I. PENDAHULUAN. pancasila dan UUD Dalam perjalanannya saat ini, banyak halangan yang

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pikiran, perasaan, mental, dan perilaku seseorang. 1

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KECERDASAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI PADA KORBAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

I.PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya, pada dasarnya narkoba hanya boleh di

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan penyalahgunaan narkotika saat ini sudah sangat

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

NARKOBA PADA SISWA SMK TUGAS OLEH : MUHAMMAD DAUD LATUCONSINA NIM :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional identik dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia telah lebih dari setengah abad membangun peradaban dan perilakunya dengan berlandaskan kemandirian budaya bangsa yang berideologi pancasila dan UUD 1945. Dalam perjalanannya saat ini, banyak halangan yang menghambat dan harus ditanggulangi.salah satu masalah yang merambah sejak tahun 1960 adalah berkembangnya penyalahgunaan narkotika. Proses penyelesaian tersebut telah ditetapkan bahwa ancaman bahaya penyalahgunaan Narkotika adalah merupakan ancaman Nasional yang perlu ditanggulangi sedini mungkin. Ancaman bahaya penyalahgunaan maupun peredaran gelap narkotika yang dapat menjadi penghambat bagi kelancaran pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Kata Narkotika berasal dari kata Narcosis yang berarti narkose atau menidurkan yaitu zat atau obat-obatan yang membiuskan. Dalam pengertian lain, Narkotika adalah zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral. Menurut UU RI No 35 tahun 2009 tentang jenis-jenis Narkotika yang dimaksud dengan Narkotika adalah Candu, Morphine, Heroin, Ganja, Kokain, dan Narkotika Semi Sintetis dan Sintetis. Narkotika semi sintetis merupakan hasil proses yang bahan-

2 bahannya dimodifikasi zat kimia yang terdapat dalam opium,sedangkan narkotika sintetis sebagai hasil produksi laboratorium yang pembuatannya sepenuhnya dari bahan kimia seperti methadone, meperidine (pethidine). Narkotika banyak sekali macamnya, ada yang berbentuk cair, padat, serbuk, daun-daun. Dampak negatif penyalahgunaan narkotika, Menurut definisi di atas, bahwa narkotika, jika disalahgunakan, sangat membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Bahkan, pada pemakaian dengan dosis berlebih atau yang dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa mengakibatkan kematian. Di balik dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif dalam bidang kedokteran jika digunakan sebagaimana mestinya, terutama untuk menyelamatkan jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, sehingga narkotika memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Kondisi sekarang ini menunjukan bahwa dunia adalah sebuah arena kompetisi yang luas, dimana persaingan dari masing-masing bangsa untuk menjadi bangsa yang terbaik. Untuk menjadi pemenang maka setiap bangsa harus senantiasa mengembangkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat bersaing dengan bangsa lain, menghadapi kondisi seperti ini maka upaya untuk senantiasa mengembangkan kemampuan bangsa mempertahankan hidupnya (ketahanan bangsa) adalah sebuah keharusan, tanpa kemampuan tersebut sebuah bangsa akan kalah dan mati. Secara langsung maupun tidak langsung akan dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Menyimak dari Pembukaan UUD 1945 Pemerintah Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

3 memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social Dari sinilah Sendi-sendi ketahanan bangsa akan berwujud dalam bentuk: ketahanan ideology, ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan budaya, ketahanan hankam. Dari enam ketahanan tersebut akan menjadikan sendi ketahanan bangsa yang akan menciptakan karakter bangsa yang kuat dengan sendirinya meningkatkan ketahanan bangsa. Ketahanan bangsa yang kuat adalah modal dasar pembangunan. Pengaruh penyalahgunaan narkotika terhadap karakter dan ketahanan bangsa berdampak negative yakni menghancurkan ketahanan bangsa/nasional, ketahanan daerah, keluarga dan ketahanan pribadi, narkotika bisa membuat hedonisme dan ideologi kebebasan tanpa batas, menurunnya patriotisme, nasionalisme dan semangat hankam bela negara, akibat narkotika malas berusaha, menurunkan produktifitas ekonomi, meningkatnya kriminalitas, dan lain-lain. Pelaku penyalahgunaan narkotika akan bersifat apatisme, patron politik kotor, dalam bidang sosial budaya menyebabkan dekadensi moral. Sehingga berakibat secara luas kepada bangsa, bangsa indonesia menjadi bangsa yang malas, bangsa yang tidak mampu berpikir,bangsa yang tidak memiliki kepribadian bangsa karena telah tercerabut dari karakter Pancasilanya sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah dan kalah (loser), melihat kondisi ini maka penyalahgunaan narkotika harus menjadi musuh bersama dan harus dinyatakan perang terhadap Penyalahgunaan Narkotika demi kelangsungan hidup bangsa.

4 Selama kurun waktu dua dasa warsa terakhir ini Indonesia telah menjadi salah satu negara yang dijadikan pasar utama dari jaringan sindikat peredaran Narkotika yang berdimensi internasional untuk tujuan-tujuan komersial. Untuk jaringan peredaran Narkotika di negara-negara Asia, Indonesia diperhitungakan sebagai pasar (market-state) yang paling prospektif secara komersial bagi sindikat internasioanl yang beroperasi di negara-negara sedang berkembang. Meningkatnya jumlah penyalahgunaan Narkotika dari tahun ke tahun tentunya tidak bisa dianggap masalah yang ringan, tetapi perlu dianggap serius agar penanggulangannya juga bisa dilakukan secara serius. Secara umum diakui bahwa permasalahan penyalahgunaan narkotika di Indonesia sangatlah kompleks, baik dilihat dari penyebabnya maupun penanganannya. Bila dilihat dari penyebab terjadinya, penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor faktor tersebut antara lain faktor letak geografi Indonesia, faktor ekonomi, faktor kemudahan memperoleh obat, faktor keluarga dan masyarakat, faktor kepribadian serta faktor fisik dari individu yang menyalahgunakannya. Dilihat dari letak geografi, Indonesia memang sangat beresiko menjadi sasaran pengedar Narkotika karena terletak di antara dua benua dan dua samudra. Di samping itu juga karena negara Indonesia adalah negara kepulauan dengan banyak pelabuhan yang memudahkan jaringan gelap dalam mengedarkan narkotika. Dari faktor ekonomi, keuntungan yang berlipat dari bisnis narkotika menyebabkan semakin maraknya bisnis ini di negeri kita. Untuk faktor kemudahan memperoleh Narkotika, saat ini di Indonesia narkotika bisa dengan mudah diperoleh baik di

5 tempat umum melalui para pengedar gelap dan serta di tempat tempat tertentu seperti diskotik yang banyak menawarkan dan menipu si korban agar mau mencoba dengan cara awalnya diberikan gratis dengan dalih pertemanan atau ingin menolong mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Menurut Kusumanto dan Saifun dalam Yongky, 2003. Faktor keluarga juga turut berperan dalam maraknya penyalahgunaan narkotika, akibat tuntutan kebutuhan hidup, kedua orang tua harus bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. Hal tersebut juga didukung oleh Hawari (2002) yang menyatakan bahwa alasan remaja menyalahgunakan narkotika adalah karena kehidupan keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang terlalu sibuk dan untuk lari dari masalah yang sedang dihadapi. Kurangnya contoh teladan dari orang tua dan kurangnya nilai disiplin di rumah membuat anak-anak cenderung bebas melakukan apa saja. Faktor lain yang juga menjadi penyebab banyaknya penyalahguna Narkotika adalah pola hidup masyarakat, akibat gaya hidup yang cenderung individualistis, saat ini kepedulian diantara anggota masyarakat terhadap anggota masyarakat lainnya menjadi sangat berkurang. Hal-hal tersebut membuat remaja akhirnya terjerumus kepada penyalahgunaan narkotika. Menurut Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung, perkembangan penyalahgunaan narkoba di Provinsi Lampung setiap waktu semakin berkembang dengan pesat dan pada saat ini telah memasuki masa yang sangat mengkhawatirkan terutama bagi perkembangan masa depan generasi muda. Jumlah kasus yang terungkap oleh pihak aparat keamanan cenderung terus meningkat, dengan jumlah korban pengguna yang semakin beragam, baik dari segi umur, latar belakang pendidikan, ataupun latar belakang pekerjaan. Lembaga

6 pemasyarakatan di Lampung 80 persen diisi narapidana kasus penyalahgunaan narkotika, baik sebagai bandar, pengedar, kurir, maupun pengguna. Letak geografis wilayah Propinsi Lampung,yang strategis khususnya wilayah Kabupaten Lampung Tengah, memungkinkan pelaku-pelaku kejahatan dapat melakukan kejahatan diwilayah ini, sehingga aparat kepolisian dalam hal ini Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah beserta jajarannya memerlukan kiatkiat khusus dan inovasi untuk dalam rangka mengatasi meminimalkan tindak pidana penyalahgunaan narkotika di wilayah hukum Polres Lampung Tengah sejalan dengan UU No. 2 Tahun 2002 pasal 13 tentang Kepolisian RI yang menyatakan bahwa kepolisian merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Permasalahan penyalahgunaan narkotika sangatlah kompleks dan melibatkan berbagai faktor dalam penanganan kasus penyalahgunaan Narkotika di wilyah hukum Polres Lampung Tengah ini dapat di lihat 5 tahun terakhir dari Januari 2009 sampai dengan Agustus 2013 telah menangani 122 kasus penyalahgunaan narkotika. Tabel. 1.1. Jumlah Penyalahgunaan Narkotika Lampung Tengah Periode Tahun 2009 s/d Tahun 2013 No Tahun Jumlah Penyalahgunaan Narkotika 1. 2009 26 Kasus 2. 2010 17 Kasus 3. 2011 14 Kasus 4. 2012 33 Kasus 2013 32 Kasus Jumlah 122 Kasus Sumber : database Badan Narkotika Nasional, 2014

7 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Kepala Satuan Reserse Narkotika Polres Lampung Tengah (AKP Ujang Saad, S.H.) 12 November 2013 yang mengatakan dalam satu hari saja seorang pengedar bisa mendapatkan uang yang sangat banyak karena harga Narkotika itu mahal. Satu pil ekstasi saja harganya rata rata 150.000 rupiah. Disamping faktor keuntungan, faktor sulitnya mendapatkan pekerjaan dan gaya hidup yang serba konsumtif juga merupakan faktor penyebab yang mendorong seseorang menjadi pengedar Narkotika. Bahkan Narkotika saat ini bisa ditemukan di kamar kos mahasiswa. Peredaran Narkotika dan obat-obatan terlarang khususnya di Lampung Tengah mulai marak ini terbukti pada 3 Juni lalu Satnarkotika Polres Lampung Tengah mengungkap kasus penyalahgunaan Narkotika tidak hanya pada kaum remaja tetapi juga melibatkan seorang calon anggota legislatif yang tertangkap di kamar nomor 209 Hotel Wisata, Kelurahan Bandarjaya Timur, ditangkap karena kedapatan memiliki satu paket sabu-sabu senilai Rp.400 ribu berikut alat pengisap (bong). (Sumber : Lampost, edisi 21 Juli 2013). Upaya pemberantasan narkotika sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkotika dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus Narkotika. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkotika pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi narkotika.

8 Narkotika adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkotika bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang sehingga mencari solusi penanggulangannya melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas lokal adalah sangat penting dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkotika dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkotika dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima. Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkotika atau juga mengurangi dampak dari bahaya pemakaian narkotika dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkotika adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented) karena hingga saat ini para pencandu narkotika tersebut pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Menyadari tingginya kasus dan potensi perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia melalui Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung bersama-sama dengan Kepolisian Daerah Lampung terus berupaya keras melakukan pencegahan dalam rangka mengatasi penyalahgunaan Narkotika di wilayah hukum Kepolisian Daerah Lampung secara umum dan daerah Lampung Tengah secara khusus. Untuk dapat melakukan pencegahan yang efektif adalah melalui penanggulangan masalah narkotika secara terintegrasi, terpadu, terarah, berencana dan berkelanjutan yang tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) SAT RES

9 Narkotika POLRES Lampung Tengah Tahun 2013 yang melalui Patnership Building diwujudkan dalam bentuk Program Lidik/Sidik Tindak Pidana Narkotika dan Program-Program BINLUH (Pembinaan dan Penyuluhan). Kepolisian membentuk program Kemitraan (Patnership Building ) berdasarkan dalam Skep Kapolri/737/X/2005, kepolisian membentuk Polmas mencangkup dua unsur yakni Perpolisian dan masyarakat dari tingkat Polsek sampai Polres. Partnership building dimaksudkan sebagai kegiatan membangun kemitraan polisi-masyarakat dalam mewujudkan Kamtibmas. Sebagai strategi mencapai partnership building maka implementasi Polmas menekankan kemitraan polisimasyarakat dalam menyelesaikan setiap permasalahan Kamtibmas. Sehingga harapan bahwa perang melawan narkotika hanya dapat dicapai melalui upaya pencegahan yang terpadu dan terencana dengan partisipasi seluruh masyarakat sebagai mitra (Patnership Building) Polres Lampung Tengah dalam pencegahan narkotika di wilayahnya dapat memberikan tingkat kepuasan terhadap rasa aman dan keadilan diharapkan semakin baik, tuntutan masyarakat akan melebar pada manajemen rasa aman dan adil yang akuntabel, transparan dan patuh rule of law dapat terpenuhi. Adanya konsep partispasi publik menurut Conyers (1991) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal, (2) Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek tersebut, (3) Partisipasi merupakan hak

10 demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan ). Oleh karena itu sebuah Kinerja program Partnership Building dalam penanggulangan bahaya narkotika diperlukan nya sebuah partisipasi publik dalam melaksanakan sebuah program dalam penanggulangan bahaya narkotika sehingga dengan adanya keterlibatan dari publik sendiri sebuah pembangunan institusi Polri bisa berkinerja dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam dan mengangkatnya dalam sebuah penelitian, serta menuangkannya dalam bentuk tulisan skripsi dengan judul Kinerja Program Partnership Building Dalam Penanggulangan Bahaya Narkotika Di Polres Lampung Tengah B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kinerja program Partneship Building dalam penanggulangan bahaya narkotika yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Lampung Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan nilai Kinerja Program institusi Polres Lampung Tengah dalam mengatasi Penyalahgunaan Narkotika melalui Program Patnership Building

11 D. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran,informasi dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi negara mengenai Kinerja Program dalam mengatasi penyalahgunaan Narkotika 2. Secara praktis dengan adanya gambaran kinerja mampu mengoreksi dan mengupayakan perbaikan-perbaikan pada institusi dan memberikan informasi-informasi yang bermanfaat bagi Institusi Kepolisian Lampung Tengah dalam meningkatkan kinerja Program dalam mengatasi penyalahgunaan Narkotika