PENERAPAN METODE CERAMAH, DEMONSTRASI, DAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN KOTA BARAT. Djotin Mokoginta Dosen Universitas Negeri Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB I PENDAHULUAN. sains mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kekhususannya adalah pada metode yang digunakan oleh para ilmuwan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sangat rendah. Hasil penelitian Suryanto dan Somerset terhadap 16

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi manusia termasuk dirinya sendiri. Dalam Undang-Undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

Pencarian Bilangan Pecahan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB IV HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan; (2) proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas, diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

Ulfah Khamidah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata-kata kunci: efektivitas, teknik, media, kompetensi, teks cerita petualangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD

PENGGUNAAN LKS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 08 KEPAHIANG BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan yang menuntut seseorang terampil menulis, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

Transkripsi:

PENERAPAN METODE CERAMAH, DEMONSTRASI, DAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN KOTA BARAT Djotin Mokoginta Dosen Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Secara teori bahwa kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari hubungan antara guru dan murid dimana guru mengajar dan murid menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPA, maka guru hendaknya dapat memilih metode yang tepat dan menggunakannya yang tepat pula sehingga bahan-bahan atau materi yang diajarkan akan dapat dipahami dan dimengerti oleh murid. Khususnya penerapan metode ceramah, tanya jawab, metode demonstrasi, dan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar selama ini belum ada yang mengatakan bahwa ketiga metode tersebut dominan selalu digunakan pada kegiatan belajar mengajar IPA SD. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mendominasi gambaran secara empiris tentang penerapan metode ceramah, demonstrasi, dan eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang prosentase penerapan ketiga metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar IPA di SD yang diteliti dengan menggunakan rumus tertentu. Kata Kunci : mata pelajaran IPA, metode pengajaran, deskriptif. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Pemikiran Bidang studi IPA sebagai bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar, memiliki kedudukan yang strategis dalam pengembangan logika berpikir anak didik. Dengan kedudukan yang demikian IPA memiliki peranan penting dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional seperti yang ditetapkan dalam GBHN yaitu tumbuhnya manusia-manusia yang tangguh, cerdas, kreatif, terampil, produktif dan professional. Dalam era industry dewasa ini dan perkembangan teknologi yang begitu cepat menjadikan mata pelajaran IPA sangat penting untuk diajarkan, dikuasai oleh murid untuk mengantisipasi perkembangan dan kemajuan teknologi searah dengan perkembangan dan kemajuan bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa kearah Negara industri mempunyai konsekuensi bahwa pelakupelaku pembangunan harus disiapkan secara dini menjadi manusia yang berpikir kritis, analitis untuk mengantisipasi perkembangan bangsa dalam segala aspek dan permasalahannya. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tujuan diantaranya mampu menjelaskan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menggunakan teknologi sederhana. Pelajaran IPA dalam penerapannya memiliki khas dimana tidak saja teori-teori saja yang diajarkan melainkan yang disertai dengan percobaan-percobaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada murid untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar, hingga Perguruan Tinggi. Dan khususnya untuk Sekolah Dasar pada kurikulum 1986 IPA diajarkan mulai dari kelas I. Sedangkan pada kurikulum 1994 mulai diajarkan dikelas III. Penerapan mata pelajaran IPA sesuai dengan sifatnya dalam suatu proses belajar mengharuskan adanya kegiatan penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan baik yang dilakukan oleh guru maupun dilakukan oleh murid. Upaya menanamkan pengetahuan, keterampilan dan sikap murid terhadap suatu bahan ajaran disamping ditentukan oleh minat, motivasi, dan kemampuan murid. Juga sangat ditentukan oleh kemauan, kemampuan, dan keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran IPA serta pengetahuan guru secara komprehensif tentang semangat kurikulum IPA itu sendiri untuk menganalisa suatu realita. Analisa suatu realita mengandung arti pemahaman tentang bagaimana wujud suatu konsep kedalam pelaksanaan. Pengkajian ini tidak bermakna sekedar melihat dunia praktek akan tetapi yang lebih penting melihat bagaimana kegiatan antara konsep dan pelaksanaan. Untuk memahami konsep dalam proses belajar mengajar digunakan berbagai metode mengajar yang efektif akan memudahkan pemahaman konsep atau teori berbeda dengan kenyataan, hal ini disebabkan karena belum ada kaitan yang cocok dan serasi antara metodologi IPA dengan praktek. Pembelajaran IPA di Sekolah

dalam hal ini penggunaan metode mengajar IPA yang cocok dengan tujuan semangat materi kemampuan siswa seringkali kurang diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dikelas. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran melibatkan berbagai komponen yang terkait seperti tujuan yang ingin dicapai, materi, atau bahan ajar, serta evaluasi. Dan ada pula yang dapat dikatakan sangat penting untuk diperhatikan atau diabaikan maka kegiatan penyampaian kepada siswa menjadi kabur dan dapat dikatakan kegiatan itu sesungguhnya bukan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar seorang guru akan sangat efektif apabila diawali dengan pemilihan metode, strategi, dan pendekatan belajar mengajar yang baik dan tepat. Ada banyak metode mengajar yang sering dikemukakan oleh para ahli pendidikan, diantaranya metode ceramah, metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode diskusi, metode karya wisata, metode penemuan, metode eksperimen, dan lain sebagainya. Setiap metode mempunyai kebaikan dan kelemahannya. Suatu metode baik untuk mata pelajaran atau pokok bahasan memiliki karakteristik masing-masing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang prosentase penerapan ketiga metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar IPA di SD yang diteliti dengan menggunakan rumus : F x 100%...% N Keterangan : F = Frekuensi N = Jumlah sampel Data yang diperoleh lewat hasil wawancara dimana dengan cara mengklasifikasikan jawaban responden, mendeskripsikan, kemudian dirumuskan dalam bentuk uraian-uraian (paragraf). Peningkatan kualitas hasil belajar siswa tergantung pada efisiensi pengajaran. Indikatornya mengacu pada waktu personalia dan sumber belajar yang dipakai. Efisiensi waktu dapat diukur dengan kesempatan siswa belajar sesuai dengan jumlah waktu yang dibutuhkan. Dan biasanya program pengajaran yang dirancang sesuai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan. Dimana setiap siswa harus memulai dan mengakhiri kegiatan belajar dalam waktu yang sama. Program yang dapat mencapai tujuan dalam waktu yang telah ditentukan dapat dikategorikan sebagai program yang paling efisien. Aspek lain yang turut menentukan efisiensi pengajaran adalah personalia. Tingkat pendidikan dan keikutsertaan dalam personalia. Tingkat pendidikan guru dan keikutsertaan dalam penataran metodologi pengajaran IPA dan atau lokakarya IPA juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan guru. Suatu metode pengajaran seringkali hanya cocok untuk belajar tipe isi tertentu dan dibawah kondisi tertentu. Ini berarti bahwa untuk belajar tipe isi yang lain dan dibawah kondisi yang lain diperlukan metode yang berbeda. Metode ceramah, metode demonstrasi, metode, dan metode eksperimen merupakan metode yang sering digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Dari ketiga metode yang diteliti ternyata metode ceramah lebih dominan (92.11%) digunakan termasuk kategori baik, kemudian disusul dengan metode demonstrasi (31.58%) termasuk kategori sedang, dan terakhir metode eksperimen (28.95%) termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode eksperimen tidak sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah penerapannya. Sebab-sebab kurang diperhatikannya prosedur atau langkah-langkah penerapannya antara lain karena kurangnya pemahaman guru tentang metodologi pengajaran dan terbatasnya penyediaan peralatan sarana, dan bahan-bahan yang mendukung penerapan suatu metode. Bertolak dari karakteristik mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang membutuhkan kegiatan penyelidikan, penyusunan dan pengujian-pengujian gagasan, maka peneliti membatasi diri pada penerapan metode mengajar yang dipandang cocok dan sering digunakan oleh guru-guru IPA, yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen. Penelitian ini tidak bermaksud menganalisa sesuatu semua permasalahan yang ditimbulkan dari pelaksanaan metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen dalam kasus pengajaran IPA, akan tetapi peneliti membatasi diri pada analisa penerapannya menyangkut langkah-langkah penerapannya dalam mengajarkan IPA pada SD di wilayah Kota Barat Gorontalo. b. Rumusan Masalah Konsep metode mengajar yang diterapkan dewasa ini sudah amat berkembang. Metode mengajar bukan lagi hanya sekedar kemampuan menghafal bahan-bahan pelajaran kemudian mampu menyampaikan sesuai isi buku pelajaran IPA dan bukan pula sekedar prosedur format yang harus diikuti langkah demi langkah, akan tetapi lebih berarti kemampuan nalar guru terhadap siswa

yang menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa bahkan diharapkan siswa lebih aktif dan berpartisipasi sesuai dengan prinsip belajar siswa aktif (CBSA). Penggunaan metode mengajar benar-benar mendekatkan suatu konsep atau teori dengan kenyataan berarti bahwa pelaksanaan metode mengajar IPA dalam kasus pengajaran IPA harus cocok dan serasi dengan semangat kurikulum tujuan yang dicapai. Yang menjadi permasalahannya adalah : Sejauhmana penerapan metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen dalam mengajar IPA bagi guru SD di Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. Masalah pokok diatas dirinci dalam sub-sub masalah untuk kepentingan operasional sasaran penelitian sebagai berikut : 1) Sejauh manakah penerapan metode ceramah oleh guru yang mengajar IPA pada SD di Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. 2) Sejauh manakah penerapan metode demonstrasi oleh guru yang mengajar IPA pada SD di Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. 3) Sejauh manakah penerapan metode eksperimen oleh guru yang mengajar IPA pada SD Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. c. Kontribusi Kontribusi yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain : 1) Untuk menjadi bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dan guru yang merumuskan kebijaksanaan dan strategi IPA khususnya pada sekolah-sekolah dasar dan lembaga pendidikan formal pada umumnya. 2) Untuk memperoleh gambaran bagi penulis tentang keadaan proses belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar. 3) Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya yang berminat menyelidiki bahanbahan yang relevan pada bidang studi lain sehingga lahirlah suatu tulisan yang lebih baik, lengkap dan lebih bermutu. d. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu data-data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel-tabel prosentase untuk memberi gambaran umum tentang penerapan metode mengajar IPA dengan membatasi diri pada tiga jenis metode mengajar IPA yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen. Ketiga metode mengajar tersebut akan dianalisis secara terpisah dengan menekankan pada aspek penerapannya. 1) Definisi Operasional Variabel Agar variable dalam penelitian ini dapat diamati maka perlu adanya batasan operasional variabel sebagai berikut : a) Penerapan metode ceramah dalam pembelajaran IPA Yang dimaksud dengan penerapan metode ceramah dalam pembelajaran IPA ialah cara menyampaikan materi pelajaran IPA melalui penjelasan dan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada peserta didik sesuai prosedur yang dikategorikan dalam tiga tingkatan penelitian yaitu : baik, cukup dan kurang. b) Penerapan metode demonstrasi dalam pengajaran IPA Yang dimaksud dengan penerapan metode demonstrasi dalam pengajaran IPA ialah cara menyampaikan materi pelajaran IPA dengan sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan proses yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada peserta didik sesuai prosedur penerapannya yang dikategorikan dalam tiga tingkatan penilaian yaitu : baik, cukup, kurang. c) Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA Yang dimaksud dengan penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA ialah cara penyampaian pembelajaran materi IPA yang dalam bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu atau mengamati proses dan hasil percobaan dimana siswa diberi kesempatan melaksanakan langkah-langkah cara berpikir ilmiah. Dengan prosedur dan langkah-langkah penerapannya yang dikategorikan dalam tiga tingkatan penilaian yaitu : baik, cukup, kurang.

Adapun indikator dalam variabel ini adalah penggunaan metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen sesuai prosedur penerapannya adalah sebagai berikut : 1. Langkah-langkah penerapan metode ceramah a). Tahap persiapan ceramah dengan kegiatan : - Mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahkan. - Mempersiapkan penguasaan isi yang akan diceramahkan. - Memilih dan mempersiapkan media instruksional atau alat bantu. b). Tahap awal ceramah, dengan kegiatan : - Menciptakan hubungan akrab antara guru dan siswa. - Meningkatkan perhatian siswa. - Mengungkapkan pokok-pokok isi ceramah. c). Tahap pengembangan ceramah : - Keterangan secara singkat dan jelas, penggunaan papan tulis, menggunakan istilah yang jelas. - Perinci dan perluas pelajaran seperti memprakteknya / memberikan ilustrasi, keterangan tambahan atau contoh-contoh. d). Tahap akhir ceramah dengan kegiatan : - Pembuatan rangkuman dan garis-garis besar ini pelajaran yang diceramahkan yang dilakukan oleh guru dan siswa. - Penjelasan isi hubungan pelajaran yang diceramahkan dengan isi ceramah berikutnya. 2. Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi a. Persiapan pemakaian metode demonstrasi - Mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai. - Analisa kebutuah peralatan atau demonstrasi. - Mencoba peralatan dan analisa kebutuhan waktu. - Merancang garis-garis besar demonstrasi. b. Melaksanakan pemakaian metode demonstrasi dengan kegiatan : - Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan. - Memberi pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa. - Menerangkan tindakan proses atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi, dan pertanyaan. c. Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi meliputi : - Diskusi tentang proses atau prosedur yang baru didemonstrasikan. - Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba. - Melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan 3. Langkah-langkah penerapan metode eksperimen Mempersiapkan penerapan pemakaian metode eksperimen dengan kegiatan : - Menetapkan kesesuaian metode terhadap tujuan yang hendak dicapai. - Menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana yang dibutuhkan. - Mengadakan uji eksperimen untuk menguji ketetapan proses dan hasilnya sebelum menugaskan kepada siswa. - Menyediakan peralatan, bahan dan sarana lainnya. - Menyediakan lembar kerja. Melaksanakan pemakaian metode eksperimen dengan kegiatan : - Mendiskusikan bersama seluruh siswa mengenai prosedur peralatan, dan bahan untuk eksperimen, serta hal-hal yang perlu diamati dan dicatat selama eksperimen. - Membantu membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan oleh siswa. - Para siswa membuat kesimpulan dan laporan hasil eksperimen. Tindak lanjut pemakaian metode eksperimen : - Mendiskusikan hambatan dan hasil-hasil eksperimen. - Membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan dan bahan sarana lainnya. - Evaluasi akhir eksperimen oleh guru.

Populasi dan Sampel a. Populasi Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru-guru SD yang mengajar IPA pada kelas III sampai dengan kelas VI SD di Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. b. Sampel Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru-guru SD yang mengajar mata pelajaran IPA di kelas III sampai dengan kelas VI SD di Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. Karena keterbatasan dana, sarana dan waktu sehingga peneliti mengambil kebijaksanaan menentukan sepuluh buah SD menjadi 38 orang guru yang diharapkan dapat mewakili jumlah populasi. c. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa angket dan wawancara (interviu). d. Angket Alasan menggunakan angket dalam penelitian ini tidak terlepas dari bobot dan kemudahan dalam memperoleh data penelitian, karena peneliti sadar akan keterbatasannya penerapan metode dalam hal biaya, tenaga, dan waktu. Angket yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan metode mengajar IPA, khususnya metode cermah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen. e. Wawancara (interviu) Untuk memperoleh data lewat angket dan digunakan pula wawancara yaitu peneliti mengadakan wawancara secara langsung, berkaitan dengan permasalahan metode mengajar yang meliputi ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen. Penggunaan teknik wawancara dengan pertimbangan bahwa melalui wawancara terbuka dan berpedoman akan memberikan atau mendapatkan informasi lengkap dari responden bagi kepentingan penelitian ini. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis deskriptif yaitu mendeskripsikan dan mencoba memberi gambaran tentang prosentase penerapan tiap metode mengajar IPA yang diteliti dengan menggunakan rumus : F x 100%...% N Keterangan : F = Frekuensi N = Jumlah sampel Sedangkan data yang diperoleh lewat hasil wawancara dianalisis dengan cara mengklasifikasikan jenis jawaban responden, kemudian merumuskan dalam bentuk uraian-uraian (paragraph). a. Hasil Analisa Data 1) Tingkat pemahaman terhadap metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen serta penerapannya Efektivitas suatu pengajaran tidak saja dipenuhi oleh minat, bakat, dan motivasi siswa akan tetapi banyak pula dipengaruhi oleh tingkat pemahaman, pengetahuan, dan motivasi siswa akan tetapi banyak pula dipengaruhi oleh tingkat pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan guru dalam menyelenggarakan suatu kegiatan belajar mengajar yang memiliki daya tarik yang tinggi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pemahaman guru yang mengajarkan IPA pada SD sasaran sebagai berikut : Guru yang mengatakan bahwa ia paham benar dengan metode mengajar yang dipergunakan sebanyak 16 orang (42.1%), yang cukup paham sebanyak 17 orang (44.7%), sedangkan yang kurang paham terhadap metode yang diterapkan sebanyak 5 orang (13.2%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Karenanya pemahaman terhadap penerapan metode mengajar khususnya disebabkan antara lain karena kurangnya sumber belajar seperti buku-buku metodologi pengajaran dan buku-buku IPA lainnya yang dapat diperkaya pengetahuan dan pemahaman guru. Dari hasil wawancara dengan guru-guru yang menjadi responden menunjukkan bahwa ratarata guru tidak memiliki buku metodologi pengajaran, mereka hanya mengandalkan bekal pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan. Sedangkan buku-buku reverensi Ilmu Pengetahuan Alam yang diharapkan memperkaya pengetahuan pemahaman guru yang mengajarkan IPA pada sekolah dasar. Sasaran tidak memiliki sumber belajar yang cukup sehingga cenderung mempengaruhi penerapan metode mengajar dalam kegiatan belajar mengajar. Kekurangan sumber belajar (kuku) sebenarnya biasa diatasi dengan usaha memberikan informasi yang cukup kepada guru baik menyangkut metodologi pengajaran maupun informasi

pengajaran, maupun informasi menyangkut usaha mendalami materi IPA itu sendiri melalui kegiatan penataran, lokakarya dan sebagainya. Dalam kaitan dengan keterlibatan responden mengikuti penataran metodologi pengajaran IPA dan atau lokakarya hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mengikuti lebih dari 10 kali 10 orang (26.31%), yang mengikuti 6 sampai 10 kali 4 orang (10.53%), sedangkan yang mengikuti 1 sampai 5 kali 34 orang (63.16%). Untuk jelasnya lihat table 2. Tingkat pendidikan guru adalah sangat penting dan mempunyai pengaruh terhadap penerapan metode mengajar. Data yang diperoleh memberi gambaran bahwa yang mempunyai tingkat pendidikan SPG dan sederajatnya sebanyak 29 orasng (76.32%), yang tamat PGSLP/Diploma dan sarjana muda 7 orang (18.42%), dan yang tamat perguruan tinggi/sarjana sebanyak 2 orang (15.26%). Bertolak dari hasil analisa yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyediaan sarana seperti buku-buku referensi untuk menambah wawasan dan pemahaman guru mengikuti penataran metodologi pengajaran IPA dan atau lokakarya hanya sebahagian kecil yang pernah ikut serta lebih dari 10 kali, bila dilihat dari tingkat pendidikan guru sudah termasuk kategori sedang. Kenyataan yang menyangkut keadaan guru memungkinkan guru cakap memahami dengan baik prinsip-prinsip penerapan metode ceramah, metode demonstrasi dan metode eksperimen. Penerapan metode mengajar IPA dalam pemilihan dan penerapan metode mengajar yang menjadi pedoman pokok guru adalah tujuan yang ingin dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang (81.58%) guru yang menjadikan tujuan yang ingin dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang (81.58%) guru yang menjadikan tujuan yang ingin dicapai sebagai titik tolak penentuan dan pemilihan metode mengajar sebanyak 1 orang (02.63%), penentuan metode tergantung pada tersedianya peralatan sekolah. Sedangkan sebanyak 6 orang (15.79%) yang melihat kemudahan bagi guru dalam penerapan metode. Kesalahan dalam penentian titik tolak pemilihan metode mengajar akan berakibat suatu metode yang digunakan itu ada relevansinya dengan potensi/keadaan siswa, serta relevansi dengan evaluasi pelajaran dan sebagainya. Ada sebagian besar guru dalam memilih metode mengajar mengabaikan unsur pokok penentuan mengajar (tujuan). Ini berarti penerapan metode mengajar IPA pada SD yang menjadi sasaran penelitian belum diterapkan secara baik dan benar. Dalam hubungannya dengan penerapan metode mengajar maka setiap metode yang akan dipilih untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar harus dimengerti, difahami, dan diketahui dengan benar prosedur penerapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepedulian dalam memperhatikan penerapan metode mengajar sebanyak 21 orang (55.27%), yang mempunyai kepedulian untuk memperhatikan penerapan metode mengajar pada umumnya sebanyak 14 orang (36.84%) yang memperhatikan penerapan metode mengajar, sedangkan yang sama sekali tidak memperhatikan sebanyak 3 orang (07.69%). 2) Penerapan metode ceramah Metode ceramah sudah sejak lama digunakan oleh para guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan alasan keterbatasan waktu dadn materi dalam buku teks. Dewasa ini alasan yang demikian menjadi tidak tepat dan tidak diterima, karena setiap materi atau pokok bahasan dalam suatu garisgaris besar program pengajaran (GBPP) sudah ditentukan alokasi waktu bahkan turut ditentukan pula buku rujukan yang digunakan dalam mencapai tujuan. Jika keterbatasan buku teks atau buku bacaan siswa menjadi alasan penggunaan metode ceramah maka alasan itu tidak benar karena buku teks setiap buku bidang studi terutama untuk sekolah dasar sudah tersedia diberbagai toko buku dengan harga yang cukup terjangkau, bahkan pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendistribusikan buku-buku paket (teks) pada sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Tingginya frekuensi penggunaan metode ceramah oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar menunjukkan adanya kecenderungan menganggap bahwa metode ceramah sebagai metode yang sudah diterapkan dan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35 orang (92.11%) selalu menggunakan metode ceramah, dan 3 orang (07.89%) yang kadang-kadang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah selalu digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah menjamin bahwa setiap guru dapat menerapkannya dengan baik dan benar. Menggunakan metode dengan baik adalah menurut prosedur penerapannya. Beberapa langkah metode ceramah seperti langkah persiapan berupa langkah pengorganisasian isi pelajaran masih kurang diperhatikan oleh guru dimana dari semua responden sebanyak 19 orang (0.5%), 15 orang (39.47%) yang kadangkadang melaksanakan, dan sebanyak 4 orang (10.52%) yang sekali tidak melaksanakan kegiatan persiapan tersebut. Tahap memilih dan mempersiapkan alat bantu atau media instruksional, yang selalu melakukan sebanyak 21 orang (55.26%), yang kadang-kadang melakukan sebanyak 10 orang (26.31%) dan

yang tidak pernah melakukan sebanyak 7 orang (18.42%). Upaya melaksanakan suasana akrab antara guru dan siswa juga masih kurang diperhatikan oleh guru dimana hanya sebanyak 15 orang (34.84%) yang selalu melakukannya, dan sebanyak 18 orang (47.37%) yang kadang-kadang melakukan, sedangkan sebanyak 5 orang (13.15%) yang tidak pernah melakukan. Suasana akrab terjadi antara guru dan siswa juga masih kurang diperhatikan oleh guru dimana hanya sebanyak 15 orang (34.48%) yang selalu melakukannya, dan sebanyak 18 orang (47.37%) yang kadang-kadang melakukan, sedangkan 5 orang (13.15%) yang tidak pernah melakukan. Suasana akrab terjadi antara guru dan siswa dalam situasi belajar mengajar sangat membantu terciptanya kondisi belajar mengajar yang bebas dari perasaan takut dan mengurangi dari berbagai beban mental dialami siswa menyangkut kesediaan guru menyampaikan atau memberikan pokok-pokok ceramah kepada siswa sebanyak 33 orang (86.84%) yang selalu melakukan, 5 orang (13.75%) kadang-kadang melakukan. Pokok ceramah merupakan garis-garis besar pembahasan dan seorang guru wajib memperkaya materi sajian dengan berbagai ilustrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyampaian materi IPA selalu disertai ilustrasi, hal ini dibuktikan guru IPA sebanyak 32 orang (84.21%) mengaku selalu memperkaya materi pelajaran dengan ilustrasi. Sebanyak 6 orang (15.78%) kadang-kadang melakukan/memperkaya bahan ilustrasi, dan sebanyak 6 orang (15.78%) yang kadang-kadang melakukan/memperkaya ilustrasi. Dalam hubungan dengan usaha mengaktifkan siswa lewat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk bertanya selama ceramah berlangsung sebanyak 19 orang (0.5%) responden selalu memberi kesempatan bertanya kepadaa siswa untuk bertanya. Setelah ceramah berakhir dilanjutkan dengan pembuatan rangkuman garis-garis besar ceramah yang melibatkan siswa. Hasil penelitian membuktikan bahwa 26 orang (68.93%) guru selalu melibatkan siswa dalam membuat rangkuman, 12 orang (31.57%) kadang-kadang melibatkan siswa dalam membuat rangkuman, 12 orang (31.57%) kadang-kadang melibatkan siswa dalam membuat rangkuman ceramah. Langkah terakhir menghubungkan isi ceramah berikutnya, yang kadang-kadang melakukan hubungan isi ceramah berikutnya, yang kadang-kadang melakukan isi ceramah sebanyak 8 orang (21.05%). 3) Penerapan metode demonstrasi Dalam kegiatan belajar mengajar seringkali guru menunjukkan dan memperagakan keterampilan fisik atau yang lainnya. Mata pelajaran IPA menunjukkan suatu mata pelajaran yang sifatnya membuat hal-hal yang baru diperagakan atau hal-hal yang harus ditunjukkan. Untuk hal tersebut guru dapat memakai metode demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Metode demonstrasi merupakan analisis metode yang paling sederhana dan amat bersahaja. Metode ini adalah metode mengajar yang pertama kali digunakan manusia sebagaimana dilakukan manusia gua pada saat menambahkan kayu untuk membesarkan api unggun, sementara anakanaknya memperhatikan dan menirunya (Staton, 1978:91). Dilihat dari kesederhanannya maka dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi mudah dilakukan oleh siapa saja apa lagi dilakukan oleh guru. Walaupun sangat sederhana untuk dilaksanakan, guru hendaknya mengetahui dan memahaminya sebelum menggunakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang selalu menggunakan metode demosntrasi sebanyak 12 orang (31.58%), yang kadang-kadang menggunakan sebanyak 26 orang (68.42%). Penerapan metode demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar secara benar apabila dilakukan menurut langkah-langkah pelaksanaannya. Pada pokok langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi meliputi tiga tahap yaitu (1) tahap persiapan pemakaian metode demonstrasi yang meliputi : mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai, menganalisis kebutuhan peralatan, dan analisis waktu yang dibutuhkan, merancang garis-garis besar demonstrasi, (2) tahap pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi meliputi kegiatan mempersiapkan peralatan, dan bahan yang diperlukan memberikan pengantar demonstrasi (penjelasan) meragakan tindakan dan sebagainya, (3) tahap tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi dengan kegiatan sebagai berikut : diskusi tentang tindakan proses atau prosedur yang baru saja didemonstrasikan, memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala yang telah didemonstrasikan. Tiga tahap langkah-langkah pemakaian metode demonstrasi harus ditempuh oleh seorang guru yang telah memilih metode demonstrasi untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Betapapun sederhananya, kenyataan menunjukkan bahwa sebahagian besar guru-guru yang menggunakan metode demonstrasi sesuai dengan langkah-langkahnya cukup tinggi jumlahnya. Hal ini terbukti sebanyak 31 orang (81.58%) selalu melaksanakan tahap-tahap persiapan pelaksanaan yang berupa persiapan kegiatan kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai, kemudian sebanyak 7 orang (18.42%) yang kadang-kadang melaksanakan, sedangkan sebanyak 27 orang (71.06%) melaksanakan kegiatan analisa kebutuhan peralatan, mencoba peralatan, analisa kebutuhan waktu, dan merancang garis-garis besar demonstrasi. Pada tahap pelaksanaan orang

(73.69%) pemakaian metode demonstrasi guru yang menyiapkan sebelum kegiatan demonstrasi sebanyak 28 orang (73.69%), yang kadang-kadang menyiapkan peralatan 10 orang (26.31%). Pengantar atau penyampaian informasi tentang prosedur, dan instruksi kepada siswa sebanyak 35 orang (92.11%) yang selalu menggunakan, kemudian sebanyak 3 orang (07.89%) yang kadangkadang menyampaikan tentang prosedur dan instruksi. Melibatkan murid dalam diskusi tentang tindakan prosedur yang telah didemonstrasikan sebanyak 32 orang (84.22%) yang selalu melaksanakan, dan sebanyak 6 orang (15.78%) yang kadang-kadang melaksanakan. Kemudian yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba yang telah didemonstrasikan sebanyak 32 orang (60.53%), sedangkan yang kadang-kadang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba yang telah didemonstrasikan sebanyak 15 orang (39.47%). 4) Penerapan metode eksperimen Ilmu Pengetahuan Alam telah lama mengembangkan metode eksperimen dengan hasil yang memuaskan (Husen, 1988:128). Sebagai suatu metode mengajar pengembangan ilmu metode eksperimen patut diterapkan di sekolah-sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa di sekolah dasar sejak dini mengenal dan mampu melaksanakan eksperimen sederhana. Mengingat betapa pentingnya metode eksperimen untuk mengembangkan ilmu sudah sepantasnya guru menggunakannya dalam kegiatan belajar mengajar. Metode eksperimen pemakaiannya akan beriringan dengan logika induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan sejumlah bukti fakta atau data) dari keadaan yang diamati melalui eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen, melatih siswa, merancang, mempersiapkan dan melaksanakan serta melaporkan hasil percobaan. Untuk mendapat hasil yang optimal dari pemakaian metode eksperimen maka setiap guru yang memakainya diwajibkan memperhatikan langkah-langkah pelaksanaannya. Pada prinsipnya langkah penerapan metode eksperimen ada tiga tahap yaitu : (1) mempersiapkan metode eksperimen yang mencakup kegiatan sebagai berikut : menetapkan kesesuaian metode eksperimen dengan tujuan yang akan dicapai, menetapkan kebutuhan peralatan, bahan dan sarana lainnya yang dibutuhkan dalam eksperimen, (2) melaksanakan metode eksperimen dengan kegiata sebagai berikut : mendiskusikan bersama siswa mengenai prosedur, peralatan, dan bahan, membantu, membimbing, dan mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh para asiswa, mengamati dan mencatat hal-hal yang dieksperimen, serta membuat kesimpulan dan laporan eksperimen, (3) tahap tindak lanjut pemakaian metode eksperimen meliputi kegiatan mendiskusikan hambatan-hambatan, dan hasil eksperimen, menyiapkan peralatan, bahan dan sarana lainnya serta evaluasi oleh guru. Dalam hubungannya dengan pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar IPA sarana data yang diperoleh memberi gambaran pemakaian metode eksperimen belum mendapat perhatian sepenuhnya guru. Hal ini terbukti dengan jawaban responden bahwa yang selalu menggunakan metode eksperimen 11 orang (28.95%), sebagian besar 27 orang (71.05%) kadangkadang menggunakan metode eksperimen. Penerapan metode eksperimen menurut data yang diperoleh bahwa penerapan kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai sebahagian besar 32 orang (84.22%), yang selalu menetapkan kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai, sebanyak 6 orang (15.78%) yang kadang-kadang menetapkan kesesuaian metode dengan tujuan yang ingin dicapai. Mempersiapkan peralatan dan lembaran kerja sebelum eksperimen dilaksanakan merupakan syarat yang harus dilaksanakan oleh guru yang mamakai metode eksperimen. Persyaratan ini perlu karena suatu kegiatan eksperimen membutuhkan peralatan, sarana, bahan dan proses serta hasil eksperimen harus dicatat dan dilaporkan. Data menunjukkan bahwa 30 orang (78.95%) yang selalu menyediakan peralatan, bahan dan lembar kerja siswa, 8 orang (21.05%) yang kadang-kadang mempersiapkan. Kegiatan uji coba ketetapan proses dan hasilnya sebelum eksperimen dilaksanakan sebanyak 25 orang (65.79%) yang selalu mengadakan uji coba ketepatan proses dan hasilnya sebelum eksperimen dilaksanakan, dan kadang-kadang melaksanakan sebanyak 13 orang (34.21%). Kegiatan mendiskusikan dengan siswa tentang prosedur perakatan dan hal-hal yang perlu diamati sebelum eksperimen dilaksanakan juga merupakan langkah metode eksperimen yang harus diperhatikan oleh guru yang selalu memilih metode eksperimen untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dilakukan karena lancarnya eksperimen harus tergantung pada pengetahuan siswa yang benar tentang prosedur, tentang penggunaan alat bahan dan hal-hal lain yang diamati. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa 21 orang (55.27%) yang selalu melaksanakan kegiatan tersebut, 15 orang (39.47%) yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan mendiskusikan dengan siswa tentang prosedur peralatan dan lain-lain yang akan dilaksanakan dalam

eksperimen. Dalam penerapan metode eksperimen guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan mengarahkan. Konsekuensi peranan siswa terhadap metode eksperimen mengharuskan guru untuk menugaskan untuk membuat kesimpulan dan laporan hasil eksperimen yang baru dilaksanakan. Data yang diperoleh membuktikan bahwa 23 orang (86.85%) yang selalu melaksanakan, 5 orang (13.15%) yang kadang-kadang melaksanakan. Selain membimbing mengarahkan siswa, tugas guru adalah mengadakan evaluasi akhir terhadap eksperimen yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan prosedur, tingkat pemahaman, dan pengetahuan siswa serta tingkat keberhasilan program pengajaran. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 29 orang (76.32%) yang selalu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan eksperimen, 9 orang (23.68%) yang kadang-kadang melakukan kegiatan evalumendiskusikanasi. Sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan terlebih dahulu guru mendiskusikan hambatan-hambatan yang terjadi pada waktu eksperimen dan hasil-hasil eksperimen itu bersama siswa sebagai pelaku eksperimen. Data menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang (52.64%) yang selalu melaksanakan kegiatan mendiskusikan hambatan dan hasil eksperimen, 18 orang (47.36%) yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan mendiskusikan hambatan yang terjadi pada waktu eksperimen. Dilihat dari penyebaran angka prosentase dari table 11 dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen yang paling cocok diterapkan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPA dalam penerapannya ternyata cukup mendapat perhatian dari guru-guru. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Peningkatkan kualitas hasil belajar siswa tergantung pada efisiensi pengajaran. Dalam mengukur efisiensi pengajaran, indikatornya mengacu pada waktu personalia dan sumber belajar yang dipakai. Efisiensi waktu dapat diukur dengan kesempatan siswa belajar sesuai dengan jumlah waktu yang dibutuhkan biasanya program pengajaran dirancang sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Dimana setiap siswa harus mulai dan mengakhiri kegiatan belajar dalam waktu yang sama. Program yang dapat mencapai waktu yang telah ditentukan dapat ditargetkan sebagai program yang paling efisien. Aspek lain yang turut menentukan efisiensi pengajaran adalah personalia. Tingkat pendidikan guru dan keikutsertaan dalam penataran, metodologi pengajaran IPA dan atau lokakarya juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 orang (15.26%) yang tamatan perguruan tinggi, 29 orang (76.32%) tamatan SPG sederajat, sedangkan PGSLP/diploma/SM sebanyak 7 orang (18.42%), dan yang mengikuti penataran metodologi IPA dan atau lokakarya IPA 10 orang (26.73%) yang mengikuti lebih dari 10 kali 4 orang (10.53%) dan 1 sampai 54 kali 24 orang (62.16%). Ini berarti tingkat pendidikan guru dan keikutsertaan dalam lokakarya sangat berpengaruh terhadap pemahaman guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa tingkat pendidikan guru sekolah dasar di tingkat Kecamatan Kota Barat perlu ditingkatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan guru semakin baik dalam menjalankan tugasnya dalam pengajaran IPA. Selain guru atau personalia penggunaan sumber belajar guru-guru cenderung menggunakan buku sebagai sumber belajar guru-guru cenderung menggunakan teks atau buku paket IPA yang juga merupakan buku bacaan siswa. Rata-rata guru mengakui tidak memiliki buku referensi IPA. Dapat disimpulkan bahwa faktor sumber belajar dan penggunaannya oleh guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Kota Barat berada pada taraf klasifikasi rendah. Daya tarik hasil pengajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi dalam penyampaiannya akan banyak tergantung pada kualitas pengajarannya. Setiap bidang studi mempunyai daya tarik tersendiri, meskipun daya tarik tersebut amat tergantung pada karakteristik siswa seperti bakat, kemampuan, minat dan sebagainya. Daya tarik inilah yang menyebabkan siswa ingin belajar bidang studi itu. Namun kecenderungan ini bagaimanapun juga dipengaruhi oleh bagaimana bidang studi itu diorganisasikan dan disampaikan kepada siswa. Jadi strategi pengorganisasian dan penyampaian pengajaran memegang peranan yang amat penting untuk mempertahankan dan sekaligus menunjukkan daya tarik bidang studi. Kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan metode pengajaran yang optimal untuk mencapai tujuan pengajaran dibawah pengajaran tertentu. Ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang optimal, bidang studi harus diorganisasikan dengan strategi yang kuat pula. Suatu metode pengajaran seringkali hanya cocok untuk belajar tipe isi tertentu dan dibawah kondisi tertentu. Ini berarti bahwa untuk belajar tipe isi yang lain dan dibawah kondisi yang lain diperlukan metode pengajaran yang berbeda.

Metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode eksperimen merupakan metode yang sering digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Dari ketiga metode yang diteliti ternyata metode ceramah lebih dominan (92.11%) digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar IPA kemudian disusul dengan metode yang paling sederhana dan cocok diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah eksperimen, namun kenyataannya menunjukkan bahwa metode ceramah lebih dominan digunakan. Ini berarti guru lebih cenderung menanggap metode ceramah sebagai metode yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Tingginya frekuensi penggunaan metode ceramah ternyata tidak didukung oleh ketepatan penerapannya sesuai dengan langkah-langkah atau prosedurnya. Dari tabel 7 menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar kurang mendapat perhatian atau prosedurnya dimana tahap persiapan yang meliputi pengorganisasian penguasaan isi pelajaran kurang mendapat perhatian, persiapan alat bantu atau media instruksional termasuk kategori sedang karena (55.21%) yang selalu melakukan, yang kadang-kadang melakukan (26.31%). Faktor keakraban antara guru dan siswa banyak terabaikan penyampaian pokok-pokok ceramah kepada siswa banyak mendapat perhatian guru yaitu (86.84%) yang selalu melakukannya, sedangkan (13.15%) yang kadang-kadang melakukannya bahan ilustrasi juga cukup tinggi yaitu (84.21%) yang selalu melakukannya. Sedangkan yang kadang-kadang melakukannya sebesar (15.78%). Selanjutnya yang memberi kesempatan untuk bertanya sangat kurang yaitu (0.5%) yang selalu melakukannya, dan sebagian besar (73.68%) yang kadang-kadang melakukannya, melibatkan siswa membuat rangkuman sebanyak (68.43%) yang selalu melakukannya, dan sebagian besar (73.68%) yang kadang-kadang melakukannya, melibatkan siswa membuat rangkuman sebanyak (68.43%) yang selalu melakukannya sedangkan (51.57%) yang kadang-kadang melakukannya, kemudia menghubungkan isi ceramah dengan isi ceramah berikutnya juga cukup tinggi yaitu sebesar (78.95%) yang selalu melakukannya, dan sebahagian kecil (21.05%) yang kadang-kadang melakukannya. Penggunaan metode demonstrasi berada pada taraf klasifikasi kurang (31.58%). Kurangnya responden guru memakai metode demonstrasi disamping terbatasnya pengetahuan dan pemahaman guru terhadap metodologi pengajaran juga kurang tersedianya peralatan dan sarana pendukung. Dalam hubungan dengan penerapan metode demonstrasi dalam pengajaran IPA di sekolah dasar sebahagian besar guru-guru memperhatikan langkah-langkah pelaksanaannya. Satu metode demonstrasi memiliki makna belajar siswa aktif, artinya siswa lebih banyak dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar cukup dominan dalam penerapannya, tetapi kurang dalam penggunaan metode demonstrasi pada kegiatan belajar mengajar. Penerapan metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai ciri khas adalah dominan kegiatan siswa. Artinya yang melakkan eksperimen adalah siswa yang menjadi sasaran belajar. Tugas guru adalah membimbing, menarahkan, dan mengevaluasi eksperimen. Dilihat dari langkah-langkah penerapan metode eksperimen merupakan metode yang sederhana. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa bila tujuan yang hendak dicapai menghendaki adanya kegiatan eksperimen guru-guru sebahagian kecil melakukan. Ini berarti penggunaan eksperimen berada pada taraf kurang (28.95%). Kurangnya penggunaan metode eksperimen disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru tentang metode eksperimen dan dapat pula karena kesulitan memperoleh peralatan, sarana, dan bahan yang dibutuhkan untuk eksperimen. KESIMPULAN Penelitian ini merupakan deskriptif yang dilaksanakan di SD Kota Barat Kota Gorontalo. Adapun kesimpulan yang akan diambil dalam penelitian ini adalah kesimpulan yang diadakan atas hasil yang diperoleh dari hasil penelitian pada SD Kecamatan Kota Barat Kota Gorantalo yaitu : a. Penerapan metode ceramah dominan (92.11%) dalam kegiatan belajar mengajar IPA termasuk kategori cukup. b. Penerapan metode demonstrasi (31.58%) dalam kegiatan belajar mengajar IPA termasuk kategori cukup. c. Penggunaan metode eksperimen (28.95%) termasuk kategori cukup. d. Penerapan metode demonstrasi dan metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar IPA ternyata kurang menggunakannya. Ini disebabkan antara lain karena kurangnya pemahaman guru tentang metodologi pengajaran dan terbatasnya penyediaan peralatan, dan bahan yang mendukung penerapan suatu metode. Saran Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

a. Agar lebih efektif pelaksanaan proses belajar mengajar khususnya pengajaran IPA maka guru IPA hendaknya selektif memilih dan menggunakan metode mengajar yang dapat mengarah pada cara belajar siswa aktif, tanpa mengabaikan kondisi siswa itu sendiri. b. Dalam pengajaran IPA hendaknya guru yang mengajarkan IPA menggunakan berbagai jenis ketode mengajar yang mestinya diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas, keterampilan, pemahaman maupun sikap anak didik. c. Untuk meningkatkan mutu guru perlu secara dini membudayakan metodologi pengajaran melalui penataran, lokakarya ataupun mengupayakan sumber belajar yang memadai seperti penyediaan buku-buku teks yang sesuali dan buku-buku terbaru tentang metodologi pengajaran, dan pengembangan ilmu. d. Penelitian ini perlu dikembangkan bahkan dilaksanakan kembali dengan menggunakan pendekatan yang lebih akurat guna menemukan gagasan-gagasan yang lebih terbukti, berdaya guna dan berhasil guna baik sebagai sumbangan utuk pemecahan persoalan-persoalan dalam pengajaran IPA maupun berkaitan dengan pengembangan disiplin IPA pada jenjang pendidikan dasar. DAFTAR PUSTAKA Cipto dan Rui. 1985. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta : Gramedia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta. Furchan Arief. 1982. Pengantar Dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Hardjatmo Tomi. 1992/1993. Metode Pembelajaran Orang Dewasa. Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. Husen, Torsien, dan Yusuf Hadi. 1988. Masyarakat Belajar Jakarta : CV. Rajawali. I Nyoman, S.D. 1989. Kerangka Perkuliahan dan Bahan Pengajaran. Jakarta : Depdikbud RI. Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia. Moodjiono dan Mohamad Dimiati 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Dirjendikti Depdikbud RI. Mukayat, D.B.1991. Metodologi Penelitian dan Penulisan Karia Ilmiah. Jakarta : Liberty. Rooijakers. Ad. 1992. Mengajar Dengan Sukses, Jakarta : PT. Gramedia.