EXECUTIVE SUMMARY SKRIPSI PANDANGAN TOKOH MUHAMMADIYAH TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT DI KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

dokumen-dokumen yang mirip
SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadap kiblat,shalatnya tidak sah. Umat Islam di Indonesia pada

BAB V PENUTUP. menghadap ke bangunan Ka bah, shalatnya tidak sah. Sedangkan orang. perbedaan pendapat, adapun pendapat itu adalah :

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TEGALOMBO

UNTUK KALANGAN SENDIRI

MENYAMBUT ISTIWA UTAMA 16 JULI 2013 ; AYO LURUSKAN ARAH KIBLAT KITA!

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan oleh setiap umat muslim. Melaksanakan shalat dengan menghadap ke

A. LATAR BELAKANG MASALAH

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

PENINGKATAN PEMAHAMAN TAKMIR MASJID DI WILAYAH MALANG TERHADAP PENENTUAN AKURASI ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

Cara Mudah Penentuan Arah Kiblat

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB IV. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai. Politik, dalam pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : Partai politik adalah

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ARAH KIBLAT

والنظرية الرتبوية اإلسالمية ادلستمد من الكتاب والسنة- أي منتشريع اإلسال م الكلي للوجود اإلنساين وعال قا ته با خلا لق والكوان واحلياة...

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

Syarah Istighfar dan Taubat

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

HADITS TENTANG RASUL ALLAH


A. JUDUL. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM

BAB I PENDAHULUAN. munkar, berakidah Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. 1. dakwah amar ma ruf nahi munkar mengacu pada ayat-ayat berikut:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang

PERAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (TPQ) KH

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah yang dihasilkan melalui beberapa proses di antaranya jasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan karena seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

TAFSIR SURAT AL-QAARI AH

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam ajaran Islam, menghadap arah Kiblat merupakan suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Bimbingan masyarakat Islam sekaligus sebagai ujung tombak dalam

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

TA LIM MADANI 15 Iman Kepada Nabi & Rasul Allah

BAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang

OBAT PENAWAR HATI. Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV PEMBAHASAN. segala hal yang akan dijalankan dalam usahanya. dan tidak dapat melihat pasar yang sesungguhnya benar - benar ada.

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).

PENGERTIAN TENTANG PUASA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Transkripsi:

EXECUTIVE SUMMARY SKRIPSI PANDANGAN TOKOH MUHAMMADIYAH TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT DI KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI Oleh: Indah Dwi Hidayanti (210112008) PROGRAM STUDI AHWAL SYAKSHIYAH JURUSAN SYARI AH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2016

PANDANGAN TOKOH MUHAMMADIYAH TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT DI KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI Indah Dwi Hidayanti 1 Penelitian ini di latar belakangi oleh fakta bahwa tokoh Muhammadiyah dan masyarakat muslim di Ngawi mayoritas meyakini bahwa kiblat itu berada di sebelah Barat. Bahkan tokoh Muhammadiyah di Kecamatan Ngawi sendiri menggunakan metode tradisional yaitu kompas serta dengan menggunakan cara bayang-bayang kiblat atau Rus}hdul Qiblat jika pada waktu itu terjadi Rus}hdul Qiblat. Serta pada waktu menentukan arah kiblat itu kebanyakan masih menyesuaikan dengan lahan yang ada, jadi Masjid dan Mus}alla>tersebut masih belum sepenuhnya menghadap ke arah kiblat. Padahal arah kiblat sendiri merupakan syarat sah s}ala>t yang tentunya tidak bisa diremehkan.oleh karena itu, penelitian ini merumuskan masalahnya dan bertujuan untuk mengetahui: (1) pandangan tokoh Muhammadiyah terhadap penentuan Arah Kiblat, dan (2) Metode penentuan Arah Kiblat. Penelitian lapangan ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan datanya dengan cara interview,dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan prosedur yang meliputi editing, organizing, penemuan hasil. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa: (1) Para tokoh Muhammadiyah mengatakanarah kiblat adalah jiha<t al-ka bah, sesuai dengan Pandangan yang dikatakan oleh Madzhab Shafi <I yaitu bagi orang yang melihat Ka bah wajib menghadap Ka bah itu sungguh-sungguh ( ayn al- Ka bah), tetapi orang yang jauh dari Ka bah wajib atasnya menyengaja menghadap ayn al- Ka bah, walaupun pada hakekatnya ia hanya menghadap jiha<t al-ka bah. Dengan kata lain, kiblat bagi orang yang melihat langsung ka bah adalah ayn Ka bah,sedangkan kiblat bagi orang yang tidak melihat langsung ka bah adalah jiha<t al-ka bah. (2) Analisa tentang metode penentuan arah kiblat yang digunakan tokoh Muhammadiyah ada dua metode yaitu dengan menggunakan Bayang-bayang (Rus}hdul Qiblat) dan Kompas. Akan tetapi di antara kedua metode tersebut lebih akurat bayang-bayang kiblat (Rus}hdul Qiblat). Karena jika pengukuran arah kiblat dengan menggunakan kompas terkadang masih ada kesalahan yang disebut deklinasi, yaitu jarum kompas sedikit menyimpang dari utara sejati (utara Geografis). Keywords : TokohMuhammadiyah, ArahKiblat. 1 Penulis adalah salah satu mahasiswa STAIN PONOROGO Program Studi Ahwal syakshiyah yang sedang menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar S-1 2

I. PENDAHULUAN Muhammadiyah adalah salah satu ormas Islam sejak abad ke-20 yang harus dicatat sebagai sebuah pergerakan yang tahan banting dalam sejarah. Sejarah berdirinya Muhammadiyah adalah sejarah perjuangan tokoh pembaharu Islam di Indonesia yaitu K.H. Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan adalah salah satu ulama Islam yang berusaha mendekatkan antara rasionalitas dan pengalaman serta pengalaman keberagamaan. Menurutnya, Sang Pencerah tersebut berusaha menjadikan ilmu pengetahuan sebagai teman akrab bagi agama. K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang ulama yang gigih dalam menegakan kebenaran. Dengan bekal ilmu yang diperolehnya dari timur tengah, K. H. Ahmad Dahlan mempunyai amanah dakwah untuk meluruskan umat islam, mencerdaskan kehidupan umat dari kebodohan dan membenarkan setiap kekeliruan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Salah satu perjuangannya yang masih dapat kita rasakan adalah meluruskan kiblat shalat. Bekal ilmu falak yang diperolehnya, K. H. Ahmad Dahlan menilai bahwa ada beberapa masjid yang tidak lurus dengan arah kiblat. Masjid agung yang terletak di beberapa wilayah menjadi rujukan bagi masjid atau surau yang ada disekitarnya, sehingga jika dibiarkan, maka akan terus terjadi penyimpangan. Muhammadiyah sebagai masterpiece-nya K.H. Ahmad Dahlan telah berhasil meluruskan arah kiblat shalat secara perlahan dengan hambatan yang begitu kuat menghantam 2. Pandangan Muhammadiyah tentang menghadap kiblat sendiri yaitu sesuai yang telah diarahkan dan dilakukan oleh Rasulullah SAW. Salah satu tata cara yang tidak hanya ditunjukkan oleh Rasulullah tetapi juga langsung ditunjukkan oleh Allah SWT dalam firman- 2 https://ilhamibrahiim.blogspot.com (diakses pada 19-04-2016, 09:45:30 WIB). 3

Nya adalah keharusan menghadap kiblat. Dalam perintah menghadap kiblat ini tercermin dari firman Allah SWT yaitu surat Al-Baqarah ayat 149: Artinya : Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan 3. Mengetahui secara pasti tentang hukum menghadap kiblat dan cara mengetahui arah kiblat adalah sangat perlu agar ibadah yang dilaksanakan tidak terjadi keraguan sedikitpun ketika melaksanakannya. Ibadah yang dimaksudkan tersebut diantaranya ialah s}ala>t, memakamkan jenazah, menyembelih hewan dan lain sebagainya. Dasar hukum menghadap kiblat dalam mengerjakan ibadah s}ala>t ini terdapat dalam surat Al-Baqarah 144. Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjid al- 3 Al-Qur an., 2: 149. 4

Hara>m. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjid al-hara>m itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan 4 Berangkat dari dalil Al-Qur a>n tersebut, para umat Islam khususnya umat Islam Indonesia selama ini meyakini bahwa untuk arah kiblat mereka ketika melakukan aktivitas ibadah ialah menghadap ke Barat, sehingga dimanapun mereka berpijak ketika s}ala>t pasti menghadap ke arah Barat karena identik dengan terbenamnya matahari. Sehingga masalah kiblat menjadi masalah yang sangat sederhana karena dapat diketahui dengan mudah dengan adanya fenomena terbit dan tenggelamnya matahari. Sebagaimana diketahui oleh masyarakat luas, pada mulanya penentuan arah kiblat umat muslim di Masjid maupun Mus}alla> dengan menggunakan metode kira-kira saja sebagaimana yang awam terjadi di masyarakat muslim Indonesia. Mereka menggunakan metode kira-kira tersebut dengan mengandalkan cahaya matahari. Seiring berjalannya waktu masyarakat Indonesia mulai menggunakan alat bantu kompas sederhana dan juga seutas tali untuk mempermudah dalam menentukan arah kiblat. Perintah menghadap kiblat dipahami sebagai perintah yang bersifat mengikat yang oleh karenanya harus dilakukan dengan tepat secara geografis dan dengan hitungan matematis 5. Berangkat dari hal tersebut bahwa penulis telah melakukan tahap penjajakan awal di lapangan dengan melakukan wawancara dengan beberapa tokoh Muhammadiyah di kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi, mereka memberikan informasi bahwa dalam menentukan arah kiblat di masjid tersebut mayoritas masyarakat muslim di Ngawi masih meyakini kiblat itu berada di 4 Al-Qur a>n, 2:144 5 https://iremyfungky.wordpress.com (diakses pada 18-04-2016, 23:15:25 WIB). 5

sebelah barat. Dan dengan menggunakan alat tradisional yaitu kompas. Serta pada waktu menentukan arah kiblat itu kebanyakan masih menyesuaikan dengan lahan yang ada, jadi Masjid dan Mus}alla> tersebut masih belum sepenuhnya menghadap ke arah kiblat. Seperti halnya Masjid Jami atau Masjid Baiturrahman yang berada di Alon-alon Ngawi serta Masjid yang ada di SMKN 1 Ngawi, dalam membangun Masjid posisi dalam menentukan arah kiblatnya setelah bangunan Masjid itu jadi. Walaupun kita sudah tahu posisi kiblat itu berada dimana, akan tetapi menyesuaikan lahan atau luas tanah yang ada. Berikut ini yaitu pandangan para tokoh Muhammadiyah di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. Menurut pandangan Bapak Drs. H. Mahfudzi, M.Ag Pandangan Muhammadiyah mengikuti jejak K.H. Ahmad Dahlan pada dasarnya menghadap kiblat itu tidak sama. Karena letak geografis di Indonesia sendiri tidak sama persis dengan Masjidil Hara<m. Seperti hal nya arah Timur, Barat, Utara, Selatan yang ada di Indonesia sendiri itu tidak sama persis. Adapun K. H. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa arah kiblat itu sesuai dengan letak masing-masing tempat atau lokasi yang ada. Dengan demikian posisi di Ngawi atau arah kiblat di Ngawi tidak tepat berada di sebelah barat persis akan tetapi arah kiblatnya ke arah barat agak serong ke utara. Pendapat tersebut sesuai dengan yang di sampaikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Maka dari itu ada masjid yang harus menyesuaikan bangunan masjid yang tidak identik dengan arah kiblat. Dan jika tidak disesuaikan bangunan masjidnya maka shafnya harus disesuaikan 6. Sedangkan menurut Bapak Drs. H. Gucik Sanusi, M.Ag bahwa Arah kiblat itu arah ka bah atau masjidil haram arah dimana harus betul-betul menghadap ka bah. Muhammadiyah dalam menentukan arah kiblat sesuai dengan arah yang sebenarnya tidak hanya arah saja akan tetapi harus tepat sasarannya yaitu ka bah atau Masjidil Hara<m. Sehingga masjid-masjid yang 6 Hasil wawancara dengan ketua bidang majelis pelayanan sosial di Muhammadiyah dan beliau juga salah satu tokoh di Muhammadiyah kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi (Bapak Drs. H. Mahfudzi, M.Ag) pada tgl 02 April 2016 di Perumahan Bumi Karangasri Ngawi (Rumah Bapak Mahfudzi) 6

dikelola Muhammadiyah arah kiblatnya tidak hanya asal arah saja akan tetapi sesuai dengan arah kiblat yang sebenarnya yaitu barat agak serong ke utara. Dan jika masjid itu tidak disesuaikan bangunannya dengan arah kiblat maka shafnya yang harus disesuaikan. 7 Selanjutnya yang terakhir yaitu menurut pandangan Bapak Drs. Suwarto Abbas, MH menurutnya yaitu bahwa Muhammadiyah yang ada di Ngawi itu cara menentukan arah kiblatnya menggunakan tekhnologi, karena Muhammadiyah terkenal dengan pembenaran arah kiblat. Ketika dulu arah kiblatnya berada di Barat lurus atau ke arah Barat tepat dan pada waktu itu Muhammadiyah yang pertama kali melakukan perubahan menentukan arah kiblatnya dan sekarang sudah jelas cara menentukan arah kiblat Muhammadiyah dengan menggunakan tekhnologi 8. Bahwa dari pandangan tokoh Muhammadiyah tersebut kebanyakan sudah mengenal dan mengetahui alat bantu modern akan tetapi belum bisa menerapkan dan kebanyakan masih menggunakan kompas untuk menentukan arah kiblat. Beberapa kajian yang peneliti lakukan terhadap peniliti sebelumnya memang sudah banyak yang mengangkat tentang Arah Kiblat, akan tetapi dalam penilitian sebelumnya belum ada yang secara khusus memfokuskan pada penelitian terhadap pandangan tokoh Muhammadiyah terhadap penentuan arah kiblat, terutama di Kecamatan Ngawai Kabupaten Ngawi. II. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan dan jenis Penelitian 7 Hasil wawancara dengan Bapak Drs. H. Gucik Sanusi, M.Ag yaitu salah satu tokoh Muhammadiyah yang ada di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi dan Beliau sebagai pengelola di bidang Tour dan Travel Haji serta salah satu pengurus masjid Surya Mabrur. pada tgl 12 April 2016 di Rumah Bapak Gucik Sanusi Jl. Letnan Jendral S. Parman (sebelah Barat Kantor PDAM Ngawi) 8 Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Suwarto Abbas, MH yaitu salah satu hakim di Pengadilan Agama Ngawi serta tokoh Muhammadiyah yang ada di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi dan Beliau sebagai Sekertaris Umum di Muhammadiyah Ngawi. pada tgl 12 April 2016 di Rumah Bapak Suwarto Abbas Jl. K.H. Ahmad Dahlan (sebelah Timur SMP Muhammadiyah Ngawi) 7

Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Diskriptif, proses dipentingkan dari pada hasil. 9 Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih menekankan analisanya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif. 2. Lokasi Penelitian Peneulis mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. 3. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua buah jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. 1) Data Primer Data primer merupakan data yang hanya dapat diperoleh peneliti dari sumber asli atau orang pertama. Data primer tidak tersedia dalam bentuk filefile. Yang dimaksud orang pertama atau sumber asli disini adalah orang yang dijadikan objek penelitian. 10 Data primer atau bisa dikatakan sebagai data utama bisa diperoleh dari wawancara dan observasi. 11 Data primer tersebut diperoleh dari Tokoh Muhammadiyah Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. Adapun nama-nama tokoh tersebut yaitu: a. Drs. H. Romli Prihatin, SH b. Drs. H. Gucik Sanusi, M.Ag c. Drs. H. Mahfudzi, M.Ag 9 Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3. 10 Jonatan Sarwono, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 261. 11 Afifudin, Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia), 31. 8

d. Drs. Suwarto Abbas, MH e. Drs. Salimoel Amien f. Drs. H. Bahrun g. Drs. H. Hadi Mustofa, M.Pd.i h. Drs. Harno, M.Si i. Syaiful Husna, S.Ag 2) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal yang merupakan pelengkap atau penunjang dari bahan data primer. Data sekunder tersebut meliputi : a) Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri. dan Idul Adha (Jakarta:Erlangga,2007). b) Encup Supriyatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya (Bandung:Refika Aditama, 2007). c) Ahmad Junaidi, Seri Ilmu Falak (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2011). d) Moh Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang: UIN Malang Press, 2008). e) Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Buana Pustaka). f) Ahmad Izzudin, Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012) 9

g) Maskufa, Ilmu Falak (Jakarta: GP Press, 2010). h) Ahmad Musonnif, Ilmu Falak (Yogyakarta: Teras, 2011). i) A. Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi) (Jakarta: Amzah, 2011). j) Syamsul Arifin. Arah Kiblat dan Aplikasinya (Jurnal Ngabari Vol. I No. 1, Ponorogo, 2006). 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara merupakan sebuah tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan langsung informasi atau keterangan-keterangan. Orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Tokoh Muhammadiyah Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Disini peneliti hanya mengambil data yang sudah ada seperti indeks prestasi, jumlah penduduk, pendapatan, letak geografis, luas tanah dan lain sebagainya. 12 5. Taknik Pengolahan Data a. Editing yaitu pemeriksaan kembali semua data-data yang terkumpul yang diperoleh dari segi kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian dan keselarasan diantara masing-masing data serta pemisahan dari data yang tidak ada relevansinya serta kolerasinya. 12 Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 158. 10

b. Organizing yaitu menyusun data dan mensistematikan data-data yang diperoleh dalam rangka paparan yang sudah ada dan direncanakan yaitu sesuai dengan sistematika pertanyaan-pertanyaan dalam perumusan masalah. c. Penemuan hasil yaitu melakukan analisa lanjut terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah, dalil, dan sebagainya sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan tertentu. 6. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mengatur urutan-urutan data yang sudah terkumpul keseluruhannya, mengganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut: a. 13 Data Reduction (Reduksi data) Yang dimaksud mereduksi disini yaitu proses pemilahan, pengabstraksian, pentransformasian data dari lapangan, merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Setelah data-data terkumpul maka data yang berkaitan dengan arah kiblat dipilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan. b. Data Display (Penyajian data) Data display merupakan tahap penyajian data, yaitu menguraikan data dengan teks yang bersifat naratif. Tujuan dari penyajian data disini adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap apa yang diteliti. 13 11

c. Conclusion Drawing (verification) Langkah terakhir atau yang ketiga adalah mengambil kesimpulan dari data-data yang diperoleh diatas. Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas dan apa adanya kemudian diteliti untuk memperoleh kejelasan dan diambil kesimpulan. Kesimpulam yang diperoleh merupakan jawaban dari rumusan masalah di awal. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep keahlian (validitas) dan keandalan (reliabilitas), kepercayaan keabsahan data dilakukan dengan pengecekan menggunakan teknik pengamatan yang ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Dengan mengadakan pengamatan dan teliti serta rinci secara berkesinambungan terhadap pandangan tokoh Muhammadiyah Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi terhadap metode penentuan arah kiblat di masjid dengan alat bantu modern, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang telah ditelaah sudah difahami. III. ISI A. Tinjauan Fiqh tentang Pandangan Tokoh Muhammadiyah terhadap Penentuan Arah Kiblat Beranjak dari penelitian tentang penentuan arah kiblat yang peneliti lakukan kepada tokoh Muhammadiyah di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pandangan tokoh Muhammadiyah terhadap penentuan 12

arah kiblat di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi ada tiga macam pandangan yaitu, ayn al-ka bah dan jiha<t al-ka bah serta ada yang tidak memahami apakah ayn al- Ka bah atau jiha<t al-ka bah. Adapun data yang penulis temukan dalam melakukan penelitian tentang pandangan tokoh Muhammadiyah terhadap penentuan arah kiblat di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi adalah : NO. NAMA PANDANGAN 1. Drs. H. Romli Prihatin, SH ayn al-ka bah 2. Drs. H. Mahfudzi, M.Ag Tidak memahami 3. Drs. H. Gucik Sanusi, M.Ag ayn al-ka bah 4. Drs. Suwarto Abbas, MH ayn al-ka bah 5. Drs. H. Bahrun ayn al-ka bah 6. Drs. Salimoel Amien Tidak memahami 7. Drs. Harno, M.Si Tidak memahami 8. Drs. H. Hadi Mustofa, M.Pd.i Jiha<t al-ka bah 9. Syaiful Husna, S.Ag Jiha<t al-ka bah Dari data di atas tinjauan fikih terhadap pandangan tokoh Muhammadiyah terhadap penentuan arah kiblat di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi adalah : a. Pandangan tokoh yang mengatakan arah kiblat adalah ayn al-ka bah Tokoh pertama yang mempunyai pandangan arah kiblat adalah ayn al- Ka bah adalah Drs. H. Romli Prihatin, SH. Beliau adalah salah satu tokoh 13

Muhammadiyah yang ada di Kecamatan Ngawi dan sebagai ketua Lembaga Pengembangan Ranting sekaligus takmir masjid di Surya Mabrur ini mempunyai pandangan bahwa arah kiblat ialah arah dimana langsung menghadap ke arah kiblat atau ke arah Masjidil Hara<m karena arah yang tepat dan sesuai dengan arah yang benar-benar menghadap ka bah. Tokoh kedua yang sepaham dengan Drs. H. Romli Prihatin, SH adalah Drs. H. Gucik Sanusi, M.Ag. Beliau adalah salah satu anggota Majelis Tabligh dan Tarjih sekaligus salah satu tokoh Muhammadiyah yang ada di Kecamatan Ngawi ini mengatakan bahwa arah kiblat itu arah ka bah atau Masjidil Hara<m arah dimana harus betul-betul menghadap ka bah. Muhammadiyah dalam menentukan arah kiblat sesuai dengan arah yang sebenarnya tidak hanya arah saja akan tetapi harus tepat sasarannya yaitu ka bah atau Masjidil Hara<m. Senada dengan kedua tokoh diatas, Drs. Suwarto Abbas, MH. Beliau adalah salah satu Hakim di Pengadilan Agama Ngawi dan Sekertaris Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ngawi mengatakan Pedoman umum menghadap kiblat yaitu aynul al-k abah karena sudah jelas dalam ayat Al- Qur a<n sudah di jelaskan bahwa harus menghadap ke arah Masjidil Hara<m yaitu arah kiblat yang sebenarnya. Menghadap kiblat sesuai dengan perintah dan ketentuan Allah SWT dalam ayat Al-Qur a<n yang sudah di jelaskan yaitu hukumnya wajib dalam menghadap kiblat. Tokoh yang keempat ini yaitu Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ngawi yaitu Drs. H. Bahrun mengatakan Pedoman umum ketentuan Muhammadiyah tentang menghadap kiblat yaitu kalau jiha<tul al- 14

Ka bah yaitu kira-kira, tetapi di Muahammadiyah itu menggunakan tekhnologi, menggunakan sains sehingga mengarah pada aynul Ka bah karena bisa di hitung secara hitungan dan dengan matematika juga bisa di hitung kalau ka bah itu berada di bujur utara lintang selatan. Jadi arahnya itu pada aynul Ka bah kalau di Muahammadiyah. b. Pandangan tokoh yang mengatakan arah kiblat adalah jiha<t al-ka bah Tokoh yang mempunyai pandangan tentang jiha<t al-ka bah yaitu Drs. H. Hadi Mustofa, M.Pd.i beliau merupakan Wakil Sekertaris Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ngawi. Bapak ini mengatakan bahwa yang dimaksud kiblat yaitu arah waktu sholat menghadap ke arah ka bah. karena kalau aynul Ka bah tentunya kita tidak bisa melihat secara langsung, sebab kita berada di Indonesia. Maka dari itu dengan ilmu mengetahui arah ka bah dengan menentukan arah garis lintang dan bujur bisa diketahui dimana arah kabah itu berada serta bisa di hitung arahnya. Sehingga sebagai orang Muhammadiyah untuk mengetahui arah kiblat itu tidak harus melihat secara langsung, cukup menghadap kabah atau jiha<t al-ka bah. Karena letak Indonesia itu sendiri di sebelah timur ka bah jadi kita yang berada jauh dari ka bah cukup menghadap ke arah ka bah. Kalau menurut saya menghadap kiblat yaitu tidak menghadap barat akan tetapi menghadap ke arah kiblat. Selanjutnya yaitu pendapat yang terakhir adalah dari Bapak Syaiful Husna, S.Ag beliau ini merupakan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Ngawi sekaligus Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Ngawi. Bahwa di Muhammadiyah itu secara umum di tarjih penentuan arah kiblat itu dengan 15

jiha<t al-ka bah. Kemudian pandangan tentang menghadap kiblat ini pasti artinya yang selama ini selalu kita fokuskan memang di masjid-masjid Muhammadiyah itu arah kiblat bahkan untuk pembangunan masjid sekarang ini di Muhammadiyah bukan melihat tanahnya akan tetapi melihat arah kiblatnya. Jadi masjidnya langsung di arahkan ke arah kiblat. Dari paparan diatas, penulis dapat menganalisa bahwa pandangan yang dikemukakan para tokoh tentang ayn Ka bah dan jiha<t al-ka bah sesuai dengan konsep arah kiblat yang ditawarkan Madhhab Hanafi< dan orang-orang yang sependapat dengan mereka, termasuk Ima<m Maliki<, menurut Madhhab ini bagi orang yang melihat Ka bah dan mungkin menghadap ayn Ka bah yaitu wajib menghadap Ka bah itu secara langsung, tetapi bagi orang yang jauh dan yang tidak dapat melihatnya secara langsung cukup dengan menghadap ke arahnya saja atau jiha<t al-ka bah. Tetapi bila pandangan mereka itu dilihat dari Madhhab Shafi i< maka, pandangan mereka menyimpang jauh dan harus merubah persepsi tersebut sesuai konsep yang ditawarkan Madhhab Shafi <i, yaitu bagi orang yang melihat Ka bah wajib menghadap Ka bah itu sungguh-sungguh ( ayn al-ka bah), tetapi orang yang jauh dari Ka bah wajib atasnya menyengaja menghadap ayn al- Ka bah, walaupun pada hakekatnya ia hanya menghadap jiha<t al-ka bah. Dengan kata lain, kiblat bagi orang yang melihat langsung ka bah adalah ayn Ka bah, sedangkan kiblat bagi orang yang tidak melihat langsung ka bah adalah jiha<t al-ka bah. Namun bila dikaji ulang, sebenarnya para ulama memiliki komitmen bahwa bagi orang yang dapat melihat ka bah, dan orang yang tidak 16

dapat melihat ka bah tapi ia dapat berijtihad untuk mengetahui arah menuju ka bah, maka mereka wajib menghadap ke bangunan ka bah. Pendapat yang beliau-beliau kemukakan ini sesuai dengan Kitab Alla<h dan Sunnah Rasu<l, yaitu 14 : 1. Adapun dali<l yang berasal dari Kitab Alla<h yaitu zahir firman Alla<h Maka palingkanlah mukamu ke arah Masjid al-hara<m disitu Alla<h tidak berfirman ke arah Ka bah. Maka barangsiapa telah menghadap sebuah sisi dari Masjid al-hara<>m ia telah melaksanakan apa yang diperintahkan baik tepat ke arah kiblat atau tidak. 2. Sedang dali<l yang berasal dari Sunnah ialah sabda Nabi SAW. Yang berbunyi: Ka bah itu kiblat bagi orang yang di dalam Masjid, dan Masjid itu kiblat bagi orang yang di daerah Hara>m (Makah) dan Hara>m (Makah) itu kiblat bagi penduduk bumi dari barat hingga timur dari umatku. Sedangkan yang menjadi dasar hukum adalah ayat al-qur a<n dan alhadi<th : 1. Dali<l al-qur a<n yaitu Surat al-baqarah ayat 144 : 14 Muhammad Ali al-sabuni, Rawaiq al-bayan, 82 17

Artinya : sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit 15, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. 2. Dali<l dari Sunnah yaitu al-hadi<th yang diriwayatkan oleh al-bukha<ri< ع ن ب ن ع ب اس ق ا ل : و ل ح خ ن و, ل م ا د خ ل الن ب ص ل ى اهلل ع ل ي و و س ل م ال ب ي ت د ع ا ف ن و ا ح ي و ك ل ه ا : ىه ال ب ل ة. Artinya : )رواه البخا ري( ف ل م ا خ ر ك ع ر ك ع ت ي ف ق ب ل ال ك ع ب ة و ق ا ل Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Ketika Nabi SAW ketika masuk di Bait Allah, beliau berdo a dalam seluruh arah-arahnya dan beliau tidak shalat beliau keluar dari padanya. Ketika beliau keluar, beliau shalat dua rakaat di arah Ka bah, dan bersabda; Inilah kiblat. 17 Selain pendapat pandangan para tokoh Muhammadiyah yang mengatakan ayn Ka bah dan jiha<t al-ka bah adapun pandangan para tokoh Muhammadiyah yang belum memahami tentang ayn Ka bah dan jiha<t al-ka bah yaitu Bapak ini merupakan salah satu Ketua Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Daerah 16 15 Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah. 16 Abi abd Allah Muhammad ibn Isma il al-bukha<ri<, Sahi<h al-bukha<ri<, Jilid I, 99. 17 Ahmad Sunarto dkk, Tarjamah Sahi<h Bukha<ri< (Semarang: Cv. Asy-syifa, 1992),271. 18

Muhammadiyah Ngawi yang merupakan salah satu anggota DPRD Ngawi. Pandangan Muhammadiyah mengikuti jejak K.H. Ahmad Dahlan pada dasarnya menghadap kiblat itu tidak sama. Karena letak geografis di Indonesia sendiri tidak sama persis dengan Masjidil Hara<m. Seperti hal nya arah timur, barat, utara, selatan yang ada di Indonesia sendiri tidak sama persis. Adapun K.H. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa arah kiblat itu sesuai dengan letak masing-masing tempat atau lokasi yang ada. Dengan demikian posisi di Ngawi atau arah kiblat di Ngawi tidak tepat berada di sebelah barat persis akan tetapi arah kiblatnya ke arah barat agak serong ke utara. Karena posisi arah kiblat Ngawi atau posisi di Indosesia sendiri itu tidak sama persis atau tidak tepat pada arah kiblat atau Masjidil Hara<m. Beliau merupakan salah satu anggota di Muhammadiyah Koordinator Bidang Tabligh dan Tarjih Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Ngawi serta Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus. Pandangan menghadap kiblat sudah pasti itu ketentuan perintah dari agama, jadi sholat kita itu menghadap kiblat setelah awalanya dulu menghadap ke Masjidil Aqso. Kalau masalah aynul Ka bah atau jiha<t al-ka bah saya kurang mengetahui sebab saya di kepengurusan saya tidak membidangi bagian itu. Bapak ini adalah Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ngawi. Untuk pedoman Muhammadiyah menghadap kiblat salah satu diantaranya pada saat di bulan Mei ini yaitu bayang-bayang kiblat matahari tepat berada di atas kabah. Menghadap kiblat adalah merupakan 19

suatu keharusan dalam melaksanakan ibadah mahdhoh. Menghadap kiblat itu menurut keyakinan adalah merupakan sebuah kewajiban. Pada hakekatnya semua itu kembali pada kepercayaan dan iman masingmasing orang yang meyakini arah menghadap kiblat. Akan tetapi mengetahui kebenaran arah kiblat yang diyakini itu berdasarkan iman atau keyakinan yang diyakini. B. Analisa tentang Metode Penentuan Arah Kiblat Berangkat dari penelitian yang penulis lakukan di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi tentang pandangan tokoh Muhammadiyah terhadap penentuan arah kiblat meliputi dasar hukum menghadap kiblat serta metode penentuan arah kiblat. Maka penulis dapat menyimpulkan kedalam sebuah analisa. Bahwasanya yang menjadi pedoman dalam metode penentuan arah kiblat para tokoh Muhammadiyah di Kecamatan Ngawi yaitu: 1. Bayang-bayang (Ras}hdul al-qiblat) Di samping arah kiblat dapat dicari dengan data azimuth kiblat, bayang-bayang kiblat juga dapat ditentukan dengan saat terjadinya ras}hd al-qiblat. Sebagaimana dalam kalender menara Kudus KH Turaichan ditetapkan tanggal 28/27 Mei dan tanggal 15/16 Juli pada tiap-tiap tahun sebagai Yaum Ras}hd al-qiblat. Memang dalam siklus tahunan, matahari akan berada pada titik zenith Ka bah (21 25 LU dan 39 50 BT) sebanyak dua kali setahun, yaitu setiap tanggal 28 Mei (untuk tahun basi<t}ah)atau 27 Mei (untuk tahun kabi<sat) pada pukul 16.17.58.16 WIB, dan juga pada tanggal 15 Juli (untuk tahun basi<t}ah) atau 16 Juli (untuk tahun kabi<sat) pada pukul 16.26.12.11 WIB. 20

Namun demikian pada hari-hari selain tersebut mestinya juga dapat ditentukan jam ras}hd al-qiblat, yakni bayang-bayang suatu benda menuju arah kiblat dengan bantuan sinar matahari, konsep inilah yang kemudian dikenal dengan bayang-bayang kiblat. Perlu diketahui bahwa jam ras}hd al-qiblat tiap hari mengalami perubahan karena terpengaruh oleh deklinasi matahari 18. 2. Kompas Kompas ini adalah paling banyak digunakan untuk keperluan memandu arah mata angin. Penandaan arah kiblat dengan kompas banyak diamalkan di kalangan masyarakat Islam masa kini. Arah yang digunakan oleh kompas adalah arah yang merujuk kepada arah utara magnet. Arah utara magnet ternyata tidak mesti sama dengan arah utara sebenarnya. Perbedaan arah utara ini disebut sebagai sudut serong magnet atau deklinasi yang juga berbeda di setiap tempat dan selalu berubah sepanjang tahun. Satu lagi masalah yang dari menggunakan kompas ialah tarikan gravitasi setempat dimana ia terpengaruh oleh bahan-bahan logam atau listrik di sekeliling kompas yang digunakan. Namun, ia dapat digunakan sebagai alat alternatif sekitarnya alat yang lebih teliti tidak ada 19. Akan tetapi dilihat dari keakuratannya antara bayang-bayang kiblat atau Ras}hdul al- Qiblat dengan kompas yaitu masih akurat bayang-bayang kiblat (Ras}hdul al-qiblat) karena pengukuran arah kiblat dengan menggunakan kompas terkadang masih ada kesalahan yang disebut deklinasi, yaitu jarum kompas sedikit menyimpang dari utara sejati (utara Geografis). Seperti halnya di Masjid Akper Ngawi cara menentukan arah kiblatnya dengan menggunakan bayang-bayang kiblat, karena pendapat dari Bapak Harno 18 Murtadho. Ilmu, 165. 19 Izzan, Studi, 112. 21

lebih valid atau akurat sebab kalau menggunakan kompas biasanya masih ada kekeliruan. Berikut yaitu cara menentukan arah kiblat dengan menggunakan bayang-bayang kiblat (Ras}hdul al-qiblat) : Gambar 1 Kiblat pada hari Ras}hdul Qiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga sudah banyak yang menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa A dhom tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat yang benar 20. Sedangkan cara menentukan arah kiblat dengan kompas yaitu ujung jarum kompas selalu menunjuk ke arah Utara dan ujung lain menunjuk ke arah Selatan. Agar tidak tertukar biasanya ujung jarum kompas yang menunjuk ke arah utara ditandai 20:20:30 WIB) 20 https://rovicky.wordpress.com/2010/05/28/hari-meluruskan-arah-kiblat/ (di akses pada 23-06-2016, 22

dengan warna merah. Sesungguhnya jarum kompas tidak tepat benar menunjuk ke arah utara. Utara sebenarnya kita sebut utara sejati (true North). Sedang utara bohongan yang ditunjukan oleh jarum kompas disebut Utara Magnetik (Magnetic North).Sudut Penyimpangan antara Utara sejati dan Utara Magnetik kita sebut Deklinasi. Penyimpangan bertanda positif bila sudut penyimpangan ke arah timur, sedang bila menyimpang ke arah barat bertanda negatif. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2 Kompas Saku Kompas Kiblat Kompas yang pertama disebut kompas saku (Pocket Compass), karena ukurannya kecil, enak dibawa kemana-mana tinggal dimasukan ke dalam saku. Kompas kedua disebut kompas-kiblat. Pada hakekatnya kompas-kiblat sama dengan kompas-saku, hanya saja kompas-kiblat dikhususkan untuk mecari arah kiblat. Karena Kompas mengandung kesalahan bukan berarti kita tidak bisa menentukan azimuth sejati dengan kompas. Jika besarnya deklinasi diketahui kita dapat menentukan azimuth sejati. Repotnya besarnya deklinasi untuk berbagai tempat di dunia tidaklah sama. Juga 23

besarnya deklinasi tidak sama dengan berjalannya waktu. Cara menggunakan kompas saku atau kompas kiblat yaitu sebagai berikut: 1. Pastikan indeks kota atau tempatnya terlebih dahulu. misalnya indeks kota Ngawi 65 2. Letakkan kompas di tangan dan kemudian putar kompas sehigga arah bertanda N (utara) kompas searah dengan pandangan lurus kita. 3. Putarlah badan kita bersama kompas ditangan sehingga ujung jarum kompas yang berwarna merah (utara) menunjuk ke angka indeks kota 21. Atau bisa juga dengan cara menentukan derajatnya kemudian menentukan titik arah Utara dan Selatan serta arah Timur dan Barat baru kemudian di tarik tali panjang dengan garis lurus arah tersebut. IV. Kesimpulan Tinjauan fikih tentang pandangan tokoh muhammadiyah terhadap penentuan arah kiblat di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi terdiri dari tiga macam pandangan yaitu, arah kiblat adalah arah dimana betul-betul menghadap arah kiblat atau Masjidil Hara<m ( ayn al-ka bah) dan arah Ka bah saja (jiha<t al-ka bah) serta ada yang tidak memahami apakah ayn al-ka bah atau jiha<t al-ka bah. 1. Para tokoh Muhammadiyah mengatakan bahwa arah kiblat adalah jiha<t al-ka bah, sesuai dengan Pandangan yang dikatakan oleh Madhhab Shafi <i jika, pandangan mereka ada yang menyimpang jauh dan harus merubah persepsi tersebut sesuai konsep yang ditawarkan Madhhab Shafi <i, yaitu bagi orang yang melihat Ka bah wajib menghadap 21 http://petabandung.net/kiblat/kompas.php (diakses pada 23-06-2016. 21:00:12 WIB) 24

Ka bah itu sungguh-sungguh ( ayn al-ka bah), tetapi orang yang jauh dari Ka bah wajib atasnya menyengaja menghadap ayn al-ka bah, walaupun pada hakekatnya ia hanya menghadap jiha<t al-ka bah. Dengan kata lain, kiblat bagi orang yang melihat langsung ka bah adalah ayn Ka bah, sedangkan kiblat bagi orang yang tidak melihat langsung ka bah adalah jiha<t al-ka bah. Namun bila dikaji ulang, sebenarnya para ulama memiliki komitmen bahwa bagi orang yang dapat melihat ka bah, dan orang yang tidak dapat melihat ka bah tapi ia dapat berijtihad untuk mengetahui arah menuju ka bah, maka mereka wajib menghadap ke bangunan ka bah. 2. Metode Penentuan Arah Kiblat di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi para tokoh Muhamammadiyah kebanyakan berpedoman dengan menggunakan Bayang-bayang kiblat (Ras}hdul Qiblat) dan Kompas. Bayang-bayang kiblat (Ras}hdul Qiblat) yaitu bayang-bayang matahari tepat berada diatas ka bah. bayang-bayang kiblat juga dapat ditentukan dengan saat terjadinya ras}hd al-qiblat. Sedangkan Kompas ini adalah paling banyak digunakan untuk keperluan memandu arah mata angin. Penandaan arah kiblat dengan kompas banyak diamalkan di kalangan masyarakat Islam masa kini. Arah yang digunakan oleh kompas adalah arah yang merujuk kepada arah utara magnet. Akan tetapi pada dasarnya tingkat keakuratan antara bayang-bayang kiblat atau Ras}hdul al-qiblat dengan kompas yaitu masih akurat bayang-bayang kiblat (Ras}hdul al-qiblat) karena pengukuran arah kiblat dengan menggunakan kompas terkadang masih ada kesalahan yang disebut deklinasi, yaitu jarum kompas sedikit menyimpang dari utara sejati (utara Geografis). V. DAFTAR PUSTAKA Ali al-saubuni, Muhammad. Ruwaih al-baya<n Tafsi<r Aya<t al-ahka<m min al-qur an, Terjemah, Juz I Surabaya: Bina Ilmu, 2003. 25

Abd Allah Muhammad ibn Isma i<l al-bukha<ri<, Abi. Sahi<h al-bukha<ri<, Jilid I. Ahmad Sunarto dkk, Ahmad. Tarjamah Sahi<h Bukha<ri<. Semarang: Cv. Ash-syifa, 1992. Al-Qur an dan Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus, tt. Beni Ahmad Saebani, Afifudin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. https://ilhamibrahiim.blogspot.com (diakses pada 19-04-2016). https://iremyfungky.wordpress.com (diakses pada 18-04-2016). https://rovicky.wordpress.com/2010/05/28/hari-meluruskan-arah-kiblat/ (di akses pada 23 Juni 2016) http://petabandung.net/kiblat/kompas.php (di akses pada 23 Juni 2016) Izzan, Ahmad. Studi ilmu Falak (Cara Mudah Belajar Ilmu Falak). Tangerang: Pustaka Aufa Media, 2013. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Murtadho, Moh. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press, 2008. Sarwono, Jonatan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. 26