PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

SURVEY PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSUD PROF. DR. W.Z JOHANNES KUPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

KARAKTERISTIK YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA (Di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya )

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

RISIKO KONSTIPASI PADA NY. A DENGAN POST SEKSIO SESAREA DI RUANG BOUGENVIL RSUD RA. KARTINI JEPARA. Oleh. D. Yulianik 1), E.

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa

MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN PENGELUARAN LOCHEA RUBRA DI RSUD Dr. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG

PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI SECTIOCAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

MOTIVASI IBU POSTPARTUM MELAKUKAN SENAM NIFAS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Referat Fisiologi Nifas

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

Keywords: Adaptation patterns of breath, pain in labor, delivery time

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DAN KADAR HEMOGLOBIN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA OPERASI SECTIO CAESAREA DI SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT TENTARA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY T GII P 1001 TRIMESTER II DENGAN GEMELLI DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

Jurnal Bidan Midwife Journal Volume 2, No. 1, Januari 2016 pissn eissn X

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PERISTALTIK USUS PASCA OPERASI SESAR DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

Hubungan Karakteristik Ibu Pasca Sectio Caesarea Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini di Rumah Bersalin dan Perawatan Anak Mutia Banjarbaru Tahun 2012

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional,

PENGARUH AKTIVITAS FISIK, PARITAS USIA TERHADAP RUPTURE PERINEUM

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

Indah Julianti 1, Siska Delvia 2 Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja

INFOKES, VOL.5 NO.2 September2015 ISSN : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS DALAM PELAKSANAAN MOBILISASI DINI

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Kematian maternal merupakan prioritas utama dalam Millennium. Development Goals (MDG s). Kematian maternal menjadi indikator

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Masa Nifas Terhadap Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Nifas Post Sectio Caesarea (SC)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA IBU POSTPARTUM SC DI RSPB PEKANBARU

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

Transkripsi:

PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC) Ernawati, Suryanti, Intan Dyah Rahmawati Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap Jl. Dr. Soetomo No. 4B Cilacap, Telp. (0282)534908 Email: gmc.akbid@yahoo.com ABSTRAK: PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC). Tindakan post operasi terutama bagian perut dapat menghambat dan menghentikan kerja dari usus. Pengaruh anestesi dapat menghambat impuls saraf parasimpatis ke otot usus. Kerja anestesi dapat memperlambat dan menghentikan gelombang peristaltik yang dapat berakibat terjadinya ileus paralitik. Statik kontraksi pasca operasi dapat mempercepat fungsi peristaltik usus. Hal ini didasarkan pada struktur anatomi kolon di mana gelembung udara bergerak dari bagian kanan bawah keatas menuju fleksus hepatik, mengarah ke fleksus spleen kiri dan turun kebagian kiri bawah menuju rectum, sehingga dengan melakukan statik kontraksi, diharapkan hari perawatan pasien akan lebih singkat dan komplikasi pasca operasi tidak terjadi. Penelitian dilakukan di RSUD Cilacap tanggal 4 Juni-15 Juli 2014 dengan responden ibu bersalin yang dilakukan operasi Sectio Ceaserea. Jenis penelitian Quasi Experimental, dengan desain penelitian Case Control (kasus kontrol). Responden dalam penelitian ini adalah ibu bersalin post SC yang diberikan perlakuan statik kontraksi dan ibu bersalin post SC yang tidak diberikan perlakuan statik kontraksi. Analisis data menggunakan T-test Independent. Hasil penelitian menunjukan secara statistik terdapat perbedaaan yang signifikan antara kelompok ekperimen dengan kelompok kontrol (p=0,01< 0,05), terdapat perbedaan yang bermakna pada kecepatan kembalinya peristaltik usus antara kelompok yang diberikan perlakuan statik kontraksi dengan kelompok yang tidak diberikan statik kontraksi pada pasien post sectio caesarea (SC) di RSUD Cilacap, sehingga statik kontraksi penting diterapkan pada ibu post partum dengan SC. Kata kunci: Statik Kontraksi, Kecepatan Kembalinya Peristaltik Usus PENDAHULUAN Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Prawirohadjo, 2009). Ada tiga teknik sectio caesarea yaitu transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. (Mochtar, 2002). Angka kesakitan setelah menjalani tindakan 111

112 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 1 Edisi Juni 2014, hlm. 111-118 sectio caesarea (SC) masih 4-6 kali lebih tinggi daripada persalinan normal, karena terdapat peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai proses perawatan setelah pembedahan. Selain itu dampak yang dihadapi oleh pasien post operasi sectio caesarea (SC) yaitu nyeri, trombosis, dan penurunan gastrointestinal pada colon (Chesnut, 2008). Mekanisme terjadinya penurunan sistem gastrointestinal pada pasien section caesarea (SC) disebabkan karena anestesi mempengaruhi susunan saraf tepi yang kemudian diteruskan ke saraf tidak sadar (otonom) dimana aktivitas saraf otonom dipengaruhi oleh hipotalamus. Rangsangan terhadap bagian lateral dan posterior pada hipotalamus akan menurunkan kerja otot polos pada saluran pencernaan, sehingga peristaltik usus menjadi lambat dan menyebabkan perut kembung dan sulit flatus. Di Indonesia, sectio caesarea umumnya di lakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri persalinan dengan komplikasi berdasarkan SKDI 1997 di temukan hanya 4,3 % dari persalinan yang berakhir dengan caesarea yaitu sebanyak 605 kasus dari 16.217 persalinan. Angka kejadian operasi sectio caesarea di indonesia menurut data survey nasional tahun 2010 adalah 734.000 dari 3.832.000 persalinan atau sekitar 19,15 %. Sedangkan di Jawa Tengah kejadian operasi sectio caesarea mencapai 32,2 %. (Hamidah, 2011). Berdasarkan data laporan di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap tahun 2011 menunjukan jumlah pasien yang melahirkan spontan normal berjumlah 1149 orang (61,8%), sedangkan persalinan dengan operasi section ceasesarea (SC) berjumlah 709 orang (38,2%). Pada pasien post sectio caesarea (SC) fungsi gastrointestinal mengalami penurunan sampai 24 jam sehingga menyebabkan aliran gas tidak lancar menjadikan perut kembung dan sulit flatus (Yuannita, 2007). Selain itu efek anestesi juga mempengaruhi kerja sistem saraf pusat membuat peristaltik usus menjadi lambat, kemudian menyebabkan konstipasi dan sulit flatus (Black,1993). Berdasarkan fenomena tersebut perlu dilakukan pengelolaan pada pasien post sectio caesarea (SC) dengan baik untuk mengurangi komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan, akibat lamanya pengembalian peristaltik usus.

Ernawati, dkk, Pengaruh Statik Kontraksi... 113 Mekanisme statik kontraksi untuk mempercepat pengembalian peristaltik usus adalah dengan melancarkan aliran darah dan pernapasan kembali normal sehingga seluruh organ tubuh akan teroksigenisasi dengan baik dan pemulihan otot perut akan cepat kembali, gerakkan statik kontraksi merangsang peristaltik otot polos pada colon sehingga timbul flatus dan perut kembung berkurang (Hasnah, 2000). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap pada tanggal 4 juni sampai dengan 16 juli 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas post SC dengan total populasi berjumlah 98 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok perlakukan dan kelompok kontrol). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi. Model penelitian yang digunakan adalah quasi experimental, yaitu dengan melakukan tindakan statik kontraksi pada pasien post SC dan mengevaluasi kecepatan waktu kembalinya peristaltik usus dengan cara menghitung waktu flatus pertama pada responden yang diberikan perlakuan maupun responden yang tidak diberikan perlakuan. Rancangan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dengan desain Case Control yaitu membagi responden menjadi dua kelompok. Setelah dilakukan tindakan, peneliti mengevaluasi kembalinya peristaltik usus dengan menghitung waktu flatus pertama. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung waktu kembalinya peristaltik usus pasien post SC pada responden yang dilakukan tindakan statik kontraksi (kelompok perlakuan) dan pada responden post SC yang tidak dilakukan tindakan statik kontraksi (kelompok kontrol). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik T-Test independent untuk mencari perbedaan kecepatan waktu kembalinya peristaltik usus antara yang diberikan perlakuan statik kontraksi (kelompok perlakuan) dan responden yang tidak diberikan statik kontraksi (kelompok kontrol).

114 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 1 Edisi Juni 2014, hlm. 111-118 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Responden yang diteliti dalam penelitian ini bervariasi bila dilihat dari tingkatan umur dan tingkatan paritas, karakteristik tersebut secara teori ikut mempengaruhi kecepatan kembalinya peristaltik usus pada ibu post partum. distribusi frekuensi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 20-35 tahun adalah 83 orang (84,7%), sedangkan kategori usia < 20 tahun berjumlah 4 orang (4,1%) dan kategori usia > 35 tahun 11 orang (11,2%). Karakteristik responden berdasarkan paritas dibagi menjadi primipara (melahirkan satu kali), multipara (melahirkan lebih dari satu sampai dengan 4) dan grande multipara (melahirkan lima kali atau lebih). Responden primipara berjumlah 16 orang (16,3%), multipara berjumlah 74 orang (75,5%) dan responden yang melahirkan lima (5) kali atau lebih berjumlah 8 orang (8,2%). Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia yang paling banyak usia 20-35 tahun, karena usia tersebut merupakan usia produktif, wanita produktif memiliki arti yakni suatu keadaan wanita yang telah cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita produktif yakni 15-45 tahun, karena pada usia tersebut organ tubuh wanita yang disebut rahim telah mampu untuk menghasilkan indung telur di dalam rahimnya dan bereproduksi. Masa reproduksi sehat, dalam arti masa yang paling aman untuk hamil dan melahirkan, adalah 20-35 tahun. Pada usia kurang dari 20 tahun wanita belum siap secara psikis dan mental, meskipun secara biologis sudah mampu mengandung dan melahirkan (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI 2003, usia aman untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-35 tahun, dari segi kesehatan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul belum berkembang dengan baik. Begitu sebaliknya yang berumur lebih dari 35 tahun, kesehatan dan keadaan rahim ibu tidak sebaik seperti pada saat ibu berusia 20-35 tahun. Usia merupakan satuan waktu yang digunakan untuk mengukur keberadaan makhluk hidup maupun yang telah mati. Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony

Ernawati, dkk, Pengaruh Statik Kontraksi... 115 (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi (Siregar, 2004). Karakteristik responden berdasarkan paritas didominasi oleh kelompok mutipara atau melahirkan lebih dari satu sampai dengan 4 sebanyak 74 orang dengan persentase 75,5%. Primipara ada 16 responden dengan persentase 16,3%, sedangkan grandemultipara berjumlah 8 dengan persentase (8,2%). Menurut Hanifa (2002) dan Ambarwati & Wulandari (2008), otot-otot yang terlalu sering teregang maka elastisitasnya akan berkurang. Dengan demikian untuk mengembalikan ke keadaan semula setelah teregang memerlukan waktu yang sangat lama. Karena semakin sering hamil akan sering kali mengalami regangan. Siregar (2004) menyatakan bahwa tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf. Terdapat perbedaan yang signifikan kecepatan kembalinya peristaltik usus (flatus) antara kelompok ibu nifas yang diberikan perlakuan statik kontraksi dengan ibu nifas yang tidak diberikan statik kontraksi di RSUD Cilacap periode tanggal 4 Juni sampai dengan 16 Juli 2014 (p=0,01< 0,05). Hal ini sejalan dengan pendapat Hasnah (2000) statik kontraksi dapat mempercepat flatus dengan cara melancarkan aliran darah dan pernapasan kembali normal sehingga akan teroksigenisasi dengan baik dan pemulihan otot perut cepat kembali dengan membuat otot perut yang semula kendor setelah melahirkan akan kencang, dari gerakkan tersebut merangsang peristaltik otot polos pada saluran pencernaan sehingga timbul flatus dan perut kembung berkurang.

116 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 1 Edisi Juni 2014, hlm. 111-118 Kasdu (2005) menyatakan bahwa tindakan operasi akan mengakibatkan penurunan gangguan terhadap mobilisasi pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada periode post operasi secsio untuk mencegah komplikasi. Kemampuan pasien untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan pada pergerakan yang maksimal. Bergerak dan beraktifitas diatas tempat tidur membantu mencegah komplikasi pada sistem pernafasan, kardiovaskular, mencegah dekubitus, merangsang peristaltic usus, mengurangi rasa nyeri dan akan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan postpartum SC dan memudahkan kerja usus besar serta kandung kemih. Handiyani (2009) menyatakan bahwa mobilisasi dini dapat dilakukan dengan cara mengkontraksikan otot-otot dasar pelvis yaitu dengan statik kontraksi. Mobilisasi dini dalam bentuk statik kontraksi adalah tindakan mengkontraksikan otot abdomen dan otot-otot dasar panggul yang bermanfaat untuk mempertahankan fisik secara optimal, maka sistem saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter, Perry, 2005). Menurut Siregar (2004) tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf. Mobilisasi dini post sectio caesarea dengan cara statik kontraksi adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio saesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi secsio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi dini harus tetap dilakukan secara hati hati (Wirnata, 2010). Mobilisasi dini dapat

Ernawati, dkk, Pengaruh Statik Kontraksi... 117 dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segara menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari jarinya agar kerja organ pencernaan segara kembali normal. (Kasdu, 2005 ). Statik kontraksi merupakan rentang gerak aktif yang digunakan untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot abdomen dengan cara mengkontraksikan otot-otot secara aktif dilakukan dengan cara berbaring ditempat tidur, pasien mengencangkan otot abdomen dan menggerakkan kakinya. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula. Statik kontraksi merupakan bagian dari mobilisasi dini, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Statik kontraksi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal (Carpenito, 2000). Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan waktu kembalinya peristaltik usus antara kelompok yang diberikan tehnik statik kontraksi dengan kelompok yang tidak diberikan tehnik statik kontraksi (p=0.001<0,05).

118 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 1 Edisi Juni 2014, hlm. 111-118 DAFTAR PUSTAKA Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company: Philadelpia. Carpenito, L. J. 2000. Mobilisasi Dini. Diakses Melalui:USU digital library. Chestnut, M.D. 2004. Obstetric anesthesia Principles and Practice. 3 th ed, Mosby: Philadelpia. Hasnah. 2000. Obstetri dan ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung. Kasdu Deni, 2005. Operasi caesarea masalah dan solusinya. Puspa Swara, Jakarta. Manuaba, I. G. B. 2009. Obstetri ginekologi. EGC. Jakarta. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri. Edisi 2. EGC. Jakarta Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Yogyakarta. Siregar, Cholina Trisa. 2004. Kebutuhan dasar manusia eliminasi B.A.B. USU digital library.