JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

PEMANFAATAN MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI PENGGESER FASA PADA ANTENA ARRAY

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PENGARUH JARAK ANTAR ELEMEN PADA ANTENA SMART YANG MENGGUNAKAN MATRIKS BUTLER

Abstrak. Kata Kunci: smart antenna,phase shifter, phase error, return loss, insertion loss. 2.2 Phase Shifter. a. Switched-Line Phase Shifter

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Analisis Perubahan Fasa Terhadap Pola Radiasi untuk Pengarahan Berkas Antena Stasiun Bumi

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Sistem Antena Array Paralel untuk Menghasilkan Lobe Radiasi Utama dalam Arah Bervariasi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

STUDI TENTANG RADIO FREQUENCY PHASE SHIFTER PADA SMART ANTENNA

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY (LPDA) PADA RENTANG FREKUENSI MHZ

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

CATATAN PRAKTIKUM ET 3200 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 Antena dan propagasi gelombang. Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI MODIFIKASI OMNIDIRECTIONAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENERIMA SIARAN TELEVISI ULTRA HIGH FREQUENCY

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB II DASAR TEORI. Antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV

PENGARUH GEOMETRI KONSENTRIS PADA POLARADIASI ANTENNA ARRAY MONOPOLE UWB

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

LAPORAN LAB TEKNIK HF DAN ANTENNA

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

VSWR Meter dengan Teknologi Mikrostrip

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

MENDESAIN DAN MEMBUAT ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10 dbi

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

Makalah Peserta Pemakalah

Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line

Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA

Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

BAB I PENDAHULUAN. Pada proyek akhir ini dirancang dan dibuat suatu antena yang berdasarkan prinsip dari penyepadanan. λ 4 bertingkat binomial.

PENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

STUDI PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA ANTENA ULTRA WIDEBAND

Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G 2,4 GHz Broadband Linksys

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

BAB II DASAR TEORI. penerimaan secara adaptif dan otomatis [1]. Sistem seperti ini memungkinkan

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

Pengaruh Beamwidth, Gain dan Pola Radiasi terhadap Performansi Antena Penerima

PENYESUAIAN IMPEDANSI ANTENA OPEN DIPOLE RF 217 MHz MENGGUNAKAN METODE SINGLE STUB

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta

PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP DOUBEL BIQUAD PADA FREKUENSI

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

RANCANGAN DAN ANALISA ANTENA Dl PERMUKAAN BADAN ROKET

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA CO-PLANAR DENGAN METODE BAND GAP UNTUK PENINGKATAN BANDWIDTH PADA FREKUENSI S-BAND

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

PERANCANGAN PROTOTYPE ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY FREKUENSI 2,76 GHz UNTUK APLIKASI ANTENA RADAR MARITIM

BAB II TEORI DASAR. antena. Selanjutnya akan dijelaskan pula mengenai pengenalan wireless LAN.

2/9/2010. Modul 2. Fungsi : Basic Idea IMC(*)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perancangan Antena Mikrostrip Patch Circular menggunakan metode Array 1x8 untuk Aplikasi Radar Maritim Frekuensi 3,2 GHz

Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PERANCANGAN PROTOTYPE ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY FREKUENSI 2,76 GHz UNTUK APLIKASI ANTENA RADAR MARITIM

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

PEMBUATAN BAHAN DIELEKTRIKA EKSPONENSIAL ANTENA DWITUNGGAL UNIDIREKSIONAL 100 MHz KEATAS DENGAN VSWR 1,5 UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KOMUNIKASI DATA

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA V-VERTICAL GROUNDPLANE UNTUK KOMUNIKASI RADIO TRANSCEIVER PADA PITA VHF DAN UHF

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

Perancangan Dan Implementasi Antena Yagi 2.4 GHz Pada Aplikasi WIFI (Wireless Fidelity)

Transkripsi:

PENGONTROLAN POLARADIASI ANTENA ARRAY DENGAN ANTENA INDIVIDU DIPOLE ½ LAMBDA Firdaus 1 Sri Yusnita 2 ABSTRACT Control Polaradiasi for array antennas is electrically performed by changing a few parameters such as, the geometry of antenna array, the distance between elements of the antenna array, the amplitude and phase of the excitation. For the particular geometry and spacing between elements and the constant current amplitude control polaradisi antenna array can be done by adjusting the interelement phase array antenna with a phase shifter device. In this research, phase arrangement made with a method dentonature line. The antenna can be directed at an angle of 0 o, 20 o, 35 o, 40 o and 280 o. Antenna gain is obtained from measurements 8 db and antenna bandwidth is 34 MHz. In this research phase arrangement made with a method dentonature line. The antenna can be directed at an angle of 0o, 20o, 40o and 35o 280o. Antenna gain measurement is 8 db and the bandwidth of the antenna is 34 MHz Keywords: Array Antenna, polaradiasi, Gain INTISARI Pengontrolan polaradiasi antena array secara listrik dilakukan dengan merubah beberapa parameter diantaranya, geometri antenna array, jarak antar elemen antenna array, amplitudo dan fasa dari eksitasi. Untuk geometri tertentu dan jarak antar elemen dan amplitudo arus konstan maka pengendalian polaradisi antenna array dapat dilakukan dengan mengatur fasa antar elemen antena array dengan suatu perangkat penggeser fasa. Pada penelitian ini pengaturan fasa dilakukan dengan metoda dentonature line. Antena dapat diarahkan pada sudut 0 o, 20 o, 35 o 40 o dan 280 o. Gain antena yang didapat dari pengukuran adalah 8 db dan bandwidth antena adalah 34 MHz. Kata kunci : Antena array, polaradiasi, Gain 1 Program Studi Teknik Elektro Politeknik UNAND Padang 2 Program Studi Teknik Elektro Politeknik UNAND Padang 134

PENDAHULUAN Antena sebagai perangkat yang meradiasikan dan menerima gelombang elektromagnetik telah berkembang sangat luas sekali baik dalam bentuk dan aplikasinya. Salah satu pengembangan antena adalah penggunakan beberapa antena individual yang bekerja sama sehingga membentuk suatu antena dengan karakteristik yang sama sekali berbeda dari antena individualnya. Jenis antena ini dikenal dengan Antena Array. Keunikan antena array ini adalah bahwa beam (polaradiasi ) dari antena dapat dikendalikan dengan cara mengatur sedemikian rupa beda fasa arus catu masing-masing elemen antena dan mengatur jarak antar elemen. Apabila jarak antar elemen dibuat dua kali panjang gelombang yang akan dipancarkan dan beda fasa antar elemen dibuat konstan maka akan didapatkan polaradiasi yang menyebar serba sama kesegala arah. Sedangkan untuk jarak antar elemen sebesar ½λ dari frekuensi yang akan dipancarkan dan beda fasa arus untuk masing-masing elemen adalah 90 o maka didapatkan polaradiasi maksimum antena pada arah 0 o (sejajar dengan sumbu antena). Untuk jarak antar elemen sebesar ½ λ dan beda fasa antar elemen adalah 0 o didapat polaradiasi maksimum pada arah 90 o. Karakteristik antena array ini memungkinkan penggunaan yang lebih luas dalam sistem telekomunikasi seperti Smart Antena, Radar, Remote Sensing dan lain-lain. Untuk Aplikasi smart antena, memungkinkan dilakukan estimasi arah kedatangan sinyal (Direction of Arrival) terhadap sinyal terima antena Array, dan selanjutnya receiver smart antena mengendalikan fasa arus catu antena sehingga main beam (polaradasi maksimum) dapat diarahkan ke penerima yang dimaksud. Untuk sistem radar konvensional, antena radar diputar menggunakan rotator sehingga memungkinkan antena melakukan scanning area sekitar antena. Dengan aplikasi antena array maka memungkinkan dilakukan scanning secara elektrik pada antena radar, dimana dengan posisi antena tidak berubah tetapi polaradiasi bisa diarahkan dengan mengendalikan fasa arus catu pada antena individualnya. Dengan demikian kelemahan dari antena radar konvensional yang membutuhkan daya yang besar untuk memutar rotator antena bisa diatasi. Dalam aplikasi antena array dibutuhkan perangkat penggeser fasa (phase shifter) agar fasa antena individual antena array dapat diatur. Perubahan fasa dari phase shifter yang digunakan adalah 90 o, 155 o dan 180 o, sehingga polaradiasi antena dapat dikendalikan pada arah, 30 o, 60 o, dan 90 o.antena yang digunakan adalah antena dipole vertikal dimana polaradiasi untuk antena dipole vertikal adalah omnidirectional sehingga memungkinkan didapatkan daya maksimum pada seluruh arah horizontal. Diharapkan dengan menggunakan antena ini juga memungkinkan untuk mendapatkan daya maksimum pada arah 0 o. Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan antena radar dan penginderaan jarak jauh serta dapat dimanfaatkan sebagai modul ajar dan praktikum antena di labaoratorium Antena dan Propagasi Jurusan Elektro Program Studi Telekomunikasi. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH 1. Bagaimana membuat antena dipole yang mempunyai polaradiasi omnidirectional 135

2. Bagaimana membuat antenna array yang terdiri dari elemen antenna dipole vertical 3. Bagaimana melakukan pergeseran fasa pada antenna array sehingga polaradiasi antenna bisa diarahkan secara horizontal TUJUAN 1. Mengatur polaradiasi antena array dengan cara scanning secara elektrik tanpa memutar antena secara fisik. 2. Mengatur fasa antar elemen antena array dengan suatu perangkat penggeser fasa. 3. Melakukan pengukuran Gain dan Bandwidth antena. HASIL DAN PEMBAHASAN Antena Array Antena array merupakan antena yang mempunyai beberapa antena individual yang disusun secara paralel dan dicatu secara simultan. Bentuk umum dari antena array dapat dilihat pada gambar 1 dimana antena individual penyusun antena array adalah antena dipole ½ λ. d Gambar 1. Antena Array L = ½ lamda Prinsip dari antena array dapat dijelaskan dengan mengasumsikan antenna array terdiri dari dua elemen sumber isotropis sebagaimana pada gambar 2.a. Apabila kedua sumber tersebut dipisahkan dengan jarak setengah panjang gelombang dan tidak ada perbedaan fasa arus pada elemen pertama dan kedua maka sinyal yang dipancarkan pada arah sumbu z akan saling menghilangkan. Ini dikarenakan sinyal yang datang dari elemen pertama menuju ke elemen kedua akan berbeda fasa sejauh 180 o karena telah menempuh jarak setengah lamda. Sehingga pada arah sumbu z positif maupun negative akan saling menghilangkan. Polaradiasi antenna maksimum pada arah tegak lurus bidang antenna seperti ditunjukkan pada gambar 2.b G (a) 136

(b) (c) Gambar 2. Dua sumber titik isotropik dengan amplitudo dan fase yang sama dan spasi 1 1/2 λ terpisah. (a) inspeksi metode (b) polar plot array faktor f(ѳ) = cos [(π/2) cos Ѳ]. (c) metode perhitungan. Untuk dua sumber isotropis dengan amplitudo arus sama dan fasa arus pada kedua elemen berbeda fasa 180 o ditunjukkan pada gambar 3. Sinyal yang datang dari elemen pertama menuju elemen kedua akan sefasa dengan sinyal yang ada pada elemen kedua karena sinyal kedua elemen saling berbeda fasa 180 o dan kembali fasanya tertinggal setelah menempuh jarak setengah lambda. Maka pada arah sumbu z sinyal akan saling menjumlahkan. Sedangkan pada arah sumbu x karena sinyal dari kedua antena berbeda fasa 180 o maka sinyal yang dipancarkan dari kedua elemen akan saling menghilangkan seperti ditunjukkan dalam gambar 3.a. Bentuk polaradiasi yang dihasilkan ditunjukkan pada gambar 3.b. 137

(a) (b) Gambar 3. Dua sumber titik isotropik dengan amplitudo yang sama dan fase berlawanan, dan spasi 1 1/2 λ terpisah. (a) inspeksi metode plot (b) polar dari besarnya faktor array f(ѳ) = sin[(π/2) cos Ѳ]. Dengan demikian polaradiasi antenna berubah sesuai dengan beda fasa arus yang diberikan. Pola umum dari antenna array dapat dituliskan secara matematis pada persamaan 1. sin( N )... 1 AF A 2 0 N sin( ) Dimana : 2 N = Jumlah Elemen D = Jarak antar elemen λ = Pusat jari-jari AF d cos 2 Untuk array linier berjarak sama, akan didapat arus identik dimana A 0 = A 1 = A 2 = A 3.= A n, dimana A n adalah amplitudo arus ke n. Sudut θ adalah beda fasa arus antar elemen antenna. Penggambaran pola radiasi (AF) dapat dilakukan dengan menggunakan polar plot dan universal pattern dalam fungsi persamaan 2 : sin( N ) f ( ) 2... 2 N sin( ) 2 Pada gambar 4 dapat diamati polaradiasi maksimum berada pada θ = 90 o. Dengan cara yang sama pada gambar 5 ditunjukkan polaradiasi antenna array untuk jumlah elemen antenna N = 5, jarak antar elemen d = λ/2 dengan nilai θ = 0, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o dan 120 o. Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa polaradiasi maksimun antenna sesuai dengan perubahan nilai θ. Dengan demikian dengan mengatur beda fasa antenna array dari arah 0 o sampai dengan 360 o maka polaradiasi antenna array akan bergerak dari 0 sampai dengan 360 derajat tanpa harus memutar antenna secara fisik. 138

Gambar 4 Polaradiasi untuk jumlah elemen N= 5 Spasi antar elemen d= λ/2, θ = 0 o dan θ=30 o Gambar 5. Polaradiasi untuk jumlah elemen N= 5 Spasi antar elemen d= λ/2, θ = 45 o,θ=60 o θ=90 o dan θ=120 o Phase Shifter (Penggeser Fasa) Phase shifter adalah suatu perangkat untuk menggeser atau menambah fasa dari sinyal yang ditransmisikan pada system. Dalam aplikasi antenna phase shifter digunakan untuk menggeser fasa sinyal yang di umpankan ke antenna. Ada beberapa metoda yang bisa digunakan untuk menggeser fasa dari sinyal diantaranya High pass /Low pass phase shifter, dan Loaded line phase shifter, dan switched line phase shifter, 139

a. High pass /Low pass phase shifter Penggunaan reaktansi variable secara seri atau shunt dapat digunakan untuk melakukan penggeseran fasa. Sebuah high pass/low pass phase shifter dengan model π network menggunakan kapasitor diskrit ditunjukkan oleh gambar 6. Pada konfigurasi high pass yang ditunjukkan pada gambar, untuk kondisi circuit match, X = 2B/(1+B 2 ) dan fasa adalah sebesar tan -1 (2B/(B 2-1)). Sebagai saklar bisa digunakan PIN diode atau MESFETs. Dengan rangkaian ini memungkin melakukan penggeseran fasa sebesar 180 o. Gambar 6. High pass/low pass π network phase shifter b. Loaded Line Phase Shifter Jenis phase shifter dengan loaded line ini memungkinkan penggeseran fasa 22.5 o sampai dengan 45 o.rangkaian dari loaded line phase shifter ditunjukkan pada gambar 7. Beban reaktif pada gambar sepanjang ¼ panjang gelombang dipasang secara shunt pada saluran transmisi untuk menghasilkan penggeseran fasa. Susceptance kedua (jb) dipasang untuk menghasilkan pantulan, dimana secara terpisah menghilangkan pantulan pada susceptance pertama (jb). Jika suceptansi adalah kapasitif, maka kecepatan fasa berkurang dan jika suseptansi induktif maka kecepatan fasa bertambah. Loaded line phase shifter adalah phase shifter untuk pita sempit, dan bisa menghasilkan fasa yang konstan terhadap frekuensi. Gambar 7. Loaded line phase shifter c. Switched line phase Shifter. Switched line phase shifter ditunjukkan pada gambar 8. Saklar SPDT digunakan untuk mengalihkan antara saluran transmisi yang mempunyai panjang yang berbeda. Berbeda dengan dua model sebelumnya, delay yang dihasilkan sesuai dengan dengan waktu (true time delay) sehingga memungkinkan menghasilkan fasa respon fasa yang sesuai dengan frekuensi. Pergeseran fasa diberikan oleh :... 3 Dimana β adalah konstanta propagasi dari saluran transmisi. 140

Gambar 8. Switched line phase shifter. Dari ketiga model phase shifter yang dijelaskan diatas, switched line phase shifter yang memungkinkan penggeseran multi fasa sehingga memungkinkan diaplikasikan untuk menggeser fasa variabel dari 0 o 360 o. Pembuatan Antena Array Pada penelitian ini dibuat antena array tiga elemen dimana elemen individualnya merupakan antena dipole ½ λ dengan frekuensi kerja 733 MHz. Elemen antena dibuat dari batang alumunium dengan diameter 0.9 cm. Elemen antena ditempatkan disebuah kotak penyangga terbuat dari isolator. Konstruksi antena dapat dilihat pada gambar 9. Berdasarkan frekuensi kerja dari antenna maka dihitung panjang elemen antena dengan menggunakan rumus persamaan 3: Dimana : dan...4 c = kecepatan cahaya diruang hampa (3 x 10 8 m/s) L= Panjang antena (cm) λ= panjang gelombang (cm) F= frekuensi (MHz) Gambar 9. Elemen antena dan kotak antenna. Setelah didapat ukuran antena selanjutnya dilakukan perancangan antena sesuai dengan hasil desain. Bentuk akhir antenna ditunjukkan pada gambar 10. 141

Kabel catu dipasangkan pada kedua elemen antenna sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 11. Gambar 10. hasil akhir dari antena dipole Gambar 11. Hasil akhir pemasangan konektor Antena dipole ini dibuat sebanyak tiga bua dengan ukuran yang identik. Hasil akhir dari antena array ditunjukkan dalam gambar 12. Gambar 12. Hasil akhir dari antenna array Untuk menggeser fasa antar elemen antenna array dilakukan dengan mengatur panjang kabel masingmasing elemen antenna. Pada penelitian ini dibuat beberapa kabel untuk pengujian dengan ukuran panjang masing-masingnya ditunjukkan pada tabel 1. 142

Table 1 Ukuran kabel yang akan di uji.dimana : λ = 40,9 cm. No Panjang kabel (lamda) Panjang kabel (mm) 1 2 3 4 5 λ, λ, λ λ, 1 1/16λ, 1 1/8 λ λ, 1 1/8λ, 1 ¼ λ λ, 1 ¼ λ, 1 ½ λ λ, 1 ½ λ, 2 λ, 409, 409, 409 409, 434,56, 460,125 409, 460,125, 511.25 409, 511.25, 613.5 409, 613.5, 818 Masing-masing kabel akan digunakan sebagai pencatu antena array dalam pengukuran dan pengujian antnna array. Pemasangan kabel ditunjukkan pada gambar 13. Gambar 13. Pencatuan Antena Gambar 14. Pengukuran Antena array Pemasangan antenna dan alat ukur ditunjukkan pada gambar 15. Pada pengujian antenna array ditempatkan sebagai antenna penerima. Alat ukur yang digunakan pada penerima adalah spectrum Analyzer Instek GSB-810 1000MHz. Sedangkan pemancar yang digunakan adalah RF Generator HP 8657B dengan frekuensi kerja 0,1 2060 MHz. Antena pemancar yang digunakan adalah antena dipole ½ λ. Pengukuran Gain Antena Array Pengukuran gain antenna array dilakukan dengan membandingkan daya terima antenna array dengan antenna dipole ½ λ. Dari hasil pengukuran didapatkan daya terima antenna dipole ½ λ sebesar -56 dbm sedangkan daya terima dengan antenna array adalah -48 dbm dengan demikian didapatkan gain antenna sebesar 8 db. Gain yang didapatkan lebih kecil dari antenna yagi 7 elemen dimana gain atena adalah sebesar 12 db. Dengan demikian gain yang dihasilkan cukup baik karena antenna array terdiri dari 3 elemen antenna dipole. Apabila jumlah elemen antenna array ditambah maka juga akan memperbesar nilai Gain. Pengukuran Respon Frekuensi Respon frekuensi antenna array dapat dilihat pada saat antena beresonansi pada frekuensi 733 MHz dimana pada frekuensi tersebut daya terima antenna maksimum -57 dbm. Bandwidth antenna yaitu pada level - 3 db yaitu sebesar 34 MHz. Polaradiasi Antena Array Polaradiasi antenna array ditunjukkan pada gambar 15 sampai dengan gambar 19 untuk kombinasi panjang yang berbeda pada setiap elemen antenna array. Pada gambar 15 pengukuran polaradiasi maksimum didapat pada arah 40 o, panjang kabel yang digunakan untuk masing-masing elemen antena 1λ. Apabila dibandingkan dengan polaradiasi secara teori (persaman 2) 143

untuk sudut 40 o maka panjang kabel 1 λ merupakan pergeseran fasa 137 o. Gambar 15. Diagram polaradiasi antenna array dengan panjang kabel catu λ, λ, λ Gambar 17. Diagram polaradiasi antenna array dengan panjang kabel catu λ, 1 1/8λ, 1 1/4λ Gambar 18. Diagram polaradiasi antenna array dengan panjang kabel catu λ, 1 1/4λ, 1 1/2λ Gambar 16. Diagram polaradiasi antenna array dengan panjang kabel catu λ, 1 1/16λ, 1 1/8λ Pada gambar 16 polaradiasi antenna maksimum pada arah 0 o dan ada lobe lain pada arah arah 100 o.gambar ini mendekati polaradiasi secara teoritis menggunakan persamaan 2 untuk arah maksimum 0 o. dengan demikian panjang kabel λ, 1 1/16λ, 1 1/8λ mendekati pergeseran fasa -180 o untuk masing-masing elemen antenna. Gambar 19. Diagram polaradiasi antenna array dengan panjang kabel catu λ, 1 1/2λ, 2λ Untuk gambar 17 polaradiasi maksimum antenna adalah pada sudut 40 o dimana mendekati polaradiasi secara teoritis untuk beda fasa antar elemen adalah -173 o. Sedangkan untuk gambar 18 polaradiasi maksim antenna adalah 144

pada arah 20 o dimana mendekati bentuk polaradiasi secara teoritis untuk beda fasa antar elemen sebesar 170 o. Untuk gambar 19 polaradiasi antenna maksimum pada arah 280 o mendekati bentuk polaradiasi secara teoritis untuk beda fasa antar elemen 31 o. Dari keseluruhan hasil pengukuran polaradiasi dapat dilihat bahwa dengan variasi kebel yang digunakan pada pengukuran maka polaradiasi antenna dapat digeser secara elektrik untuk arah 40 o, 35 o, 20 o, 0 o dan 280 o. Bentuk Polaradiasi semua hasil pengukuran tidak berhimpit dengan polaradiasi teoritis. Hal ini dikarenakan elemen antena dipole vertikal secara individual tidak benarbenar omnidirectional dan untuk ketiga antenna polaradiasi antenna tidak benar-benar sama [3] Warrant L Stutmant. 1981. Antena Theori and Design. John Willey & Son, USA. Radar tutorial, http://www.radartutorial.eu/01.basics/ rb05.en.html RF, RFIC & microwave Desaing, www.rfic.co.uk KESIMPULAN 1. Gain antena array cukup baik yaitu sebesar 8 db dengan 3 elemen. Ada perbaikan Gain dibanding dengan elemen individunya. 2. Frekuensi kerja dari antena adalah 733 MHz. dengan bandwidth 34 MHz. 3. Polaradiasi dari antena dapat dikendalikan dengan cara merubah arus catu antar elemen. Arah yang didapatkan adalah untuk sudut 0 o 20 o, 35 o, 40 o dan 280 o tetapi belum bisa diarahkan pada arah yang lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Firdaus, R. Dewi, Ramiati, A. Dahlan. 2011. Pembuatan Penggeser Fasa (Phase Shifter) Gelombang Frekuensi radio 700 MHz Untuk aplikasi praktikum antena array dan radar. [2] Robert R. Romanofsky. 2007 Array Phase Shifters: Theory and Technology. NASA 145