ARTIKEL KARYA SENI FANTASI X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

JURNAL JEGHEH. Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu.

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIP KARYA SENI KELANGEN

BAB III PENUTUP. Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya 4.2 Deskripsi Karya

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik adalah salah satu hasil dari proses kebudayaan manusia dalam

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah ilmu atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

V. PENUTUP. adalah dua unsur yang saling tarik-menarik dalam satu kesatuan. Konsepsi

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KARYA BERMAIN DALAM TINJAUAN KOMPOSISI

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

LAPORAN KARYA SEN1 PENCIPTAAN LAGU HYMNE. ALUMNI UNlVERSlTAS BUNG HATTA PADANG. Oleh: Erfan Lubis,SPd. Nip UNlVERSlTAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN KARAKTER MUSIK KLASIK DAN POP-JAZZ DENGAN KECERDASAN EMOSI (EQ) MAHASISWA JURUSAN MUSIK INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB IV PENUTUP. Kesimpulan dalam penulisan ini adalah tangga nada pelog dan blues dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Teknik Permainan Gitar Pada Karya Musik Spirito Con Grazia Ed Espressivo

LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING TEMA PERANCANGAN GAMELAN KERAMIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KASONGAN YOGYAKARTA

LAPORAN KARYA SEN1 I: (UNIVERSITAS NEGERI PADANG) Oleh: Erfan Lubis,SPd. NlP FAKULTAS BAHASA SASTRA DAN SEN1

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

PROSES PENCIPTAAN DALAM PENGALAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya yang diberikan untuk

BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN

Artikel Karya Seni Tri Kona

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alkitab merupakan Kitab Suci Agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Artikel Karya Seni Rare Ulangun

MODUL SENI MUSIK KLS XI IPA, IPS & BAHASA TAHUN AJARAN SEMESTER GENAP WAWASAN MUSIK NUSANTARA OLEH : DIANA MARETA, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

MODUL PRAKTIKUM. Penyusun: Tim

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MUSIK BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

ARTIKEL SKRIPSI KARYA SENI HARMONI TIRTA EMPUL PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah kehidupan manusia, karena pada dasarnya seni

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL KARYA SENI BIANGLALA. Oleh : ANAK AGUNG GEDE AGUNG ARIS PRAYOGA

Kesenian Sisingaan Grup Putra Mekar Jaya Pada Acara Khitanan Di kabupaten Subang

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1

Transkripsi:

ARTIKEL KARYA SENI FANTASI X Oleh : ANAK AGUNG GEDE AGUNG ARIWAMSA PROGRAM STUDI S-1 KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016

FANTASI X Nama Penulis : Anak Agung Gde Agung Ariwamsa Prodi Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Fantasi X merupakan garapan musik yang menggunakan media ungkap instrumen berdawai yaitu, erhu, biola, cello, penting, rebab. Adapun tema yang diangkat dalam garapan ini adalah imajinasi, yaitu merupakan daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu berdasarkan kenyataan dan pengalaman seseorang, atau suatu gambaran yang dihasilkan oleh otak seseorang dan kekuatan atau proses menghasilkan citra mental dan ide. Bisa juga merupakan hal yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Komposisi yang ingin penata ungkapkan dalam garapan ini dilatarbelakangi oleh kegemaran penata terhadap imajinasi dan mengimajinasikan segala hal yang menurut penata menarik, baik itu dalam hal bermusik atau saat merancang suatu garapan musik maupun dari kejadian di sekeliling. Jika kita bisa menggabungkan imajinasi, harapan, rencana serta kerja keras, maka lewat imajinasi sesuatu yang baru bisa kita dapatkan, bahkan menjadi suatu perubahan untuk kedepannya. Selanjutnya sejauh mana sumber itu akan diolah dan diciptakan kembali sangat tergantung pada mood, olahan perasaan dan gagasan yang dituangkan dalam komposisi. Hasilnya bisa jadi mirip sekali, seirama, senada, bahkan bisa berlawanan atau bertolak belakang, yang akan penata wujudkan dalam sebuah karya musik dengan judul Fantasi X. Karya Fantasi Xini penata artikan sebagai hasil imajinasi terhadap sesuatu yang penata anggap menarik, dimana yang dimaksud yakni alat musik berdawai. Kata fantasi yang dimaksud adalah dunia khayalan atau bayangan yang kaya akan cetusan-cetusan imajinasi dalam ekspresi yang demikian jujur dan alami serta menakjubkan. X dalam imajinasi penata diartikan sebagai gambaran atau wadah untuk membayangkan fantasi dan imajinasi sebagaimana bentuknya, maka dari itu untuk mengetahui X tersebut harus melihat karya atau garapan secara utuh. Kata Kunci : Instrumen Berdawai, Imajinasi, Harapan, Fanatasi X. Pendahuluan Latar Belakang Karya musik memiliki peranan penting dalam masyarakat.hal ini merupakan refleksi kondisi sosial seseorang atau masyarakat yang terjadi di dunia. Berbagai masalah sosial, kejadian-kejadian yang dialami, serta hal-hal yang dirasakan, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat dijadikan sumber penciptaan karya musik. Karya ini muncul akibat

rangsangan-rangsangan dari kejadian-kejadian yang penata alami dalam proses berkreatifitas. Menurut Bahari (2008 : 12) :... pribadi manusia yang terbentuk kokoh dan kuat, dan dibina oleh unsur internal dan eksternal, atau unsur subjektif dan objektif, maka para seniman yang bermutu akan menghasilkan karya-karya yang mempunyai ciri khas dengan simbol-simbol pribadi... Selanjutnya rangsangan-rangsangan dan kejadian tersebut diolah dan ditransformasikan ke dalam suatu karya musik, hal ini sangat tergantung pada wawasan dan interpretasi masingmasing orang.sadra dalam Waridi (2005: 76)menuturkan bahwa...bagaimana sebuah komposisi musik dilahirkan dengan dasar pengalaman yang amat personal sifatnya.... Penata yang berasal dari Bali, secara tidak langsung banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, khususnya dalam hal berkarya.pengaruh lingkungan pada hakikatnyamemberikan andil besar di dalam pembentukan karakter, berperilaku, serta cara berpikir dalam kehidupan bermasyarakat dan juga berkesenian.hal tersebut merangsang dan menantang penata untuk lebih sensitif dalam melihat, mengamati, dan merasakan fenomena-fenomena yang ada.rangsangan tersebut bisa terjadi dimana saja,misalnya dengan cara berimajinasi.seperti halnya anak-anak kecil, di balik sisi kekanak-kanakan mereka, namun tingkat imajinasi yang dimilikinyatidak terbatas.imajinasi merupakan hal penting dalam membuat suatu karya musik, karena lewat imajinasi penata dapat mengorientasikan hal-hal yang ingin dilakukan atau dikerjakan.dalam hal ini, penata sering berimajinasi dan berkhayal. Berbicara mengenai karya, para seniman karawitan di Bali sudah menciptakan karyakaryanya dan mampu bersaing di dalam kancah musik nasional maupun internasional.namun realitanya hanya,barungan-barungan gamelan tertentu saja yang mendapat perhatian khusus dari seniman-seniman tersebut, padahal masih banyak jenis-jenis instrumen lainnya yang mampu dan layak untuk digunakan dalam menggarap sebuah karya musik. Tidak hanya instrumen pukul (cara memainkannya dengan dipukul) saja yang mampu berperan dalam suatu garapan musik, tetapi instrumen berdawai juga perlu mendapatakan perhatian khusus dari seniman karawitan Bali. Instrumen berdawai kurang diminatikarenasusah dimainkan dan kurang eksis, khususnya dalam khasanah musik tradisional Bali. Bagi mereka yang belum menyadari hal tersebut, mereka cenderung berkarya dalam keterikatan dengan konvensi yang terdapat pada media yang mereka gunakan. Gamelan Bali dianggap sebagai sarana pelengkap upacara yang sakral tanpa melihat konteks gamelan Bali sebagai sebuah media dalam sajian pertunjukan musik. Secara tidak langsung hal tersebut

membatasi kreativitas para seniman kita di Bali. Akibat dari batasan-batasan dalam seni tradisi tersebut, akhirnya para seniman krawitan di Bali lebih cenderung membuat konsep gamelan mereka sendiri. Selain untuk memberikanwarna baru, mereka lebih bebas untuk merealisasikan ide-idenya tanpa ada suatu batasan yang mengikat kreativitas mereka. Dengan berimajinasi kita dapat mendapatkan ide-ide yang baru dan hasil imajinasi dari tiap-tiap orang tentunya berbeda-beda.melalui imajinasi penata kemudian mentransformasikan ide tersebut sehingga menjadi satu garapan yang utuh.suatu imajinasi menghasilkan karya dan karya membuat kita menjadi tak terbatas.penatatidakmengimbuhkandengan istilah seni kontemporer, inovasi dan tradisidi dalam karya musik ini, karena tradisi, inovasi dan kontemporer bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan.ketiga hal tersebut adalah sebuah mata rantai yangsecara terusmenerus terjadi didalam proses berkesenian.tradisi, inovasi, dan kontemporer selalu berjalan beriringan sebagai pembentuk satu dengan yang lainnya, misalnya tradisi ada karena sebuah kontemporer dan begitu juga sebaliknya.inovasi digunakan untuk proses peralihan antara fase tradisi ke fase kontemporer.dalam hal ini penata ingin agar ketiga istilah tersebut ditafsirkan sendiri oleh si penikmat seni, mengingat banyaknya pemikir musik kritis yang memiliki tafsir yang beragam. Di dalam karya musik ini, semua aspek dan unsur-unsur musik yang membentuk garapan ini menjadi suatu kesatuan yang utuh akan diberikan sentuhan kekinian. Media ungkap adalah hal terpenting di dalam karya ini, karena idenya berawal dari eksistensi instrumen berdawai yang jarang digunakandalam barungan gamelan Bali.Penata berkeinginan mentransformasikannya ke dalam sebuah karya musik lewat media ungkap intsrumen berdawai yaitu erhu, rebab, penting, biola, cello. Menggunakan instrumen berdawai disamping mencari warna suara, juga digunakan sebagai poin utama suatu pementasan. Karya musik ini tidak seutuhnya menggunakan instrumen berdawai asli Bali seperti erhu, biola, dan cello.penata berharap melalui karya musik ini instrumen berdawai seperti rebab dan penting mampu mengimbangi dalam perannya sebagai alat musik tradisi. Sebuah karya seni tidaklah sempurna tanpa sebuah judul. Begitu pula pada karya ini, membutuhkan sebuah ungkapan yang tepat untuk dijadikan judul. Setelah merenungi kembali konsep yang diangkat, penata memutuskan untuk mempergunakan sebuah ungkapan, yakni Fantasi X.

Bagian Inti Ide Garapan Dalam membuat suatu komposisi karya atau musik, ide garapan merupakan bagian penting dalam proses menggarap. Ide garapan merupakan hasil dari suatu proses pemikiran yang terus menerus dari seorang seniman terhadap lingkungan maupun suatu kejadian yang dialami langsung maupun tidak langsung. Ide tidak muncul begitu saja, karena apapun sumber yang dilahirkan dalam sebuah karya seni harus ada pertanggungjawaban yang mengikutinya.mencetusan suatu ide garapan,didasari oleh kegemaran berimajinasi dan mengimajinasikan segala hal yang menarik, baik itu dalam hal bermusik atau saat merancang suatu garapan musik, maupun dari kejadian-kejadian di sekelilingnya. Berangkat dari pemaparan diatas, penata tertarik dan terinspirasi dari seseorang yang memiliki tingkat imajinasi tinggi, sehinggadapat meraih kesuksesan dan melakukan suatu perubahan dalam karir maupun kehidupannya. Begitu pula dengan karya musik, jika kita bisa menggabungkan imajinasi, harapan, rencana serta kerja keras, maka lewat imajinasi sesuatu yang baru bisa kita dapatkan bahkan menjadi suatu perubahan untuk masa depan. Kemudian muncul tantangan dalam diri untuk merangkai ide tersebut ke dalam sebuah komposisi musik.tantangan tersebut penata manfaatkan untukmerangsang otak bekerja, danmampu menggambarkan ide dasar yang ditawarkan ke dalam sebuah komposisi musik yang utuh. Dari ide sederhana tersebut, penata akhirnya mengambil konsep imajinasi. Imajinasi secara umum merupakan hal yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Selanjutnya sejauh mana sumber itu akan diolah dan diciptakan kembali sangat tergantung pada mood, olahan perasaan dan gagasan yang dituangkan dalam komposisi. Hasilnya bisa jadi mirip sekali, seirama, senada, bahkan bisa berlawanan atau bertolak belakang, yang akan penata wujudkan dalam sebuah karya musik dengan judul Fantasi X. Proses Kreatifitas Sebuah karya seni tidak lahir begitu saja, tanpa adanya proses kreatifitas. Penata melibatkan seniman pendukung, yang diawali dengan sebuah proses penting sebagai dasar untuk mewujudkan suatu karya. Proses yang dimaksud adalah langkah-langkah yang ditempuh mulai dari mendapatkan ide garapan hingga garapan itu terwujud. Untuk menjalani proses ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh agar karya dapat terwujud

sebagaimana keinginan penata. Jika seorang kreator seni ingin mewujudkan sebuah karya seni yang berbobot, maka dalam berproses seniman tersebut harus mempersiapkan konsep yang jelas, serta menyusun rencana kerja yang sistematis dan terarah sebagai pijakan dalam berkarya. Kemudian mengumpulkan elemen-elemen yang dianggap dapat mendukung terwujudnya karya seni, sesuai dengan ide dan terakhir mewujudkan menjadi suatu karya seni yang utuh. Djelantik (1999 : 63) menyebutkan bahwa Penciptaan adalah pengadaan karya seni dari tidak ada menjadi wujud nyata sehingga dapat dinikmati oleh orang. Dewasa ini, mencapai kreativitas dalam seni bukanlah persoalan yang mudah untuk dilakukan.ketika mencipta sebuah garapan, kurang arif juga rasanya selalu memikirkan makna atau konsep dan tanpa dorongan kecerdasan-kecerdasan lain. Kecerdasan pikiran, emosi, kemampuan (kemampuan sebagai pemain dan kemampuan mendirect). Apabila semua hal itu terpenuhi maka mustahil seseorang tidak bisa mendengar musik dari musik (pinjam istilah Marry). Selanjutnya, Bassano dalam Hamsa menyebutkan : Pada ranah emosional, musik, dengan melodi yang jernih, menyegarkan perasaan membantu kita melepaskan tekanan dan memungkinkan kita menemukan diri kita dengan mengenali emosi dan perasaan.ini memampukan kita mengembangkan ekspresi dan kreativitas. Pada ranah spiritual, harmoni musik tampaknya menjangkau tingkatan yang lebih dalam, mencapai diri yang lebih tinggi (2009 : 26). Secara substansial, setiap penggarapmemiliki kebebasan dalam melakukan sebuah proses kreativitas. Kebebasan tersebut akan memberikan keleluasaan dalam menentukan langkah awal dari suatu proses kreatif yang dilakukannya. Namun demikian, kendatipun ada kebebasan dalam berproses, secara menyeluruh jika diamati proses, tersebut selalu melewati tiga tahapan. Penata berpedoman pada tiga tahapan yang dikemukakan oleh Hawkins (dalam Hadi. 1990: 36), menyebutkan bahwa penciptaan suatu karya seni itu ditempuh melalui tiga tahapan yaitu: tahap penjajagan, tahap percobaan, dan tahap pembentukan, ketiga tahapan ini akan dijadikan acuan dalam penggarapan karya ini. Tahap penjajagan merupakan proses awal Dalam mewujudkan suatu penggarapan karya seni.mulai dari mencari-cari ide hingga membayangkan sesuatu yang akan digarap. Pada tahapan ini penata melakukan dua hal yang paling penting, yakni mencari ide dan mematangkan ide tersebut, serta menyusun konsep untuk meweujudkan ide tersebut kedalam sebuah bentuk garap. Tahap Improvisasi merupakan tahap penyusunan sebuah karya komposisi musik, terlebih bentuk komposisi tersebut terbilang baru, maka diperlukan percobaan-percobaan

untuk mengetahuai sejauh mana kemungkinan musikal dan wujud estetis dari elemen - elemen musik tersebut dapat dibentuk. Pada tahap ini penata mencoba melakukan sebuah eksperimen, mulai dari mencari hubungan nada-nada dari semua instrumen yang dipakai, serta mencoba memodifikasi teknik-teknik permainan cello, biola, erhu, penting dan rebab, selanjutnya penata mencatat motif-motif permainan dengan sistem notasi untuk membuat sebuah pola, guna mempermudah proses penuangan. Tahap Pembentukan ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan tahap yang dilakukan dalam proses kreatifitas untuk mewujudkan sebuah komposisi musik. Setelah beberapa motif kalimat lagu terwujud, dimulailah merangkai dan menghubungkan motif untuk selanjutnya dibentuk menjadi suatu keutuhan komposisi.tahap ini sangat penting dalam memilih, menimbang, membedakan pola-pola yang dirangkai, karena pemilihan pola yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal.pada tahap ini dimulai memilih, menghubungkan satu motif dengan motif lainnya, dalam merancang motif-motif tersebut penata sangat berkonsentrasi dalam merangkai pola agar sesuai dengan konsep, dan tidak menutup kemungkinan beberapa pola yang sudah terbentuk diubah atau dihilangkan. Proses perangkaian pola ini dilakukan per-bagian, hingga bagian-bagian ini membentuk sebuah sajian musik yang utuh. Struktur Garapan Struktur dari suatu karya seni menyangkut keseluruhan, meliputi masing-masing bagian untuk dapat dicapainya sebuah bentuk garapan (Djelantik. 1999: 39). Penggarapan karya seni ini mengolah unsur-unsur musical seperti ritme, melodi, dinamika, dan warna suara. Begitu juga halnya musikalitas garapan ini, masing-masing bagian memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan suasana yang diinginkan penata. Garapan ini diharapkan menampilkan kesan pembaharuan dengan mengembangkan pola-pola yang digunakan ke dalam bentuk garapan komposisi yang baru, dengan struktur garapan mengisyaratkan suatu pengorganisasian, pengaturan, adanya hubungan tertentu antara bagian-bagian secara keseluruhan dalam karya seni. Struktur atau susunan dari suatu karya seni adalah aspek yang menyangkut keseluruhan dan meliputiperanan masing-masing bagian dalam sebuah karya seni. Musikalitas garapan Fantasi X ini tersusun berdasarkan komposisi atau struktur garapan yang terdiri dari tiga bagian pokok yang disebut sebagai bagian I, II, III, dimana disetiap bagiannya memiliki tujuan dan maksud tertentu dalam pengekspresiannya. Bagian-

bagian tersebut antara lain: Bagian I Bagian ini merupakan pengekspresian diri penata, dengan imajinasi dan mengimplementasikan sesuatu hal yang penata anggap menarik. Dengan kata lain, yang menarik menurut penata adalah instrumen-instrumen berdawai yang kaya akan jangkauan nada, dimanasemua gambaran tersebut, penata transformasikan dengan masing-masing bagian yang dimainkan setiap instrumen terkesan bebas, namun terikat dalam satu kesepakatan garap. Pada bagian ini imajinasi dari masing-masing pemain juga dilibatkan dengan mengeksplor instrumen yang mereka mainkan dengan mencari warna baru dari fungi instrumen tersebut. Dimulai dengan permainan satu persatu, bermain dan mengimprovisasi dengan bebas namun masih terikat satu dengan lainnya. Polanyapun tak ada yang sama karena setiap pemain memiliki karakter yang berbeda, lewat karakter dan imajinasinya tersebut dapat memperkaya pola garap pada bagian ini. Bagian II Bagian II masing-masing instrumen dicoba dimainkan secara bersamaan dengan pola-pola yang sudah terstruktur.hasil dari eksplor pada bagian I, penata terapkan pada bagian ini, dimana pemilihan nada dari masing-masing instrumen dipadupadankan hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Berangkat dari judul garapan, huruf X dari sisi musikalitas dapat dianalogikan sebagai suatu persimpangan, dimana nada-nada yang lewat akan bertemu pada satu titik, namun kembali berlawanan atau berpapasan. Jika ditransformasikan kedalam garapan, bagian ini banyak menggunakan teknik kontrapung, canon, clapping music, dimana pada bagian awal bagian ini ada dua pola yang ditumpuk, yaitu kontrapung dan clapping music dijadikan satu kesatuan. Instrumen penting memainkan teknik clapping music dan cello, rebab, erhu memainkan teknik kontrapung. Bagian III Bagian III merupakan bagian akhir dari garapan Fantasi X. Pada bagian ini penata memang sengaja membenturkan nada-nada acak, terkesan aneh atau fals namun jika didengar maupun dirasakan dengan telinga, tanpa melihat dengan mata akan menghasilkan benturan nada maupun harmoni dengan cita rasa baru bagi pendengarnya. Teknik-teknik permainan yang digunakan pada bagian ini ada tiga pola. Pada pola pertama, menggunakan teknik penggabungan harmoni, yaitu nada-nada yang tidak beraturan dari masing-masing instrumen dimainkan secara bersamaan. Setelah pola pertama selesai

dilanjutkan dengan pola dua, yaitu dipetik dengan tempo 3/4 dalam satu birama, dilanjutkan dengan teknik triplet. Pola ketiga, yaitu ending dari garapan Fantasi X, dimana kata X dalam garapan ini dipakai kembali dalam konteks musikalitas garap penata, dipadupadankan dengan teknik polymeter dan polyrhythm. Motif-motif ini dibuat secara sadar dan sistematis, yang kemudian dikombinasikan antara motif instrumen satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, permainan pada bagian ini dapat menghasilkan rasa baru bagi para pendengarnya. Foto Pementasan Ujian Tugas Akhir (Dokumentasi Anak Agung Gde Agung Ariwamsa) Penutup Simpulan Berbagai proses yang dilalui hingga terwujudnya karyafantasi Xmenjadi sebuah karya musik yang utuh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Fantasi X merupakan sebuah garapan komposisi musik yang menekankan kebebasan dalam berkarya, terutama dari segi bentuk dan struktur lagu, namun masih tetap mengacu pada aturan konvensi. Hanya memakai bagian perbagian, dan menawarkan sebuah estetis baru pada eksistensi instrumen berdawai dalam konteks sebuah pertunjukan musik.

Karya ini diwujudkan melalui proses eksperimental dan motif-motif permainannya dibentuk secara sistematis, terdiri dari tiga bagian, bagian I mencerminkan imajinasi penata dengan mengeksplor masing-masing instrumen, bagian II mewakili basic dari instrumen tersebut, dan bagian III menggambarkan fantasi tersebut. Media ungkap yang digunakan adalah instrument erhu, biola, cello, rebab, penting, dimana semua instrumen tersebut merupakan kelompok instrument berdawai. Disajikan dalam bentuk konser karawitan dengan durasi kurang lebih 12 menit,dimainkan oleh 6 orang pemain. Saran-saran Dalam berkarya, ataupun menciptakan suatu karya seni tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, perlu proses yang panjang untuk mewujudkan suatu garapan yang berbobot. Hal ini memerlukan kepekaan dalam mengamati serta menafsirkan hal-hal yang menjadi pengaruh terwujudnya suatu karya komposisi musik. Adapun beberapa saran untuk berbagai pihak : 1. Panitia maupun penanggung jawab ujian tugas akhir (TA), agar lebih memfalitasi dan melayani dengan maksimal, agar para peserta ujian tidak kelabakan dalam mempersiapkan segala sesuatunya. 2. Untuk para calon komposer yang masih menuntut ilmu di Institut Seni Indonesia Denpasar, hendaknya lebih banyak menonton karya para senior, mendengarkan karyakarya tradisi maupun non-tradisi, berdiskusi dengan rekan-rekan institusi seni di daerah lain. Hal tersebut akan lebih membuka pola fikir kita, serta kita dapat mengetahuai dan menyadari sejauhmana musik gamelan kita dan musik-musik daerah lain berkembang. Janganlah cepat puas dan bangga dengan apa yang sudah kita capai sekarang. 3. Lewat karya Fantasi Xkiranya dapat memberikan motivasi bagi para calon composer maupun pencinta seni, agar tidak takut untuk berkreatifitas dan dan berimajinasi, karena dengan mengasah kemampuan pikiran kita untuk bebas berimajinasi, kita dapat membuat sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Dafatar Pustaka Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bassano, Mary. 2009.Terapi Musik dan Warna, Terj. Susilawati Hamsa & Hafiz Hidayat. Yogyakarta: Rumpun. Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius. Djelantik, A. A. M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid Estetika Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar.. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung :Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Hadi, Y. Sumandiyo. 1990. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Institut seni Indonesia Hardjana, Suka. 2003. Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta : Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia... 2004. Esai & Kritik Musik. Yogyakarta : Galang Pres. Sugiartha, I Gede Arya.2012. Kreatifitas Musik Bali Garapan Baru.Denpasar : UPT. Penerbitan ISI Denpasar Sukerta, Pande Made. 2011. Metode Penyusunan Karya Musik. Surakarta : Kementrian Pendidikan Nasional Program Pasca Sarjana, ISI Surakarta. Suweca, I Wayan. 2009. Estetika Karawitan. Denpasar: FSP ISI. Tim Penyusun Pedoman Tugas Akhir. 2015. Pedoman Tugas Akhir. Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar. Waridi. 2005. Menimbang Pendekatan Pengkajian & Penciptaa Musik Nusantara.Surakarta: Jurusan Karawitan bekerja sama dengan Program Pendidikan Pascasarjana dan STSI Press Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta.