BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor keuangannya saja, namun juga dari faktor non-keuangan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, yaitu perusahaan dapat menyerap lapangan pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang di sekeliling yang menggunakannya. Akan tetapi sekarang hutan. emas dan batubara (Akuntan Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini masyarakat semakin peduli dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I. Pendahuluan. keuangan saja (single buttom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. direflesikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PANDAHULUAN. dan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, maka sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan perusahaan juga perlu mendapat perhatian lebih.

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. dari kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan didirikan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya yang hakiki, good corporate governance atau GCG

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan masyarakat pun memiliki kepentingan atas sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global warming telah menggerakkan pemerintah negara-negara maju dan berkembang untuk ambil bagian dalam menciptakan regulasi yang ramah lingkungan. Kemiskinan dan kerawanan sosial dianggap memiliki sumbangan yang besar dalam perusakan sumber daya alam. Oleh sebab itu, isu lingkungan tidak boleh dipisahkan dari isu sosial dan kemasyarakatan. Beberapa tahun terakhir Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan. Konsep tersebut muncul dari banyaknya kritikan yang disampaikan oleh masyarakat, pemerintah dan lembaga non-pemerintah seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengenai dampakdampak sosial dan lingkungan yang timbul dari aktivitas operasional perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggungjawab sosial perusahaan merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dalam mewujudkan tanggungjawab dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Dalam hal ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tetapi juga tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008). 1

2 Tujuan utama yang ingin dicapai oleh semua perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan seringkali mengabaikan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari aktivitas ekonomi perusahaan, padahal kegiatan yang dilakukan perusahaan berpotensi menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, terutama yang dirasakan pada masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan, seperti kasus yang terjadi di Indonesia yaitu tragedi lumpur panas di Sidoarjo yang disebabkan oleh perusahaan minyak dan gas, Lapindo Brantas Inc, limbah industri PT Wings Surya yang melampaui standar mutu pembuangan limbah cair yang merusak sekitar 18 hektar tanaman padi milik warga, PT Adi Makayasa yang ditutup sementara karena warga sekitar mengeluhkan polusi udara yang ditimbulkan dari aktivitas pabrik pupuk organik tersebut dan kasus penutupan tambang pasir besi PT. Aneka Tambang Cilacap, Jawa Tengah. Kegiatan pertambangan yang selama ini dilakukan PT. Aneka Tambang telah merusak lahan sehingga tidak mampu dimanfaatkan lagi oleh masyarakat sekitar (Handayani, 2014). Praktik dan pengungkapan CSR pada dasarnya apabila dilakukan secara berkesinambungan oleh perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Keterlibatan perusahaan atas tanggungjawab sosialnya dapat meningkatkan akses modal, memperbaiki kinerja keuangan, mengurangi biaya operasi, meningkatkan citra dan reputasi, meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas (Susanti dan Riharjo, 2013).

3 Tanggungjawab sosial perusahaan di era globalisasi saat ini semakin mendapatkan perhatian dari kalangan dunia usaha. Sejak era reformasi, masyarakat semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadaran baru terhadap perusahaan tentang pentingnya melaksanakan CSR (Daniri, 2008). Selain itu, dorongan perusahaan untuk melaksanakan CSR adalah karena adanya peraturan yang dikeluarkan pemerintah yaitu UU No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan, UU No. 40 pasal 66 ayat 2 dan pasal 74 tahun 2007 mengenai kewajiban tanggungjawab sosial perusahaan. Selain itu, Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No. 1 tahun 2009 tentang tanggungjawab atas laporan keuangan paragraf 09 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggungjawab mengenai masalah sosial dan lingkungan. Tujuan dikeluarkannya peraturan-peraturan tersebut, selain meregulasi perusahaan mengenai CSR, yaitu untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum, serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Good Corporate Governance (GCG). Dengan adanya standar yang dikeluarkan untuk praktik pelaporan CSR seharusnya dapat menjadikan pengungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai mandatory disclosure, sehingga pelaporan CSR akan lebih lengkap dan akurat. Perkembangan CSR di Indonesia telah mengalami peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya unit-unit bisnis yang melaporkan praktik CSR

4 dalam laporan tahunan (Fitria dan Hartanti, 2010). Selain itu, hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan di Indonesia yang menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) dalam melakukan pelaporan CSR (Darwin, 2007). Pedoman terbaru yang di keluarkan oleh GRI yaitu G4 Guidlines tahun 2013. Praktik dan pengungkapan CSR merupakan konsekuensi logis dari implementasi konsep Good Corporate Governance (GCG) yang prinsipnya antara lain menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders-nya sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerjasama yang aktif dengan stakeholders demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan (Utama, 2007). Selain itu, konsep GCG dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung terhadap praktik dan pengungkapan CSR. Good Corporate Governance (GCG) merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan dan stakeholders lainnya agar seimbang antara hak dan kewajibannya (FCGI, 2001). GCG bertujuan untuk mengatur perusahaan agar dapat menciptakan nilai tambah bagi semua stakeholders-nya. Perusahaan harus memperhatikan hal tersebut karena dalam operasionalnya perusahaan tidak hidup sendiri, melainkan bersama lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga lingkungannya agar secara timbal balik, baik perusahaan maupun masyarakat tidak ada yang dirugikan. Secara umum, terdapat 5 (lima) prinsip yang diperlukan dalam konsep GCG, yaitu accountability, responsibility, transparancy, independency dan

5 fairness. Kelima prinsip tersebut penting karena penerapan GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga mampu mengurangi aktivitas penyimpangan seperti rekayasa isi laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya (Kaihatu, 2006). Selain itu, prinsip responsibility dalam penerapan GCG juga dapat mendorong pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Dalam menjalankan implementasi konsep GCG, perusahaan dituntut tidak hanya memperhatikan nilai ekonomi dari kegiatannya saja, tetapi juga kepentingan stakeholders dan kepatuhan terhadap peraturan serta norma yang berlaku atas kegiatan yang dilakukan. Jadi semakin baik penerapan GCG maka semakin baik pengungkapan CSR perusahaan (Handayani, 2007). Penelitian yang menguji hubungan dan pengaruh antara GCG dan pengungkapan CSR telah banyak dilakukan di berbagai negara, baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satunya dilakukan oleh Susanti dan Riharjo (2013), dimana objek penelitiannya menggunakan 6 (enam) karakteristik GCG, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, keberadaan komite audit dan kepemilikan saham terkonsentrasi. Mengacu pada penelitian Susanti dan Riharjo (2013), peneliti hanya memfokuskan untuk meneliti variabel kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit. Hal ini dikarenakan terjadinya inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya.

6 Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, yayasan, perusahaan berbentuk perseroan (PT) dan institusi lainnya (Harsono, 2015). Hasil penelitian Susanti dan Riharjo (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian Iswandika, dkk. (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006). Dewan komisaris independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Hasil penelitian Susanti dan Riharjo (2013) menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian Harsono (2015) menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan auditor eksternal, auditor internal serta anggota independen, yang memiliki tugas untuk memberikan pengawasan audit,

7 memastikan manajemen melakukan tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009). Hasil penelitian Susanti dan Riharjo (2013) menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian Khasanah (2013) menunjukkan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Selain Good Corporate Governance (GCG), kualitas auditor juga dapat mempengaruhi pengungkapan CSR suatu perusahaan. Auditor yang berkualitas dapat melakukan pengawasan sacara lebih efektif terhadap biaya-biaya yang timbul dari aktivitas CSR dan memberikan saran serta rekomendasi mengenai item-item CSR apa saja yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Kualitas auditor antara KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil pasti memiliki perbedaan dari segi sumber daya dan teknologi yang dapat mempengaruhi hasil kerja atau kualitas auditnya (Benardi, et al., 2008). Hasil penelitian Benardi, et al., (2008) menunjukkan bahwa variabel kualitas KAP berpengaruh positif terhadap variasi luas pengungkapan tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Subroto (2003), Triyanto (2010), Hapsoro (2012) dan Iswandika, dkk (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, antara lain: (1) Menambahkan variabel kualitas audit; (2) Memodifikasi pengukuran variabel komite audit, dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan jumlah anggota komite audit dalam laporan tahunan, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kompetensi komite audit yang diukur dengan cara menghitung

8 jumlah anggota komite audit yang mempunyai latar belakang dan keahlian dalam bidang akuntansi dan/atau keuangan. Hal ini dikarenakan masih terlalu sedikit penelitian yang menggunakan proksi tersebut sehingga peneliti tertarik untuk menggunakan proksi tersebut; (3) Menambahkan variabel profitabilitas dan leverage sebagai variabel kontrol; dan (4) Menggunakan pedoman GRI versi G4 dalam menilai pengungkapan item CSR yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan judul Pengaruh Good Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility? 2) Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility? 3) Apakah kompetensi komite audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility? 4) Apakah kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility?

9 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. b) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. c) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah kompetensi komite audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. d) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 2. Kontribusi Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai pengungkapan corporate social responsibility dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menambah literature dalam mengkaji pengungkapan corporate social responsibility dengan menggunakan pedoman GRI versi G4.

10 b) Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya pertanggungjawaban ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dengan menggunakan pedoman GRI versi G4 sehingga dapat digunakan untuk strategi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan dan tata kelola perusahaan. c) Bagi pemerintah maupun pihak lain yang memiliki otoritas sebanding, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan informasi atau wacana mengingat belum adanya standar eksplisit untuk menentukan kebijkan yang jelas dan pasti dalam pelaksanaan pengungkapan corporate social responsibility bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.