PEMBUATAN BERAS ANALOG BERBAHAN DASAR TEPUNG PISANG (Musa paradisiaca) THE PRODUCING OF ANALOG RICE BASED ON BANANA FLOUR (Musa paradisiaca)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

UJI KARAKTERISTIK FISIK BERAS ANALOG BERBAHAN DASAR TEPUNG TALAS DAN TEPUNG ONGGOK

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2014, bertempat di

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

TINJAUAN PUSTAKA. Pisang (Musa paradisiaca) sebagai salah satu tanaman buah-buahan mempunyai potensi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

EFFECT OF TIME AND SUJI LEAF (Pleomele Angustifolia) ADITIVE CONCENTRATION ON THE CHARACTERISTIC OF CASSAVA BASED RICE ENRICHED WITH TUNA PROTEIN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

Oleh : Arif Dwi Santoso 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SISKA SANITA

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB III METODE PENELITIAN

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

MEMPELAJARI LAJU PENGERINGAN DAN SIFAT FISIK MIE KERING BERBAHAN CAMPURAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG TAPIOKA

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB III BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BONGGOL. PISANG ( Musa paradisiaca ) TERHADAP DAYA SERAP AIR DAN DAYA TERIMA BROWNIES

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Rekayasa

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

METODOLOGI PENELITIAN

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Persiapan Bahan Baku

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di bengkel Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

KARAKTERISTIK DAN UJI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DONAT SUBSTITUSI TEPUNG JALEJO HINGGA 50 PERSEN

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman


PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU TERHADAP KADAR AMILOSA DAN MUTU TANAK BERAS ANALOG TALAS NASKAH PUBLIKASI

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

TINJAUAN PUSTAKA. tapioka, tepung terigu, tepung singkong, tepung jagung dan lain sebagainya. Beras

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014

Transkripsi:

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 2: 117-126 PEMBUATAN BERAS ANALOG BERBAHAN DASAR TEPUNG PISANG (Musa paradisiaca) THE PRODUCING OF ANALOG RICE BASED ON BANANA FLOUR (Musa paradisiaca) Yolanda Risma Yudanti 1, Sri Waluyo 2, Tamrin 2 1 Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2 Dosen Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis, e-mail: lp_land14rock@yahoo.co.id Naskah ini diterima pada 7 Oktober 2014; revisi pada 16 Februari 2015; disetujui untuk dipublikasikan pada 19 Maret 2015 ABSTRACT Analog rice is one of the solutions that can be developed to overcome the problems of food security both in terms of the use of a new food source or for diversification of food. The purposes of this study were to determine the effect of starch as a binder in the manufacture of analog rice and to examine the properties of analog rice in the term of moisture content, grains diameter, water absorption, bulk density, and expantion ability. Analog rice was performed by using a set of analog rice grain making machine (granulator). Five different compositions of analog rice were made and tested. The formulas are pure bananas flour rice (100 % banana flour) and mixed of banana flour and tapioca flour with ratio of 95 : 5, 90 : 10, 85 : 15 and 80 : 20. The results show that the water content of analog rice is between 10,41 % and 13,08 %, water absorption range from 36,98 % to 64,32 %, bulk density of 0,766 g /cm 3 to 0,794 g /cm 3, and expantion ability range from 5,4% to 14,4%. The addition amount of the flour mixture causes enlargement of the grain diameter. Keywords: banana flour, tapioca flour, analog rice, granulator, diversification. ABSTRAK Beras analog merupakan salah satu bentuk solusi yang dapat dikembangkan dalam mengatasi permasalahan ketahanan pangan baik dalam hal penggunaan sumber pangan baru ataupun untuk penganekaragaman pangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung tapioka sebagai bahan pengikat dalam pembuatan beras analog berbahan baku tepung pisang, serta menguji karakteristik beras analog yang meliputi: kadar air, diameter butiran, daya serap air, kerapatan curah, serta daya pengembangan. Pembuatan beras analog dilakukan dengan menggunakan seperangkat mesin pembuat butiran beras analog ( granulator). Beras analog dibuat sebanyak 5 variasi komposisi bahan penyusun yaitu 100 % dari tepung pisang dan komposisi campuan tepung pisang dan tepung tapioka dengan perbandingan 95 : 5, 90 : 10, 85 : 15 dan 80 : 20. Beras analog yang dihasilkan memiliki kadar air berkisar antara 10,41% sampai 13,08 %, daya serap air butiran beras analog berkisar antara 36,98 % sampai 64,32 %, kerapatan curah 0,766 gram/cm 3 sampai 0,794 gram/cm 3, dan daya pengembangan butiran beras analog berkisar antara 0,054 % sampai 0,144 %. Penambahan jumlah tepung campuran menyebabkan pembesaran diameter butiran beras analog. Kata kunci: tepung pisang, tepung tapioka, beras analog, granulator, diversifikasi. I. PENDAHULUAN Ketergantungan penduduk Indonesia terhadap makanan pokok beras masih sangat tinggi. Sekalipun dikenal sebagai negara agraris, Indonesia masih mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan beras. Upaya mengurangi ketergantungan dalam mengkonsumsi beras yang tinggi dapat dilakukan diantaranya dengan diversifikasi konsumsi pangan alternatif (Rachman dan Ariani, 2008). Hal ini sebagaimana diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal (Sumodiningrat, 2001). Upaya diversifikasi pangan juga dipayungi dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal (Santoso, 2013). 117

Pembuatan beras analog berbahan... (Yolanda RY, Sri Waluyo dan Tamrin) Pisang merupakan salah satu komoditas yang memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif. Selain dapat dikonsumsi langsung, penepungan pisang adalah salah satu cara pengawetan pisang dalam bentuk olahan. Cara membuat tepung pisang mudah, sehingga dapat diterapkan di daerah perkotaan maupun pedesaan. Sifat tepung pisang yang dihasilkan tidak sama untuk masing-masing jenis pisang. Sementara kelemahan tepung pisang adalah aroma pisangnya kurang kuat (Kurniawan, 2009). Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras tersebut perlu dikembangkan alternatif pangan menyerupai beras namun tidak murni terbuat dari beras. Tepung pisang ini dapat dijadikan alternatif pangan dalam bentuk beras analog. Beras analog dibuat bentuknya mirip beras, biasanya terbuat dari campuran bahan baku lokal (Lumba, 2012). Beras analog yang baik mempunyai konsistensi yang kompak sehingga dalam pembuatannya perlu digunakan senyawa binder untuk merekatkan bahan baku menjadi massa yang kompak yaitu dengan penambahan tapioka (Nindia, 2010). Beras analog merupakan salah satu bentuk solusi yang dapat dikembangkan dalam mengatasi permasalahan ini baik dalam hal penggunaan sumber pangan baru ataupun untuk penganekaragaman pangan. Beras analog ini diharapkan dapat mensukseskan program penganekaragaman pangan dan mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras (Suhardjo,dkk, 2006). Dalam meningkatkan akses pangan masyarakat, salah satu upaya agar masyarakat memperoleh pangan yang beragam, bergizi seimbang, maka diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal perlu dioptimalkan (Suyastiri, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung tapioka sebagai bahan pengikat dalam pembuatan beras analog berbahan baku tepung pisang, serta menguji karakteristik beras analog yang meliputi: kadar air, diameter butiran, daya serap air, kerapatan curah, serta daya pengembangan. 118 II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Februari 2014 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.Alat yang digunakan dalam pembuatan beras analog ini antara lain :seperangkat mesin pembuat beras analog (granulator), sprayer, baskom, neraca analitik, nampan,waterbatch, saringan, gelas ukur, stopwacth, tampah, ayakan tyler, digital caliper dan oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung pisang, tepung tapioka, dan air. Beras analog dibuat dalam lima level perlakuan dengan kode bahan yang telah ditentukan. Sebagaimana Tabel 1, level perlakuan tersebut meliputi satu perlakuan merupakan beras analog yang terbuat dari tepung pisang murni (100%), sedangkan empat level perlakuan merupakan beras analog yang terbuat dari tepung komposit (campuran tepung pisang dan tepung tapioka ). Pembuatan beras menggunakan mesin granulator dimaksudkan untuk mendapatkan granul beras analog. Tabel 1. Kode perlakuan (komposisi persentase berat penyusun) beras analog Kode perlakuan Tepung Pisang (%) P1 100 - P2 95 5 P3 90 10 P4 85 15 P5 80 20 Tepung Tapioka (%) Komposisi campuran tersebut diatas didasarkan pada persentase bobot sampel yang digunakan. Proses pembuatan beras analog diawali dengan pencampuran bahan tepung hingga homogen berdasarkan perlakuan yang ada. Tepung yang dicampurkan antara lain yaitu tepung pisang dan tepung tapioka sesuai dengan kode bahan yang telah ditentukan. Pembuatan beras analog dalam penelitian ini terdapat 1 perlakuan sebagai kontrol dimana hanya menggunakan tepung pisang saja (100%) tanpa tepung campuran (tepung tapioka). Setelah itu dilakukan pencampuran dengan tepung tapioka dalam perlakuan lain untuk mengetahui pengaruh

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 2: 117-126 penambahan tepung tapioka sebagai bahan pengikat dalam pembutiran beras analog. Proses selanjutnya adalah pembutiran, bahan tepung yang telah homogen tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam bidang granular kemudian mesin dihidupkan. Bahan tepung tersebut akan berputar mengikuti putaran bidang granular. Bahan tepung tersebut diberi air menggunakan semprotan air/sprayer hingga butiran/granul beras analog terbentuk. Pengamatan dan Pengukuran Beras analog yang telah jadi dikukus kemudian dikeringkan untuk kemudian diuji karakteristiknya yang meliputi: (1) Kadar air, (2) Diameter butiran, (3) Daya serap air, (4) Kerapatan curah, dan (5) Daya pengembangan. 1. Kadar air Kadar air (%) = Keterangan : berat sampel awal sebelum dioven (g) berat sampel akhir setelah pengovenan (g) 2. Diameter butiran beras analog Pengayakan butiran digolongkan menjadi 5 kelompok, yaitu diameter berukuran lebih dari 4,7 mm, 3,3-4,7 mm, 2,6-3,3 mm, 2-2,6 mm dan kurang dari 2 mm menggunakan ayakan tyler. Ukuran granul yang diharapkan adalah granul dengan ukuran diameter antara 2mm 4,7 mm. Ayakan yang digunakan untuk mengayak Tabel 2. Ukuran diameter butiran Mesh standar Ukuran lubang Tyler U.S. mm inches 4 4 4,70 0,185 6 6 3,33 0,131 8 8 2,36 0,094 10 12 1,65 0,065 12 14 1,40 0,056 14 16 1,17 0,047 16 18 0,991 0,039 24 25 0,701 0,028 32 35 0,495 0,020 35 40 0,417 0,016 42 45 0,351 0,014 48 50 0,295 0,012 Sumber: www.tramfloc.com/tf12.html (2013) butiran beras analog didasarkan pada ukuran standar yang umum digunakan. Ukuran diameter ayakan yang digunakan dapat dilihat pada tabel perbandingan ukuran diameter lubang. 3. Daya serap air Pengukuran daya serap air dilakukan dengan menimbang beras analog sebanyak 25 g (W A ) bahan masing - masing perlakuan, kemudian direndam ke dalam air hangat (75 ºC) selama 5 menit. Beras analog yang sudah direndam kemudian ditiriskan dengan menggunakan saringan. Setelah ditiriskan sampai air tidak menetes lagi dari lubang saringan, beras analog kemudian ditimbang kembali (W B ) untuk mengetahui penambahan berat yang terjadi setelah perendaman dengan air hangat. Daya serap air dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Daya serap air (%) Keterangan : W A = Berat sampel sebelum perendaman (g) = Berat sampel sesudah perendaman (g) W B 4. Kerapatan curah Kerapatan curah adalah perbandingan berat bahan dengan volume yang ditempatinya, termasuk ruang kosong diantara butiran bahan. Gelas ukur atau wadah disiapkan kemudian berat wadah ditimbang (W 1 ) dan volume wadah (V). Wadah tersebut kemudian diisi dengan beras analog hingga rata di permukaan dan diketuk ketuk sebanyak 10 kali untuk memadatkan beras analog dan jika terjadi penurunan, maka ditambahkan sampel bahan hingga rata permukaan wadah lalu ditimbang (W 2 ). Kerapatan curah dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Kerapatan curah (g/cm 3 ) Keterangan : W 1 = Berat awal (g) W 2 = Berat akhir (g) V = Volume gelas ukur (cm 3 ) 5. Daya pengembangan Pengukuran daya pengembangan dalam penelitian ini adalah dengan menimbang bahan 119

Pembuatan beras analog berbahan... (Yolanda RY, Sri Waluyo dan Tamrin) sebanyak 5g. Setelah ditimbang beras analog tersebut diambil secara acak sebanyak 10 butir. Butiran beras analog yang diambil secara acak itu kemudian diukur diameternya pada 3 orientasi menggunakan digital caliper, yaitu dengan mengukur diameternya dari 3 sisi butiran (atas, samping,depan) (Gambar 1) Gambar 1. Pengukuran diameter butiran beras analog Daya pengembangan Keterangan : = diameter beras analog sebelum perendaman A (mm) = diameter beras analog sesudah perendaman B (mm) III. HASIL DAN PEMBAHASAN Beras analog yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki granul bulat- bulat cenderung mirip beras tiwul. Penampakan beras analog setelah pembutiran warnanya cokelat muda seperti warna daging pisang. Namun, beras yang dihasilkan setelah pengukusan cenderung berwarna cokelat tua yang disebabkan pigmen beta karoten dari tepung pisang (Budijanto dan Yuliyanti, 2012) yang sangat tinggi serta pada saat pengukusan dimana uap air juga mengakibatkan perubahan warna pada beras analog. 3.1 Kadar air Kadar air butiran beras analog kering hasil pengukuran, yaitu berkisar antara 10,41% sampai 13,08%. Kadar air paling tinggi yaitu pada butiran beras analog yang dibuat dari 80 % tepung pisang dengan 20% tepung tapioka, sedangkan kadar air paling rendah yaitu butiran beras analog yang dibuat dari 100% tepung pisang. Hal itu dikarenakan butiran beras analog yang dibuat dari 80 % tepung pisang dengan 20% tepung tapioka cenderung besarbesar dan pengeringan tidak sampai titik terdalam butiran, maka kadar airnya pun tinggi. 120 Gambar 2. Kadar air masing-masing perlakuan Keterangan : P1 = Tepung pisang 100% (kontrol) P2 = Tepung pisang 95% dengan campuran tepung tapioka 5% P3 = Tepung pisang 90% dengan campuran tepung tapioka 10% P4 = Tepung pisang 85% dengan campuran tepung tapioka 15% P5 = Tepung pisang 80% dengan campuran tepung tapioka 20%

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 2: 117-126 Namun, perlakuan pada pembuatan beras analog ini tidak dominan dalam penentuan kadar air. Berikut kadar air bahan masing-masing perlakuan yang didapatkan dari hasil pengukuran (Gambar 2). 3.2 Diameter butiran beras analog Diameter butiran beras analog ditentukan dengan cara pengelompokan ukuran butiran beras analog menggunakan ayakan tyler. Pengelompokkan dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah butiran per diameter butiran beras analog untuk masing-masing perlakuan. Pengelompokan dilakukan juga untuk melihat pengaruh penambahan tepung campuran dalam pembuatan beras analog dengan bahan dasar tepung pisang.berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran, dapat dilihat bahwa semakin banyak tepung campuran (tepung tapioka )dalam pembuatan beras analog dari tepung pisang, semakin banyak granul berdiameter besar yang terbentuk. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3. Pengelompokan butiran beras analog berdasarkan diameter Ket. a). > 4,70 mm, b). 3,3-4,70 mm, c). 2,6-3,3 mm, d). 2,00-2,6 mm, e). < 2,00 mm Gambar 4. Perbandingan banyaknya granul tiap diameter pada setiap perlakuan 121

Pembuatan beras analog berbahan... (Yolanda RY, Sri Waluyo dan Tamrin) Pembentukan granul dalam pembuatan butiran beras analog ini dipengaruhi oleh tepung campuran (tepung tapioka) serta pemberian air dan pengukusan. Penambahan tepung campuran serta pemberian air yang banyak, memberikandampak nyata dalam terbentuknya granul. Hal ini dikarenakan tepung tapioka memiliki kandungan gluten dan amilopektin yang cukup banyak yang mudah bereaksi dengan air (Santoso, 2013). Air yang digunakan pada proses pembuatan butiran berfungsi sebagai aktivator, yaitu air membantu proses pembentukan butiran dan akan kembali hilang karena proses penguapan. 3.3 Daya serap air Daya serap air merupakan kemampuan suatu bahan untuk menyerap atau mengikat air. Kemampuan butiran beras analog untuk menyerap air kembali saat butiran beras kering ditentukan dari komposisi bahan penyusun dari beras analog itu sendiri. Semakin banyak penambahan campuran dalam pembuatan beras analog semakin rendah pula daya serap air dari butiran beras analog masing- masing perlakuan. mencapai titik terdalam butiran dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk butiran beras analog yang dibuat dari bahan tepung pisang dengan campuran tepung tapioka. Butiran beras analogyang dibuat tanpa penambahan campuran atau tepung pisang 100% (P1) memiliki daya serap yang tinggi, karena diameter dari butiran beras analog 100% tepung pisang cenderung kecil kecil atau memiliki diameter kurang dari 2 mm paling banyak. Sedangkan butiran beras analogdengan penambahan campuran paling banyak yaitu tepung pisang 80% dengan campuran 20% tepung tapioka (P5) memiliki daya serap paling rendah. Hal ini disebabkan oleh diameter dari butiran berasnya sendiri yang cenderung besarbesar atau memiliki diameter lebih dari 4,70 mm paling banyak. Dengan penambahan tepung campuran(tepung tapioka) ini, terjadi pengikatan karena tapioka berfungsi sebagai pengikat tepung yang lain. 122 Gambar 5. Daya serap air butiran beras analog masing- masing perlakuan Berdasarkan data hasil pengukuran menunjukkan bahwa beras analog yang dibuat dari bahan tepung pisang 100% (P1) memiliki daya serap air yang paling tinggi. Sedangkan beras analogyang dibuat dari bahan tepung pisang 80 % dengan tepung tapioka 20% (P5) memiliki daya serap air paling rendah.kaitannya dengan diameter butiran beras analog,butiran beras analog yang berdiameter besar mengalami kesulitan pada proses penyerapan air. Pada saat 3.4 Kerapatan curah Kerapatan curah merupakan kerapatan bahan curah dalam keadaan volume seimbang. Kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan padat, ukuran, cara pengukuran, bentuk geomnetri dan sifat permukaan. Bila biji-bijian, butiran atau tepung ditangani dalam jumlah banyak maka isi curahan sama dengan isi benda padat ditambah dengan isi ruang (pori-pori). Dari hasil pengukuran, kerapatan curah paling tinggi

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 2: 117-126 adalah kerapatan butiran beras analog (P1) yang dibuat dari bahan 100 % tepung pisang. Sedangkan beras analog (P4) yang dibuat dari bahan 85 % tepung pisang dengan 15 % tepung tapioka memiliki kerapatan curah paling rendah. Hasil pengukuran kerapaan curah dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil pengukuran kerapaan curah dapat dilihat pada Gambar 6. 85% tepung pisang dengan 15 % tepung tapioka (P4), karena butiran beras analog yang dibuat dari 80 % tepung pisang dengan 20 % tepung tapioka (P5) memiliki kadar air paling tinggi dan diameter butiran berasnya pun cenderung besar- besar. Kaitannya dengan kadar air dan diameter butiran beras analog adalah semakin tinngi kadar air maka semakin tinggi pula Gambar 6. Grafik hasil pengukuran kerapatan curah butiran beras analog Pada pengukuran kerapatan curah yang dilakukan, kerapatan curah dipengaruhi oleh kadar air dan diameter butiran beras masing masing perlakuan. Setiap perlakuan memiliki kerapatan curah yang berbeda. Pada butiran beras analog yang dibuat dari 100 % tepung pisang (P1) memiliki kerapatan curah paling tinggi karena butiran berasnya sendiri cenderung kecil- kecil dan kadar airnya yang rendah dibandingkan kadar air kode bahan lain. Butiran beras analog yang dibuat dari 95 % tepung pisang dengan 5 % tepung tapioka (P2) dan 90 % tepung pisang dengan 10 % tepung tapioka (P3) cenderung memiliki kadar air dan diameter butiran yang tidak jauh berbeda. Sedangkan pada butiran beras analog yang dibuat dari 85 % tepung pisang dengan 15 % tepung tapioka (P4) dan 80 % tepung pisang dengan 20 % tepung tapioka (P5) memiliki kadar air dan diameter butiran yang lebih besar di bandingkan kode bahan lain. Untuk kerapatan curah sendiri pada butiran beras analog yang dibuat dari 80 % tepung pisang dengan 20 % tepung tapioka (P5) lebih tinggi daripada butiran beras analog yang dibuat dari kerapatan curahnya. Sedangkan untuk diameternya, semakin banyak diameter beras berukuran >4,70 mm maka kerapatan curahnya semakin rendah. Hal ini karena semakin besar ruang pori makronya dalam ruang yang ditempati. 3.5 DayaPengembangan Daya pengembangan sendiri merupakan daya kembang suatu bahan saat menyerap air panas sampai tidak kembali ke bentuk semula. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa daya pengembangan beras analog berbahan dasar tepung pisang ini dipengaruhi oleh banyaknya penambahan tepung campuran saat pembutiran beras analog. Semakin banyak penambahan tepung campuran beras analog,maka semakin rendah daya pengembangan beras analog tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran di atas menunjukan bahwa daya pengembangan beras analog berbahan dasar tepung pisang ini dipengaruhi oleh banyaknya penambahan tepung campuran pada saat pembutiran beras analog. Semakin banyak penambahan tepung 123

Pembuatan beras analog berbahan... (Yolanda RY, Sri Waluyo dan Tamrin) campuran beras analog, maka semakin rendah daya pengembangan beras analog tersebut. Daya pengembangan paling tinggi adalah butiran beras analog yang terbuat dari bahan 100 % tepung pisang (P1), sedangkan daya pengembangan butiran beras analog dari bahan 80% tepung pisang dengan 20% tepung tapioca (P5) memiliki daya pengembangan yang paling rendah. Kaitannya dengan penambahan tepung campuran yang banyak saat pembutiran beras analog adalah butiran beras analog yang dihasilkan cenderung memiliki diameter lebih dari 4,70 mm banyak pula sehingga saat dilakukan perendaman dalam air panas untuk mengetahui daya pengembangan pada butiran beras analog, beras analog dengan diameter yang besar memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mengembang sampai titik terdalam butiran. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Beras analog yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki granul bulat- bulat cenderung mirip beras tiwul. Penampakan beras analog setelah pembutiran warnanya cokelat muda seperti warna daging pisang. Namun, beras yang dihasilkan setelah pengukusan cenderung berwarna cokelat tua yang disebabkan pigmen beta karoten dari tepung pisang (Budijanto dan Yuliyanti, 2012) yang sangat tinggi serta pada saat pengukusan dimana uap air juga mengakibatkan perubahan warna pada beras analog. Adapin karakteristik beras analog yang 124 Gambar 7. Grafik hasil pengukuran daya pengembangan beras analog telah diuji, yaitu antara lain : kadar air, diameter butiran, daya serap air, kerapatan curah, serta day pengembangan. Beras analog ini memiliki kadar air butiran beras analog yaitu berkisar antara 10,41 % sampai 13,08 %. Diameter butiran dipengaruhi oleh kadar air dan persentase tepung campuran(komposit). Semakin banyak penambahan tepung komposit dalam pembuatan beras analog, semakin tinggi kadar airnya sehingga diameter granul beras (> 4,70 mm) semakin banyak. Selain itu, beras analog juga memiliki daya serap air yaitu berkisar antara 36,98% sampai 64,32 %. Hal ini dipengaruhi oleh diameter granul beras, semakin besar granul beras analog maka semakin tinggi daya serap airnya. Kerapatan curah hasil pengukuran yaitu berkisar antara 0,766 gram/ cm 3 sampai 0,794 gram/ cm 3 dan untuk daya pengembangannya butiran beras analog ini memiliki daya pengembangan butiran beras yaitu antara 5,4 % sampai 14,4 %. 4.2 Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini, yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam pengujian kandungan gizi pada nasi beras analog misalnya kadar lemak, kadar protein, kadar vitamin, dan lain-lain, sehingga didapatkan data kandungan gizi nasi beras analog yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan beras analog.

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 2: 117-126 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Mesh Size Comparison Table. http://www.tramfloc.com/tf2.html. Juli 2013. Budijanto, 2012. Studi Persiapan Tepung Sorgum (Sorghum Bicolor L.Moench) dan Aplikasinya Pada Pembuatan Beras Analog. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 177-186 Kurniawan. 2009. Teknologi Pembuatan Tepung Pisang. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Sumatera Selatan. Suryana, A. 2009. Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi : Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI. Suyastiri, N. M. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal.Ekonomi Pembangunan Vol. 13 No. 1, April 2 8 Hal 51-60 Lumba, R. 2012. Kajian Pembuatan Beras Analog Berbasis Tepung Umbi Daluga (Cyrtosperma Merkusii (Hassk) Schott). Jurnal. Universitas Sam Ratulangi. Manado 2(1):151-159. Nindia, S. 2010. Penganekaragaman Optimasi Kadar Protein Dan Nilai Energi Pada Pembuatan Beras Analog Berbasis Umbi K impul (Xanthoshoma Sagittifolium), Kedelai Anjasmoro Dan Tapioka Dengan Response Surface Methodology (Rsm). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang. Rachman dan M. Ariani. 2008. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia : Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 6 No. 2, Juni 2008 :104-154. Santoso, A. D. 2013. Pembuatan dan Uji Karakteristik Beras Analog Berbahan Dasar Tepung Jagung. Jurnal Teknik Pertanian.Lampung Vol. 2, No. 1: 27-34. Suharjo, L. J. Harper, B. J. Deaton, J. A. Driskel. 2006. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI-Press. Jakarta. Sumodiningrat, G. 2001. Menuju Swasembada Pangan (Revolusi Hijau II : Introduksi Manajemen dalam Pertanian). RBI Jakarta. Jakarta 125

Pembuatan beras analog berbahan... (Yolanda RY, Sri Waluyo dan Tamrin) Halaman ini sengaja dikosongkan 126