BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Syariah. Penelitian

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Secara harfiah metodik itu berasal dari kata metode (method). Metode

BAB III METODE PENELITIAN. proses kreatif proses kreatif program acara Young Creative di Balikpapan Televisi.

BAB III METODE PENELITIAN. diuraikan secara aplikatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah praktik Murabahah yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. program pelatihan dengan mendeskripsikan hasil temuan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bernama komunitas kandank jurank doank.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. landasan untuk menjawab masalah penelitian. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian. Menurut Bogdan dan Taylor

Pendapat lain menurut Sugiyono (2010, hlm. 50) bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. inilah yang dijadikan tempat berkumpulnya Virginity Jogja pada waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan konstruktivis dan metodologi riset kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dampak facebook terhadap perubahan pola komunikasi antar pribadi mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. Pacitan. Pemilihan lokasi penelitian ini karena SMAN 1 Ngadirojo. berbagai prestasi yang diraih oleh siswa dan guru.

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan metode kualitatif. Penelitian deskriptif (descriptive research)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data deskripstif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. oleh subjek penelitian secara holistik, dan mendeskripsikannya dalam bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap ritual sebagai syarat pengambilan sarang burung walet terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 33

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian. kualitatif yang bersifat deskriptif untuk memandu peneliti dalam

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivis. Menurut Moleong (2005:6) penelitian ini merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Selain itu menurut Pawito (2007:25), penelitian dengan menggunakan paradigma penelitian konstruktivis, merupakan penelitian yang berpendekatan sosio-psikologis karena sifat penelitian yang berhubungan dengan pernyataan (expression), pendapat (opinion), sikap, persepsi, kognisi, interaksi, dan pengaruh (effect) yang merupakan perhatian penting dari tradisi sosio-psikologis. Tradisi ini menolak pandangan bahwa orang berpikir (selalu) rasional; bahwa individuindividu mengetahui (betul-betul) tentang apa yang mereka pikirkan dan harapkan; dan bahwa persepsi merupakan jalan yang mulus untuk melihat realitas. Menurut Bungin (2008:68) paradigma penelitian konstruktivis disebut juga sebagai paradigma penelitian kualitatif deskriptif saja. Penelitian dengan format ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas tersebut 58

59 ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan oleh peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian dan mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian dan cara-cara yang digunakan dalam mengintepretasikan temuan. Dalam konteks desain penelitian, pemilihan paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan member pedoman seluruh proses penelitian (Guba:86). 3.2. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Strategi Komunikasi Pemasaran Politik yang digunakan oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto dalam membentuk Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum 2014. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian ini dengan melihat suatu ungkapan yang berkaitan dengan proses pembentukan personal branding melalui strategi komunikasi pemasaran politik yang diterapkan oleh tim media dan komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Daymon & Holloway, bahwa Studi Kasus adalah sebuah strategi penelitian dengan berbagai sumber bukti (bukti kualitatif,

60 kuantitatif, maupun gabungan antara keduanya) dari sebuah satuan pengamatan yang dibatasi waktu dan tempat tertentu. Kasus yang diangkat bisa berupa organisasi, sekelompok orang sebagai kesatuan sosial atau kelompok kerja, komunitas, sebuah peristiwa (event), suatu proses, isu, atau kampanye (Daymon & Holloway, 2008). Studi kasus adalah pengujian intensif, menggunakan berbagai sumber bukti (yang dapat menjadi data kualitatif, kuantitatif, atau keduanya) terhadap satu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada umumnya, studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi, kasus-nya mungkin individu, sebuah organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu, maupun kampanye (Daymon and Holloway, 2008:162). Studi kasus lazimnya dihubungkan dengan penyelidikan intensif terhadap sebuah lokasi, organisasi, atau kampanye. Studi kasus adalah pengujian intensif dengan menggunakan berbagi sumber bukti (yang bisa jadi kualitatif, kuantitatif, atau kedua-duanya), terhadap satu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu (Kasali,2008:162). Studi kasus dapat dibedakan dalam beberapa tipe (Poerwandari,2007:125) yaitu: a. Studi kasus intrinsik yaitu penelitian yang dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Penelitian dilakukan untuk memahami secara utuh kasusu tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk

61 menghasilkan konsep-konsep atau teori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi. b. Studi kasus instrumental yaitu penelitian pada suatu kasus unik tertentu, dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk mengembangkan, memperhalus teori. c. Studi kasus kolektif yaitu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk mempelajari fenomena/populasi/kondisi umum dengan lebih mendalam. Karena menyangkut kasus majemuk dengan focus bak did lam tiap kasus maupun antar kasus, studi kasus ini sering juga disebut sebagai studi kasus majemuk, atau studi kasus yang komparatif. Dalam penelitian ini, studi kasus yang digunakan adalah studi kasus intrinsik yaitu penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Menurut Kriyantono (2006:65-66), studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam instrumen pengumpulan data. Karena itu, periset dapat menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi-dokumentasi, kuesioner (hasil survei), rekaman, bukti-bukti fisik, dan lainnya.

62 Menurut Mulyana (2001:201), studi kasus periset berupaya secara seksama dan dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Karena itu, studi kasus mempunyai ciri-ciri : a. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program, atau fenomena tertentu. b. Deskriptif. Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dan topik yang diteliti. c. Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru, merupakan tujuan dari studi kasus. d. Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta dilapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori. Menurut Robert K.Yin (2006:1-2), studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how (bagaimana) atau why (mengapa), bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana kasus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) didalam konteks kehidupan nyata. Selain itu penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu studi-studi kasus eksplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Dalam

63 penggunaannya, peneliti studi kasus perlu memusatkan perhatian pada aspek pendekatan yang digunakan. Sebagaimana halnya dengan tipe pertanyaan apakah tampaknya lebih sesuai untuk strategi survei atau analisis rekaman-rekaman arsip. Strategi-strategi ini menguntungkan bilamana tujuan penelitiannya adalah mendeskripsikan kejadian atau kelaziman suatu fenomena atau jika berkenaan dengan memprediksi hasil-hasil tertentu. Penelitian sikap-sikap politis yang umum dapat dijadikan contoh dalam hal ini. Pertanyaan bagaimana dan mengapa pada dasarnya lebih eksplanatoris dan lebih mengarah kepada penggunaan strategi-strategi studi kasus, historis, dan eksperimen. Hal ini disebabkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini berkenaan dengan kaitan-kaitan operasional yang menuntut pelacakan waktu tersendiri, dan bukan sekedar frekuensi atau kemunculan. Kesimpulannya, kondisi pertama dan terpenting untuk membedakan berbagai strategi penelitian ialah identifikasi tipe pertanyaan penelitian yang diajukan sejak awal. Pada umumnya pertanyaan apakah bisa eksploratoris (bisa menggunakan strategi yang manapun) dan bisa lainnya (menggunakan survei atau analisa rekaman arsip). Pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa tampaknya lebih cocok untuk studi kasus, eksperimen, ataupun historis.

64 3.4. Informan Yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah : - Informan Pokok Informan pokok pada penelitian ini adalah Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto - Informan Kunci Informan kunci pada penelitian ini adalah Pakar Komunikasi Politik 3.5. Teknik Pengumpulan Data Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong,2004:112). Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Karena itu peneliti harus berinteraksi dengan sumber data (Sugiyono,2008:11). Suatu wawancara yang dilakukan, menurut Lindlof dan Taylor bertujuan untuk mengetahui perspektif mereka terhadap suatu pandangan memperoleh kembali pengalaman masa lampau, memperoleh kemampuan pengetahuan dan informasi, mendapatkan deskripsi peristiwa atau kejadian yang secara normal tidak tersedia untuk observasi, megetahui hubungan yang sensitive dan intim, atau menganalisis kepastian suatu wacana (Hariyanto,2005).

65 - Wawancara Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interviews). Menurut Kriyantono (2006:63-64), dalam wawancara mendalam (depth interviews) periset melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden. Karena itu, responden disebut juga informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari sekali, maka disebut juga intensive interviews. Wawancara mendalam ini memungkinkan periset untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban informan, yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya. Data primer dapat diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) dengan subjek penelitian untuk mendapatkan informasi dan studi dokumen. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk memahami data-data seusai pemahaman para pelaku atau subjek yang diteliti. Seperti yang dikatakan Bungin, wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang handal. Dengan wawancara mendalam dapat digali apa yang tersembunyi di Sanubari seseorang, apakah menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan (Hariyanto,2005). Wawancara tak terstruktur sering juga disebut dengan wawancara mendalam. Wawancara tidak terstruktur ini mirip dengan percakapan informal. Metode ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu, informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Wawancara tidak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan

66 dan susunan kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara (Mulyana,2003:181). -Observasi Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung obyek yang diteliti. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi nonpartisipan. Menurut Kriyantono (2006:64), observasi nonpartisipan merupakan observasi dimana periset tidak memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti. Observasi ini sering dipadu dengan wawancara mendalam. Teknik observasi atau pengamatan. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta dan tidak berperan serta. Pengamat berperan serta melakukan dua peranan sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi kelompok yang diamatinya. Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek dan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal-hal yang dilakukan oleh mereka (Moleong,2004:126). - Literature Pengumpulan data ini dilakukan melalui pengumpulan materi seperti buku, jurnal penelitian, dll. Data ini dapat diperoleh melalui studi kepustakaan. Dalam penelitian ini, data-data ini diperoleh dengan melakukan studi literature,

67 majalah-majalah, surat kabar-surat kabar, artikel-artikel, jurnal-jurnal, dan lainlain yang memiliki ketertarikan dengan penelitian ini. - Dokumentasi Pengumpulan data ini dilakukan melalui foto-foto, dll. 3.6. Teknik Analisa Data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian data akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan-lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan-berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut (Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 2007:17). Penarikan kesimpulan, hanya sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasin yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data, harus di uji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Jika tidak demikian yang dimiliki adalah cita-cita yang menarik mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya. Tiga hal yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, guna membangun wawasan

68 umum yang disebut analisis. Tiga hal utama ini dapat dilihat pada gambar bagan 2. Dalam pandangan ini, tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif (Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 2007:19). Reduksi Data Pengumpulan Data Penyajian Data Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan Kesimpulan /Verifikasi Gambar Bagan 2. Komponen-Komponen Analisis Data : Model Interaktif Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong,2004:103). Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dan dokumen-dokumen. Dalam penelitian kualitatif ini data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi). Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data ada di dalam tiga tahap yaitu data reduction, data display, dan conclusion (Sugiyono,2008:246).

69 1. Reduksi Data (Data Reduction) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, karena itu perlu dicatat secara teliti dan final. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan (Sugiyono,2008:247). 2. Penyajian Data (Data Display) Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) menyatakan bahwa bentuk yang paling sering digunakan untuk menyajiakan data kualitatif adalah teks yang bersifat narasi (Sugiyono,2008:249). 3. Penarikan kesimpulan (Conclusion) Langkah ketiga dalam data kualitatif menurut Miles dan Huberman (1984) adalah penarikan kesimpulan (Sugiyono,2008:252). Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat juga berupa hubungan kausal atau interaktif, dan hipotesis atau teori (Sugiyono,2008:252).

70 Setelah melakukan analisis data, data diinterpretasikan dengan melakukan korelasi terhadap teori yang ada. Selama proses interpretasi data, tetap dilakukan studi kepustakaan terutama untuk melakukan konfirmasi terhadap teori. 3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Menurut Kriyantono (2006:388-389), analisis data dalam pendekatan kualitatif konstruktivis didahului oleh upaya mengungkap trustworthiness dari para subjek penelitian. Yaitu menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap realitas. Trustworthiness ini diuji melalui pengujian: credibility subjek, dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Berikutnya adalah menguji authenticity, ysitu peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail. Selanjutnya peneliti melakukan triangulation analysis, yaitu menganalisis jawaban subjek penelitian dengan meneliti autentisitasnya berdasar data empiris yang ada. Peneliti menjadi fasilitator untuk menguji keabsahan setiap jawaban berdasarkan dokumen atau data lain, serta reasoning yang logis. Tahapan berikutnya adalah melakukan intersubjectivity analysis. Artinya semua pandangan, pendapat ataupun data dari suatu subjek penelitian, didialogkan dengan pendapat, pandangan, ataupun data dari subjek lainnya. Menurut Robert K.Yin (2006:3-4), dalam pengerjaan laporan studi kasus berkaitan dengan keseluruhan kualitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu perlu untuk diadakannya peninjauan kembali naskah laporan tersebut yang

71 bertujuan untuk mengukur validitas data penelitian yang diperoleh. Dari sudut metodologi, perbaikan-perbaikan yang dibuat melalui prosedur untuk mengukur validitas ini, dapat mengembangkan ketepatan studi kasus tersebut, disamping juga meningkatkan validitas konstruk penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kemungkinan pelaporan yang salah dari suatu peristiwa hendaknya dikurangi. Selain itu jika tidak ada kebenaran objektif yang mungkin muncul lagi, sebagaimana ketika partisipan yang berlainan bahkan mempunyai penafsiran yang berbeda terhadap peristiwa yang sama, prosedur tersebut hendaknya membantu untuk mengidentifikasi berbagai perspektif, yang selanjutnya dapat disajikan dalam laporan studi kasus peneliti. Lima karakteristik umum dari suatu studi kasus yang valid menurut Robert K. Yin yaitu : a. Studi kasus harus signifikan : adanya suatu situasi dimana perkembangan temuan ataupun teorinya diperoleh dalam studi kasus yang sama, seperti dalam studi multi kasus yang masing-masing kasus individualnya memunculkan temuan tetapi replika lintas kasusnya juga memberikan pemecahan teoritis yang signifikan. b. Studi kasus harus lengkap : cara terbaik adalah menunjukkan, melalui baik argumentasi logika ataupun penyajian bukti, bahwa jika ujung analisisnya dicapai, informasi tersebut merupakan pengurangan relevansi studi kasus yang diteliti oleh peneliti. c. Studi kasus harus mempertimbangkan perspektif alternatif : perspektif ini dapat ditemukan dalam pandangan-pandangan budaya alternatif, teori-teori

72 yang berlainan, variasi-variasi diantara masyarakat atau para pembuat keputusan yang menjadi bagian dari studi kasus yang diteliti oleh peneliti atau perbedaan-perbedaan sejenis lainnya. d. Studi kasus harus menampilkan bukti yang memadai : penampilan bukti yang memadai harus diikuti oleh beberapa indikasi yang diperhatikan oleh peneliti tentang validitas bukti yang ditemukan oleh peneliti. Sejumlah catatan kaki dapat dilakukan, beberapa kata dalam pembukaan studi kasus tersebut dapat mencakup pengvalidasian penting, atau catatan-catatan ke arah tabel atau gambar. e. Studi kasus harus ditulis dengan cara yang menarik : peneliti yang baik akan berpikir bahwa studi kasus harus berisi konklusi-konklusi yang tuntas. Kegiatan ini harus menyebar ke keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan mengarah ke studi kasus yang patut dicontoh. Menurut Bungin (2001:257-258), teknik pemeriksaan keabsahan data ini dilakukan dengan menguraikan pola-pola, hubungan-hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema-tema atau penjelasan pembanding. Secara induktif dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lain untuk mengorganisasikan data yang dilakukan, dengan jalan memikirkan kemungkinan logis dengan melihat apakah kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat ditunjang dengan data. Jadi setiap data selalu dihubungkan dengan teori tertentu, dan jika memang secara logis ditemukan adanya korelasi teoritis maka data tersebut dijadikan dasar pengembangan analisis. Setiap data yang dipilih merupakan proses seleksi

73 terhadap triangulasi data, dimana data tersebut tidak hanya satu jenis data, tetapi terdiri atas beberapa teori. Contoh : sebuah data dari informan A, dapat dimasukkan sebagai fenomena komunikasi atau komunikasi politik, dan sebagainya. Pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada disebut sebagai triangulasi (Sugiyono,2008:241). Sedangkan triangulasi, menurut Moleong (2004), adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Sugiyono,2008:178). Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui suber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong,2004).