BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA KELAS IV MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING JURNAL. Oleh RIKA SARI DEWI MAMAN SURAHMAN LOLIYANA

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mind mapping, kecerdasan, kecerdasan visual-spasial. kalangan meskipun sering disalahartikan atau diartikan common sense atau

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2015:7) yang menjelaskan pengertian dari pembelajaran sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)

I. PENDAHULUAN. terabaikan demikian pula sebaliknya. Merosotnya kualitas pendidikan. para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN. tunagrahita. Tunagrahita adalah kelambatan perkembangan mental seorang anak.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PENINGGALAN SEJARAH NASIONAL MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAP

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

I.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi sebagai pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pradja. AL

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara berkembang seperti di indonesia. Undang Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) adalah asset penting yang akan menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODEMIND MAPPING PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI KOPERASI DI KELAS IV A SDN BUAHBATU LEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode mind mapping

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

ABSTRAKSI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MENULIS TEKS EKSEMPLUM DENGAN METODE PEMBELAJARAN JIGSAW

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sosok yang unik. Anak usia dini mengalami suatu proses. perkembangan anak selanjutnya ( Santoso 2005:2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang penigkatan pemahaman materi mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBINAAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PENGGUNAAN MEDIA SEARCH ENGINE BAGI PENINGKATAN CIVIC INTELLIGENCE SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan pada masyarakat melalui nilai manfaat dari pendidikan itu sendiri. Berbagai upaya pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia dengan mengadakan pengembangan kurikulum yaitu kurikulum 2013. Pada pengimplementasian kurikulum 2013 ini diharapkan guru harus lebih mementingkan proses daripada hasil karena penilaian

2 yang digunakan adalah penilaian autentik sehingga proses yang baik akan menghasilkan hasil yang baik. Perlu diketahui bahwa, setiap manusia memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Tidak ada gaya belajar yang paling buruk, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Seseorang yang belajar pasti berpikir dengan menggunakan otak mereka namun ada kecenderungan seseorang berpikir memakai otak kiri atau otak kanan. Seorang filsuf, Prof. Robert Ornstein dari Universitas California dalam Udin S. Winata Putra (2008:5.3) meneliti tentang potensi otak dan sifat -sifat fisiknya. Belahan otak kiri mengendalikan aktivitas-aktivitas mental yang mencakup matematika, bahasa, logika, analisis, menulis, dan aktivitasaktivitas lain yang sejenis. Sedangkan otak sebelah kanan menangani aktivitas-aktivitas yang mencakup imajinasi, warna, musik, irama/ritme, melamun, dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. Semua manusia memiliki semua kemampuan tersebut karena setiap manusia memiliki satu otak yang utuh. Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas bahwa otak manusia memiliki kemampuan yang banyak, namun kemampuan tersebut akan berkembang atau tidaknya tergantung yang mengembangkannya. Meskipun punya kemampuan yang besar jika tidak mengembangkan kemampuan tersebut maka akan tersembunyi sehingga tidak memperlihatkan bahwa mampu akan melakukan sesuatu. Selanjutnya, Prof Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Havard dalam Udin S. Winata Putra, dkk, (2008:5.3), meneliti tentang intelegensi/ kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa, IQ tidak boleh dianggap

3 sebagai tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan seseorang tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja. Setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan Berdasarkan pendapat Gardner diketahui bahwa manusia memiliki beberapa kecerdasan, salah satu kecerdasan manusia yaitu kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial merupakan kecerdasan yang mengembangkan kemampuan otak kanan manusia. Kecerdasan ini dapat dinilai dengan menggunakan Mind Mapping karena penilaian yang digunakan guru harus disesuaikan oleh kecerdasan yang akan dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner dalam Udin S. Winataputra (2008: 5. 5) bahwa, Pendekatan yang digunakan pada penilaian berbeda pada setiap intelegensi, pada intelegensi visual-spasial maka menggunakan pendekatan penilaian visual-spasial yaitu penilaian berupa peta konsep atau peta pemikiran yang dapat mengungkapkan apa yang diketahui siswa sebelum, selama atau proses pembelajaran serta setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat Gardner untuk menggunakan Mind Mapping sebagai penilaian kecerdasan visual-spasial, tentunya Mind Mapping memiliki keunggulan. Menurut Doni Swadarma (2013: 6) bahwa, Mind Mapping mempunyai keunggulan yaitu sebagai berikut: Menarik dan mudah tertangkap mata ( eye cathing); Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah; Meningkatkan kinerja

4 manajemen pengetahuan; Memaksimalkan sistem kerja otak; Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan; Memacu kreativitas, sederhana dan mudah dikerjakan. Berdasarkan keunggulan mind mapping tersebut, memungkinkan mind mapping baik untuk diterapkan oleh siswa. Jika menggunakan mind mapping, siswa tidak perlu melihat catatan-catatan teks yang panjang untuk dibaca, tetapi dapat dengan mudah melihat sejumlah besar data. Kreativitas siswa terasah dan tidak membosankan dipandang mata. Perlu diketahui bahwa kreativitas erat hubungannya dengan imajinasi dan imajinasi itu lebih penting dari pengetahuan, seperti pendapat Albert Einstein dalam May Lwin (2008 : 77) yang mengatakan bahwa Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan. Pengetahuan itu terbatas sedangkan imajinasi tidak terbatas. Imajinasi termasuk ke dalam komponen kecerdasan visual-spasial, maka dalam melatih kecerdasan visual-spasial siswa melalui pembelajaran tematik ini menggunakan tema yang terkait dengan penerapan Mind Mapping dan kompetensi ideal yang harus dimiliki siswa dalam kecerdasan visual-spasialnya, yaitu Tempat Tinggalku. Menurut Udin S. Winataputra ( 2008:5.16) bahwa untuk menjajaki intelegensi primer siswa dapat dilakukan dengan observasi perilaku siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Maka dari itu peneliti melakukan observasi perilaku siswa untuk mengetahui kecerdasan mana yang kurang dimiliki oleh siswa.

5 Berdasarkan hasil observasi tanggal 5 Februari 2014 tentang perilaku siswa di SD Negeri 1 Palapa kelas IVE kepada 24 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki ternyata kecerdasan yang kurang dimiliki oleh siswa adalah kecerdasan visualspasial karena terlihat di dinding kelas bahwa tidak ada satupun pajangan hasil karya siswa, siswa juga banyak yang tidak mengikuti kegiatan-kegiatan seni. Selama pembelajaran berlangsung, siswa lebih banyak membaca buku yang dominan dengan teks. Catatan-catatan di buku siswa terlihat rapi tetapi hanya berupa catatan teks panjang. Siswa aktif dan antusias untuk menjawab ketika diberi pertanyaan verbal. Siswa sangat aktif dalam mengungkapkan pendapat mereka, hal tersebut termasuk ciriciri perilaku yang dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan verbal. Siswa berperilaku sopan terhadap guru, tidak ada siswa yang suka berkelahi, hal tersebut termasuk ciri-ciri perilaku yang dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. Siswa suka sekali dalam bernyanyi, ketika sedang bernyanyi dalam kelas terdengar suara mereka bagus dan hapal dengan lirik lagu, hal tersebut termasuk ciri-ciri perilaku yang dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan. Mereka antusias untuk tampil terdahulu ketika presentasi tetapi presentasi dominan dalam bentuk verbal. Mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi, hal ini dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik. Berikut ini adalah tabel hasil observasi kecerdasan visual-spasial seluruh siswa kelas IVE SD Negeri 1 Palapa.

6 Tabel 1.1. Data Kecerdasan Visual-Spasial Siswa Kelas IV Pra Siklus. Rentang Pertemuan 1 Skor Hasil penilaian Banyak siswa Presentase (%) 81-100 Sangat Baik - - 61-80 Baik 3 8% 41-60 Cukup Baik 11 30% 21-40 Kurang Baik 23 62% 0-20 Tidak Baik - - Rata-rata 47% Sumber: Siswa Kelas IVE SD Negeri 1 Palapa Jumlah Siswa 37 Berdasarkan tabel 1.1 di atas terlihat bahwa kecerdasan visual-spasial siswa pra siklus dalam proses pembelajaran tersebut hanya terdapat 3 siswa (8%) yang mendapatkan hasil penilaian Baik, 11 siswa (30%) yang mendapatkan hasil penilaian Cukup, dan 23 siswa (62%) yang mendapat hasil penilaian Kurang. Rata-rata kecerdasan visual-spasial siswa sebesar 47%. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa dalam mengembangkan otak kiri dan guru tidak menerapkan model pembelajaran yang melatih keseimbangan kedua belahan otak, yaitu model pembelajaran mind mapping. Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial peserta didik kelas IVE SD Negeri 1 Palapa maka peneliti mengambil judul Peningkatan Kecerdasan Visual-Spasial Siswa Kelas IV melalui Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Tema Tempat Tinggalku di SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Guru kurang memperhatikan pengembangan otak siswa secara seimbang. 2. Pembelajaran di kelas cenderung menggunakan otak kiri. 3. Kebiasaan mencatat teks linear dalam pembelajaran. 4. Guru belum pernah menerapkan model pembelajaran mind mapping. 5. Terdapat >50% siswa yang mendapatkan penilaian kategori kurang baik pada setiap aspek kecerdasan visual-spasial. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial siswa kelas IV SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial siswa kelas IV SD Negeri 1 Palapa

8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui Model Pembelajaran Mind Mapping. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas diharapkan penelitian ini memberikan manfaat yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide kepada calon guru prodi PGSD untuk menerapkan model pembelajaran mind mapping serta memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping terhadap peningkatan kecerdasan visual-spasial. 2. Manfaat Praktis a. Siswa Memberi alternatif lain untuk mempelajari suatu pembelajaran dengan cara membuat ringkasan yang menarik sehingga anak terdorong untuk belajar pada pembelajaran tematik. b. Guru Guru memiliki pandangan luas dalam mengajar terutama dalam mengembangkan kreativitas, sehingga tercipta pembelajaran yang menarik bagi siswa terutama menggunakan model pembelajaran mind mapping.

9 c. Sekolah Memberikan konstribusi kepada sekolah untuk mendukung proses pembelajaran dalam meningkatkan kecerdasan visual spasial siswa melalui proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping. d. Peneliti Lain Peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian.