SISTEM PENDIAGNOSA PENYAKIT ASMA PADA ANAK DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PAKAR DIAGNOSA DYSPEPSIA DENGAN CERTAINTY FACTOR

Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM PADA BALITA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR DAN FORWARD CHAINING BERBASIS VISUAL BASIC

SISTEM PAKAR ASPHYXPERT UNTUK DIFERENSIAL DIAGNOSA DAN TATALAKSANA PENANGANAN DINI UNTUK PENYAKIT SESAK NAPAS. KHAIRUNNISA, S.Pd., M.

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas

SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE CEERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT ASMA DAN GANGGUAN PERNAFASAN (STUDI KASUS RUMAH SAKIT DOKTER SOETOMO)

PENERAPAN METODE CERTAINTY FACTOR DALAM MENDETEKSI DINI PENYAKIT TROPIS PADA BALITA

ANALISIS METODE SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JENIS PENYAKIT DALAM DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ANGGREK MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

APLIKASI WEB PADA SISTEM PAKAR FORWARD CHAININGUNTUK DETEKSI KERUSAKAN PC (PERSONAL COMPUTER)

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN SEPEDA MOTOR NON MATIC

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

APLIKASI SISTEM PAKAR TINGKAT DEPRESI PADA REMAJA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (Study Kasus di Puskesmas Campurdarat Tulungagung) SKRIPSI

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KELAMIN PADA PRIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA JENIS DYSLEXIA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan Metode CF (Certainty Factor)

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA)

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN TELEVISI BERWARNA

Sistem Pakar Untuk Mengetahui Gangguan Depresi Mayor Dengan Menggunakan Faktor Kepastian

APLIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT HEPATITIS MENGGUNAKAN J2ME DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

DIAGNOSIS PENYAKIT KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

SISTEM PAKAR PENDIAGNOSIS PENYAKIT PADA SISTEM ENDOKRIN MANUSIA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR. Iwan Kurniawan

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT SYARAF PADA WAJAH BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING

Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan

JURNAL. Detection of demage smartphone in fortuna cell

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA ANAK USIA 0-36 BULAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (CF) Kunto Nashiruddin Ahmad ( ) 2

PENERAPAN METODE FORWARD CHAINING PADA PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL DEMAM BERDARAH

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Hal ini yang

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR PENYAKIT KULIT PADA ANAK DENGAN METODE EXPERT SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT CABAI PAPRIKA BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Demam Typhoid dan Demam Berdarah Dengue dengan Metode Forward Chaining

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu seorang pakar/ahli dalam mendiagnosa berbagai macam

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

TUGAS AKHIR APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN KERUSAKAN PADA PERANGKAT MONITOR DENGAN METODE FORWARD CHAINING OLEH :

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA AWAL PENYAKIT THT

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA KUCING DENGAN METODE CASE BASED REASONING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID

Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia

TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

BAB I PENDAHULUAN. besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS MOBILE

PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT ANAK DAN PENANGANANNYA DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PARU-PARU DENGAN METODE FORWARD CHAINING

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IMPLEMENTASI METODE FORWARD CHAINING PADA APLIKASI SISTEM PAKAR MENDETEKSI JENIS KULIT WAJAH WANITA

APLIKASI SISTEM PAKAR DETEKSI DINI PADA PENYAKIT TUBERKULOSIS

PERANCANGAN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI JENIS MAKANAN DIET SEHAT BAGI PENDERITA HIPERKOLESTEROL

UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN

PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENGANALISIS PENGARUH RELAKSASI MANAJEMEN STRES

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT KANDUNGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar adalah program AI yang menggabungkan basis pengetahuan

(hiperglisemia) yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Sedangkan terapi dalam bidang farmakologi kedokteran mempelajari bagaimana penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

Transkripsi:

SISTEM PENDIAGNOSA PENYAKIT ASMA PADA ANAK DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR Joan Angelina Widians 1), Ikrimah Hidayati 2) 1), 2) Teknik Informatika FTIK Universitas Mulawarman Samarinda Jl. Barong Tongkok, Kampus Gunung Kelua, Telp.0541-735133 Samarinda Email : angelove779@gmail.com 1), ikrimahhidayati@yahoo.com 2) Abstrak Asma merupakan penyakit dengan keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas. Sistem pendiagnosa penyakit asma pada anak ini dibuat dengan metode Certainty Factor dengan inferensi runut maju atau Forward Chaining berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien usia 0 hingga 13 tahun untuk menentukan jenis penyakit asma yang diderita. Hasil penelitian ini berupa informasi mengenai kondisi pasien yang terkena asma beserta solusi pencegahan dan penyembuhannya. Kata kunci: expert sistem, asthma, certainty factor, forward chaining 1. Pendahuluan Penyakit asma merupakan penyakit lima besar penyebab kematian di dunia yang bervariasi antara 5-30% (berkisar 17,4%). Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2-5 % penduduk Indonesia menderita asma. Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2003. DKI Jakarta memiliki prevalensi asma yang lebih besar yaitu 7,5% pada tahun 2007. Penyakit asma berasal dari keturunan sebesar 30 % dan 70 % disebabkan oleh berbagai faktor lainnya. Departemen Kesehatan memperkirakan penyakit asma termasuk 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di RS dan diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita asma. Angka kejadian asma pada anak dan bayi sekitar 10-85% dan lebih tinggi dibandingkan oleh orang dewasa (10-45%). Pada anak, penyakit asama dapat mempengaruhi masa pertumbuhan, karena anak yang menderita asma sering mengalami kambuh sehingga dapat menurunkan prestasi belajar di sekolah. Prevalensi asma di perkotaan umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan, karena pola hidup di kota besar meningkatkan risiko terjadinya asma [1]. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan bagi para dokter yang berpengalaman untuk mendokumentasikan ilmu dan pengalamannya. Dokumentasi tersebut dapat dituangkan dalam sebuah sistem yang menggunakan kecerdasan buatan dan basis pengetahuan untuk berperan sebagai konsultan dalam membantu dokter untuk mendiagnosa berbagai macam penyakit. Sistem ini disebut dengan sistem pakar. Sistem pakar adalah suatu sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta,dan teknik penalaran dalam memecahkan suatu masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut. Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan masalah. Beberapa aktivitas pemecahan masalah yang dimaksud antara lain adalah pembuatan keputusan, pemanduan pengetahuan, pembuatan desain, perencanaan, prakiraan, pengaturan, pengendalian, diagnosis, perumusan, penjelasan, pemberian nasihat, dan pelatihan [2]. Penelitian yang relevan dapat memberikan perbandingan pada penelitian yang sudah ada, dengan tujuan untuk membuat pengembangan penelitian. Pada penelitian Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma yang dilakukan Rachmawati di tahun 2012 menunjukkan aplikasi sistem pakar ditujukan untuk membantu tenaga penyuluh dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam mendeteksi dini gejala penyakit asma serta solusi pengobatannya [3]. Sedangkan sistem pakar penyakit asma yang dibangun dalam penelitian ini adalah sistem pakar untuk membantu pasien penderita asma pada anak-anak dengan metode Certainty Factor (CF) untuk mengetahui jenis penyakit asma berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien serta mendapatkan solusi penanganannya. 2. Pembahasan Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manisfestasi berupa serangan asma. Asma ditandai oleh adanya 3 kelainan yakni konstruksi otot 3.4-31

bronkus, inflamasi mukosa, dan bertambahnya sekret di jalan napas. Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat adema dan sekresi bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah, inflitrasi sel eosinofil dalam sekret di dalam lumen saluran napas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin basal, hyperplasia serat elasin, juga hyperplasia dan hipertrofi otot bronkus. Pada serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronkus oleh mukus yang kental [4]. Klasifikasi Asma dibagi menjadi tiga jenis yaitu Asma Episodik Jarang, Asma Episodik Sering dan Asma Persisten. Pada Asma Episodik Jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran napas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim, jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, di luar serangan tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Pada Asma Episodik Sering, serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusnya. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekuensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1-2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi. Pada Asma Persisten, serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan, sebelum umur 3 tahun dan terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama, setelahnya serangan episodik. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari, malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering mengebabkan mengi. Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit. Terdapat juga golongan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waktu. biasanya setelah mendapatkan penanganan anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan napas mencapai puncaknya pasa umur 8-14 tahun, baru kemudian biasanya terjadi perubahan [5]. Arsitektur sistem pendiagnosa penyakit asma pada anak dapat dilihat pada gambar 1. Dalam arsitektur tersebut menjelaskan gambaran umum dari sistem yang dibangun dengan dua lingkungan yaitu lingkungan konsultasi dan lingkungan pengembangan. Pada lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar. Sedangkan pada lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan seorang pakar untuk memperoleh pengetahuan dari pakar. Komponen yang terlibat pada pembuatan sistem pendiagnosa asma pada anak yaitu antar muka pengguna atau user interface, akuisisi pengetahuan, basis pengetahuan, mesin inferensi, workplace, fasilitas penjelasan, dan perbaikan pengetahuan. User interface merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk berkomunikasi untuk mendapatkan hasil atau solusi. Komponen akuisisi pengetahuan merupakan komponen akumulasi, transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program komputer. Dalam komponen ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan dari seorang pakar yaitu dr. Hendra, S.Pa, seorang dokter spesialis anak di Apotek Kimia Farma, Jalan Pangeran Antasari, Samarinda. Transformasi akuisisi pengetahuan tersebut selanjutnya ditransfer dalam basis pengetahuan. Basis pengetahuan berisikan pengetahuan untuk pemahaman formulasi dan penyelesaian masalah. Dimana komponen basis pengetahuan disusun berdasarkan fakta dan aturan. Mesin inferensi mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan masalah. Mesin inferensi dalam penelitian ini menggunakan runut maju atau Forward chaining. Forward Chaining adalah pendekatan yang dimulai dari fakta atau data yang sesuai dengan aturan atau rule, sehingga dikenal sebagai datadriven. Workplace merupakan area dari sekumpulan memori kerja atau working memory. Workplace digunakan untuk merekam hasil antara fakta dan kesimpulan yang diperoleh. Ada tiga hal yang direkam dalam workplace, yaitu rencana, agenda, dan solusi. Komponen fasilitas penjelasan merupakan komponen yang dapat menjelaskan penalaran sistem kepada pemakai. Sedangkan komponen perbaikan pengetahuan adalah komponen pengembangan 3.4-32

sistem untuk meningkatkan kinerja kemampuan aplikasi sistem pakar yang dibangun secara komputerisasi, sehingga aplikasi mampu menganalisis penyebab keberhasilan ataupun kegagalan yang akan terjadi. CF(H,E) = MB(H,E) MD(H,E)...(1) Keterangan : CF(H,E) : CF dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. MB(H,E) : Ukuran keyakinan terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. MD(H,E) : Ukuran ketidakyakinan terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E Selain kaidah Certainty Factor tersebut, terdapat pula kaidah CF yang diperoleh dari beberapa premis pada sebuah aturan atau rule. Perhitungan CF tersebut dapat dilihat pada persamaan (2), persamaan (3) dan persamaan (4). Jika E1 And E2 maka : CF = min [CF(H,E 1 ), CF (H,E 2 )]...(2) Gambar 1. Arsitektur Sistem Pakar [6] Sistem pendiagnosa yang dibangun dalam penelitian ini adalah sistem pakar untuk membantu pasien anak-anak penderita asma agar dapat menentukan jenis penyakitnya berdasarkan gejala-gejala yang dialami serta mendapatkan solusi penanganannya. Pengguna diminta untuk memasukkan gejala-gejala yang dialami. Kemudian data akan diolah oleh mesin inferensi secara runut maju atau Forward Chaining berdasarkan basis pengetahuan dari seorang pakar spesialis penyakit anak. Seringkali pemecahan masalah dihadapkan pada permasalahan yang tidak dapat dimodelkan secara lengkap dan mengandung ketidakpastian. Penelitian ini menggunakan metode Certainty Factor. Certainty Factor merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menangani masalah ketidakpastian. Kelebihan dari metode ini adalah mampu bekerja dengan ketidakpastian yang sifatnya subjektif karena pemodelannya yang didasarkan pada pemikiran pakar. Certainty Factor menyatakan kepercayaan dalam sebuah kejadian berupa fakta atau hipotesis berdasarkan bukti atau penilaian dari seorang pakar [7]. Jika E1 OR E2 maka : CF = max [CF(H,E 1 ), CF (H,E 2 )]...(3) Formula dasar CF dari suatu rule adalah : CF (H,e) = CF (E,e) CF(H,E)...(4) Dari hasil identifikasi oleh pakar dihasilkan 21 (dua puluh satu) gejala dalam penyakit Asma pada anak dengan disertai nilai faktor kepastian atau nilai CF. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel 1 yang merupakan tabel representasi gejala penyakit asma beserta nilai CF. Certainty Factor menggunakan suatu nilai untuk mengasumsikan derajat keyakinan seorang pakar terhadap suatu data. Certainty Factor juga digunakan untuk menentukan nilai keyakinan atas fakta awal yang diberikan pengguna. Dalam Certainty Factor, data-data kualitatif direpresentasikan sebagai derajat keyakinan dan ketidakyakinan yang tercantum pada persamaan (1). 3.4-33

Tabel 1.Tabel Representasi Gejala Penyakit Asma pada anak id_ Nilai CF Deskripsi Gejala gejala G1 Produksi lendir 0.4 berlebih G2 Pernapasan cepat 0.5 dan dangkal G3 Sesak napas 0.6 G4 Batuk < 1 minggu 0.6 G5 Mengi 3-4 hari 0.6 G6 Serangan terjadi 3-0.7 4x setahun dengan lama serangan < 1 minggu G7 Gejala timbul pada 0.7 malam hari G8 Terdapat pada usia 0.5 3-6 tahun G9 Batuk 10-14 hari 0.7 G10 Mengi > 3-4 hari 0.7 G11 Sesak napas tiap 0.8 terjadi batuk dan mengi G12 Batuk dan mengi pada malam hari 0.8 dan mengganggu tidur G13 Hay fever 0.7 G14 Terjadi pada usia < 0.6 3 tahun G15 Serangan terjadi 3-4x setahun dengan lama serangan > 1 minggu 0.8 G16 Mengi pada 2 0.7 tahun pertama G17 Batuk dan mengi 0.8 hampir pada malam/dini hari dan mengganggu tidur G18 Aktivitas 0.8 terganggu oleh batuk dan mengi G19 Sering terjadi 0.8 serangan tiap melakukan aktivitas berlebih. G20 Terjadi pada umur 0.6 6 bulan atau < 3 tahun G21 Gangguan pertumbuhan 0.7 Setiap jenis penyakit asma memiliki gajala-gejala tersendiri. Decision tree dari penyakit Asma pada anak dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Decision Tree penyakit asma pada anak Keterangan : P1 : Asma Episodik Jarang P2 : Asma Episodik Sering P3 : Asma Persisten Aplikasi sistem pendiagnosa penyakit Asma pada anak menyediakan user interface untuk pakar dan pengguna. User interface untuk pakar memberikan fasilitas akuisisi dan perubahan rule, sedangkan untuk pengguna berupa fasilitas untuk konsultasi. Aplikasi ini dimisalkan akan melakukan diagnosa pada seorang pasien anak dengan usia 3 (tiga) tahun yang memiliki gejala 2 atau 9 atau 10 atau 15 atau gejala 17. Berdasarkan fakta tersebut akan dilakukan perhitungan CF untuk menentukan suatu penyakit asma pada anak berdasarkan gejala yang dialami pasien. Diketahui : CF pernapasan cepat dan dangkal 0.5 CF gejala batuk 10-14 hari sebesar 0.7 CF mengi lebih dari 3-4hari sebesar 0.7 CF gejala serangan terjadi 3-4 kali setahun dengan lama serangan > 1 minggu sebesar 0.8 3.4-34

CF gejala batuk dan mengi hampir pada malam / dini hari dan mengganggu tidur sebesar 0.8 CF asma persisten sebesar 0.8 Perhitungan manual yang dilakukan adalah sebagai berikut : CF (E,e) = max [ (0.5),(0.7), (0.7), (0.8), (0.8) ] CF (E,e) = 0.8 CF (H,E) = 0.8 CF(H,e) = CF (E,e) CF(H,E) = 0.8 * 0.8 = 0.64 Hasil perhitungan bahwa pasien terkena asma persisten sebesar 0.64 dan persentase terkena penyakit asma persisten ini sebesar 64%. Gambar 3 merupakan form hasil konsultasi yang diperoleh sesuai dengan hasil perhitungan secara manual. Pada aplikasi pengguna memasukkan gejala yang dialami pasien. Aplikasi sistem pendiagnosa penyakit asma pada anak ini diperoleh hasil diagnosa bahwa pasien tersebut mengalami asma Persisten sebesar 0,64 atau 64%. Gambar 4. Detail Hasil Konsultasi Hasil implementasi aplikasi menunjukkan diagnosa awal penyakit asma pada anak disertai dengan penjelasan tindakan pengobatannya. Namun peneliti belum melakukan pengujian sistem sehingga hasil konsultasi penyakit asma pada anak ini belum dapat menunjukkan tingkat validitas yang sesuai dengan hasil diagnosis pakar. 3. Kesimpulan Sistem pendiagnosa penyakit asma pada anak ini menggunakan metode Certainty Factor untuk diagnosa awal penyakit asma pada anak berdasarkan gejala-gejalanya dengan menggunakan inferensi forward chaining. Implementasi dari sistem pendiagnosa penyakit asma pada anak ini dapat membantu pasien dan dokter dalam mendiagnosa awal gejala yang mengarah pada penyakit asma dan menghasilkan solusi agar gejala tidak kambuh lagi, sehingga dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan. Gambar 3. Form Hasil Konsultasi Detail hasil konsultasi di aplikasi sistem pendiagnosa asma pada anak ini dilengkapi dengan solusi pengobatannya. Detail hasil konsultasi dapat dilihat pada gambar 4. Daftar Pustaka [1] Oemiati R., Sihombing M., Qomariah, Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma di Indonesia, Jakarta, Depkes RI, 2010. [2] Kusrini, Sistem Pakar Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, Andi Offset, 2006. [3] Rachmawati, Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma, Garut, Sekolah Tinggi Teknologi Garut, 2012. [4] Ngastiyah, Perawatan anak sakit, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005. [5] Newman, W.A. Dorland, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008. [6] Turban, E, Jay, E.A.,"Decision Support System and Intelligent Sistem", six edition, New Jersey, Prentice Hall International, Inc,2005. [7] Giarratano,J., Gary,R.,"Expert Systems : Principles and Programming, Edisi 4, Canada, PWS Publishing Company,2005. 3.4-35

Biodata Penulis Joan Angelina Widians, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Sistem Informasi STMIK Widya Cipta Dharma Samarinda, lulus tahun 2002. Memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komputer Universitas Gajah Mada Yogyakarta, lulus tahun 2008. Saat ini menjadi Dosen di FTIK Universitas Mulawarman Samarinda. Ikrimah Hidayati, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika FTIK Universitas Mulawarman Samarinda, lulus tahun 2014. 3.4-36