BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apriana (2016) melakukan penelitian mengenai Analisis Kausalitas

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut (Todaro dan Smith, 2003). Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB

BAB I PENDAHULUAN. nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output. Pertumbuhan ekonomi mutlak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan perekonomian di kehidupan sehari-hari, manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan dana. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten. menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dan kegiatan usaha bank yaitu menghimpun dana, dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, teknologi, bahan baku, entrepreneurship, dan energi. 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yang pada awalnya bertumbuh pesat tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. terbuka, oleh sebab itu Indonesia tak luput dari dinamika pasar keuangan global.

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PENDAHULUAN. untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Case dan Fair (2007:326) pertumbuhan ekonomi ditandai dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa. Menurut Bank Indonesia dalam Kajian Ekonomi Regional, Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yaitu sebesar 58,29 persen, diikuti oleh Pulau Sumatra sebesar 22,21 persen dan Pulau Kalimantan 8,15 persen (Bank Indonesia, 2015). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa secara umum pertumbuhan ekonomi regional Jawa Tengah mengalami pertumbuhan yang positif. Perekonomian Jawa Tengah didominasi oleh empat sektor unggulan yaitu sektor pangan, sektor energi, sektor kemaritiman dan kelautan, dan sektor pariwisata dan industri. Sektor unggulan tersebut dinilai memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 1

2 Berikut gambaran mengenai kondisi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam Gambar 1.1 Gambar 1.1 PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2015 7 6 5 4 3 2 1 0 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 Sumber: www.bi.go.id, diolah 2016 Berdasarkan gambar PDRB Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 mengalami penurunan karena terjadi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM serta melemahnya nilai tukar rupiah. Secara sektoral, menurunnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh kontraksi di sektor pertanian namun tetap menunjukkan trend peningkatkan. Peningkatan tesebut bersumber dari sektor unggulan Provinsi Jawa Tengah yaitu sektor perdagangan, hotel & restoran (PHR), sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor jasajasa (Bank Indonesia, 2005). Pada tahun 2008, perekonomian Provinsi Jawa Tengah mengalami perlambatan yang cukup signifikan merupakan dampak dari krisis keuangan internasional. Dari sisi penawaran, kontraksi pada sektor industri

3 pengolahan menjadi faktor utama perlambatan perekonomian Jawa Tengah. Sementara itu, sektor pertanian dan sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang signifikan (Bank Indonesia, 2008). Pada tahun-tahun berikutnya perekonomian Provinsi Jawa Tengah mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, namun cenderung meningkat. Terutama pada tahun 2015 tumbuh membaik didorong oleh peningkatan pesat kinerja investasi dan konsumsi rumah tangga serta pertumbuhan positif dari sektor pertanian, kehutanan, perikanan, serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (Bank Indonesia, 2015). Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantatif yang menggambarkan perkembangan perekonomian suatu negara dalam menghasilkan output selama periode tertentu. Indikator untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi regional mengunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto merupakan kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan output dari kegiatan ekonomi selama periode tertentu baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun (http://jateng.bps.go.id).

4 Modal memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara (Kuncoro, 1997:47). Modal tersebut diperoleh dari simpanan yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dengan mengakumulasikan modal yang berupa simpanan dari masyarakat, maka para pelaku ekonomi dapat menginvestasikannya ke sektor riil, dengan upaya untuk meningkatkan pendapatan. Perbankan memiliki kontribusi dalam menyediakan modal melalui penyaluran pembiayaan bagi para pelaku ekonomi. Menurut UU No.10 tahun 1998 menjelaskan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Berdasarkan penjelasan tersebut bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediasi yaitu lembaga yang menjembatani dua pihak yang berbeda, satu pihak merupakan pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan pihak lainnya merupakan pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). Sektor perbankan akan menunjang perekonomian suatu Negara karena bank diperlukan untuk membiayai pembangunan ekonomi. Sehingga, bank dapat dikatakan sebagai nadi dari perekonomian suatu negara. Dinamika perkembangan perbankan menjadi tolak ukur

5 keberhasilan suatu negara. Ketika sektor perbankan tumbuh pesat maka semakin banyak sumber pembiayaan yang dapat dialokasi ke sektor-sektor produktif. Sehingga, perbankan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu Negara. Peran perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Keberadaan perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional di Indonesia diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian nasional. Perbankan syariah mengenal sistem bagi hasil sehingga dapat mendorong produktifitas (Karim, 2014:24). Menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam data Statistik Perbankan Syariah tahun 2015, total pembiayaan perbankan syariah di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan jenis penggunaan didominasi oleh pembiayaan modal kerja, kemudian diikuti oleh pembiayaan konsumsi dan pembiayaan investasi. Hal ini menunjukan bahwa perbankan syariah memiliki dampak positif tehadap pertumbuhan sektor riil dan ekonomi. Perbankan syariah menekankan konsep asset & production based sistem (sistem berbasis aset dan produksi). Melalui pola pembiayaan mudharabah dan musyarakah maka sektor riil dan sektor perbankan akan bergerak secara seimbang (Rama, 2013:3). Sehingga, semakin pesat dinamika pertumbuhan perbankan syariah maka semakin besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

6 Dinamika pertumbuhan perbankan syariah di Jawa Tengah cukup membanggakan karena berhasil mencapai angka enam persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang hanya 4,7 persen (http://www.syariahfinance.com). Menurut Bank Indonesia dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar 9.51 persen tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan laju pembiayaan nasional yang sebesar 6,92 persen. Laju pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah di Provinsi Jawa Tengah cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa (Bank Indonesia, 2016). Berikut gambaran mengenai total pembiayaan perbankan syariah di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam Gambar 1.2 Gambar 1.2 Total Pembiayaan Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2015 10619 1219412227 6531 8348 712 812 1240 2027 2631 4288 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Bank Indonesia, diolah 2016 Pada gambar 1.2 menunjukkan bahwa dari tahun 2005-2015 penyaluran pembiayaan perbankan syariah di Provinsi Jawa Tengah

7 mengalami pertumbuhan yang relatif meningkat pada setiap tahunnya. Sementara itu, gambaran jumlah jaringan kantor perbankan syariah di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam Gambar 1.3 Gambar 1.3 Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Tengah Jumlah kantor BPRS Jumlah BPRS Jumlah UUS Jumlah Kantor BUS Jumlah BUS 0 50 100 150 200 2015 2014 2013 2012 2011 Sumber: Bank Indonesia, diolah 2016 Berdasarkan Gambar 1.3 pada tahun 2015 terdapat 10 Bank Umum Syariah dengan 169 Kantor yang tersebar di seluruh Jawa Tengah. Sementara Unit Usaha Syariah sebanyak 35 Unit. Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah, terdapat 25 bank dengan 25 kantor yang tersebar di seluruh Jawa Tengah. Peran dinamika perbankan syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi mempunyai misi utama mendorong pertumbuhan perekonomian dan memberikan kontribusi maksimal kepada masyarakat melalui pemberian penyaluaran pembiayaan. Sehingga, perbankan syariah mampu mendorong pembangunan dan memajukan perekonomian di Provinsi Jawa Tengah.

8 Perbankan syariah tidak terlepas dari shock atau guncang yang ditimbulkan oleh BI Rate, Inflasi dan Financing to Deposit Ratio (FDR) dinilai mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian yang dilakukan oleh Diyani dan Widiyanto (2015) menjelaskan bahwa BI Rate berpengaruh dalam pembagian tingkat bagi hasil pembiayaan perbankan syariah. Ketika BI Rate mengalami kenaikan ataupun penurunan maka akan mempengaruhi tingkat rate pembiayaan syariah. Hal ini terjadi karena kenaikan BI Rate, secara langsung akan memberikan dampak bagi perbankan syariah. BI Rate, sebagai acuan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan BI Rate berdampak pada perekonomian dan sektor riil. Ketika BI Rate mengalami kenaikan maka, pertumbuhan ekonomi akan melambat. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Alatan dan Basana (2015) hasil penelitian menunjukan bahwa kredit sektor ekonomi dan BI Rate berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Inflasi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Komariah, Pribadi dan Widjajanti (2015) menunjukan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik. Hal ini membuktikan bahwa inflasi yang meningkat namun relatif stabil akan memengaruhi kemampuan industri, pemerintah dan masyarakat untuk lebih mampu dalam memenuhi kebutuhannya sehingga akan memberikan kontribusi terhadap

9 peningkatan pertumbuhan perekonomian. Inflasi keadaan dimana perekonomian mengalami kenaikan harga secara terus menerus. Inflasi tidak selalu membawa dampak negatif bagi perekonomian. Inflasi ringan, dibawah 10 persen justru mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena inflasi mendorong para pelaku ekonomi untuk meningkatkan produksi. Sehingga, mereka dapat memperoleh keuntungan lebih banyak dari kenaikan harga tersebut. Para pelaku ekonomi dalam menjalankan kegiatan produksi dilakukan untuk menghasilkan barang dan jasa dimana jumlah barang dan jasa akhir merupakan komponen untuk melihat tingkat PDRB suatu daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) cerminan kinerja suatu perbankan. FDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. FDR menggambarkan fungsi utama bank sebagai lembaga intermediasi. Peranan intermediasi lembaga perbankan sangat berpengaruh terhadap roda pergerakan perekonomian suatu negara. Menurut Bank Indonesia dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional memaparkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) Jawa Tengah pada triwulan IV 2015 sebesar 104.16 persen masih cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan FDR nasional tercatat sebesar 92.57 persen. Jadi, ketika terjadi kenaikan jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat, maka secara tidak langsung akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Penelitian mengenai hubungan penyaluran kredit terhadap pertumbuhan ekonomi regional telah banyak dilakukan, diantaranya

10 penelitian yang dilakukan oleh Apriana (2016) meneliti mengenai Analisis Kausalitas antara Penyaluran Kredit dengan Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus pada BPD Provinsi Nusa Tenggara Barat). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara kredit konsumsi dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan, hubungan satu arah antara kredit investasi dan kredit modal kerja. Penelitian lain juga dilakukan oleh Rama (2013) mengenai Analisis Kontribusi Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan jangka panjang antara perbankan syariah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara hasil uji kausalitas Granger menunjukkan finance-led growth pada model pertama, yaitu sektor perbankan syariah mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan riil output. Pada model kedua menunjukkan bidirectional causality, yaitu ada hubungan dua arah atau saling mempengaruhi antara perkembangan perbankan syariah dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tidak terlepas dari peran dinamika perbankan syariah. Perbankan syariah yang lebih menekankan konsep produktivitas terbukti bahwa total pembiayaan perbankan syariah di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan jenis penggunaan mayoritas pembiayaan modal kerja, sehingga perbankan syariah memiliki andil dalam

11 menyediakan modal bagi pelaku ekonomi, melalui penyaluran pembiayaan. Penyaluran pembiayaan tersebut akan dialokasi ke sektor-sektor produktif. Sehingga, perbankan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peneliti menambah variabel pendukung BI Rate, inflasi dan Financing Deposit to Ratio (FDR) yang dinilai mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Dengan demikian, peneliti memiliki ketertarikan mengenai bagaimanakah hubungan saling mempengaruhi antara dinamika perbankan syariah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Karena, kontribusi perbankan syariah melalui penyaluran pembiayaan akan dialokasikan ke sektor-sektor produktif yang akan menghasilkan barang dan jasa dimana jumlah barang dan jasa akhir merupakan komponen untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Peneliti juga menambah pengaruh variabel BI Rate, inflasi, dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sehingga, ditetapkan judul pada penelitian ini adalah Pengaruh Dinamika Perbankan Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tidak terlepas dari peran dinamika perbankan syariah. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk

12 melihat seberapa jauh peran perbankan syariah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat hubungan kausalitas antara perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah? 2. Apakah terdapat pengaruh hubungan jangka panjang perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis hubungan kausalitas antara perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. 2. Untuk menguji pengaruh hubungan jangka panjang antara perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. D. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti hanya dibatasi mengenai pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Proxy pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Domestik Regonal Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan dari tahun 2005:Q3-2015:Q2. Dan dinamika perbankan syariah diproxykan melalui jumlah penyaluran pembiayaan perbankan syariah di Jawa Tengah pada tahun 2005:Q3-2015:Q2. Variabel-variabel lain yang ditambahkan oleh penulis adalah BI Rate, inflasi, dan Financing to Deposit Ratio (FDR).

13 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak maupun instansi terkait terhadap hasil penelitian diantaranya: 1. Manfaat Teoritis a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai peran perbankan syariah dalam pertumbuhan ekonomi regional sebagai sumbang pemikiran dan bahan masukan guna mendukung penelitian yang sejenis dan penelitian yang relevan. b. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi maupun sebagai perbandingan penelitian-penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam bidang ekonomi perbankan syariah dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh pada saat kuliah sehingga dapat diaplikasikan dalam penelitian dan menambah pengetahuan tentang kontribusi perbankan syariah, khususnya mengenai penyaluaran pembiayaan dalam pertumbuhan ekonomi regional.

14 b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada perbankan syariah di Jawa Tengah untuk mengevaluasi jumlah penyaluran pembiayaan yang disalurkan. c. Bagi Pemerintah Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sebagai pengambilan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. F. Sistematika Pembahasan berikut: Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB I Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan maslah, tujuan penelitian, manfaat serta sistematika pembahasan dalam penelitian ini. BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Bab ini berisi tinjauan pustaka, kerangka teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian. Pada bagian tinjauan pustaka menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, serta perbedaan dan persamaan dari penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada bagian kerangka teori,

15 menjelaskan materi-materi yang berkaitan dengan penelitian dan teori-teori yang dipakai sebagai acuan penelitian. BAB III Metodelogi Penelitian Bab ini berisi penjelasan mengenai objek dan subjek penelitian, jenis data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, definisi variabel operasional pengukurannya, model penelitian, metode penelitian dan teknik analisis data dalam penelitian ini. BAB IV Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini memuat tentang gambaran dari objek penelitian, hasil penelitan serta pembahasan hasil penelitian. Dari bagian bab ini dapat diambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. BAB V Penutup Dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan diambil berdasarkan masalah yang harus dipecahkan dengan melihat dan menganalisis hasil penelitian. Saran merupakan masukan yang diberikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.