NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

DEPARTEMEN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL (NSDH)

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN November, 2009

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

KATA PENGANTAR. Identifikasi Desa di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan 2009

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.62/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2014

Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

ANALISIS DATA TITIK PANAS (HOTSPOT) KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN TAHUN 2015

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN. Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Penyusunan neraca sumber daya Bagian 2: Sumber daya hutan spasial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

KATA PENGANTAR. Palu, April 2008 KEPALA DINAS KEHUTANAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH. Ir. ANWAR MANNAN Pembina Tingkat I NIP.

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

LUAS KAWASAN HUTAN PERUM PERHUTANI BERDASARKAN PERUNTUKANNYA TAHUN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

Deregulasi Perizinan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: P.50/Menhut-II/2011 P. /Menhut II/2011 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Transkripsi:

NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2014

Penyusun Penanggung Jawab : Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, Ditjen Planologi Kehutanan : Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M. Sc (Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, Ditjen Planologi Kehutanan) Ketua Tim Penyusun/ : Ir. Yenny Syafrina, MM (Kasubdit Inventarisasi Sumber Daya Penanggung Jawab Hutan) kegiatan Tim Penyusun Sumber Foto : Ir. Tuti Setiawati, MM (Kasi Inventarisasi Sosial Budaya) Suherman Irza Ferdi, S.Hut, M.SFor Krisna Dwipayana Heri Nofian : Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

RINGKASAN Luas Kawasan Hutan Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) s/d akhir tahun 2012 seluas 133.528.579,71 Ha, yang terdiri dari kawasan konservasi perairan seluas 5.161.477,28 Ha dan daratan seluas 128.367.102,43 Ha. Luas Kawasan Hutan yang dipergunakan dalam penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) adalah luas kawasan hutan daratan seluas 128.367.102,43 Ha. Adapun perubahan luas kawasan hutan yang terjadi s/d akhir tahun 2012 berupa pengurangan adalah seluas 2.208.049,00 Ha, terdiri dari pelepasan untuk transmigrasi dan perkebunan (pengurangan) seluas 2.316.131,22 Ha, areal yang ditukar (pengurangan) seluas 1.530,75 Ha, areal pengganti (penambahan) seluas 5.718,05 Ha, kompensasi pinjam pakai (penambahan) seluas 559,82 Ha, dan pencabutan pelepasan kawasan hutan (penambahan) seluas 103.335,10 Ha. Dengan demikian Saldo Awal NSDH Tahun 2013 adalah seluas 126.159.053,43 Ha, terdiri dari Hutan Primer seluas 49.297.774,38 Ha, Hutan Sekunder seluas 40.773.338,47 Ha, Hutan Tanaman seluas 2.070.028,37 Ha, dan Tidak Berhutan seluas 34.017.912,21 Ha. Pada Tahun 2013 terjadi perubahan luas kawasan hutan seluas 2.395.857,20 yang terdiri dari : pengurangan yang disebabkan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan, Perubahan fungsi dan Penunjukan Areal Penggunaan Lain menjadi kawasan hutan seluas 1.669.067 Ha, Pelepasan untuk Tranmigrasi (pengurangan) seluas 5.307,51 Ha, Pelepasan untuk Perkebunan (pengurangan) seluas 170.979,77 Ha, Areal ditukar (pengurangan) seluas 79,43 Ha, Areal pengganti (penambahan) seluas 149,70 Ha, Koreksi data dan re-strukturisasi batas kawasan hutan (pengurangan) seluas 550.573,19 Ha. Dengan demikian Saldo Akhir NSDH Tahun 2013 adalah seluas 123.763.196,23 Ha, terdiri dari Hutan Primer seluas 44.685.466,82 Ha, Hutan Sekunder seluas 40.854.391,07 Ha, Hutan Tanaman seluas 2.848.603,33 Ha, dan Tidak Berhutan seluas 35.374.735,01 Ha. i

Dalam NSDH Tahun 2013 perhitungan potensi didasarkan pada rata-rata potensi volume dari hasil perhitungan plot Inventarisasi Hutan Nasional (TSP/PSP) tahun 2013 dan data dari Perum Perhutani. Untuk estimasi nilai ekonomi potensi kayu dan non kayu berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan No. 22/M-DAG/PER/4/2012 tanggal 24 April 2012 dan data standing stock dari Perum Perhutani. Saldo awal kawasan hutan seluas 126.159.053,43 Ha memiliki potensi kayu semua jenis diameter 20 cm sebesar 18.432,19 juta M 3 (estimasi nilai ekonomi sebesar Rp. 6.115,17 trilyun), potensi kayu semua jenis diameter 5 cm sebesar 24.529,85 juta M 3 dan potensi non kayu (rotan) sebesar 7.587,49 ribu Ton (Rp. 3.793,71 milyar). Perubahan luas kawasan hutan (pengurangan) seluas 2.395.857,20 menyebabkan perubahan potensi kayu semua jenis diameter 20 cm berkurang sebesar 1.032,85 juta M 3 (perkiraan nilai ekonomi sebesar Rp. 347,27 trilyun), potensi kayu semua jenis diameter 5 cm berkurang sebesar 1.418,43 juta M 3 dan potensi non kayu (rotan) berkurang sebesar 235,62 ribu Ton (perkiraan nilai ekonomi Rp. 118,07 milyar). Berdasarkan perubahan di atas diperoleh saldo akhir kawasan hutan seluas 123.763.196,23 Ha dengan potensi kayu semua jenis diameter 20 cm sebesar 17.399,34 juta M 3 (perkiraan nilai ekonomi sebesar Rp. 5.767,90 trilyun), potensi kayu semua jenis diameter 5 cm sebesar 23.111,42 juta M 3 dan potensi non kayu (rotan) sebesar 7.351,87 ribu Ton (perkiraan nilai ekonomi Rp. 3.675,65 milyar). ii

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2013 ini dapat tersusun dan selesai pada waktunya. ini disusun berdasarkan Pedoman Penyusunan Neraca Sumberdaya Hutan Nasional (Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 644/Kpts-II/1999 tanggal 19 Agustus 1999). Data yang disajikan meliputi saldo awal dan saldo akhir NSDH Nasional Tahun 2013, serta perubahan selama tahun 2013. Buku NSDH Nasional Tahun 2013 terdiri dari Buku I (NSDH Nasional Tahun 2013) dan Buku II (Lampiran NSDH Nasional Tahun 2013) disajikan dalam CD. Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah bekerjasama dan memberikan sumbangan pikiran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan buku NSDH Nasional Tahun 2013. Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat dan menjadi salah satu acuan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan pembangunan kehutanan ke depan. iii

DAFTAR ISI RINGKASAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN. PENGERTIAN-PENGERTIAN. i iii Iv v vii viii Ix I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Ruang Lingkup. 2 D. Data dan Informasi. 3 II. METODA DAN PELAKSANAAN A. Pengumpulan Data. 6 B. Analisa dan Entry Data. 7 C. Pembuatan Peta NSDH. 8 III. NERACA SUMBER DAYA HUTAN A. Luas Kawasan Hutan. 10 B. Potensi dan Estimasi Nilai Ekonomi Kayu Semua Jenis Diameter 20 cm.. 22 C. Potensi Kayu Kayu Semua Jenis Diameter 5 cm.. 32 D. Potensi dan Estimasi Nilai Ekonomi Non Kayu (Rotan).. 37 E. Potensi Satwa. 46 F. Peta Neraca Sumber Daya Hutan. 47 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.. 48 B. Saran. 48 DAFTAR PUSTAKA 49 iv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Data Luas Kawasan Hutan dalam NSDH s/d Tahun 2012 (Ha.) 12 Tabel 2. Data Luas Kawasan Hutan dalam NSDH Tahun 2013 (Ha.). 15 Tabel 3. Rekapitulasi Perubahan Luas Kawasan Hutan Tahun 2013 16 Tabel 4. Neraca Luas Kawasan Hutan Tahun 2013. 19 Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Perubahan Penutupan Lahan berdasarkan Hasil Penafsiran Citra Satelit liputan Tahun 2013 (Ha.).. Potensi Rata-Rata Kayu Semua Jenis Diameter 20 cm Tahun 2013 Rekapitulasi Potensi Kayu Semua Jenis Diamater 20 cm Tahun 2013. Estimasi Nilai Ekonomi Rata-Rata Kayu Semua Jenis Tahun 2013... 25 20 21 22 Tabel 9. Rekapitulasi Estimasi Nilai Ekonomi Kayu Semua jenis Diamater 20 cm Tahun 2013 27 Tabel 10. Neraca Potensi dan Estimasi Nilai Ekonomi Kayu Semua Jenis Diamater 20 cm Tahun 2013. 28 Tabel 11. Potensi Rata-Rata Kayu Semua Jenis Diamater 5 cm Tahun 2013 32 Tabel 12. Rekapitulasi Potensi Kayu Semua Jenis Diameter 5 Tahun 2013 Tabel 13. Neraca Potensi Kayu Semua Jenis Diameter 5 Tahun 2013 36 Tabel 14. Potensi Rata-Rata Non Kayu (Rotan) Seluruh Indonesia(kecuali P. Jawa) Tahun 2013 37 Tabel 15. Rekapitulasi Potensi Non Kayu (Rotan) Tahun 2013 39 Tabel 16. Estimasi Nilai Ekonomi Rata-Rata Potensi Non Kayu (Rotan) Tahun 2013 41 Tabel 17. Rekapitulasi Nilai Ekonomi Potensi Non Kayu (Rotan) Tahun 2013 Tabel 18. Neraca Potensi dan Estimasi Nilai Ekonomi Non Kayu (Rotan) Tahun 2013) Tahun 2013 45 33 43 v

Tabel 19. Data Satwa Dilindungi yang merupakan Spesies Prioritas terancam punah 46 vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses Pembuatan/Pemetaan NSDH 8 Gambar 2. Perubahan Luas Kawasan Hutan Tahun 2013. 17 Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Perubahan Potensi Kayu Semua Jenis Diameter > 20 cm Tahun 2013 Perubahan Estimasi Nilai Ekonomi Potensi Kayu Semua Jenis Diameter > 20 cm Tahun 2013 Perubahan Potensi kayu Semua Jenis Diameter > 5 cm Tahun 2013 Gambar 6. Perubahan Potensi Non Kayu (Rotan) Tahun 2013. 40 Gambar 7. Perubahan Estimasi Nilai Ekonomi Potensi Non Kayu (Rotan) Tahun 2013. 44 23 26 34 vii

DAFTAR SINGKATAN NSDH : Neraca Sumber Daya Hutan KSA : Kawasan Suaka Alam KPA : Kawasan Pelestarian Alam KSA+KPA+TB : Kawasan Konservasi (KSA, KPA dan TB) HL : Hutan Lindung HP : Hutan Produksi HPT : Hutan Produksi Terbatas HPK : Hutan Produksi yang dapat dikonversi viii

PENGERTIAN - PENGERTIAN Beberapa pengertian dan istilah yang digunakan dalam penyusunan NSDH antara lain sebagai berikut : Neraca Sumber Daya Hutan adalah suatu informasi yang dapat menggambarkan cadangan sumber daya hutan, kehilangan dan penggunaan sumber daya hutan, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau defisit jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi Sumber Daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terdiri dari : Cagar Alam dan Suaka Margasatwa Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari Sumber Daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam terdiri dari : Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Taman Buru adalah kawasan yang didalamnya terdapat satwa buru dan memungkinkan untuk diselenggarakannya perburuan secara teratur serta ditetapkan dan dibina untuk kepentingan rekreasi dan perburuan. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah ix

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memulihkan kesuburan tanah. Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan hutan yang digunakan untuk kegiatan budidaya hasil-hasil hutan secara terbatas dengan tetap memperhatikan fungsinya sebagai hutan untuk melindungi kawasan dibawahnya. Hutan Produksi Tetap adalah kawasan yang karena pertimbangan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan negara perlu dipertahankan sebagai kawasan hutan produksi yang berfungsi untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri dan ekspor. Hutan Produksi yang dapat dikonversi adalah kawasan hutan produksi tetap yang dapat dirubah peruntukannya guna memenuhi kebutuhan pengembangan transmigrasi, pertanian, pangan, perkebunan, industri, pemukiman, lingkungan dan lain-lain. Perubahan Fungsi Kawasan Hutandalah perubahan sebagian atau seluruh fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan hutan yang lain. Perubahan peruntukan kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan Pelepasan kawasan hutan adalah perubahan peruntukan kawasan HPK menjadi bukan kawasan hutan Tukar menukar kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan produksi tetap dan / atau hutan produksi terbatas menjadi bukan kawasan hutan yang diimbangi dengan memasukan lahan pengganti dari bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan. Hutan Tanah Basah adalah hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan basah yang terdiri dari hutan payau, hutan rawa dan hutan gambut. Hutan Mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara periodik tergenang air laut, tetapi tidak terpengaruhi oleh iklim. Hutan Rawa adalah hutan yang selalu atau secara periodik digenangi air tawar. x

Hutan Tanah Kering adalah hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering terdiri dari hutan pantai, hutan tropis dataran rendah dan hutan tropis dataran tinggi. Hutan Primer adalah penutupan lahan berupa hutan yang belum dipernah eksploitasi atau merupakan suksesi dari hutan sekunder. Hutan Sekunder adalah penutupan lahan berupa hutan yang telah dieksploitasi dengan menggunakan system tebang pilih. Hutan Tanaman adalah penutupan lahan berupa hutan hasil penanaman yang berada pada fungsi Hutan Produksi tetap. Tidak berhutan adalah penutupan lahan dalam kawasan hutan berupa : semak, belukar, alang-alang, lahan pertanian dan lain-lain. xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neraca Sumber Daya Hutan disusun dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No 41 tahun 1999 pada pasal 13 ayat (4) dimana dalam pelaksanaan teknisnya masih mengacu pada SK Menhutbun no. 644/Kpts- II/1999 tentang Pedoman Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan. Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) merupakan informasi yang dapat menggambarkan cadangan sumber daya hutan, kehilangan dan penggunaan sumber daya hutan, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, baik surplus atau defisit jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya (penjelasan UU No. 41 Tahun 1999 pada pasal 13 ayat (4)). Neraca Sumber Daya Hutan juga merupakan timbangan antara aktiva dan passiva sumberdaya hutan, baik dari perhitungan luas kawasan dan potensi hutan (kayu dan non kayu). Selain hal tersebut di atas, para pengambil kebijakan dapat mengambil keputusan atau kebijakan tentang hutan setelah merujuk pada NSDH. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam hal ini Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan menerbitkan buku NSDH sebagai salah satu tugas pokok dan fungsinya setiap tahun, dimana informasi yang disajikan adalah informasi tahun sebelumnya (t-1) yang datanya diperoleh dari tingkat provinsi dan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pusat. Adapun penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan Nasional untuk tahun 2013 dilakukan berdasarkan Pedoman Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan Nasional (Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 644/Kpts-II/1999 tanggal 19 Agustus 1999) dilengkapi hasil pembahasan NSDH dengan stakeholders terkait. Narasi NSDH Nasional berisikan rekapitulasi dan analisa data yang didukung dengan data pada tabel-tabel yang dijadikan lampiran dalam buku ini. 1

B. Maksud Dan Tujuan Maksud dari penyusunan buku NSDH Nasional ini adalah untuk memberikan gambaran kecenderungan tentang kondisi hutan beserta potensinya, dimana kecenderungan tersebut akan memperlihatkan penurunan atau penambahan hutan beserta kondisinya. Adapun tujuan dari penerbitan buku NSDH ini adalah untuk memberikan second opinion bagi pengambil kebijakan setelah melihat gambaran yang ada tentang hutan dan potensinya pada kondisi terkini, sehingga pengelolaan hutan menjadi lebih lestari baik secara fungsi, manfaat, dan penggunaannya. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup isi Buku NSDH terdiri dari 2 (dua) Buku, Buku I berisi narasi NSDH dan Buku II berisi lampiran tabel secara rinci. Narasi dalam Buku I berisi sebagai berikut: KATA PENGANTAR, merupakan pengantar umum Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. BAB I. PENDAHULUAN, merupakan penjelasan secara garis besar tentang data neraca sumber daya hutan. Bab ini memuat Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang lingkup, Data dan Informasi Sumber Daya Hutan. BAB II. METODE PELAKSANAAN. Dalam methode pelaksanaan ini mencakup tahapan penyusunan NSDH, Bab ini menyajikan tahapan pelaksanaan penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan yang meliputi pengumpulan data, analisa dan entry data serta pembuatan peta NSDH. BAB III. NERACA SUMBER DAYA HUTAN. Bab ini menguraikan tentang perubahan luas kawasan hutan, penutupan lahan dan potensi sumber daya hutan baik kayu maupun non kayu. BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari neraca sumber daya hutan pada tahun terkini serta saran yang perlu dilakukan. 2

DAFTAR PUSTAKA, merupakan daftar referensi sebagai bahan penyusunan NSDH D. Data dan Informasi NSDH Meliputi aktiva dan pasiva terdiri dari: 1. Luas Sumber Daya Hutan (dalam satuan Ha) 2. Potensi Kayu Semua jenis diameter diatas 20 cm(m 3 ) dan Nilai (Rp.) 3. Potensi Kayu Semua jenis diameter diatas 205 cm (M 3 ) 4. Potensi Potensi Non Kayu (Satuan Ukuran) dan Nilai (Rp.) 5. Satwa Dilindungi (dalam satuan ekor per jenis satwa) 6. Fungsi Hutan terdiri dari : a. Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) - Kawasan Suaka Alam (KSA) : Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM) - Kawasan Pelestarian Alam (KPA) : Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (TAHURA) dan Taman Wisata Alam (TWA) - Taman Buru (TB) b. Hutan Lindung (HL) c. Hutan Produksi Terbatas (HPT) d. Hutan Produksi Tetap (HP) e. Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) 7. Tipe dan Kondisi Penutupan Lahan terdiri dari : a. Berhutan Primer : Hutan Bakau / Mangrove, Hutan Rawa / Gambut dan Hutan Tanah Kering. b. Berhutan Sekunder : Hutan Bakau / Mangrove, Hutan Rawa / Gambut dan Hutan Tanah Kering. c. Hutan Tanaman : Hutan Bakau / Mangrove, Hutan Rawa / Gambut dan Hutan Tanah Kering. d. Tidak Berhutan : Hutan Bakau / Mangrove, Hutan Rawa / Gambut dan Hutan Tanah Kering. 8. Penyajian luas dan potensi dalam NSDH berupa : a. Saldo Awal b. Perubahan 3

- Penambahan / Aktiva Perubahan Kawasan Hutan : Penunjukan Kawasan Hutan, Lahan Pengganti / Tanah Kompensasi (Pinjam pakai) dan Perubahan Fungsi / Revisi Penunjukan Kawasan. Perubahan Penutupan Lahan : Kegiatan HPH / IUPHHK Alam, Kegiatan HTI / IUPHHK Tanaman, Penebangan Legal, Rehabilitasi Lahan / Reboisasi, Pinjam Pakai, Perambahan / Perladangan, Penebangan Ilegal, Kebakaran Hutan, Bencana Alam, Revisi Data (Hasil Penafsiran Citra Satelit) dan Lain-lain (Koreksi luas dan lainnya). - Pengurangan / Pasiva Perubahan Kawasan Hutan : Pelepasan Kawasan Hutan, Lahan yang dilepas (Tukar menukar), Perubahan Fungsi / Revisi Penunjukan Kawasan. Perubahan Penutupan Vegetasi: Kegiatan HPH / IUPHHK Alam, Kegiatan HTI / IUPHHK Tanaman, Penebangan Legal, Rehabilitasi Lahan / Reboisasi, Pinjam Pakai, Perambahan / Perladangan, Penebangan Ilegal, Kebakaran Hutan, Bencana Alam, Revisi Data (Hasil Penafsiran Citra Satelit) dan Lain-lain (Koreksi luas dan lainnya). c. Saldo Akhir 9. Penyajian NSDH untuk potensi satwa berupa data satwa dilindung yang merupakan Spesies Prioritas terancam punah. 4

II. METODE PELAKSANAAN Metode penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan Nasional adalah metode objektif praktis yaitu melalui pengumpulan data sekunder berdasarkan data dan informasi Neraca Sumber Daya Hutan Daerah/Provinsi yang telah diterima dan lingkup Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan beserta eselon satu lainnya di Kementerian Kehutanan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam metode objective praktis tersebut meliputi: A. Pengumpulan Data 1. Memproses data dan informasi saldo awal NSDH Tahun 2013 tentang luas hutan berdasarkan fungsi, kondisi penutupan lahan dan tipe hutan dari saldo akhir NSDH Tahun 2012. 2. Melakukan pengumpulan data dan informasi NSDH Provinsi dari tahun terkini dan satu tahun sebelumnya (data pada tahun H dan H-1) tentang potensi kayu semua jenis dengan satuan M 3 /Ha dan non kayu dengan Satuan Ukuran (SU-Ton/Kg/Btg/dll/Ha) pada tiap kawasan hutan, tipe hutan dan kondisi penutupan lahan, termasuk nilai/harga dalam rupiah per-m 3 (Rp./M 3 ) untuk kayu dan per-satuan ukuran (Rp./SU) untuk setiap jenis non kayu dari berbagai sumber. 3. Melakukan pengumpulan data dan informasi yang mendukung dan melengkapi kebutuhan data dan informasi NSDH di tingkat eselon satu lingkup Kementerian Kehutanan untuk tahun terkini dan satu tahun sebelumnya (data tahun H dan H-1) 4. Merujuk Data Statistik Kehutanan Tahun terkini dan satu tahun sebelumnya (H dan H-1) tentang perubahan luas kawasan hutan berupa penunjukan kawasan hutan dan perairan, perubahan fungsi, pelepasan, tukar menukar dan kompensasi pinjam pakai. 5. Melakukan pengumpulan data dan informasi dari Direktorat lingkup Direktorat Planologi Kehutanan sesuai tupoksi dan lingkup Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. 5

B. Analisa dan Entry Data 1. Melakukan analisa terhadap data awal, saldo awal NSDH Nasional dan perubahan sebelum tahun penyusunan NSDH 2. Melakukan analisa dan koreksi terhadap data dari NSDH Provinsi, eselon I lingkup Kementerian Kehutanan dan eselon II lingkup Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan yang terkait, untuk data perubahan luas kawasan hutan dan penutupan lahan untuk menghindari pengulangan data yang sama 6. Melakukan rekapitulasi data yang diperoleh dari tingkat provinsi, eselon I lainnya di lingkup Kementerian Kehutanan dan eselon II lingkup Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan ke dalam format data entry NSDH dan tabel yang tersedia, sehingga diperoleh data perubahan : a. Tabel luas kawasan hutan seluruh Indonesia berdasarkan fungsi kawasan, kondisi dan tipe hutan. b. Tabel potensi dan nilai/harga kayu semua jenis, kayu jenis perdagangan dan non kayu. c. Tabel potensi jenis satwa dilindungi dan tidak dilindungi. 7. Hasil Program Data Entry NSDH Nasional berupa : a. Tabel Luas Kawasan Hutan untuk setiap fungsi hutan dan seluruh fungsi hutan berdasarkan : kondisi dan tipe hutan dengan perubahannya secara rinci (perubahan luas kawasan dan penutupan lahan) pada tiap Provinsi dalam satuan Ha. b. Tabel Luas Kawasan Hutan Nasional untuk : Seluruh fungsi hutan (KSA, KPA, TB, HL, HPT, HP dan HPK). Kelompok fungsi hutan konservasi (KSA, KPA dan TB). Tiap fungsi hutan untuk HL, HPT, HP DAN HPK. c. Tabel Rekapitulasi Luas Kawasan Hutan Nasional untuk : Seluruh fungsi hutan. Kelompok fungsi hutan konservasi. Tiap fungsi hutan untuk HL, HPT, HP DAN HPK. d. Tabel Neraca Sumber Daya Hutan Nasional untuk : Seluruh fungsi hutan. 6

Kelompok fungsi hutan konservasi. Tiap fungsi hutan HL, HPT, HP DAN HPK. e. Tabel Potensi Kayu Semua Jenis diameter 20 cm, Kayu Semua Jenis diameter 5 cm, dan Non Kayupada type hutan Lahan Kering dan Rawa untuk : Seluruh fungsi hutan. Kelompok fungsi hutan konservasi. Tiap fungsi hutan HL, HPT, HP DAN HPK. f. Tabel Rekapitulasi Potensi Kayu Semua Jenis diameter 20 cm, Kayu Semua Jenis diameter 5 cm dan Non Kayu pada type hutan Lahan Kering dan Rawa untuk : Seluruh fungsi hutan. Kelompok fungsi hutan konservasi. Tiap fungsi hutan HL, HPT, HP DAN HPK. g. Tabel Neraca Sumber Daya Hutan Kayu Semua Jenis diameter 20 cm, Kayu Semua Jenis diameter 5 cm dan Non Kayu pada type hutan Lahan Kering dan Rawa untuk : Seluruh fungsi hutan. Kelompok fungsi hutan konservasi. Tiap fungsi hutan HL, HPT, HP DAN HPK. h. Tabel Rekapitulasi Jenis Satwa Dilindungi termasuk perubahan berdasarkan jenis dalam satuan ekor. C. Pembuatan Peta NSDH Pembuatan peta NSDH dilaksanakan secara spasial dengan penggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Data yang di tampilkan dalam peta NSDH terdiri dari : 1. Base Peta 2. Kawasan Hutan (Saldo Awal) 3. Penutupan Lahan (Saldo Awal) 4. Batas Administrasi Pemerintahan 5. Perubahan Luas Kawasan Hutan (Definitif) 7

6. Lokasi Perubahan Penutupan Lahan 7. Kawasan Hutan terbaru. 8. Penutupan Lahan terbaru. Proses pembuatan atau pemetaan NSDH Nasional dapat dilihat dalam gambar 1. Gambar 1. Proses Pembuatan/Pemetaan NSDH 8

III. NERACA SUMBER DAYA HUTAN A. Luas Kawasan Hutan 1. Data Awal Luas Kawasan Hutan Data awal luas kawasan hutan yang digunakan berdasarkan Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) tiap Provinsi. Luas berdasarkan perubahan peruntukan kawasan hutan yaitu untuk Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan, Maluku Utara. Luas kawasan hutan berdasarkan perubahan peruntukan kawasan hutan dipergunakan merupakan proses perubahan sebelum adanya penunjukan kawasan hutan dan perairan terbaru. Provinsi Riau dan Kepulauan Riau perhitungan luas kawasan berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang diproporsikan berdasarkan luas hasil penafsiran citra satelit, dengan catatan luas kedua Provinsi sama dengan luas dalam TGHK untuk Provinsi Riau (173/Kpts-II/1986 tanggal 6 Juni 1986). Luas Kawasan Hutan Provinsi Maluku dan Papua Barat ditentukan berdasakan Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi induk sebelum dilakukan pemekaran, yaitu dengan cara berdasarkan perhitungan ulang dari luas kawasan provinsi induk, dimana salah satu provinsi pemekaran telah ada penunjukan kawasan hutannya. Sedangkan Luas kawasan hutan untuk Provinsi Sumatera Selatan, Banten, Sulawesi Utara dihitung berdasarkan Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi induk hasil perhitungan ulang yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengukuhan, Penatagunaan dan Tenurial Kawasan Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kawasan Hutan. Data awal Luas Kawasan Hutan berdasarkan data di atas sampai dengan awal tahun 2013 seluruh Indonesia seluas 133.528.579,71 Ha termasuk Kawasan Konservasi Perairan seluas 5.161.477,28 Ha. Luas yang digunakan dalam NSDH berupa luas daratan (tidak termasuk luas kawasan konservasi perairan) dengan total luas128.367.102,43 Ha. 9

Luas tersebut telah mengalami perubahan sampai dengan awal Tahun 2013 (pengurangan) seluas 2.208.049,00. Perubahan yang dimaksud merupakan perubahan pada kurun waktu setelah keputusan penunjukan kawasan hutan, perubahan peruntukan dan TGHK untuk tiap Provinsi dimaksud ditetapkan sampai dengan awal tahun 2013, yang terdiri dari : a. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Perubahan fungsi kawasan hutan pada prinsipnya tidak merubah luas total kawasan hutan. Perubahan pada kawasan konservasi (KSA+KPA+TB) yaitu bertambah seluas 335.757,28 Ha, Hutan Lindung (HL) berkurang seluas 97.312,39 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) berkurang seluas 338.570,38 Ha, Hutan Produksi tetap (HP) bertambah seluas 255.043,30 Ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) berkurang seluas 154.917,81 Ha. b. Pelepasan Kawasan Hutan untuk Perkebunan, Transmigrasi dan lainnya. Pelepasan kawasan untuk keperluan pembangunan perkebunan, transmigrasi dan lainnya mengakibatkan berkurangnya kawasan hutan seluas 2.316.131,22 Ha. Terdiri dari fungsi HPT berkurang seluas 7.253,30 Ha, HP berkurang seluas 1.832,00 Ha dan HPK berkurang seluas 2.307.045,92 Ha. c. Tukar Menukar Kawasan Hutan - Kawasan hutan yang ditukar Kawasan hutan yang ditukar untuk pembangunan diluar kehutanan seluas -1.530,75 Ha. - Areal pengganti kawasan hutan Areal pengganti untuk kawasan yang ditukar seluas 5.718,05 Ha. d. Kompensasi Pinjam Pakai (Penggunaan Kawasan Hutan) Perubahan yang menambah kawasan hutan karena kompensasi pinjam pakai seluas 559,82 Ha. e. Pencabutan Pelepasan Kawasan Hutan Perubahan akibat pencabutan pelepasan kawasan hutan yang menambah kawasan hutan seluas 103.335,10 Ha. 10

Perubahan luas kawasan hutan pada NSDH sebelum Tahun 2013 dapat dilihat dalam tabel 1 dan rincian dapat dilihat dalam Buku II (Lampiran NSDH Nasional) Tahun 2013 Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.a s/d 3.f. Berdasarkan perubahan di atas Luas Kawasan Hutan untuk Saldo Awal (Persediaan Awal) untuk NSDH Tahun 2013 seluas 126.159.053,43 Ha, dengan rincian Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) seluas 22.522.106,06 Ha, HL seluas 29.983.302,17 Ha, HPT seluas 27.509.567,83 Ha, HP seluas 30.715.650,37 Ha dan HPK seluas 15.428.427,00 Ha. 11

2. Neraca Luas Kawasan Hutan Data neraca luas kawasan hutan dalam NSDH Tahun 2013 berupa data Persediaan Awal (Saldo Awal), Perubahan dan Persediaan Akhir (Saldo Akhir) berdasarkan fungsi hutan dan kondisi penutupan lahan. Saldo Awal Luas Kawasan Hutan dalam NSDH Nasional Tahun 2013 seluas 126.159.053,43 Ha, terjadi perubahan (berkurang) seluas 2.395.857,20 Ha, sehingga Saldo Akhir Tahun 2013 menjadi seluas 123.763.196,23 Ha. Data secara rinci dapat dilihat dalam tabel 2. Perubahan luas kawasan hutan disebabkan : a. Penunjukan Kawasan Hutan, perubahan fungsi dan Perubahan peruntukan (penunjukan, pelepasan dan perubahan fungsi dalam satu Keputusan Menteri) untuk Provinsi Aceh, Kep. Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Maluku. b. Pelepasan kawasan hutan untuk transmigrasi di Provinsi Riau, Kalimantan Tengah, dan Papua Barat. c. Pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Papua dan Papua Barat. d. Tukar menukar kawasan hutan di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. e. Re-strukturisasi batas kawasan hutan (secara digital) dan koreksi kesalahan data entry di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Maluku Utara. Re-Strukturisasi batas kawasan hutan merupakan data perubahan luas kawasan yang disebabkan memasukan hasiltata batas dan hasil penetapan kawasan hutan secara spasial yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengukuhan, Penatagunaan dan Tenutial Kawasan Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kawasan Hutan. Rekapitulasi saldo awal, perubahan dan saldo akhir berdasarkan fungsi hutan dan kondisi hutan dapat dilihat pada tabel 3. 13

Rincian saldo awal, perubahan dan saldo akhir di atas untuk tiap Provinsi berdasarkan fungsi hutan dapat di lihat dalam Buku II (Lampiran) Neraca Sumber Daya Hutan Tahun 2013 tabel 4, 5.a. s/d 5.g, 6 dan 7. Rincian Luas kawasan hutan per Provinsi berdasarkan Fungsi Hutan dan Kondisi Penutupan Hutan dapat di lihat dalam Buku II (Lampiran) Neraca Sumber Daya Hutan Tahun 2013 tabel 11. Rincian untuk Saldo Awal, Perubahan dan Saldo Akhir Nasional dapat di lihat dalam Buku II (Lampiran) Neraca Sumber Daya Hutan Tahun 2013terdiri dari : Seluruh Kawasan Hutan di Tabel 12.1.a s/d 12.4.c, Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) di Tabel 13.1.a s/d 13.4.c, Kawasan Hutan Lindung (HL) di Tabel 14.1.a s/d 14.4.c, Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) ditabel 15.1.a s/d 15.4.c, Kawasan Hutan Produksi tetap (HP) di Tabel 16.1.a s/d 16.4.c dan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) di Tabel 17.1.a s/d 17.4.c. 14

Gambar 2. Perubahan Luas Kawasan Hutan Tahun 2013 Perubahan Luas Kawasan Hutan Luas Kawasan (x 1000 Ha) 35.000,00 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 - KSA+KPA+TB HL HPT HP HPK Saldo Awal Saldo Akhir Perubahan luas kawasan hutan tahun 2013 seperti tercantum dalam tabel 3, terdiri dari : a. Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan - Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) Saldo awal seluas 22.522.106,06Ha, perubahan (pengurangan) seluas 416.406,15 Ha dan saldo akhir seluas 22.105.699,91 Ha. - Hutan Lindung (HL) Saldo awal seluas 29.983.302,17Ha, perubahan (pengurangan) seluas 115.638,44 Ha dan saldo akhir seluas 29.867.663,73 Ha. - Hutan Produksi Terbatas (HPT) Saldo Awal seluas 27.509.567,83Ha, perubahan (penambahan) seluas 136.914,61 Hadan saldo akhir seluas 27.646.482,44 Ha. - Hutan Produksi tetap (HP) Saldo awal seluas 30.715.650,37 Ha, perubahan (pengurangan) seluas 1.817.147,67 Ha dan saldo akhir seluas 28.898.502,70 Ha. - Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) Saldo awal seluas 15.428.427,00Ha, perubahan (pengurangan) seluas 183.579,55 Ha dan saldo akhir seluas 15.244.847,45 Ha. 17

b. Berdasarkan Penutupan Lahan - Hutan Primer Saldo awal seluas 49.297.774,38 Ha, perubahan (pengurangan) seluas 4.612.307,56 Ha dan saldo akhir seluas 44.685.466,82 Ha. - Hutan Sekunder Saldo awal seluas 40.773.338,47 Ha, perubahan (penambahan) seluas 81.052,60 Ha dan saldo akhir seluas 40.854.391,07 Ha. - Hutan Tanaman Saldo awal seluas 2.070.028,37 Ha, perubahan (penambahan) seluas 778.574,96 Ha dan saldo akhir 2.848.603,33 Ha. - Tidak berhutan Saldo awal seluas 34.017.912,21 Ha, perubahan (penambahan) seluas 1.356.822,80 Ha dan saldo akhir seluas 35.374.735,01 Ha. c. Berdasarkan Jenis Perubahan - Perubahan peruntukan kawasan hutan dalam satu SK Menteri Kehutanan tentang Perubahan peruntukan kawasan hutan, perubahan fungsi, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan (pengurangan) seluas 1.669.067 Ha - Pelepasan kawasan hutan untuk transmigrasi dan perkebunan (pengurangan) seluas 176.287,28 Ha - Lahan pengganti/kompensasi dan areal yang ditukar, perubahan (penambahan) seluas 70,27 Ha - Koreksi data dan re-strukturisasi batas kawsan hutan, perubahan (pengurangan) seluas 550.573,19 Ha Neraca luas kawasan hutan yang terdiri saldo awal, perubahan dan saldo akhir dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan dikarenakan hasil penafsiran citra satelit terbaru dapat dilihat pada Tabel 5. 18

Tabel 4. Neraca Luas Kawasan Hutan Tahun 2013 AKTIVA PASIVA No. Uraian Luas (Ha) No. Uraian Luas (Ha) I. Persediaan Awal (Saldo Awal) I. Perubahan (Pengurangan) A. Berhutan A. Perubahan Luas Kawasan 1. Hutan Primer 49,297,774.38 1. Pelepasan Kawasan 1,984,377.28 2. Hutan Sekunder 40,773,338.47 2. Areal Yang ditukar 79.43 3. Hutan Tanaman 2,070,028.37 3. Perubahan Fungsi 660,261.00 Jumlah I.A. 92,141,141.22 4. Koreksi Data 2,216,085.28 B. Tidak Berhutan Jumlah I.A. 4,860,802.99 1. Non Hutan 34,017,912.21 B. Perubahan Penutupan Lahan Jumlah I.B. 34,017,912.21 1. Kegiatan IUPHHK ALAM 61,002.02 Jumlah I. 126,159,053.43 2. Kegiatan IUPHHK Tanaman 698,210.60 3. Rehabilitasi Lahan 114,459.53 II. Perubahan (Penambahan) 4. Pinjam Pakai 95,604.14 A. Perubahan Luas Kawasan 5. Perambahan Perladangan 436.00 1. Penunjukan Kawasan 139,023.00 6. Kebakaran Hutan 4,918.75 2. Areal Pengganti 149.70 7. Revisi Data 17,930,896.48 3. Perubahan Fungsi 660,261.00 Jumlah I.B. 18,905,527.52 4. Koreksi Data 1,665,512.09 Jumlah I. 23,766,330.51 Jumlah II.A. 2,464,945.79 B. Perubahan Penutupan Lahan I. Persediaan Akhir (Saldo Akhir) 1. Kegiatan IUPHHK ALAM 61,002.02 A. Berhutan 2. Kegiatan IUPHHK Tanaman 698,210.60 1. Hutan Primer 44,685,466.82 3. Rehabilitasi Lahan 114,459.53 2. Hutan Sekunder 40,854,391.07 4. Pinjam Pakai 95,604.14 3. Hutan Tanaman 2,848,603.33 5. Perambahan Perladangan 436.00 Jumlah I.A. 88,388,461.22 6. Kebakaran Hutan 4,918.75 B. Tidak Berhutan 7. Revisi Data 17,930,896.48 1. Non Hutan 35,374,735.01 Jumlah II.B. 18,905,527.52 Jumlah I.B. 35,374,735.01 Jumlah II. 21,370,473.31 Jumlah I. 123,763,196.23 JUMLAH TOTAL 147,529,526.74 JUMLAH TOTAL 147,529,526.74 Rincian perubahan luas kawasan tiap Provinsi sesuai dasar hukum, dapat dilihat dalam Buku II (Lampiran NSDH Nasional Tahun 2013) Tabel 8, sedangkan untuk data awal pada penyusunan NSDH Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 9 dimana ada data pembaharuan terdiri dari : Kalimantan Tengah dan Papua perubahan Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan tahun 2013 serta Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Barat dan Maluku Utara ada Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Tahun 2013. 19

B. Potensi dan Estimasi Nilai Ekonomi Kayu Semua Jenis Diameter 20 cm 1. Potensi Kayu Semua Jenis Diameter 20 cm Saldo awal Potensi Kayu Semua Jenis dalam NSDH Nasional Tahun 2013 berdasarkan potensi rata-rata (diameter 20 cm) yang diperoleh dari ; hasil pengolahan data Permanent Sample Plot (PSP) s/d tahun 2013 oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. Sedangkan Potensi kayu semua jenis untuk Pulau Jawa berdasarkan rata-rata data standing stock hutan produksi tetap (HP) dari Perum Perhutani ( di luar Provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakarta). Potensi Rata-Rata Kayu Semua Jenis Diameter 20 cm dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Potensi Rata-Rata Kayu Semua Jenis Diameter 20 cm Tahun 2013 (m3/ha). Kondisi Penutupan Lahan Hutan Lahan No. Tipe / Pulau Hutan Rawa Kering Hutan Tidak Tanaman Berhutan Primer Sekunder Primer Sekunder 1. Sumatera 229,50 152,47 271,64 184,29 118,11 24,04 2. Jawa-Madura 68,57 68,57 68,57 68,57 68,57-3. Bali Nusa Tenggara 175,31 141,03 256,00 137,24 118,11 24,04 4. Kalimantan 262,30 133,58 246,13 183,22 118,11 24,04 5. Sulawesi 188,08 115,74 264,19 190,54 118,11 24,04 6. Maluku 175,31 141,03 219,55 198,53 118,11 24,04 7. Papua 153,05 122,79 209,16 151,79 118,11 24,04 Keterangan : - Potensi Hutan Lahan Basah dan Hutan Lahan Kering berdasarkan hasil Perhitungan Potensi tahun 2013 - Potensi Hutan Lahan Basah pulau Bali Nusa Tenggara dan Maluku berdasarkan ratarata nasional Perhitungan Potensi Tahun 2013 - Potensi Hutan Tanaman berdasarkan estimasi rata-rata produksi hutan tanaman - Potensi Hutan Mangrove belum diperoleh datanya - Potensi Bukan Hutan/Non Hutan berdasarkan rata-rata potensi pertanian Lahan kering Campur, Savana dan Semak/Belukar dari Statistik Kawasan Hutan Tahun 2013 setelah diperhitungkan luas potensi penutupan tersebut terhadap luas total non hutan - Potensi Pulau Jawa berdasarkan rata-rata data standing stock Hutan Produksi tetap (HP) dari perum perhutani di luar Provinsi DI Yogyakarta dan DKI Jakarta - Potensi di Pulau Jawa untuk Kawasan Hutan Konservasi, HL, HPT dan semua fungsi di Provinsi DI Yogyakarta dan DKI Jakarta belum ada Berdasarkan data rata-rata potensi dalam tabel 6, diperoleh hasil potensi kayu semua jenis seperti tercantum dalam tabel 7 dan tergambar pada gambar 3. 21

Gambar 3. Perubahan Potensi Kayu Semua Jenis Diameter > 20 cm Tahun 2013 Perubahan Potensi Kayu Semua Jenis > 20 cm (x juta M 3 ) 5.000,00 4.500,00 4.000,00 3.500,00 3.000,00 2.500,00 2.000,00 1.500,00 1.000,00 500,00 0,00 KSA+KPA+TB HL HPT HP HPK Fungsi Hutan Saldo Awal Saldo Akhir Neraca potensi kayu semua jenis diameter 20 cm tahun 2013 (tidak termasuk Hutan Mangrove) untuk saldo awal sebesar 18.432,19juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 1.032,85 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 17.399,34 juta M 3, yang terdiri dari : a. Berdasarkan fungsi kawasan hutan, yang terdiri dari : - Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) Saldo awal sebesar 3.613,62 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 8,83 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 3.604,79 juta M 3. - Hutan Lindung (HL) Saldo awal sebesar 4.805,35 juta M 3, perubahan (penambahan) sebesar 75,01 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 4.880,36 juta M 3. - Hutan Produksi Terbatas (HPT) Saldo awal sebesar 4.443,75 juta M 3,perubahan (pengurangan) sebesar 62,29 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 4.381,46 juta M 3. - Hutan Produksi tetap (HP) Saldo awal sebesar 3.311,09juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 200,84 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 3.110,24 juta M 3. - Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) Saldo awal sebesar 2.258,39juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 835,90 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 1.422,49 juta M 3. 23

b. Berdasarkan Penutupan lahan, terdiri dari : - Hutan Primer Saldo awal sebesar 10.654,09 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 1.047,99 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 9.606,10juta M 3. - Hutan Sekunder Saldo awal sebesar 6.782,68 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 111,86 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 6.670,82 juta M 3. - Hutan Tanaman Saldo awal sebesar 196,19 juta M 3, perubahan (penambahan) sebesar 93,01 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 289,20 juta M 3. - Tidak Berhutan Saldo awal sebesar 799,23 juta M 3, perubahan (penambahan) sebesar34 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 833,23juta M 3. c. Berdasarkan Jenis Perubahan Penutupan Lahan Perubahan berdasarkan penutupan lahan terdiri dari : - Penunjukan dan Pelepasan kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 183,96 juta M 3. - Tukar menukar / kompensasi kawasan hutan, perubahan (penambahan) sebesar 0,004 juta M 3. - Perubahan fungsi kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 11,92 juta M 3. - Koreksi data dan re-strukturisasi batas kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 112,34 juta M 3. - Kegiatan IUPHHK Alam, perubahan (penambahan) sebesar 2,67 juta M 3. - Kegiatan IUPHHK Tanaman, perubahan (penambahan) sebesar 9,95 juta M 3. - Rehabilitasi Lahan, perubahan (penambahan) sebesar 14,63 juta M 3. - Pinjam pakai kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 14,95 juta M 3. - Perambahan / perladangan, perubahan (pengurangan) sebesar 0,03 juta M 3. 24

- Kebakaran hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 0,48 juta M 3. - Revisi data / update dari hasil penafsiran, perubahan (pengurangan) sebesar 736,44 juta M 3. Neraca potensi kayu semua jenis diameter 20 cm yang terdiri saldo awal, perubahan dan saldo akhir dapat dilihat pada Tabel 10. 2. Estimasi Nilai Ekonomi Potensi Kayu Semua Jenis Nilai Ekonomi Rata-Rata Kayu Semua Jenis dalam NSDH Nasional Tahun 2013 didasarkan pada Keputusan Menteri Perdagangan No. 22/M- DAG/PER/4/2012 tanggal 24 April 2012 (publikasi terakhir), dimana keputusan Menteri Perdagangan tersebut oleh Kementerian Kehutanan dijadikan dasar untuk menentuan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH). Nilai ekonomi semua jenis kayu di luar Pulau Jawa dan sebagian Provinsi di P. Jawa (Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) dapat dilihat dalam Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Estimasi Nilai Ekonomi Rata-RataKayu Semua Jenis Tahun 2013. No. Wilayah Semua Jenis Kayu (Rp./M 3 ) A. Wilayah I 1. Sumatera 360.000 2. Kalimantan 360.000 3. Sulawesi 360.000 4. Maluku 360.000 B. Wilayah II 1. Bali 270.000 2. Nusa Tenggara Barat 270.000 3. Nusa Tenggara Timur 270.000 4. Papua 270.000 5. Papua Barat 270.000 C. Wilayah Jawa 1. Banten 693.000 2. Jawa Barat 693.000 3. Jawa Tengah 693.000 4. Jawa Timur 693.000 Sumber : - Keputusan Menteri Perdagangan No. 22/M-DAG/PER/4/2012 tanggal 24April 2012 - Nilai standing stock Hutan Produksi sumber Perum Perhutani Tahun 2012 25

Gambar 4. Perubahan Estimasi Nilai Ekonomi Potensi Kayu Semua Jenis Diameter 20 cm Tahun 2013. Estimasi Nilai Ekonomi Potensi Kayu Semua Jenis Diamater > 20 cm (Rp x Trilyun) 1.800,00 1.600,00 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 KSA+KPA+TB HL HPT HP HPK Fungsi Hutan Saldo Awal Saldo Akhir 26

Neraca estimasi nilai ekonomi potensi kayu semua jenis tahun 2013 untuk saldo awal sebesar Rp. 6.115,17 trilyun, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 347,27 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 5.767,90 trilyun, yang terdiri dari : a. Berdasarkan fungsi kawasan hutan, yang terdiri dari : - Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 1.174,53 trilyun, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 1,78 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 1.176,31 trilyun. - Hutan Lindung (HL) Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 1.575,55 trilyun, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 25,07 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 1.600,62 trilyun. - Hutan Produksi Terbatas (HPT) Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 1.498,80 trilyun, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 36,92 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 1.461,87 trilyun. - Hutan Produksi tetap (HP) Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 1.149,54 trilyun, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 49,86 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 1.099,68 trilyun. - Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 716,76 trilyun, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 287,33 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 429,43 trilyun. b. Berdasarkan Penutupan lahan, terdiri dari : - Hutan Primer Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 3.351,85 trilyun, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 341,77 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 3.010,09 trilyun. - Hutan Sekunder 29

Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 2.367,55 trilyun, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 73,22 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 2.294,33 trilyun. - Hutan Tanaman Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 123,32 trilyun, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 55,65 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 178,97 trilyun. - Tidak Berhutan Saldo awal diperkirakan sebesar Rp. 272,45 trilyun, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 12,07 trilyun dan saldo akhir sebesar Rp. 284,52 trilyun. c. Berdasarkan Jenis Perubahan Penutupan Lahan Perubahan berdasarkan penutupan lahan dapat dilihat pada neraca tabel 10. Terdiri dari : - Penunjukan dan Pelepasan kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 65,87 trilyun. - Tukar menukar / kompensasi kawasan hutan, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 0,002 trilyun. - Perubahan fungsi kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 13,52 trilyun. - Koreksi data dan re-strukturisasi batas kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 43,26 trilyun. - Kegiatan IUPHHK Alam, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 0,98 trilyun. - Kegiatan IUPHHK Tanaman, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 7,71 trilyun. - Rehabilitasi Lahan, perubahan (penambahan) sebesar Rp. 5,07trilyun. - Pinjam pakai kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 5,32 trilyun. - Perambahan / perladangan, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 0,02 trilyun. 30

- Kebakaran hutan, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 0,17 trilyun. - Revisi data / update dari hasil penafsiran, perubahan (pengurangan) sebesar Rp. 232,88 trilyun. Rincian untuk potensi dan estimasi nilai kayu semua jenis dapat di lihat dalam Buku II (Lampiran Neraca Sumber Daya Hutan) Tahun 2013 yang terdiri dari : Seluruh Kawasan Hutan di Tabel 12.2.a s/d c, Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) di Tabel 13.2.a s/d c, Kawasan Hutan Lindung (HL) di Tabel 14.2.a s/d e, Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Tabel 15.2.a s/d c, Kawasan Hutan Produksi tetap (HP) di Tabel 16.2.a s/d c dan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) di Tabel 17.2.a s/d c. 31

C. Potensi Kayu Semua Jenis Diameter 5 cm Saldo awal Potensi Kayu Semua Jenis diameter 5 cm untuk NSDH Nasional Tahun 2013 berdasarkan potensi rata-rata seluruh Indonesia yang diperoleh dari hasil pengolahan data Permanent Sample Plot (PSP) s/d tahun 2013 oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. Potensi untuk Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan data dari Perum Perhutani tahun 2013. Potensi rata-rata kayu semua jenis diameter 5 cm dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Potensi Rata-Rata Kayu Semua Jenis Diameter 5 cm Tahun 2013. No. Tipe / Pulau Kondisi Penutupan Lahan Hutan Lahan Hutan Tidak Hutan Rawa Kering Tanaman Berhutan Primer Sekunder Primer Sekunder 1. Sumatera 295,44 221,68 341,63 246,65 118,11 24,04 2. Jawa-Madura 68,57 68,57 68,57 68,57 68,57-3. Bali Nusa Tenggara 239,87 214,80 327,72 195,08 118,11 24,04 4. Kalimantan 331,23 215,63 324,98 248,79 118,11 24,04 5. Sulawesi 255,43 159,25 329,90 249,99 118,11 24,04 6. Maluku 239,87 214,80 358,97 260,89 118,11 24,04 7. Papua 216,83 179,10 285,28 220,68 118,11 24,04 Keterangan : Potensi yang di cetak tebal merupakan potensi diameter diatas atau sama dengan 5 Cm berdasarkan hasil perhitungan tahun 2013 Potensi Hutan Lahan Basah pulau Bali Nusa Tenggara dan Maluku berdasarkan ratarata nasional perhitungan potensi Tahun 2013 (5 Up) Potensi lainnya berdasarkan rata-rata untuk potensi diameter diatas atau sama dengan 20 Cm Berdasarkan potensi rata-rata kayu semua jenis diameter 5 cm dalam tabel 11, diperoleh potensi kayu semua jenis diameter 5 cm secara nasional (tidak termasuk Hutan Mangrove) seperti tercantum pada tabel 12 dan gambar 5. 32

Gambar 5. Perubahan Potensi Kayu Semua Jenis Diameter 5 cm Tahun 2013. Perubahan Potensi Kayu Semua Jenis Diamater > 5 cm 7.000,00 ( x Juta M 3 ) 6.000,00 5.000,00 4.000,00 3.000,00 2.000,00 1.000,00 0,00 KSA+KPA+TB HL HPT HP HPK Fungsi Hutan Saldo Awal Saldo Akhir Potensi kayu semua jenis diamater 5 cm untuk saldo awal sebesar 24.529,85juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 1.418,43 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 23.111,42 juta M 3, yang terdiri dari : a. Berdasarkan fungsi kawasan hutan, terdiri dari : - Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) Saldo awal sebesar 4.775,25 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 2,80 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 4.772,45 juta M 3. - Hutan Lindung (HL) Saldo awal sebesar 6.347,81 juta M 3, perubahan (penambahan) sebesar 129,27 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 6.477,09 juta M 3. - Hutan Produksi Terbatas (HPT) Saldo awal sebesar 5.934,26 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 73,26 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 5.861,00 juta M 3. - Hutan Produksi tetap (HP) Saldo awal sebesar 4.392,22 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 304,39 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 4.087,83 juta M 3. - Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) Saldo awal sebesar 3.080,31 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 1.167,25 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 1.913,06 juta M 3. 34

b. Berdasarkan Penutupan lahan, terdiri dari : - Hutan Primer Saldo awal sebesar 14.247,41 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 1.413,59 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 12.833,82 juta M 3. - Hutan Sekunder Saldo awal sebesar 9.303,09 juta M 3, perubahan (pengurangan) sebesar 131,60 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 9.171,49 juta M 3. - Hutan Tanaman Saldo awal sebesar 196,19 juta M 3, perubahan (penambahan) sebesar 93,01 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 289,20 juta M 3. - Tidak Berhutan Saldo awal sebesar 783,16 juta M 3, perubahan (penambahan) sebesar 33,75 juta M 3 dan saldo akhir sebesar 816,91 juta M 3. c. Berdasarkan Jenis Perubahan Penutupan Lahan Perubahan berdasarkan penutupan lahan dapat dilihat pada neraca tabel 15. Terdiri dari : - Penunjukan dan Pelepasan kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 243,28 juta M 3. - Tukar menukar / kompensasi kawasan hutan, perubahan (penambahan) sebesar 0,004 juta M 3. - Perubahan fungsi kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 14,04 juta M 3. - Koreksi data dan re-strukturisasi batas kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 143,11 juta M 3. - Kegiatan IUPHHK Alam, perubahan (penambahan) sebesar 4,35 juta M 3. - Kegiatan IUPHHK Tanaman, perubahan (penambahan) sebesar 8,47 juta M 3. - Rehabilitasi Lahan, perubahan (penambahan) sebesar 20,35 juta M 3. - Pinjam pakai kawasan hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 21,04 juta M 3. 35

- Perambahan / perladangan, perubahan (pengurangan) sebesar 0,02 juta M 3. - Kebakaran hutan, perubahan (pengurangan) sebesar 0,68 juta M 3. - Revisi data / update dari hasil penafsiran, perubahan (pengurangan) sebesar 1.029,44 juta M 3. Tabel 13. Neraca Potensi Kayu Semua Jenis Diameter 5 cm Tahun 2013. AKTIVA PASIVA No. Uraian M 3 (x Juta) No. Uraian M 3 (x Juta) I. Persediaan Awal (Saldo Awal) I. Perubahan (Pengurangan) A. Berhutan A. Perubahan Luas Kawasan 1. Hutan Primer 14.247,41 1. Pelepasan Kawasan Hutan 265,88 2. Hutan Sekunder 9.303,09 2. Areal Yang ditukar 0,00 3. Hutan Tanaman 196,19 3. Perubahan Fungsi 109,70 Jumlah I.A. 23.746,69 4. Koreksi Data 392,59 B. Tidak Berhutan Jumlah I.A. 768,18 1. Non Hutan 783,16 B. Perubahan Penutupan Lahan Jumlah I.B. 783,16 1. Kegiatan IUPHHK Alam 10,21 Jumlah I. 24.529,85 2. Kegiatan IUPHHK Tanaman 43,14 3. Rehabilitasi Lahan 2,47 II. Perubahan (Penambahan) 4. Pinjam Pakai 23,38 A. Perubahan Luas Kawasan 5. Perambahan Perladangan 0,02 1. Penunjukan Kawasan Hutan 22,61 6. Kebakaran Hutan 0,77 2. Areal Pengganti/Kompensasi 0,01 7. Revisi Data 3.303,34 3. Perubahan Fungsi 95,67 Jumlah I.B. 3.383,32 4. Koreksi Data 249,48 Jumlah I. 4.151,50 Jumlah II.A. 367,76 B. Perubahan Penutupan Lahan I. Persediaan Akhir (Saldo Akhir) 1. Kegiatan IUPHHK Alam 14,55 A. Berhutan 2. Kegiatan IUPHHK Tanaman 51,60 1. Hutan Primer 12.833,82 3. Rehabilitasi Lahan 22,82 2. Hutan Sekunder 9.171,49 4. Pinjam Pakai 2,34 3. Hutan Tanaman 289,20 5. Perambahan Perladangan 0,00 Jumlah I.A. 22.294,51 6. Kebakaran Hutan 0,09 B. Tidak Berhutan 7. Revisi Data 2.273,90 1. Non Hutan 816,91 Jumlah II.B. 2.365,31 Jumlah I.B. 816,91 Jumlah II. 2.733,07 Jumlah I. 23.111,43 JUMLAH TOTAL 27.262,92 JUMLAH TOTAL 27.262,92 36