1994:100) Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka peneliti menggunakan sampel sebesar 25% dari jumlah populasi sebesar 298 orang siswa, dengan demikian jumlah sampelnya yang mewakili populasi diatas adalah 77 orang siswa. 2.4.Instrumen Penelitian Pengertian instrument adalah factor penting sebagai sarana untuk mendapatkan data penelitiaan deskriptif ini, instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan. Setiap penelitian tentu disertai dengan kelengkapan instrument yang memadai, tanpa kelengkapan instrument maka kegiatan penelitian menjadi kurang valid dan kurang mencapai sasaran yang diinginkan. Instrumen penelitiaan adalah segala peralatan yang dipergunakan untuk memperoleh, pengolah, dan menginterpretasikan 3

informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Ibnu Subiyanto, 2000:16). Kisi-kisi Variabel Peranan Guru Mata Pelajaran Sosiologi Dalam Membina Kelompok Belajar Siswa Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Peranan Guru mata Pelajaran Sosiologi dalam membina kelompok belajar Siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya Peranan guru Kelompok belajar siswa 1. Guru Sebagai informatory 2. Guru Sebagai Organisator 3. Guru Sebagai motivator 4. Guru Sebagai Pengarah/ Direktur 5. Guru Sebagai inisiator 6. Guru Sebagai Transmitter 7. Guru Sebagai fasilitator 8. Guru Sebagai mediator 9. Guru Sebagai Evaluator 1. Meninggikan rasa percaya diri terhadap kemampuan siswa. 2. Mengembangkan kemampuan siswa bersosialisasi. 3. Mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif. 4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. 5. Meningkatkan prestasi belajar siswa. 1,2 3,4,5,6 7 8 9,10 11 12,13 14,15 16 17,18 19 20 21 22,23 5 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2003:203). Berdasarkan pendapat di atas bahwa observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu objek yang sedang diteliti tentang Peranan guru mata pelajaran sosiologi dalam membina kelompok belajar siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya. 2. Wawancara Wawancara merupakan alat pengumpulan data keterangan yang kongkrit tentang tindakan pendapat nara sumber. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang memusatkan perhatian pada sebuah bentuk teknik komunikasi lengsung (Winarno Surachmad, 1994:175). Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran sosiologi. Dengan melakukan Tanya jawab. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2003:199). 4

2.6Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan untuk setiap item dengan cara menghitung persentase distribusi frekuensi alternatife jawaban responden. Untuk menghitung penulis menggunakan jumlah frekuensi yang dibagi dengan responden (N) dan dikali dengan 100% menggunakan rumus sebagai berikut: P = F x 100% N Keterangan : P = Angka Persentase F = Frekuensi Jawaban Responden N = Jumlah Responden 100% = Penggali Tetap (Anas Sudijono,2008:43) Hasil perhitungan jawaban responden dengan menggunakan rumus presentase tersebut di atas di interprestasikan secara logis. Maka sebagai pedoman didasarkan pada 5riteria menurut Suharsimi Arikunto (1998:349) sebagai berikut: 76% - 100% = Sangat baik 51% - 75% = Baik 26% - 50% = Cukup baik 0 % - 25% = Kurang baik (Suharsimi Arikunto, 1998:349). 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Tahap Pengumpulan Data Sebelum angket disebarkan terlebih dulu angket di uji cobakan. Uji coba angket dilaksanakan kepada 10 orang responden, yang berasal dari kelas X di SMA Negeri-1 Palangka Raya. Kemudian angket disebarkan kepada siswa-siswa kelas X sebanyak sesuai dengan jumlah sampel yang diperlukan yaitu 77 orang responden. 3.2 Tahap Pengolahan Data dan Analisis Hasil Penelitian Untuk pengolahan data berikut ini penulis sajikan dalam bentuk tabel, dari hasil angket yang dianalisis yang menggunakan perhitungan persentase. Tabel 1 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam menjelaskan tugas-tugas yang dikerjakan dalam belajar kelompok 1. Sangat baik 68 88,32% 3. Cukup Baik 9 11,68% Sumber data : Item Angket No.1 sangat baik 68 orang (88,32%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 9 orang (11,68%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 68 orang (88,32%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam 5

menjelaskan tugas-tugas yang dikerjakan dalam belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. Tabel 2 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam menyajikan materi ajar kepada siswa dikelas 1. Sangat baik 73 94,81% 3. Cukup Baik 4 5,19% Sumber data : Item Angket No.2 sangat baik 73 orang (94,81%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 4 orang (5,19%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 73 orang (94,81%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam menyajikan materi ajar kepada siswa dikelas dengan kriteria sangat baik. Tabel 3 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang: Bagaimana keterlibatan guru dalam mengatur komposisi belajar kelompok 1. Sangat baik 65 84,42% 3. Cukup Baik 12 15,58% Sumber data : Item Angket No.3 sangat baik 65 orang (84,42%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 12 orang (15,58%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 65 orang (84,42%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam mengatur komposisi belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. Tabel 4 Distribusi frekuensi jawaban responden yaitu tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam mencapai efektivitas dan efisiensi siswa disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 59 76,62% 3. Cukup Baik 18 23,38% Sumber data : Item Angket No.4 6

sangat baik 59 orang (76,62%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 18 orang (23,38%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden jawaban sangat besar, yakni sebanyak 59 orang (76,62%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam mencapai efektivitas dan efisiensi siswa disaat belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. Tabel 5 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam menyusun silabus di sekolah 1. Sangat baik 57 74,02% 3. Cukup Baik 20 25,98% Sumber data : Item Angket No.5 sangat baik 57 orang (74,02%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 20 orang (25,98%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 57 orang (74,02%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam menyusun silabus disekolah dengan kriteria baik. Tabel 6 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam mengelola jadwal pelajaran disekolah 1. Sangat baik 61 79,22% 2. Baik 4 5,19% 3. Cukup Baik 12 15,59% Sumber data : Item Angket No.6 sangat baik 61 orang (79,22%) menjawab baik 4 orang (5,19%) menjawab cukup baik 12 orang (15,59%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 61 orang (79,22%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam mengelola jadwal pelajaran disekolah dengan kriteria sangat baik. 7

Tabel 7 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana dorongan moral dari guru untuk menambahkan semangat belajar siswa disekolah 1. Sangat baik 71 92,21% 3. Cukup Baik 6 7,79% Sumber data : Item Angket No.7 sangat baik 71 orang (92,21%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 6 orang (7,79%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 71 orang (92,21%), artinya bahwa sebagian besar dorongan moral dari guru untuk menamabah semangat belajar siswa disekolah kriteria sangat baik. Tabel 8 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam mengarahkan dan membimbing kegiatan belajar kelompok siswa dikelas 1. Sangat baik 63 81,82% 3. Cukup Baik 14 18,18% Sumber data : Item Angket No.8 sangat baik 63 orang (81,82%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 14 orang (18,18%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 63 orang (81,82%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam mengarahkan dan membimbing kegiatan belajar belajar kelompok siswa disekolah dengan kriteria sangat baik. Tabel 9. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam menciptakan ide-ide baru guna pengembangan belajar kelompok siswa 1. Sangat baik 68 88,32% 3. Cukup Baik 9 11,68% Sumber data : Item Angket No.9 8

sangat baik 68 orang (88,32%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 9 orang (11,68%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 68 orang (88,32%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam menciptakan ide-ide baru guna pengembangan belajar kelompok siswa dengan kriteria sangat baik. Tabel 10. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam menunjang pelaksanaan pendidikan dan pengetahuan belajar disekolah 1. Sangat baik 74 96,11% 3. Cukup Baik 3 3,89% Sumber data : Item Angket No.10 sangat baik 74 orang (96,11%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 3 orang (3,89%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 74 orang (96,11%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam menunjang pelaksanaan pendidikan dan pengetahuan belajar disekolah dengan kriteria sangat baik. Tabel 11. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam memecahkan masalah belajar siswa disekolah 1. Sangat baik 61 79,22% 3. Cukup Baik 16 20,78% Sumber data : Item Angket No.11 sangat baik 61 orang (79,22%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 16 orang (20,78%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 61 orang (79,22%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam memecahkan masalah belajar siswa disekolah dengan kriteria sangat baik. 9

Tabel 12 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam mengatur belajar kelompok siswa dikelas 1. Sangat baik 67 87,01% 3. Cukup Baik 10 12,99% Sumber data : Item Angket No.12 sangat baik 67 orang (87,01%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 10 orang (12,99%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 67 orang (87,01%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam mengatur belajar kelompok siswa dikelas dengan kriteria sangat baik. Tabel 13. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam menyedia media disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 58 75,32% 3. Cukup Baik 19 24,68% Sumber data : Item Angket No.13 Dari tabel data di atas menunjukan bahwa dari esponden, yang menjawab sangat baik 58 orang (75,32%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 19 orang (24,68%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 58 orang (75,32%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam menyedia media disaat belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. Tabel 14. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam memberi penilaian tdp proses pengajaran disaat belajar kelompok dikelas 1. Sangat baik 69 89,61% 2. Baik 6 7,80% 3. Cukup Baik 2 2,59% Sumber data : Item Angket No.14 10

sangat baik 69 orang (89,61%) menjawab baik 0 orang (7,80%) menjawab cukup baik 2 orang (2,59%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 69 orang (89,61%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam memberi penilaian terhadap proses pengajaran disaat belajar kelompok dikelas dengan kriteria sangat baik. Tabel 15. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam meninggikan rasa percaya diri siswa disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 72 93,50% 3. Cukup Baik 5 6,50% Sumber data : Item Angket No.15 sangat baik 72 orang (93,50%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 5 orang (6,50%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 72 orang (93,50%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam meninggikan rasa percaya diri siswa disaat belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. Tabel 16. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam memberi sanjungan dan memuji siswa disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 66 85,71% 3. Cukup Baik 11 14,29% Sumber data : Item Angket No.16 sangat baik 66 orang (85,71%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 11 orang (14,29%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 66 orang (85,71%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam memberi sanjungan dan memuji siswa disaat belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. 11

Tabel 17. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam mengajarkan cara menyampaikan pendapat dan inspirasi 1. Sangat baik 62 80,52% 3. Cukup Baik 15 19,48% Sumber data : Item Angket No.17 sangat baik 62 orang (80,52%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 15 orang (19,48%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian baik responden jawaban sangat baik, yakni sebanyak 62 orang (80,52%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam mengajarkan cara menyampaikan pendapat dan inspirasi dengan kriteria sangat baik. Tabel 18. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 53 68,83% 2. Baik 6 7,80% 3. Cukup Baik 18 23,37% Sumber data : Item Angket No.18 sangat baik 53 orang (68,83%) menjawab baik 6 orang (7,80%) menjawab cukup baik" 18 orang (23,37%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian baik responden jawaban sangat baik, yakni sebanyak 53 orang (68,83%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif disaat belajar kelompok dengan kriteria baik. Tabel 19. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam membimbing siswa supaya berprilaku yang baik disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 55 71,43% 2. Baik 8 10,39% 3. Cukup Baik 14 18,18% Sumber data : Item Angket No.19 12

sangat baik 55 orang (71,43%) menjawab baik 8 orang (10,39%) menjawab cukup baik 14 orang (18,18%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian baik responden jawaban sangat baik, yakni sebanyak 55 orang (71,43%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam membimbing siswa supaya berprilaku yang baik disaat belajar kelompok dengan kriteria baik. Tabel 20. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 60 77,92% 2. Baik 2 2,60% 3. Cukup Baik 15 19,48% Sumber data : Item Angket No.20 sangat baik 60 orang (77,92%) menjawab baik 2 orang (2,60%) menjawab cukup baik 15 orang (19,48%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian baik responden jawaban sangat baik, yakni sebanyak 60 orang (77,92%), artinya bahwa sebagian baik keterlibatan guru dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa disaat belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. Tabel 21. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam memberikan contoh kepada siswa tentang cara berkomunikasi dengan menggunakan isyarat 1. Sangat baik 75 97,40% 3. Cukup Baik 2 2,60% Sumber data : Item Angket No.21 sangat baik 75 orang (97,40%) menjawab baik 0 orang (0%) menjawab cukup baik 2 orang (2,60%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas sebanyak 75 orang (97,40%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam memberikan contoh kepada siswa tentang cara berkomunikasi dengan menggunakan isyarat dengan kriteria sangat baik. 13

Tabel 22. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam mendorong motivasi siswa disaat belajar kelompok 1. Sangat baik 67 87,01% 2. Baik 4 5,20% 3. Cukup Baik 6 7,79% Sumber data : Item Angket No.22 sangat baik 67 orang (87,01%) menjawab baik 4 orang (5,20%) menjawab cukup baik 6 orang (7,79%) dan menjawab kurang baik 0 orang (0%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian baik responden jawaban sangat baik, yakni sebanyak 67 orang (87,01%), artinya bahwa sebagian baik keterlibatan guru dalam mendorong motivasi siswa disaat belajar kelompok dengan kriteria sangat baik. Tabel 23. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang : Bagaimana keterlibatan guru dalam memberikan hadiah dan pujian agar siswa lebih bersemangat lagi (berprestasi) disaat mengikuti belajar kelompok 1. Sangat baik 53 68,83% 2. Baik 5 6,50% 3. Cukup Baik 17 22,07% 4. Kurang Baik 2 2,60% Sumber data : Item Angket No.23 sangat baik 53 orang (68,83%) menjawab baik 5 orang (6,50%) menjawab cukup baik 17 orang (22,07%) dan menjawab kurang baik 2 orang (2,60%). Dari data di atas sebanyak 53 orang (68,83%), artinya bahwa sebagian besar keterlibatan guru dalam memberikan hadiah dan pujian agar siswa lebih bersemangat lagi (berprestasi) disaat mengikuti belajar kelompok dengan kriteria baik. Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas mengenai Peranan Guru Mata Pelajaran Sosiologi Dalam Membina Kelompok Belajar Siswa Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya, dapat disimpulkan bahwa dari 77 responden yang jawaban disajikan dalam bentuk tabel (Dari Tabel Analisis Data No.1 Tabel Analisis Data No.23), menunjukkan bahwa dari hasil perhitungan 23 pertanyaan dalam bentuk angket yang menjawab sangat baik (84,01%), yang menjawab baik (1,16%), yang menjawab cukup baik (14,29%), dan yang menjawab kurang baik (0,09%). Dari hasil analisis tersebut diatas diperoleh persentase paling tinggi sangat baik (84,01%) berarti menunjukan kriteria sangat baik ini membuktikan bahwa peranan guru mata pelajaran sosiologi dalam membina kelompok belajar siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangka Raya sudah dilaksanakan dengan sangat baik. 14

KESIMPULAN Berdasarkan beberapa teori yang sudah dikemukakan pada Bab I, Bab II, Bab III serta analisis data dan interprestasi data yang dilakukan pada Bab IV, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Peranan guru adalah keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses penampilan itu dan ia tampil sebagai sesuatu yang dimainkan. Peran guru juga sebagai infomator, yaitu pelaksana cara mengajar informative, motivator yaitu meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa serta merangsang dan memberi dorongan, inisiator yaitu mencetus ide-ide kreatif, fasilitator yaitu memberikan kemudahan dalam kesulitan belajar siswa, mediator yaitu penyedia dan pengguna alat belajar juga sebagai penengah dalam kegiatan belajar, dan evaluator yaitu penilai hasil belajar. 2. Kelompok belajar kumpulan orang (dalam hal ini adalah siswa) yang saling berinteraksi secara sadar untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik atau lebih sempurna (mengubah tingkah laku, sifat, atau pekerjaan, dan lain sebagainya). 3. Dari hasil analisis data dan interprestasi data diperoleh kesimpulan bahwa peranan guru mata pelajaran sosiologi dalam membina kelompok belajar siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Palangaka Raya secara umum peranan guru dalam membina kelompok belajar siswa sudah dilaksanakan dengan sangat baik (84,01). Daftar Pustaka Arikunto, S., 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya Ali, M., 1982. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Penerbit Angkasa. Hamid, D., 2003. Pembelajaran dalam Penyelenggaraan IPS. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soenarto, 1987. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Sugiono, 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfbeta. Surachmad, W., 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik. Bandung :Tarsito. Sumber Uzer Usman, M., 1992. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. UU RI., 2002. Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya.. UU RI., 2003. TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. 15