BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. karena pendidikan akan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang terus menemukan momentumnya sejak dua

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan ini, setiap individu dituntut untuk bisa memiliki pekerjaan yang

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TESIS

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI DAN STRES BELAJAR ANTARA SISWA KELAS AKSELERASI DENGAN SISWA KELAS REGULER DI SMU NEGERI 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam lingkungan sekolah. Dengan memiliki para siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nida Sholiha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI DALAM LAYANAN ANAK BERBAKAT DI SMP NEGERI I WONOGIRI TESIS

BAB II LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

PENDAHULUAN Latar Belakang

2.3.3 Tujuan Kelas Akselerasi Manfaat Kelas Akselerasi Keunggulan Kelas Akselerasi Kelemahan Kelas Akselerasi...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelas unggulan dalam arti secara umum merupakan kelas yang berisi anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB II LANDASAN TEORITIK

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. yang cacat, termasuk mereka dengan kecacatan yang berat di kelas pendidikan umum,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang pengadaan proyek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. individu akan membutuhkan individu lain dalam kehidupan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengembangan pendidikan, seperti dengan perbaikan kurikulum. seperti dari Inggris, Singapura dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannnya. Namun untuk memulai suatu proses dalam berinteraksi dengan orang lain tidaklah mudah, karena pada kenyataannya sering dijumpai orangorang yang tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain dan salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu keterampilan sosial. Menjalin interaksi sosial agar lebih berhasil diperlukan adanya keterampilan sosial. Buhrmaster dan Reis (Sudhardina, 2009) menyatakan keterampilan sosial merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain atau antar individu. Kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh individu tak terkecuali para remaja. Goleman (1999) menyatakan keterampilan sosial adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya dengan baik pada saat berhubungan dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan mampu berinteraksi dengan lancar serta menjalin persahabatan yang sehat. Keterampilan sosial merupakan aspek yang sangat penting dalam proses penyesuaian diri remaja, agar bisa berkembang menjadi individu dengan pribadi yang sehat. Hal ini perlu diperhatikan mengingat masa remaja dapat dikatakan sebagai masa yang paling sulit dan masa yang rawan dalam tugas perkembangan manusia ini karena masa remaja adalah masa pancaroba atau masa transisi, dan 1

2 masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Conger (1991) menyebutkan bahwa individu yang memiliki keterampilan sosia l tinggi, cenderung diterima oleh lingkungannya, individu akan memiliki kepuasan dalam hidupnya, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, memiliki harga diri, punya rasa humor, selalu optimis terhadap masa depannya, memiliki antusiasme, inisiatif dan semangat hidup tinggi, individu bebas untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya, rasa percaya dirinya rendah, kurang bisa mempercayai orang lain, selalu diliputi oleh perasaan khawatir, tidak aman, ragu-ragu, konsep dirinya negatif, selalu merasa tidak puas terhadap kehidupannya, sulit untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara bebas, selalu merasa tertekan, dan merasa pesimis terhadap kehidupannya Pada penelitian ini fenomena keterampilan sosial ditinjau dari program pendidikan kelas akselerasi dengan reguler (non akselerasi). Pertimbangan ini didasari oleh beberapa hasil penelitian. Menurut hasil penelitian Magviroh (2009) semakin tinggi nilai pembelajaran akselerasi siswa berbakat, maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap aspek perkembangan sosial siswa. Didukung oleh penelitian Wijayati (2009) yang menyatakan ada perbedaan penyesuaian sosial antara siswa akselerasi dengan non akselerasi, dimana penyesuaian sosial siswa non akselerasi lebih baik dibandingkan siswa akselerasi. Penelitian Herry (Widyastono, 2001) menyatakan siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata suka mengganggu teman-teman sekitarnya, karena lebih cepat memahami materi pelajaran yang diterangkan guru di depan kelas ketimbang teman-temannya. Ditambahkan oleh Akbar (2004)

3 anak-anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata cenderung ngotot, berpikir bebas, dan introvert. Siswa-siswa ini lebih banyak menyendiri dan meskipun memperoleh energi dan kesenangan dari kehidupan mental yang menyendiri itu, tetapi juga merasa kesepian. Pendapat lain dikemukakan oleh Southern dan Jones (Akbar, 2004) beberapa masalah dalam proses pembelajaran akselerasi, diantaranya: 1) Segi Akademik. Salah satu contoh potensi negatif program akselerasi dari segi akademik adalah bahan ajar yang terlalu tinggi sehingga membuat siswa tertinggal dibelakang kelompok teman barunya. 2). Segi Penyesuaian sosial. C ontohnya siswa didorong berprestasi dalam bidang akademik sehingga kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan teman sebayanya. Berkurangnya waktu dan kesempatan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat menyebabkan siswa akselerasi tidak memiliki pengalaman yang memadai dalam pergaulan ataupun sosial dengan teman di sekolah; 3) Penyesuaian emosional, siswa akseleran mudah frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi, padahal tekanan tersebut sering menyebabkan siswa akselerasi kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobinya. Dijelaskan oleh Munandar (1993) karena usia mental pada anak berbakat (khususnya di kelas akselerasi) lebih tinggi dari usia sebenarnya, maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain yang seumurnya. Pada mata pelajaran tertentu, bahkan mungkin semua mata pelajaran dianggap terlalu mudah dan membosankan berakibat timbulnya rasa malas untuk belajar dan kebiasaan belajar santai. Hal ini dapat menghambat pengembangan

4 keterampilan sosial. Dengan demikian, banyaknya tuntutan di ke las akselerasi merupakan beban yang relatif berat bagi siswa, apalagi jika tidak didukung oleh kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya, padahal siswa akselerasi dituntut mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan demi mempertahanan prestasi di kelasnya. Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi alternatif yang relevan; di samping bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi siswa, juga bertujuan untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat pada strategi klasikal-massal. Menurut PP Nomer 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan Keputusan Mendikbud Nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah Dasar, SMP dan SMA. Dalam Keputusan Mendikbud tersebut pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa : Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat melalui jalur pendidikan sekolah dengan menyelenggarakan program percepatan dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SD sekurang-kurangnya 5 tahun, SMP dan SMA sekurang-kurangnya 2 tahun. GBHN tahun 1999 juga memberikan kebijakan untuk mengembangkan kurikulum berdiversifikasi guna melayani peserta didik yang beragam kondisinya sehingga akan dapat dicapai hasil pendidikan yang optimal sesuai dengan kondisi masing-masing. Dalam wujud upaya pelaksanaan UU sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 antara lain dibukanya program percepatan belajar yang disebut kelas Akselerasi (Undangundang Sisdiknas, 2004).

5 Program akselerasi pada pelaksanaannya ternyata ditemukan berbagai masalah. Sebagai contoh seorang Wakil Kepala Sekolah salah satu SMU di Yogyakarta menyatakan banyak siswa akselerasi terlihat kurang berkomunikasi, kurang bergaul, dan tidak suka pada pelajaran olahraga, tegang seperti robot, dan orangtuan juga ternyata sulit berkomunikasi dengan anaknya. Pernyataan yang sama juga diberikan oleh seorang guru yang mengatakan bahwa anak akselerasi memiliki pergaulan yang lebih terbatas dari pada kelas umum karena teman satu ruangannya dan guru-gurunya dalam 2 tahun selalu sama. Guru menjadi khawatir bahwa percepatan belajar dapat menimbulkan dampak negatif di masa yang akan datang karena kurang berkembanganya kesempatan siswa ekselerasi dalam hal interaksi sosial (Wijayati, 2009) Wawancara yang telah penulis lakukan pada siswa kelas akselerasi SMA Negeri 1 Sukoharjo, menyatakan bahwa kelas akselerasi menyita banyak waktu untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, termasuk juga waktu istirahat yang seharusnya dapat digunakan untuk bertemu dan berinteraksi dengan temanteman lain dipakai untuk mengerjakan tugas di dalam kelas. Sementara, siswa reguler menyatakan bahwa siswa akselerasi terkesan sombong dan tidak mau membaur dengan siswa reguler. Siswa dari kelas akselerasi hanya mau bergabung dengan sesama siswa akselerasi. Waktu istirahat antara siswa reguler dan akselerasipun sama, akan tetapi siswa akselerasi lebih banyak menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas meskipun ruang ke las akselerasi dan reguler umumnya masih berada dalam satu lingkup bangunan.

6 Hasil wawancara dengan guru akselerasi di SMA Negeri 1 Sukoharjo dinyatakan bahwa pandangan terhadap keterampilan sosial pada kelas akselerasi dan reguler lebih banyak dibentuk oleh warga sekolah itu sendiri. Sebenarnya apabila diberi kesempatan dan penerimaan yang sama anak akselerasi akan memiliki keterampilan sosial yang sama seperti siswa reguler. Misalnya siswa akselerasi dilibatkan dalam kegiatan bersama -sama, berbaur dan berinteraksi dengan siswa reguler agar mampu mengakrabkan keduanya. Namun demikian dari pihak guru akselerasi sendiri ada yang kurang setuju siswa akselerasi ikut aktif dalam organisasi, khawatir kalau prestasi akademiknya menurun. Lebih lanjut dikatakan oleh guru di sekolah tersebut bahwa siswa-siswi akselerasi di SMA Negeri 1 Sukoharjo tidak menyukai kesenian karena hanya buang-buang waktu, lebih baik dipakai untuk belajar atau mengerjakan tugas, namun ketika anak akselerasi diberi kesempatan untuk mempelajari tugas tari dalam satu minggu saja para siswa akselerasi mampu menghafalkan gerakan-gerakan tari. Terkesampingkannya aspek sosial emosional dalam kehidupan sehari-hari tampak pada fenomena dari para orang tua yang cenderung lebih bangga melihat anaknya menjadi juara kelas daripada menjadi penolong bagi temannya yang mengalami kesulitan pelajaran. Kenyataan di masyarakat juga menunjukkan bahwa aspek kognitif cenderung lebih dihargai daripada aspek sosial emosional. Hal tersebut tampak pada iklan di media massa, yang menunjukkan bahwa anak dinilai hebat jika mampu memecahkan persoalan matematis yang rumit dan seakan-akan melupakan pentingnya kemampuan berinteraksi dengan lingkungan

7 Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penyelenggaraan program akselerasi atau percepatan belajar selain memberikan manfaat dan keuntungan bagi siswa berbakat akademik ternyata juga berpeluang menimbulkan permasalahan dan potensi negatif di bidang akademis yakni siswa mengalami hambatan dalam mengembangkan keterampilan sosialnya dibandingkan siswa kelas reguler. Mengacu pada latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan keterampilan sosial siswa akselerasi dan reguler. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul perbedaan keterampilan sosial siswa akselerasi dan reguler. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini untuk mengetahui: 1. Perbedaan keterampilan sosial siswa akselerasi dan reguler. 2. Tingkat keterampilan sosial siswa akselerasi dan reguler. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi Kepala sekolah Memberikan informasi dan masukan mengenai perbedaan keterampilan sosial siswa akselerasi dan reguler sehingga dapat menjadi pertimbangan menyusun kebijakan sekolah yang mampu mengoptimalkan kemampuan akademik sekaligus mengembangkan keterampilan sosial siswa.

8 2. Bagi Siswa Memberi informasi mengenai perbedaan keterampilan sosial siswa akselerasi dan reguler, sehingga siswa menyadari adanya kelemahan maupun kelebihan sistem akselerasi dan reguler. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat mengembangkan sikap positif dalam menyikapi adanya perbedaan program akselerasi dan reguler tersebut. 3. Bagi peneliti selanjutnya Memberi informasi, wacana pemikiran dan pengembangan pada penelitian yang sejenis khususnya mengenai perbedaan keterampilan sosial siswa akselerasi dan reguler.