ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan tidak lagi berupa benda yang berwujud. Perdagangan berjangka dilakukan di Pasar Berjangka (futures market).

I. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. MILLENIUM PENATA FUTURES

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA

PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini perkembangan akan kebutuhan manusia berkembang

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran

HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar keuangan yang berkembang dengan sangat pesat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Know-how dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang

TANGGUNG GUGAT KERUGIAN NASABAH DALAM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai negara yang berkembang memang

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Jika tidak maka ia akan tertinggal jauh dengan yang lain, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa antar manusia di dunia yang meliputi bidang

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen beberapa komoditi. primer seperti produk pertanian, perkebunan, dan perikanan serta

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas merupakan salah satu subyek yang kerap digunakan dalam

BAB I `PENDAHULUAN. Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana

Mengetahui tujuan dan sumber finansial Anda. Siapa saja yang melakukan perdagangan berjangka dan mengapa?

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

Proses globalisasi yang bergerak semakin cepat pada dekade terakhir ini

Salah satu kontribusi terbesar pada krisis ekonomi dan resesi di lndonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Sintya Liana Sofyan, FH UI, 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. (UUPT) modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-saham.

Perlindungan hukum..., Gista Latersia, FHUI,

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR BILA TERJADI INSIDER TRADING DALAM PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dunia telah dikagetkan dengan sebuah fenomena baru pada kurun waktu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

2017, No undangan mengenai pencegahan dan pemberatasan tindak pidana pencucian uang dan wajib melakukan pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam

BAB I PENDAH ULUAN. masalah kompleks untuk dihadapi tetapi masalah ekonomi menjadi suatu masalah yang sulit

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Perkembangan ini membawa dampak

ANALISIS YURIDIS SENGKETA PT. MILLENIUM PENATA FUTURES DAN SYAFI I DENGAN INVESTOR DITINJAU DARI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, corak dan ragam perdagangan juga mulai mengalami perkembangan, dari perdagangan berjangka yang bersifat kebendaan dilakukan secara langsung menjadi perdagangan terhadap modal atau bentuk-bentuk perdagangan berjangka (future trading) baru seperti surat berharga, barang komoditi utama, seperti saham, obligasi, komoditi perkebunan seperti kelapa sawit, karet, minyak bumi dan lain-lain. Didunia perdagangan berjangka tentunya tidak dapat lepas dari resiko. Karena dalam setiap perdagangan pasti terdapat resiko yang besarnya tergantung dari jenis perdagangan berjangka tersebut dan pengetahuan para pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka tersebut. Trading adalah kegiatan jual dan beli secara terus menerus, regular dengan jumlah yang relatif kecil dan konsisten untuk mendapat keuntungan. Yang membedakan trading dengan investasi adalah : investasi selalu berorientasi dalam jangka panjang, sedangkan trading umumnya berjangka pendek. Oleh karena itu, orang yang melakukan investasi disebut sebagai investor, sedangkan yang melakukan trading sering disebut speculator. 1 Perdagangan Berjangka merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat dimanfaatkan dan dilakukan oleh kalangan dunia usaha sebagai sarana lindung nilai (hedging) yang sangat efektif untuk menunjang kemantapan 1 Adi Ardiyan, The Masters Traders Belajar dari Traders Sukses Dunia, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008. h. 1

strategi manajemen perusahaan dari timbulnya risiko/kerugian yang disebabkan karena adanya fluktuasi/volatilitas harga. Selain itu perdagangan berjangka ini dapat digunakan sebagai sarana alternatif perdagangan berjangka bagi para pihak yang bermaksud untuk mananamkan modalnya di Bursa Berjangka. Perkembangan perdagangan berjangka di berbagai negara sangat pesat dan saat ini telah menjadi salah satu infrastruktur penunjang pertumbuhan perekonomian suatu negara. 2 Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2011 perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Perdagangan Berjangka, adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. 3 Dalam praktiknya industri perdagangan berjangka pada awalnya melaksanakan perdagangan kontrak komoditi primer berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2001 tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka yaitu crude palm oil (CPO), kopi, minyak kelapa sawit, plywood, karet, kakao, lada, gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batu bara, timah, pulp dan kertas, benang, semen dan pupuk. Namun dalam perkembangannya industri ini tidak menghasilkan lindung nilai, karena 2 Johanes Arifin Wijaya. Bursa Berjangka. Penerbit Andi, Yogyakarta 2005. h. xi 3 Dikutip dari Undang-undang Nomor 10 Tahun 2011 perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

transaksi komoditi tidak banyak diminati oleh pelaku pasar. akhirnya Pialang Berjangka (perusahaan yang melakukan jual beli komoditi) lebih banyak melakukan transaksi produk keuangan sebagai salah satu alternatif perdagangan berjangka (indeks dan foreign exchange). Melalui SK Kepala BAPPEBTI Nomor: 90/BAPPEBTI/PER/10/2011 tentang komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan/atau kontrak derivatif lainnya yang diperdagangkan di bursa berjangka. Diantaranya dibidang pertanian dan perkebunan : kopi, kelapa sawit, kakao, karet, lada, mete, cengkeh, kacang tanah, kedelai dan jagung dan kopra. Dibidang pertambangan dan energi : emas, timah, alumunium, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik dan batu baru. Dibidang industri gula pasir, polywod, pulp dan kertas, benang, semen dan pupuk. Dibidang perikanan dan kelautan : udang, ikan dan rumput laut. Selain itu juga indeks saham dan indeks emas. Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk perdagangan berjangka yang berkaitan dengan jual beli komoditi dan penyerahannya (barang) dilakukan berdasarkan kontrak berjangka - opsi atas kontrak berjangka pada waktu telah disepakati. Melalui bursa berjangka dibolehkan menjual meski barang belum tersedia, berbeda dengan transaksi di bursa efek (pasar modal) yang disertai pasar fisik - adanya produksi efek (emisi saham) dan persediaan saham. 4 Kasus penipuan yang terjadi di bursa berjangka terus terjadi karena masyarakat (calon nasabah/nasabah) terus diajari dan diiming-imingi mimpi untuk memperoleh kekayaan dengan cepat yaitu dengan menyetorkan 4 Ibid, h. xii

sejumlah dana (perdagangan berjangka) yang nantinya dikelola oleh Pialang Berjangka. Namun, perdagangan berjangka tersebut tidak seperti yang diharapkan, akibatnya Pialang meminta dana tambahan dari nasabah untuk melakukan perdagangan berjangka lagi dan hal ini terjadi berulang-ulang. Minimnya pengetahuan masyarakat dan juga sumber literatur yang mengangkat tema ini, membuat masyarakat kehilangan sikap rasionalnya sehingga dengan mudahnya tertipu oleh bujuk rayu para perusahaan pialang. Bentuk penipuan didalam perdagangan berjangka banyak terjadi karena tidak tahunya nasabah akan perdagangan berjangka itu sendiri, sebagaimana dinyatakan oleh Thomas A. Hieronymus : Futures trading is little known and less understood. Only a small percentage of people know what futures market sare or have seen one in operation. More people have heard of futures markets. But people who have seen marketsare even more mystified, if this is possilble., than the people who have not even heard of the market. There is mystery about these markets that seem difficult to penetrate. 5 Selain bentuk penipuan, perlindungan terhadap nasabah dalam perdagangan komoditi dan sistem perdagangan alternatif sangat lemah. Bentuk perjanjian yang dibuat antara nasabah yaitu Kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka merupakan akta di bawah tangan, dalam bentuk kontrak standar, sehingga tidak memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna seperti akta otentik yang dibuat secara notariil. Berbeda dengan aktivitas yang dilakukan di pasar modal, dimana perjanjian yang dibuat antara para pihak dilakukan dengan akta notariil sehingga ada notaris khusus pasar modal yang secara khusus membuat akta dalam setiap perjanjian dan kegiatan transaksi di 5 Thomas A. Hieronymus, Economic Of Futures Trading For Commercial and Personal Profit,third Printing, Commodity Research Bureau Inc. New York 1976. h. 3

pasar modal, hal ini dikarenakan asas yang diatur di dalam penanaman modal diantaranya diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan efesiensi keadilan. Oleh karena itu, hendaknya dalam perdagangan berjangka perlu kiranya dasar hukum yang kuat untuk memberi kepastian hukum dan melindungi masyarakat dari praktik-praktik perdagangan yang merugikan. Seperti yang kita ketahui setiap transaksi bursa berjangka tidak dapat dilakukan secara langsung oleh nasabah dan hanya dapat dilakukan melalui perantara yaitu pedagang dan Pialang Berjangka. Dengan demikian nasabah harus memilih pedagang atau Pialang Berjangka untuk melaksanakan perdagangan berjangkanya pada bursa berjangka. Untuk itu mereka mengadakan perjanjian untuk melakukan perdagangan berjangka, di mana satu pihak sepakat untuk menitipkan modal dan pihak lain mengelola perdagangan berjangka sesuai keinginan pihak kesatu. Kontrak merupakan bagian yang melekat baik dalam skala besar maupun kecil, baik domestik maupun internasional. Fungsinya sanagt penting dalam menjamin bahwa seluruh harapan yang dibentuk dari janji-janji para pihak dapat terlaksana dan dipenuhi. Dalam hal pelanggaran maka terdapat kompensasi yang harus dibayar. Kontrak, dengan demikian merupakan sarana untuk memastikan bahwa apa yang hendak dicapai oleh para pihak dapat di wujudkan. Dalam dunia perdagangan berjangka, waktu dan kepastian merupakan faktor penting. Hukum kontrak dalam hal ini memberikan sarana yang memungkinkan para pihak

mengakomodasi seluruh kepentingannya. Kontrak merupakan janji yang mengikat dan janji tersebut menimbulkan harapan-harapan yang layak. 6 Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan isu hukum dan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah bentuk hubungan hukum antara Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka dan bentuk hubungan hukum antara Pialang Berjangka dan Nasabah didalam Perdagangan Berjangka Komoditi? 2. Pihak manakah yang bertanggung gugat terhadap Nasabah bilamana Nasabah mengalami kerugian didalam Perdagangan Berjangka Komoditi? 2. Tujuan Penelitian a. Untuk menggambarkan, menerangkan, menjelaskan dan melakukan kajian terhadap mekanisme mengenai suatu hubungan hukum antara Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka. b.untuk menggambarkan, menerangkan, menjelaskan dan melakukan kajian terhadap mekanisme mengenai suatu hubungan hukum antara Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka. c. Untuk mengetahui, menerangkan dan menjelaskan pihak-pihak manakah yang bertanggung gugat terhadap nasabah apabila nasabah mengalami kerugian serta dilanggar hak dan kewajibannya didalam Perdagangan Berjangka Komoditi. 3. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini ada tiga manfaat yang dapat diperoleh yaitu : 6 Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian Prinsip hukum kontrak pengadaan dan jasa oleh pemerintah. LaksBang PRESSindo, Yogyakarta 2009.

a. Untuk mengetahui lebih jelas tentang bentuk-bentuk hubungan hukum antara Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka didalam Perdagangan Berjangka Komoditi. b. Untuk dapat mengetahui lebih jelas tentang bentuk-bentuk hubungan hukum antara Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka didalam Perdagangan Berjangka Komoditi. c. Untuk mengetahui pihak-pihak manakah yang bertanggung gugat terhadap nasabah apabila nasabah mengalami kerugian serta pelanggaran terhadap hak dan kewajiban nasabah. 4. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian hukum normatif yang dilakukan untuk mencari pemecahan masalah atas isu hukum dan permasalahan yang ada. Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa langkah-langkah penelitian hukum yang dilakukan adalah sebagai berikut; 1. mengidentifikasi fakta hukum dan mengelimir hal-hal yang tidak relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan 2. pengumpulan bahan-bahan hukum dan sekiranya dipandang relevansi juga bahan-bahan non hukum 3. melakukan telaah atas isu yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan 4. menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu hukum 5. memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam kesimpulan. 7 a. Pendekatan Masalah 7 Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum. Cetakan keenam. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2010, h. 171

Proposal penelitian ini adalah penelitian hukum. proposal penelitian ini menggunakan pendekatan terhadap perundang-undangan (statute approach). Yaitu dilakukan dengan menganalisa mengenai landasan hukum pelaksanaan perdagangan berjangka dan bentuk perlindungan hukum bagi nasabah yang melakukan perdagangan berjangka di Pialang Berjangka, yang terkandung di dalam peraturan perundang-undangan tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Pendekatan mengenai landasan hukum tersebut peneliti kombinasikan dengan pendekatan konsep-konsep hukum (conceptual approach) yang diperlukan untuk membangun suatu konsep hukum. b. Sumber Bahan Hukum Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang berupa norma hukum yang sifatnya mengikat. Norma hukum tersebut ditemukan dalam pasalpasal didalam peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan proposal penelitian ini adalah : Undangundang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Surat Keputusan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Sedangkan bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang berupa pendapat hukum yang sifatnya mengikat. bahan hukum sekunder didalam penelitian ini diperoleh dari penelitian kepustakaan yang berupa literaturliteratur dan makalah yang berkaitan dengan berdagangan berjangka pada Pialang Berjangka. c. Prosedur Pengumpulan dan Analisa Bahan Hukum Bahan hukum primer berupa peraturan perrundang-undangan di bidang hukum perdagangan berjangka perdagangan berjangka dan

perlindungan konsumen. Bahan hukum sekunder diperoleh dari kepustakaan maupun media internet kemudian dikumpulkan menggunakan metode inventarisasi. Selanjutnya bahan hukum tersebut diklasifikasi dan diolah secara sistematis. Bahan hukum yang diperoleh dan diolah tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode normatif kualitatif berdasarkan landasan-landasan hukum yang berlaku terkait dengan materi tulisan. 5. Sistematika Penulisan Pada Bab I, yaitu pendahuluan diawali dengan diuraikannya mengenai latar belakang permasalahan dan rumusan permasalahan. Telah diuraikan juga mengenai tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini. Dalam bab I ini disebutkan pula mengenai tinjauan pustaka yang mengandung pengertian/makna dari konsep-konsep hukum yang terdapat dalam judul dan rumusan permasalahan. Selanjutnya diuraikan memngenai merode yang digunakan dalam penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang cara-cara penelitian dilakukan. Metode penelitian ini mencakup pendekatan masalah, bahan hukum dan pengumpulan dan pengolahan bahan hukum. Bab I diakhiri dengan diuraikannya pertanggungjawaban sistematika penulisan. Bab II dibahas mengenai pokok permasalahan yang pertama yaitu mengenai landasan yuridis dari perjanjian pemberian amanat oleh Pialang Berjangka terhadap nasabah. Bab III dibahas mengenai pokok permasalahan yang kedua yaitu instrumen perlindungan hukum bagi nasabah terhadap perdagangan berjangka di Pialang Berjangka.

Terakhir, dalam Bab IV, penutup diuraikan kesimpulan yang dilengkapi dengan saran-saran yang diurut berdasarkan pada uraian atau pembahasan yang telah dilakukan dalam bab-bab sebelumnya.