Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

1. PENDAHULUAN. berkemampuan rendah.

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN LANGKAH POLYA

Anggraini Gandung Sugita Program Studi Pendidikan MatematikanUniversitas Tadulako Nia Kurniadin SMP Al-Azhar Palu. Abstrak

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

BAB I PENDAHULUAN. dan dianggap tidak produktif dalam hidupnya. matematika sekolah dasar (2006) yang menyatakan bahwa: penalaran (reasoning),

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA SPLDV DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

Nailul Asrof ( /8/A2) S1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Metode Problem Solving. Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 SURABAYA

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

IDENTIFIKASI TINGKAT METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN SKOR MATEMATIKA

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai letak dan penyebab kesalahan yang. persamaan linier dua variabel adalah sebagai berikut:

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN METODE PEMBELAJARAN TRADE A PROBLEM PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIMPANG ULIM SKRIPSI

PENERAPAN METODE POLYA PADA SOAL CERITA PROGRAM LINEAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

Ariesta Kartika Sari 1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan

PELATIHAN STRATEGI-STRATEGI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA UNTUK GURU SMP/MTS

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PECAHAN DALAM BENTUK CERITA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sudah

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan adalah deskriptif. Dikatakan demikian karena penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. halnya bahasa, membaca dan menulis. Kesulitan belajar matematika. bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MTs SE KECAMATAN SUTERA

ISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

BAB VI HASIL PENELITIAN. Data dalam penelitian ini diperoleh dari dua metode pengumpulan data yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DESKRIPSI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI PECAHAN CAMPURAN KELAS V SEKOLAH DASAR

OLEH : ANISATUL HIDAYATI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBAGIAN KELAS IV SD

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penalaran adaptif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan Adversity

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED

HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN. tentang kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan gender kelas VII C MTs Darul

Mika Hikmaya Sari* Yudi Budianti* Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Metode Pemecahan Masalah Model Polya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR. ( Studi PTK pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Surakarta )

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

Transkripsi:

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VII DALAM MEMECAHKAN MASALAH NON RUTIN YANG TERKAIT DENGAN BILANGAN BULAT BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA DI SMP N 31 SURABAYA Umi Musdhalifah 1, Sutinah 2, Ika Kurniasari 3 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya Email: musdhalifah.umi@gmail.com, ibu_sutinah@yahoo.co.id, ika.kurniasari@gmail.com ABSTRAK Kegiatan pemecahan masalah di sekolah umumnya belum dijadikan sebagai kegiatan utama karena guru menghadapi kesulitan dalam mengajarkan bagaimana cara memecahkan masalah dengan baik, di lain pihak siswa menghadapi kesulitan bagaimana memecahkan masalah yang diberikan guru. Sehingga kegiatan pemecahan masalah matematika di sekolah kemungkinan mengalami kendala. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan letak, jenis kesalahan siswa serta faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah nonrutin. Subjek dalam penelitian ini adalah enam orang siswa dari kelas VII C SMP Negeri 31 Surabaya yaitu 2 siswa berkemampuan matematika tinggi, 2 siswa berkemampuan matematika sedang, dan 2 siswa berkemampuan matematika rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah nonrutin meliputi kesalahan yang terdapat pada memahami masalah, transformasi, perhitungan(komputasi), dan penyimpulan jawaban, (2) jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah nonrutin meliputi kesalahan abstraksi, kesalahan perhitungan (komputasi), dan kesalahan penyimpulan, (3) penyebab siswa melakukan kesalahan yaitu siswa kurang memahami maksud masalah yang diberikan, siswa terbiasa mengerjakan secara langsung pada proses perhitungannya tanpa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan terlebih dahulu, siswa terbiasa menyelesaikan secara langsung tanpa menuliskan pemisalan model matematika yang dipakai, siswa kurang teliti dalam menuliskan model matematika yang dipakai dalam menyelesaikan masalah, siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan, siswa kurang memahami operasi bilangan bulat, dan siswa menganggap hasil perhitungan sebagai jawaban akhir yang dikehendaki masalah. Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa. 1. PENDAHULUAN Tujuan siswa belajar matematika bukan sekedar untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ujian, siswa perlu juga mampu memecahkan masalah matematika, sehingga nantinya mereka mampu berfikir sistematis, logis dan kritis dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Menurut Holmes (dalam Wardhani, 2010), orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global. Budayanti (2008) menyatakan bahwa ada dua jenis pemecahan masalah matematika. Jenis pertama adalah pemecahan masalah rutin. Pemecahan masalah ini menggunakan prosedur standar yang diketahui dalam matematika. Pemecahan jenis kedua adalah masalah nonrutin, masalah yang diberikan merupakan situasi masalah yang tidak biasa dan tidak ada standar yang pasti untuk menyelesaikannya. Selanjutnya menurut Polya, memecahkan masalah rutin tidak memberikan kontribusi pada perkembangan mental siswa dan untuk memberikan kesempatan bagi siswa mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dalam proses pemahaman, analisis eksploratif, dan penerapan konsep-konsep matematika, masalah nonrutin (tidak biasa terjadi) harus digunakan. Namun, siswa umumnya takut mengeluarkan ide untuk memecahkan masalah nonrutin (tidak biasa terjadi) karena masalah ini biasanya non standar (tidak biasa/tidak baku), yang melibatkan solusi yang tidak biasa dan tak terduga. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal perlu dianalisis. Dengan analisis kesalahan ini guru dapat membantu siswa memperbaiki kesalahan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 1) Mahasiswa jurusan matematika program studi pendidikan matematika FMIPA Unesa 2) Dosen jurusan matematika FMIPA Unesa 3) Dosen jurusan matematika FMIPA Unesa

Bilangan bulat adalah materi yang diajarkan sejak bangku SD dan selanjutnya dilanjutkan pada bangku SMP. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan saat melakukan operasi pada bilangan bulat apalagi saat diberikan soal yang berupa soal cerita. Oleh karena itu materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bilangan bulat. Setiap individu memiliki alur berpikir yang berbeda dalam menyelesaikan suatu masalah, begitu pula tingkat kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah matematika juga mempengaruhi alur berpikirnya. Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan matematika siswa yaitu kemampuan yang diukur berdasarkan nilai tes kemampuan matematika karena peneliti ingin mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah dalam menyelesaikan masalah nonrutin yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kesalahan siswa kelas VII dalam memecahkan masalah nonrutin yang terkait dengan bilangan bulat di SMP Negeri 31 Surabaya berdasarkan tingkat kemampuan matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah nonrutin yang berkaitan dengan bilangan bulat berdasarkan tingkat kemampuan matematika. (2) Mendeskripsikan jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah nonrutin yang berkaitan dengan bilangan bulat berdasarkan tingkat kemampuan matematika. (3) Mengidentifikasi penyebab kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah nonrutin yang berkaitan dengan bilangan bulat. Penelitian ini diharapkan bisa membantu guru dalam mengetahui kesalahan-kesalahan siswa dalam belajar matematika untuk pemecahan masalah khususnya masalah nonrutin pada materi bilangan bulat dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pengajaran sub materi operasi hitung bilangan bulat dengan memperhatikan letak kesalahan yang sering dilakukan siswa. Selain itu penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi peneliti agar dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Sehubungan permasalahan dan tujuan di atas, maka untuk mengetahui kesalahan siswa berdasarkan tingkat kemampuan matematika dapat dilihat dari uraian di bawah ini: Dalam menyelesaikan masalah matematika sering dijumpai kesalahan yang dilakukan siswa dalam proses penyelesaian. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah ini dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kesulitan belajar matematika. Dengan analisis kesalahan, guru dapat membantu siswa memperbaiki kesalahan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Masalah matematika nonrutin adalah sesuatu yang kompleks yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena menyajikan situasi baru yang belum pernah dijumpai siswa sebelumnya. Masalah nonrutin merupakan masalah yang kompleks tetapi dapat dijangkau dan tidak menuntut tingkatan matematika tertentu yang tinggi, mengharuskan siswa untuk menggunakan strategi heuristik untuk mencapai masalah, memahami, serta menemukan penyelesaiannya (Yeo, 2009). Beberapa ahli mendefinisikan pemecahan masalah dengan cara berbeda-beda. Aisyah (2007) menyatakan bahwa pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya. Selain itu Polya (dalam Suherman, 2003) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai tujuan yang tidak dengan segera diperoleh. Selanjutnya Polya (dalam Suherman, 2003) membagi empat langkah dalam pemecahan masalah yang harus dilakukan yaitu (1) Memahami masalah. (2) Merencanakan pemecahannya. (3) Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana. (4) Memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan letak, jenis kesalahan siswa serta faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah nonrutin. Subjek penelitian ini adalah enam siswa SMP Negeri 31 Surabaya kelas VIII-C dengan rincian dua siswa berkemampuan matematika tinggi, dua siswa berkemampuan matematika

sedang dan dua siswa berkemampuan matematika rendah. Penentuan batas-batas kelompok dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel Kriteria Kategori Kemampuan Matematika Kemampuan Matematika Siswa Kemampuan Tinggi Kemampuan Sedang Kemampuan Rendah Skor tes 80 65 Skor tes < 80 Skor tes 65 Skor tes maksimum yang bisa dicapai siswa dalam tes kemampuan matematika adalah 100. 2.2 Prosedur Penelitian Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini, terlebih dahulu disusun proposal penelitian dengan arahan dari dosen pembimbing. Kemudian, ditentukan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Selanjutnya, dipersiapkan segala sesuatu yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut, a. Menentukan waktu dan tempat penelitian. b. Menyusun instrumen penelitian seperti, tes kemampuan matematika, tes pemecahan masalah nonrutin dan pedoman wawancara. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap kedua dari penelitian ini adalah pengelompokan subjek berdasarkan skor tes kemampuan matematika siswa yang akan diambil 6 orang siswa yang terdiri dari dua siswa berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang, dan dua siswa berkemampuan rendah. Selanjutnya dilakukan tes pemecahan masalah non rutin dan wawancara. 3. Tahap Sesudah Penelitian Langkah yang dilakukan peneliti setelah mengambil data adalah menganalisis data yang diperoleh dari hasil tes pemecahan masalah nonrutin serta wawancara sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti. Kemudian peneliti membuat laporan sesuai dengan data yang telah diperoleh dan pedoman penulisan skripsi. 1. Analisis data hasil tes tertulis pemecahan masalah nonrutin. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis berdasarkan empat langkah pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.. 2. Analisis data hasil wawancara Data hasil wawancara dianalisis dengan langkah sebagai berikut. a. Mereduksi data Mereduksi data dalam penelitian ini maksudnya, yaitu suatu bentuk analisis yang mengacu pada proses menajamkan, menggolongkan informasi, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data mentah yang diperoleh dari lapangan. Data hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut. 1) Mendengarkan hasil wawancara pada alat perekam beberapa kali agar dapat menuliskan dengan tepat apa yang diucapkan subjek. 2) Mentranskrip hasil wawancara dengan responden (siswa yang diwawancarai). 3) Memeriksa kembali hasil transkrip tersebut dengan mendengarkan kembali ucapan-ucapan saat wawancara berlangsung untuk mengurangi kesalahan penulisan pada hasil transkrip. b. Pemaparan data Langkah ini meliputi kegiatan mengklasifikasi dan mengidentifikasi data untuk menarik kesimpulan. Pemaparan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengklasifikasian dan identifikasi mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah nonrutin yang letak, jenis dan hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan. c. Menarik Kesimpulan Setelah dianalisis, diperoleh hasil kriteria pada setiap langkah pemecahan masalah. Hasil tersebut digunakan dalam menyimpulkan kesalahan yang dilakukan subjek dalam menyelesaikan masalah nonrutin yang terkait dengan bilangan bulat. 2.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data kesalahan siswa dalam menyelesaiakan masalah nonrutin dan wawancara maka dapat dibahas hasil penelitian sebagai berikut: 1. Letak kesalahan yang dilakukan subjek kemampuan matematika tinggi adalah (1) Memahami masalah meliputi: tidak menuliskan apa yang diketahui, tidak lengkap menuliskan apa yang diketahui, tidak menuliskan apa yang ditanyakan, (2) Transformasi meliputi: tidak menuliskan pemisalan yang dipakai dalam model matematika, tidak membuat model matematika, (3) Komputasi yaitu tidak lengkap dalam melakukan perhitungan, (4) Penyimpulan jawaban meliputi: salah menuliskan jawaban akhir dalam bentuk yang dikehendaki masalah yang diberikan, tidak menuliskan kesimpulan jawaban yang didapat. Letak kesalahan yang dilakukan subjek kemampuan matematika sedang adalah (1) Memahami masalah meliputi tidak menuliskan apa yang diketahui, tidak lengkap menuliskan apa yang diketahui, tidak menuliskan apa yang ditanyakan, (2) Transformasi meliputi: tidak menuliskan pemisalan yang dipakai dalam model matematika, tidak lengkap dalam membuat model matematika, (3) Komputasi meliputi: tidak lengkap dalam melakukan perhitungan/komputasi, salah melakukan perhitungan/komputasi, (4) Penyimpulan jawaban meliputi: tidak menuliskan jawaban akhir dalam bentuk yang dikehendaki masalah yang diberikan, salah menuliskan jawaban akhir dalam bentuk yang dikehendaki masalah yang diberikan, tidak menuliskan kesimpulan jawaban yang didapat. Letak kesalahan yang dilakukan subjek kemampuan matematika rendah adalah (1) Memahami masalah meliputi: tidak menuliskan apa yang diketahui, tidak lengkap menuliskan apa yang diketahui, tidak menuliskan apa yang ditanyakan, (2) Transformasi yaitu tidak menuliskan pemisalan yang dipakai dalam model matematika, (3) Komputasi meliputi: tidak melakukan perhitungan/komputasi, tidak lengkap dalam melakukan perhitungan/komputasi, (4) Penyimpulan jawaban meliputi: salah menuliskan jawaban akhir dalam bentuk yang dikehendaki masalah yang diberikan, tidak menuliskan kesimpulan jawaban yang didapat. 2. Jenis kesalahan yang dilakukan subjek kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah adalah (1) kesalahan abstraksi: tidak menuliskan apa yang ditanyakan dan diketahui, (2) kesalahan komputasi: kesalahan perhitungan pada tahap penyelesaian, (3) kesalahan penyimpulan: jawaban yang diperoleh tidak sesuai dengan jawaban yang benar. Penyebab kesalahan memahami masalah adalah (1) Siswa kurang memahami maksud masalah yang diberikan karena kesulitan mengubah kalimat cerita ke model matematika, (2) Siswa terbiasa mengerjakan secara langsung pada proses perhitungannya tanpa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan terlebih dahulu. Penyebab kesalahan transformasi adalah (1) Siswa terbiasa menyelesaikan secara langsung tanpa menuliskan pemisalan model matematika yang dipakai, (2) Siswa kurang teliti dalam menuliskan model matematika yang

dipakai dalam menyelesaikan masalah. Penyebab kesalahan perhitungan (komputasi) adalah (1) Siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan, (2) Siswa kurang memahami operasi bilangan bulat. Penyebab kesalahan penyimpulan jawaban adalah (1) Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah sehingga tidak memperoleh jawaban yang dikehendaki masalah, (2) Siswa menganggap hasil perhitungan sebagai jawaban akhir yang dikehendaki masalah. 4. SIMPULAN 1. Letak kesalahan siswa berkemampuan matematika tinggi meliputi kesalahan memahami masalah, transformasi, komputasi, dan penyimpulan jawaban. Kesalahan terbanyak yaitu memahami masalah di mana siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Letak kesalahan siswa berkemampuan matematika sedang meliputi kesalahan memahami masalah, transformasi, komputasi, dan penyimpulan jawaban. Kesalahan terbanyak yaitu memahami masalah di mana siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan serta kesalahan penyimpulan jawaban yaitu siswa tidak menuliskan kesimpulan jawaban yang didapat. Letak kesalahan siswa berkemampuan matematika rendah meliputi kesalahan memahami masalah, transformasi, komputasi, dan penyimpulan jawaban. 2. Jenis kesalahan yang dilakukan siswa berkemampuan matematika tinggi yaitu kesalahan abstraksi, komputasi dan penyimpulan jawaban. Jenis kesalahan yang dilakukan siswa berkemampuan matematika sedang yaitu kesalahan abstraksi, komputasi dan penyimpulan jawaban. Sedangkan jenis kesalahan siswa berkemampuan matematika rendah yaitu kesalahan abstraksi dan penyimpulan jawaban. Kesalahan abstraksi karena siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan masalah. Kesalahan komputasi meliputi kesalahan perhitungan pada tahap penyelesaian sedangkan kesalahan penyimpulan karena jawaban yang diperoleh tidak sesuai dengan dengan jawaban yang benar. 3. Berdasarkan analisis hasil wawancara yang dilakukan terhadap keenam subjek penelitian, penyebab siswa melakukan kesalahan sebagai berikut. a. Penyebab kesalahan memahami masalah 1) Siswa kurang memahami maksud masalah yang diberikan karena kesulitan mengubah kalimat cerita ke model matematika 2) Siswa terbiasa mengerjakan secara langsung pada proses perhitungannya tanpa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan terlebih dahulu. b. Penyebab kesalahan transformasi 1) Siswa terbiasa menyelesaikan secara langsung tanpa menuliskan pemisalan model matematika yang dipakai 2) Siswa kurang teliti dalam menuliskan model matematika yang dipakai dalam menyelesaikan masalah. c. Penyebab kesalahan perhitungan (komputasi) 1) Siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan 2) Siswa kurang memahami operasi bilangan bulat d. Penyebab kesalahan penyimpulan jawaban 1) Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah sehingga tidak memperoleh jawaban yang dikehendaki masalah 2) Siswa menganggap hasil perhitungan sebagai jawaban akhir yang dikehendaki masalah.

DAFTAR PUSTAKA Budayanti, Clara Ika Sari. 2008. Konsep Dasar Pemecahan Masalah matematika. Konsorsium Program PJJ S1 PGSD. Tersedia online: http://p4tkmatematika.org/file/bermutusd20 08/1_Konsep_Dasar_Pemecahan_Masalah_ Matematika.pdf, diakses tanggal 15 Maret 2012. Polya, G. 1973. How To Solve It (2nd ed.). New Jersey: Princeston University Press. Suherman, Eman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA- Universitas Pendidikan Indonesia. Wardhani, Sri dkk. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP. Modul Matematika SMP Program BERMUTU. Tersedia online: http://p4tkmatematika.org/file/bermutusm p2010/2_pembelajaran_kemampuan_pem ecahan_masalah_matematika_di_smp. pdf, diakses tanggal 17 Maret 2012. Yeo, Kai Kow Joseph. 2009. Secondary 2 Students Difficulties In Solving Non- Routine Problems. Journal Of Mathematics Education.