KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN: KENDALA DAN SOLUSINYA ( Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian

KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN: KENDALA DAN SOLUSINYA ( Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta)

IMPLEMENTASI KARAKTER GOTONG ROYONG DAN PEDULI SOSIAL DALAM KERJA BAKTI MINGGUAN

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM KEGIATAN PRAMUKA

NINDYA AGUSTIN LISTYANINGRUM A

UPAYA MENGENTASKAN KELUARGA MISKIN MELALUI BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan.

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

TATA KELOLA PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DESA MENURUT PP NO 72 TAHUN 2005 (STUDI KASUS DI DESA TARUBASAN KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN)

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap kekuatan kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PELAYANAN HAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA SISWA KURANG MAMPU (Studi Kasus Pelaksanaan Program Sintawati di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen

PELAKSANAAN SAMBATAN UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDATAAN KELUARGA MISKIN DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETAATAN HUKUM PETUGAS PARKIR (Studi Kasus pada Petugas Parkir Pasar Gedhe Hardjonagoro Surakarta)

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Tugas Pokok LPMD Tugas pokok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam:

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

IMPLEMENTASI HAK ANAK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kota Layak Anak Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI

PRINSIP-PRINSIP EFEKTIFITAS PELAYANAN PUBLIK PADA APARAT DESA (STUDI KASUS DESA KEBONAGUNG KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN WONOGIRI)

(Analisis Isi 2014/2015) persyaratan. Sarjana S-1. Diajukan Oleh: A

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PERAN SOSIAL GURU DI MASYARAKAT. (Studi Kasus di Kelurahan Wonokarto Kecamatan Wonogiri Kabupaten. Wonogiri Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengatasi masalah kemiskinan (hal I, Pedoman Teknis Pengamanan Sosial

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PERAN KAUM URBAN DALAM MENJAGA KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN (Studi Kasus: Buntarejo, RT 01/04, Kadokan, Grogol, Sukoharjo Tahun 2017)

PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN. Naskah Publikasi. Sarjana S-I

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 04 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-I TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KELURAHAN WALIKOTA SURAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarkat. Menurut Samani dan

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL PADA MASYARAKAT LERENG MERAPI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PENANAMAN KARAKTER RELIGIUS DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus pada Remaja Masjid di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono Kabupaten Batang)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PELAKSANAAN BANTUAN KESEHATAN MELALUI KARTU JAMKESMAS BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN PURWANTORO KABUPATEN WONOGIRI

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI

STUDI TENTANG KINERJA PENGADILAN NEGERI DALAM MENYELESAIKAN KASUS SENGKETA TANAH WARISAN. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten Tahun 2011)

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERANAN PEMBINAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN SIKAP KEKELUARGAAN MASYARAKAT KELURAHAN MANISREJO KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

Transkripsi:

KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN: KENDALA DAN SOLUSINYA ( Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Disusun Oleh: ANISA FITROTUL MAULA A220090045 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ABSTRAK KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN: KENDALA DAN SOLUSINYA (Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta) Anisa Fitrotul Maula, A220090045, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, xvii + 48 Halaman Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan, kendala, dan solusi kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan strategi penelitian berupa studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan trianggulasi sumber data, dan trianggulasi metode atau teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dilaksanakan pada saat ada instruksi dari Kepala Kelurahan untuk melaksanakan kerja bakti di kampung masing-masing. Kendala kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta disebabkan oleh Koordinasi dari RW ke masyarakat kurang maksimal, antusiasme masyarakat menurun, kegiatan gotong royong hanya dilaksanakan oleh perangkat desa, kesibukan masyarakat sehingga sosialisasi ke masyarakat kurang, banyaknya peraturan-peraturan ke masyarakat, misalnya peraturan yang menjadikan rupiah (uang) untuk menggantikan partisipasi mengikuti gotong royong. Untuk mengatasi kendala tersebut, Pemerintah Kota untuk Kelurahan adanya alokasi dana perbaikan untuk infrastruktur (lingkungan) sesuai dengan pengajuan masalah lingkungan dari masyarakat lewat pengajuan di Musrenbankkel (Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan) atau lebih dikenal dana Block Grand. Kata Kunci: Kegotongroyongan, Masyarakat, Perkotaan. Surakarta, 4 Juni 2013 Penulis

PENDAHULUAN Perkembangan dalam masa pembangunan saat ini dituntut untuk melakukan kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian masyarakat dalam lingkungan sosial. Nilai sosial semakin tergerus dengan memudarnya rasa solidaritas dalam tatanan masyarakat, sehingga sikap kepedulian akan kepentingan bersama semakin hilang. Kebudayaan Indonesia sebagai negara yang memiliki Budaya Timur peninggalan nenek moyang salah satunya kegotongroyongan. Semakin berkembangnya zaman, kegotongroyongan luntur karena individualisme dan egoisme masyarakat Indonesia terutama pada masyarakat perkotaan yang sudah tidak mengenal lagi kegotongroyongan. Masyarakat perkotaan sudah tidak mengenal lagi kegotongroyongan sebagaimana pada masyarakat pedesaan. Kebudayaan di Indonesia salah satunya kegotongroyongan yang masih kental dilaksanakan di masyarakat pedesaan. Berbeda dengan kegotongroyongan yang berjalan di masyarakat pedesaan seperti membangun rumah, membuat fasilitas umum, atau membantu tetangga yang sedang mempunyai hajat, akan tetapi hal seperti itu pada masyarakat perkotaan sudah tidak lagi dikerjakan dengan cara gotong royong dikarenakan pekerjaan masyarakat perkotaan yang mayoritas sebagai pegawai kantoran sehingga waktunya banyak digunakan di kantor. Selain faktor pekerjaan masyarakat perkotaan sebagai pegawai kantor, faktor yang mepengaruhi hilangnya kegotongroyongan di masyarakat perkotaan yaitu tersedianya fasilitas yang ada di perkotaan. Masyarakat perkotaan memilih menggunakan jasa dari luar seperti membangun rumah diserahkan kepada pemborong, kemudian acara-acara pesta diserahkan pada catering dari pada meminta bantuan kepada tetangga. Semakin terpenuhinya fasilitas-fasilitas tersebut maka banyak kendala-kendala yang dihadapi pada kegiatan gotong royong yang dilaksanakan di masyarakat perkotaan, dan rasa egoisme dengan kepentingan pribadi cenderung lebih kuat dari pada kepentingan umum baik dalam hal waktu, tenaga ataupun materi, dari beberapa faktor diatas kegiatan kegotongroyongan menjadi sangat langka dalam masyarakat. Begitu juga kendala

kegiatan kegotongroyongan yang terjadi di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian. Tempat penelitian ini adalah di wilayah Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih empat bulan, yaitu sejak bulan Februari 2013 sampai bulan Mei 2013. Jenis penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto (2006:268), penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis dalam langkah penelitian ini tidak perlu merumuskan hipotesis. Strategi penelitian. Strategi dalam penelitian ini adalah studi kasus karena kesimpulannya hanya berlaku pada kasus ini saja yaitu Kegotongroyongan di Masyarakat Perkotaan: Kendala dan Solusinya (Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta). Menurut Azwar (2003:8), Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam (indepth study) mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Cakupan studi kasus dapat pula hanya meliputi segmen-segmen tertentu saja. Dapat terpusat pada beberapa faktor yang spesifik dan dapat pula hanya memperhatikan keseluruhan elemen atau peristiwa. Studi kasus dalam penelitian ini di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data diatas, meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang masingmasing secara singkat diuraikan berikut ini: 1. Metode Observasi. Menurut Suharsaputra (2012:209), observasi berarti memerhatikan dengan penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian berarti mengamati tentang apa yang terjadi. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan apa saja kendala

kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dan bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut. 2. Metode Wawancara (interview). Menurut Suharsaputra (2012:213), metode pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian kualitatif umumnya dimaksudkan untuk mendalami dan lebih mendalami suatu kejadian dan atau kegiatan subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan teknik wawancara dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi kepada Kepala Kelurahan, Ketua RT, Ketua RW, dan masyarakat sekitar Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apa saja kendala kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dan solusi apa yang dilakukan untuk menangani kendala tersebut. 3. Metode Dokumentasi. Menurut Suharsaputra (2012:215) metode dokumentasi yaitu, Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan anekdot, surat buku harian, dan dokumendokumen. Dokumen merupakan sumber data penting dalam analisis konsep dan studi bersejarah. Dokumen biasanya dikatalogkan dan ditampilkan dalam tempat penyimpanan kumpulan manuskrip, atau perpustakaan. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui kegotongroyongan yang dilakukan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Instrumen pengumpulan data. Sugiyono (2007: 222), menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitataif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun longistiknya.

HASIL PENELITIAN 1. Kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Berdasarkan wawancara dengan Bp. Edy Pramono, S.E., M.M. selaku Kepala Kelurahan Nusukan, pada hari Selasa, 16 April 2013 di kantor Kepala Kelurahan, bahwa: Kegotongryongan di Kelurahan Nusukan dilakukan dengan kesadaran masyarakat yang diberi kegiatan, kegiatan tersebut dilaksanakan semua lembaga yang terdiri dari: a. Instruksi dari Kalurahan (Lurah) kepada RW se Kalurahan. b. Dari Lembaga di Kalurahan yang langsung dilaksanakan oleh LPMK bersama masyarakat. c. Dari lembaga LKM (PNPM) dengan masyarakat. d. Dari lembaga Linmas bersama pegawai dan perangkat Kalurahan. e. Dari lembaga RW bersama RT dan masyarakat. Kemudian pada tingkat RW dilaksanakan ditap-tiap RT, apabila ada kegiatan di Kelurahan Nusukan, tiap-tiap RW mengirimkan perwakilan untuk partisipasi. Kegotongroyongan yang dilaksanakan di Kelurahan Nusukan tidak hanya dilakukan oleh bapak-bapak saja, tetapi juga ibu-ibu. Kepala Kelurahan Nusukan memberi instruksi kepada ketua RW untuk disampaikan kepada warga pada saat ada event-event tertentu misalnya 17-an (Peringatan Hari Kemerdekaan) dimana Kepala Kelurahan mengrim edaran agar mengirim perwakilan RW mengikuti kegiatan di Kelurahan. Selain wawancara dengan Kepala Kelurahan, peneliti juga melakukan wawancara dengan Ketua RT, Ketua RW, dan masyarakat Kelurahan Nusukan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Berdasarkan hasil observasi tanggal 16 April 2013 dapat disimpulkan mengenai kegiatan gotong royong di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari diberikan instruksi kepada ketua RW untuk megkoordinir warga nya agar melaksanakan kerja bakti di lingkungan masing-masing, dan diadakan pada saat ada event-event tertentu.

2. Kendala dalam Kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta di Berdasarkan wawancara dengan Bp. Edy Pramono, S.E., M.M. selaku Kepala Kelurahan Nusukan pada hari Selasa, 16 April 2013 di kantor Kepala Kelurahan, bahwa: Kendala yang dihadapi dalam kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta antara lain sebagai berikut: a. Koordinasi dari RW ke masyarakat kurang maksimal. b. Antusiasme masyarakat menurun. c. Kegiatan gotong royong hanya dilaksanakan oleh perangkat desa. d. Kesibukan masyarakat sehingga sosialisasi ke masyarakat kurang. e. Banyaknya peraturan-peraturan ke masyarakat, misalnya peraturan yang menjadikan rupiah (uang) untuk menggantikan partisipasi mengikuti gotong royong. Beberapa tehnik pengumpulan data tersebut dapat dirumuskan bahwa dari kendala kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari disebabkan oleh faktor kesibukan warga dan kurangnya koordinasi kepada masyarakat. 3. Solusi untuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi dalam Kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Berdasarkan wawancara dengan Bp. Edy Pramono, S.E., M.M. selaku Kepala Kelurahan Nusukan pada hari Selasa, 16 April 2013 di kantor Kepala Kelurahan, bahwa: Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta antara lain sebagai berikut: a. Solusi yang diberikan Pemerintah Kota untuk Kelurahan adanya alokasi dana perbaikan untuk infrastruktur (lingkungan) sesuai dengan pengajuan masalah lingkungan dari masyarakat lewat pengajuan di Musrenbankkel (Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan) atau lebih dikenal dana Block Grand.

b. Jika terjadi kerusakan lingkungan (infrastruktur) masyarkat juga bisa mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah untuk anggaran perbaikan melalui SKPD terkait, contoh dinas pekerjaan umum. c. Menumbuhkembangkan sikap peduli masyarakat dalam semangat berswadaya dalam pembangunan lingkungan. d. Selalu memberikan motivasi kepada ketua RW pada saat pertemuan di Kelurahan yang selanjutnya disampaikan kepada warganya bahwa konteks kegotongroyongan adalah kerja sama (misal lingkungan kampung pada saat ada warga yang terkena musibah contoh orang meninggal dan sakit), maka kita harus mengurangi rasa egois kita di masyarakat. SIMPULAN 1. Kegotongroyongan yang dilaksanakan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menunggu instruksi dari Kepala Kelurahan untuk melaksanakan kerja bakti di kampung masing-masing, kecuali pada acara hajatan atau kematian dilaksanakan dengan kesadaran masyarakat dalam membantu tetangga. Kegiatan gotong royong juga dilaksanakan pada saat adanya event-event tertentu yang dikoordinir oleh ketua RW masing-masing untuk mengirim perwakilan ke Kelurahan. 2. Kendala yang dihadapi dalam kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta sebagai berikut: a. Koordinasi dari RW ke masyarakat kurang maksimal. b. Antusiasme masyarakat menurun. c. Kegiatan gotong royong hanya dilaksanakan oleh perangkat desa. d. Kesibukan masyarakat sehingga sosialisasi ke masyarakat kurang. e. Banyaknya peraturan-peraturan ke masyarakat, misalnya peraturan yang menjadikan rupiah (uang) untuk menggantikan partisipasi mengikuti gotong royong. 3. Solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta sebagai berikut:

a. Solusi yang diberikan Pemerintah Kota untuk Kelurahan adanya alokasi dana perbaikan untuk infrastruktur (lingkungan) sesuai dengan pengajuan masalah lingkungan dari masyarakat lewat pengajuan di Musrenbankkel (Musyawarah Rencana Pembangunan Kalurahan) atau lebih dikenal dana Block Grand. b. Jika terjadi kerusakan lingkungan (infrastruktur) masyarkat juga bisa mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah untuk anggaran perbaikan melalui SKPD terkait, contoh dinas pekerjaan umum. c. Menumbuhkembangkan sikap peduli masyarakat untuk menumbuhkan semangat berswadaya dalam pembangunan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, Saifudin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama.