Komparasi Undang-undang

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PERINTAH TERTULIS PADA SEKTOR PERASURANSIAN

BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN ASURANSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003

FAQ (Frequently Asked Question)

OJK DIALOGUE. 1 Februari 2016

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2017 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 425/KMK.06/2003

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- pada Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun, Perusahaan Pembiayaan, atau Perusahaan Penjaminan.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

penerimaan atau penolakan pertanggungan dan/atau klaim

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168 /PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS PUNGUTAN SATUAN BESARAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

AKTUARIS DALAM SEKTOR JASA KEUANGAN. Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank 1A Otoritas Jasa Keuangan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2017 TENTANG PELAYANAN PERMOHONAN PERIZINAN, PERSETUJUAN DAN PELAPORAN SECARA

Sosialisasi Peraturan OJK No.41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter Pada Lembaga Jasa Keuangan. Jakarta, 15 Februari 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 25/ KMK.06/ 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

BAB I. KETENTUAN UMUM

MELIHAT HAL-HAL KRUSIAL DALAM WAJAH BARU UNDANG-UNDANG PERASURANSIAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

Ikhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah PENDAHULUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Komparasi Undang-undang Substansi Undang-undang Nomor 2 Tahun1992 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Jumlah Bab 13 Bab 18 Bab Jumlah Pasal 28 Pasal 92 Pasal Pengaturan dan Pengawasan Menteri Keuangan OJK Prinsip Inti Asuransi (ICP) Belum sepenuhnya diakomodasi Telah diakomodir 2

Latar Belakang Menyelaraskan dengan International Best- Practices Memperkuat Pengaturan & Pengawasan Usaha Perasuransian Perubahan dan Dinamika Industri Perasuransian Meningkatkan Perlindungan Pemegang Polis Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Usaha Perasuransian Memperkuat Landasan Hukum Industri Perasuransian Syariah 3

Cakupan Pengaturan Governance (Tatakelola) Industri Perasuransian Yang Sehat, Dapat Diandalkan, Amanah, dan Kompetitif Financial Soundness (Kesehatan Keuangan) Market Conduct (Perilaku Usaha) 4

Perusahaan Perasuransian Ruang Lingkup UU 40/2014 UU 2/1992 Perusahaan Perasuransian Profesi Penyedia Jasa Usaha Asuransi Usaha Penunjang Usaha Asuransi Perusahaan Asuransi Konsultan Aktuaria Usaha Asuransi Kerugian Usaha Pialang Asuransi Perusahaan Asuransi Syariah Akuntan Publik Usaha Asuransi Jiwa Usaha Reasuransi Usaha Pialang Reasuransi Usaha Penilai Kerugian Asuransi Perusahaan Reasuransi Perusahaan Reasuransi Syariah Penilai Profesi lain yang ditetapkan OJK Usaha Konsultan Aktuaria Perusahaan Pialang Asuransi Usaha Agen Asuransi Perusahaan Pialang Reasuransi Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi 5

Indonesia Joint Venture Perusahaan Perasuransian Kepemilikan WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia (yang secara langsung atau tidak langsung sepenuhnya dimiliki oleh WNI) [7(1a)] WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia bersama-sama dengan WNA/Badan Hukum Asing [7(1b)] BHA harus memiliki usaha sejenis. WNA dapat menjadi pemilik Perusahaan Perasuransian hanya melalui transaksi di bursa efek. [7(2)] Pengaturan mengenai kriteria dan kepemilikan asing diatur dalam Peraturan Pemerintah. [7(3)] 6

Penyelenggaraan Usaha Pengendali Pengendali ❶ Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah wajib menetapkan paling sedikit 1 (satu) Pengendali. [13(1)] ❷ OJK berwenang menetapkan Pengendali lain. [13(2)] ❸ Pengendali ikut bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh Pihak dalam pengendaliannya. [15] Pemegang Saham Pengendali ❶ Setiap Pihak hanya dapat menjadi pemegang saham pengendali pada 1 perusahaan sejenis (asuransi jiwa, asuransi umum, reasuransi, asuransi jiwa syariah, asuransi umum syariah, dan reasuransi syariah) [16(1)] ❷ Penyesuaian ketentuan Pemegang Saham Pengendali paling lama 3 (tiga) tahun. [85] 7

Penyelenggaraan Usaha Lain-lain Penilaian Kemampuan dan Kepatutan: Direksi, Dewan Komisaris, DPS, Aktuaris Perusahaan, Auditor Internal, dan Pengendali. [12] PP wajib mempekerjakan tenaga ahli dalam jumlah yang cukup. [17(1)] PA/S dan PR/S wajib mempekerjakan aktuaris dalam jumlah yang cukup. [17(2)] Dalam rangka memperoleh bisnis atau melaksanakan sebagian fungsi dalam penyelenggaraan usahanya, PP dapat bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki izin untuk menjalankan usahanya dari instansi yang berwenang. [18] 8

Penyelenggaraan Usaha Pengelolaan Kekayaan & Kewajiban Kekayaan dan kewajiban PA/S dan PR/S yang terkait dengan hak pemegang polis, tertanggung, atau peserta wajib dipisahkan dari kekayaan dan kewajiban yang lain. [21(1)] Kekayaan dan kewajiban peserta dari PAJS untuk keperluan saling menolong dalam menghadapi risiko wajib dipisahkan dari kekayaan dan kewajiban peserta untuk keperluan investasi. [21(2)] PA/S dan PR/S wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan kesesuaian antara kekayaan dan kewajiban dalam menginvestasikan kekayaan pemegang polis, tertanggung, atau peserta. [21(3)] 9

Penyelenggaraan Usaha Pelaporan PP wajib menyampaikan laporan, informasi, data, dan atau dokumen kepada OJK [22 (1)] PA/S dan PR/S wajib mengumumkan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan kondisi kesehatan keuangan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia yang beredar secara nasional [22 (3)] Laporan tertentu dan hasil analisis atas laporan tidak dapat dibuka oleh OJK kepada pihak lain, kecuali kepada: [23] polisi dan jaksa untuk kepentingan penyidikan; hakim untuk kepentingan peradilan; pejabat pajak untuk kepentingan perpajakan; Bank Indonesia untuk pelaksanaan tugasnya; atau pihak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan. 10

Penyelenggaraan Usaha Penutupan Objek Asuransi Penutupan asuransi atas obyek asuransi harus didasarkan pada asas kebebasan memilih PA/S [24(1)] Penutupan Objek Asuransi harus dilakukan dengan memperhatikan daya tampung PA/S dan PR/S di dalam negeri [24 (2)] Objek Asuransi di Indonesia hanya dapat diasuransikan pada PA/S yang mendapatkan izin usaha dari OJK, kecuali dalam hal: [25] Tidak ada PA/S di Indonesia, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, yang memiliki kemampuan menahan atau mengelola risiko asuransi atau risiko asuransi syariah dari Objek Asuransi yang bersangkutan; atau tidak ada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia yang bersedia melakukan penutupan asuransi atau asuransi syariah atas Objek Asuransi yang bersangkutan. 11

Penyelenggaraan Usaha Pialang & Agen Asuransi Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi wajib: terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup serta reputasi yang baik [27] Perusahaan Pialang dilarang menempatkan penutupan pada PA/S dan PR/S yang merupakan afiliasi dari Perusahaan Pialang atau Pialang yang bersangkutan [30] Perusahaan Pialang bertanggung jawab atas tindakan Pialang Asuransi dan Pialang Reasuransi yang memberikan rekomendasi kepada Pemegang Polis terkait penutupan asuransi atau penutupan reasuransi [30] 12

Tata Kelola Usaha Perasuransian Koperasi dan Usaha Bersama PA/S berbentuk koperasi atau usaha bersama hanya dapat menyelenggarakan jasa asuransi atau jasa asuransi syariah bagi anggotanya. [35(1)] Setiap anggota dari PA/S berbentuk koperasi atau anggota usaha bersama wajib menjadi Pemegang Polis dari perusahaan yang bersangkutan. [35(2)] Anggota dari PA/S berbentuk koperasi atau anggota dari usaha bersama berhak atas seluruh keuntungan dan wajib menanggung seluruh kerugian dari kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. [35(4)] 13

Peningkatan Kapasitas Asuransi & Reasuransi Dalam Negeri Perusahaan Asuransi dan reasuransi wajib mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas asuransi dan reasuransi dalam negeri. [36] Pemerintah dan/atau OJK mendorong peningkatan kapasitas asuransi dan reasuransi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan pertanggungan asuransi dan reasuransi dalam negeri. [37] Pemerintah dapat memberikan fasilitas fiskal kepada perseorangan, rumah tangga, dan/atau usaha mikro, kecil, dan menengah untuk mendorong pemanfaatan jasa asuransi dan reasuransi dalam pengelolaan risiko sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. [38] 14

Program Asuransi Wajib Program Asuransi Wajib harus diselenggarakan secara kompetitif. [39(1)] Pihak yang dapat menyelenggarakan Program Asuransi Wajib harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan OJK. [39(3)] Penyelenggara Program Asuransi Wajib dapat menawarkan manfaat tambahan dengan tambahan Premi atau Kontribusi. [39(4)] Penyelenggara Program Asuransi Wajib dilarang memaksa Pemegang Polis untuk menerimna tawaran manfaat tambahan. [39(5)] 15

Perubahan Kepemilikan, Penggabungan dan Peleburan ❶ Setiap perubahan kepemilikan, penggabungan dan peleburan Perusahaan Perasuransian wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan OJK. [40/41(1)] ❷ Perubahan kepemilikan harus memenuhi ketentuan: a. perubahan kepemilikan tersebut tidak mengurangi hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta, bagi PA/S; dan b. perubahan kepemilikan tersebut tidak mengurangi hak penanggung, penanggung ulang, atau pengelola, bagi PR/S. [40(5)] ❸ Penggabungan atau peleburan hanya dapat dilakukan antar PA/S, PR/S yang bidang usaha sejenis. [41(2)] ❹ Penggabungan atau peleburan harus memenuhi ketentuan: a. penggabungan atau peleburan tersebut tidak mengurangi hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta; dan b. kondisi keuangan perusahaan hasil penggabungan atau peleburan tersebut harus tetap memenuhi ketentuan tingkat kesehatan keuangan. [41(2)] 16

Pembubaran & Likuidasi Perusahaan Dicabut Izin Usaha 30 Hari Perusahaan menyelenggarakan RUPS Keputusan RUPS: 1. Membubarkan badan hukum 2. Membentuk Tim Likuidasi OJK membubarkan badan hukum dan membentuk Tim Likuidasi RUPS tidak terselenggara/ terselenggara namun tidak membentuk Tim Likuidasi 17

Kepailitan Permohonan pernyataan pailit terhadap PA/S atau PR/S berdasarkan Undang-Undang ini hanya dapat diajukan oleh OJK.[50 (1)] Dalam hal PA/S atau PR/S dipailitkan atau dilikuidasi, hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta atas pembagian harta kekayaannya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada hak pihak lainnya.[52(1)] Dalam hal PA/PR dipailitkan atau dilikuidasi, Dana Asuransi harus digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kewajiban kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau pihak lain yang berhak atas manfaat asuransi. [52(2)] Dalam hal terdapat kelebihan Dana Asuransi setelah pemenuhan kewajiban, kelebihan Dana Asuransi tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga selain Pemegang Polis, Tertanggung, atau pihak lain yang berhak atas manfaat asuransi.[52(3)] Dalam hal PAS dan PRS dipailitkan atau dilikuidasi, Dana Tabarru dan dana investasi peserta tidak dapat digunakan untuk membayarkewajiban selain kepada Peserta. [52(4)] 18

Perlindungan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta PA/S wajib menjadi peserta program penjaminan polis. [53(1)] Penyelenggaraan program penjaminan polis diatur dengan undang-undang. [53(2)] Undang-undang yang mengatur program penjaminan polis diselesaikan selambatlambatnya dalam waktu 3 tahun. [53(4)] Ketentuan mengenai Dana Jaminan dinyatakan tidak berlaku untuk PA/S pada saat program penjaminan polis berlaku berdasarkan Undang-undang, [53(3)] 19

Lembaga Mediasi PA/S dan PR/S wajib menjadi anggota lembaga mediasi Kesepakatan mediasi bersifat final dan mengikat bagi para Pihak Lembaga Mediasi melakukan penyelesaian sengketa antara PA/S atau PR/S dan Pemegang Polis, Tertanggung, Peserta, atau pihak lain yang berhak. [54] Lembaga mediasi bersifat independen dan imparsial Lembaga mediasi harus mendapat persetujuan tertulis dari OJK 20

Profesi Penyedia Jasa Bagi Perusahaan Perasuransian Profesi penyedia jasa bagi Perusahaan Perasuransian terdiri atas: konsultan aktuaria; akuntan publik; penilai; dan profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan OJK [55 (1)] Untuk dapat menyediakan jasa bagi Perusahaan Perasuransian, profesi penyedia jasa wajib terlebih dahulu terdaftar di OJK. [55(2)] Perizinan usaha, pembinaan, dan pengawasan perusahaan konsultan aktuaria dilakukan oleh Menteri. [84 (2)] 21

Pengaturan & Pengawasan Pengaturan dan pengawasan kegiatan Usaha Perasuransian dilakukan oleh OJK. [57 (1)] OJK dapat menugaskan pihak tertentu untuk dan atas nama OJK melaksanakan sebagian dari fungsi pengaturan dan pengawasan. [59 (1)] Dalam rangka pelaksanaan fungsi pengaturan OJK menetapkan peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian. [60] Pemeriksaan dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu. [61(1)] Otoritas Jasa Keuangan dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Otoritas Jasa Keuangan melakukan pemeriksaan.[61(2)] 22

Pengelola Statuter Otoritas Jasa Keuangan dapat menonaktifkan kepengurusan Perusahaan, serta menetapkan Pengelola Statuter untuk mengambil alih kepengurusan Perusahaan, dalam hal: PKU, tidak mampu memenuhi kewajiban, melakukan kegiatan yang tidak sesuai UU, atau Perusahaan digunakan untuk memfasilitasi atau melakukan kejahatan keuangan. [62(1)] Tugas Pengelola Statuter: Menyelamatkan kekayaan dan/atau kumpulan dana peserta Perusahaan; Mengendalikan dan mengelola kegiatan usaha dari Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang; Menyusun langkah-langkah penyelesaian apabila Perusahaan tersebut masih dapat diselamatkan; Mengajukan usulan agar Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Perusahaan apabila perusahaan tersebut dinilai tidak dapat diselamatkan; dan Melaporkan kegiatannya kepada Otoritas Jasa Keuangan.[62(2)] 23

Ketentuan Peralihan Ijin dan persetujuan bagi Perusahaan Perasuransian, perusahaan agen asuransi, dan perusahaan konsultan aktuaria yang telah dikeluarkan, tetap berlaku. [83-84] Setiap Pihak yang menjadi pemegang saham pengendali pada lebih dari satu perusahaan perasuransian yang sejenis wajib menyesuaikan paling lama 3 tahun. [85] Usaha bersama wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang paling lama 3 tahun. [86] PA atau PR yang memiliki unit syariah wajib memisahkan diri dalam waktu 10 tahun atau apabila nilai Dana Tabaru' dan dana investasi peserta telah mencapai 50% dari total nilai Dana Asurans telah mencapai 50% dari Dana Asuransi, Dana Tabaru' dan dana investasi induknya. [87] Perusahaan Perasuransian yang belum memenuhi ketentuan kepemilikan wajib menyesuaikan dengan mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada WNI atau melalui mekanisme penawaran umum dalam waktu paling lama 5 (lima) tahun. [88] 24