BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses belajar mengajar ada interkasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan merupakan suatu kunci pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains merupakan ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

Fatima Hannum dan Nurdin Bukit Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN PENGUKURAN KELAS VII SEMESTER I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau hubungan timbal balik dalam peristiwa pembelajaran tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya tersebut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritik tetapi mereka miskin secara aplikasi (Sanjaya 2008). Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta, fenomena alam dan mekanisme yang terjadi di dalamnya. Lebih sederhananya dapat dikatakan bahwa fisika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang dialami, apa yang dilakukan, kenapa hal itu terjadi, dan mengapa demikian. Banyak peserta didik keliru dalam memahami ilmu fisika dimana peserta didik sering beranggapan bahwa fisika hanya penuh dengan rumus-rumus, dalil-dalil yang membuat pusing. Bahkan guru-guru yang bukan berlatar belakang fisika juga sering menggambarkan fisika adalah pelajaran yang paling sulit dan membosankan. Hadi Susanto, pakar ilmu fisika dari Universitas Semarang (Kompas, 23 Agustus 2006), mengatakan. 1

2 Fisika berhubungan dengan pengamatan, pemahaman, dan peramalan fenomena alam, termasuk sifat-sifat sistem buatan manusia. Dalam pengajaran fisika saat ini tampak sekali dilewatinya proses penemuan rumus. Buku pelajaran fisika saat ini tak ubahnya ringkasan pelajaran yang tak merinci sebuah proses. Padahal, proses ini nantinya yang seharusnya menjadi butir penting agar siswa nantinya memiliki mekanisme pemecahan masalah atau solusi yang cerdas dalam berbagai bidang kehidupan. (Kompas, 23 agustus 2006) Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu. Maka dari itu, sudah selayaknya pembelajaran fisika dikelas diselenggarakan sesuai esensi sains itu sendiri, yaitu mampu mengembangkan produk, proses, serta sikap siswa secara seimbang. Bukan hanya itu, pembelajaran sains harusnya merupakan suatu proses aktif. Fisika merupakan suatu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis sehingga IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Departemen Pendidikan Nasional (2008) menyatakan bahwa pebelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Ternyata pembelajaran fisika di SMA Muhammadiyah 8 Kisaran masih banyak kekurangan. Pernyataan tersebut terbukti dari hasil studi pendahuluan di SMA Muhammadiyah 8 Kisaran dengan instrumen angket dan wawancara dapat diperoleh sejumlah data. Dari hasil angket yang disebarkan kepada 33 siswa kelas X 4 diperoleh data bahwa 29 orang mengatakan fisika itu sulit dan kurang menarik,

3 8 orang mengatakan bahwa pelajaran fisika itu biasa saja. Sedangkan 6 orang mengatakan fisika itu mudah dan menyenangkan. Alasan siswa mengatakan bahwa fisika itu sulit dan kurang menarik karena menurut siswa fisika itu tidak terlepas dari rumus-rumus yang harus dihafal. Hal tersebut berhubungan dengan aktivitas pembelajaran yang sering dilakukan guru di kelas yaitu hanya membahas soal-soal fisika. Melalui instrumen angket, diketahui bahwa terdapat perbedaan individu siswa dalam mengalami peristiwa belajar. Keadaan ini menuntut peserta didik dipenuhi kebutuhan belajarnya sesuai karakteristik masing-masing. Sekitar 19 orang siswa menginginkan belajar dengan praktek dan demonstrasi, 3 orang dengan mengerjakan soal-soal, dan 11 orang mengatakan bahwa belajar fisika itu sambil bermain. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di SMA Muhammadiyah 8 Kisaran mengatakan bahwa minat siswa belajar fisika kurang akibatnya nilai ujian fisika tergolong rendah. Model pembelajaran yang diketahui oleh guru tersebut sudah cukup bervariasi seperti, Problem Based Intruction, Cooperative Learning, dan Contextual Teaching And Learning, namun model pembelajaran tersebut jarang diterapkan dalam kelas dan metode yang lebih sering dilakukan yaitu ceramah. Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) di sekolah tersebut untuk mata pelajaran fisika adalah 70. Namun kenyataannya nilai ratarata pelajaran fisika siswa masih rendah, yaitu rata-rata 60 pada Tahun Pembelajaran 2010/2011 dan pada Tahun Pembelajaran 2011/2012 rata-rata 65. Sehingga guru harus mengadakan ujian remedial untuk menaikkan nilai rata-rata siswa agar dapat mencapai KKM. (Irwansyah, studi pendahuluan 2012) Berdasarkan pemaparan masalah di atas, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas X 4 ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training. Alasan ini didasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu proses pembelajaran yang memfokuskan pada rumus-rumus sehingga kegiatan berfikir

4 tidak dioptimalkan. Akibatnya, pengetahuan yang terbentuk tidak bertahan lama yang berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training, semoga permasalahan tersebut dapat teratasi. Hal ini didasarkan karena model pembelajaran inquiry training ini diarahkan untuk mengajarkan siswa suatu proses dalam rangka mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena khusus. Menurut Joyce (2009), model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Model pembelajaran inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Siswa-siswa yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah-masalah yang masih menjadi teka-teki tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran inquiry training. Peneliti sebelumnya (Novita, 2011) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII Semester I SMP Negeri 6 Medan T.P 2010/2011, diperoleh nilai rata-rata pretes 44,5 dan setelah diberi perlakuan yaitu Model Pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 71,3. Dari hasil penelitian tersebut terdapat peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran inquiry training. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah waktu yang diberikan pada siswa untuk memecahkan masalah kadang kadang melebihi batas waktu yang telah disediakan, sehingga

5 waktu untuk melakukan kegiatan berikutnya kurang maksimal. Maka untuk mengatasi kendala tersebut pada penelitian ini diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa batas waktu untuk melakukan suatu kegiatan dan menginformasikan kepada siswa langkah langkah diskusi yang akan dikerjakan. Kemudian peneliti juga terlebih dahulu memberikan cara pemecahan masalah. (Novita, 2011) Dari hasil penelitian Jeliana (2011) diperoleh nilai rata-rata pretes 25,7 setelah diberi perlakuan yaitu dengan model pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 72,3, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus kelas X Semester I di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P. 2011/2012. Selain ada peningkatan ada kelemahan dalam penelitian ini adalah kurang mampu mengontrol kelas saat melaksanakan diskusi kelompok sehingga kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Peneliti juga mengalami kesulitan ketika membimbing siswa untuk melakukan percobaan sendiri dan mencari fakta yang relevan karena siswa kurang terbiasa melakukan percobaan secara mandiri. Sehingga untuk mengatasi itu, dalam penelitian ini peneliti menambah beberapa fasilitator untuk membantu siswa agar pembelajaran lebih terarah dan efektif. Dengan adanya fasilitator yang mengecek dan mengarahkan siswa dalam percobaan akan membuat siswa lebih percaya diri. (Jeliana, 2011) Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X semester 2 SMA Muhammadiyah 8 Kisaran T.P 2012/2013.

6 1.2. Identifikasi Masalah Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah : 1. Perbedaan individu siswa dalam mengalami peristiwa belajar. 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih rendah. 3. Minat belajar fisika siswa yang masih kurang. 4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi. 1.3. Batasan Masalah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni: 1. Menerapkan model pembelajaran inquiry training di kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung di kelas kontrol. 2. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Listrik Dinamis. 3. Hasil belajar yang akan diteliti hanya pada aspek kognitif yang disertai pengamatan aktivitas. 1.4. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana hasil belajar fisika siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 tahun pembelajaran 2012/2013? 2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa di kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 tahun pembelajaran 2012/2013? 3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 SMA Muhammadiyah 8 Kisaran tahun pembelajaran 2012/2013? 4. Bagaimana aktivitas belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry training pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 SMA Muhammadiyah 8 Kisaran tahun pembelajaran 2012/2013?

7 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa di kelas eksperimen yang menerima perlakuan dengan model pembelajaran inquiry training pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 tahun pembelajaran 2012/2013. 2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa di kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 tahun pembelajaran 2012/2013. 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 SMA Muhammadiyah 8 Kisaran tahun pembelajaran 2012/2013. 4. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa kelas X selama pelaksanaan dengan model pembelajaran inquiry training pada materi listrik dinamis kelas X semester 2 SMA Muhammadiyah 8 Kisaran tahun pembelajaran 2012/2013. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai model pembelajaran inquiry training untuk dapat diterapkan dimasa yang akan datang. 2. Bagi kepala sekolah, sebagai sumbangan pemikiran di sekolah guna kemajuan pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran fisika pada khususnya. 3. Bagi guru, Sebagai bahan pertimbangan untuk mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran inquiry training dalam proses belajar mengajar. 4. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan kerja sama dengan teman yang lain. 5. Sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya.