ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ATAS PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SLEMAN. Stefani Gita Cakti. Erly Suandy

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN. NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung. dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang evaluasi prosedur

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PAJAK RESTORAN TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM STUDI KASUS DI DINAS PENDAPATAN KOTA PALEMBANG

ANALISIS TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK RESTORAN. AGUSTINNE STIE Trisakti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan

SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan pajak dan pendapatan non pajak (Alabede, 2011). Penerimaan pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

TENTANG PAJAK RESTORAN

ACCOUNT REPRESENTATIVE JEMBATAN PENGHUBUNG BAGI KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Eddy Suryanto HP Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh: Dwi Sudaryati 1), Gerlan Hehanusa 1) UPN Veteran Yogyakarta ABSTRACT

Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : ABSTRAK

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi sistem terlebih dahulu. Penjelasan mengenai definisi sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PAJAK RESTORAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2009

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Booklet Direktorat Jendral Pajak, Seputar Sunset Policy

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 26 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Muslim, Afdilla Pengaruh tingkat pemahaman. Pendidikan, pengalaman dan penghasilan wajib pajak di KPP Padang. Skripsi FE Unand.

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2009 ( DICABUT ) TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH KESADARAN, KUALITAS PELAYANAN, PEMERIKSAAN DAN SANKSI PERPAJAKAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN. Ida Bagus Meindra Jaya 1 I Ketut Jati 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN FISKUS DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2014

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 26 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 6 TAHUN 2006 PAJAK RESTORAN

BAB II LANDASAN TEORI. Undang nomor 16 tahun 2009, sebagai berikut :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah KPP Pratama Gorontalo. Penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Keagenan dalam Pemungutan pajak di Indonesia. pelaku ekonomi yang melakukan pekerjaan demi mendapatkan upah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 17 TAHUN 2004 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang Berjudul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kadek Suciningsih, I Wayan Bagia, Wayan Cipta. Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 4 TAHUN 2002 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DAN RUMAH MAKAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA

Transkripsi:

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ATAS PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2011 A.A. Ari Chintya Dewi 1 Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati 2 1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: gegarychintyadw@gmail.com/ telp: +628980105044 2 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia ABSTRAK Kabupaten Badung merupakan kabupaten yang memiliki potensi penerimaan dari Pajak Hotel dan Restoran yang sangat besar. Namun, terdapat indikasi terjadinya penurunan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Hotel dan Restoran atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Hotel dan Restoran atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran (PHR) di Kabupaten Badung Tahun 2011. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Wajib Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung Tahun 2011 adalah sangat patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat dilihat dari total skor jawaban responden yaitu sebesar 18.882, dimana total skor tersebut berada pada kategori sangat patuh yang memiliki rentang nilai antara 16.672,5 sampai dengan 20.520. Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, Pajak Hotel dan Restoran (PHR) ABSTRACT Badung regency is the one of the regency in Bali that has very large potential revenue from the hotel tax and the restaurant. However, there are indications of a decline in the level of tax compliance for the fulfillment of Hotel and Restaurant Tax liability. This study was conducted to determine the level of tax compliance Hotel and Restaurant on the fulfillment of tax obligations Hotels and Restaurants (PHR) in Badung regency in 2011. Based on the results of analysis show that taxpayers Hotel and Restaurant in Badung regency in 2011 is very obedient in fulfilling their tax obligations. It can be seen from the total score is equal to 18,882 respondents, of which the total score in the category of highly adherent who have a range of values between 16672.5 up to 20,520. Keywords: tax compliance, Hotel and Restaurant Tax (PHR) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan Nasional. Sumber 110

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... pembiayaan pembangunan daerah yang dapat digali dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Badung sebagai salah satu kabupaten di Indonesia, berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, serta pendapatan lain-lain. Pajak Hotel dan Restoran memberikan kontribusi paling besar dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Badung. Hal ini dapat dikarenakan Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi daerah tujuan utama pariwisata di Bali baik wisatawan domestik maupun wisatawan Internasional. Reformasi di bidang perpajakan pada tahun 1983 mengubah sistem perpajakan dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Diterapkannya Self Assessment System membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) wajib pajak untuk membayar pajaknya secara sukarela (voluntary compliance) (Harahap, 2004:43). Mengingat kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak dalam negeri, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak (Chau, 2009). Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi melalui kepatuhan terhadap perhitungan, pembayaran serta pelaporan atas pemenuhan kewajiban wajib pajak (Omweri, 2010). Ali (2001) menyatakan bahwa audit dan sanksi merupakan kebijakan yang efektif untuk mencegah ketidakpatuhan. Webley et al. (1991) menyatakan bahwa sanksi yang lebih tinggi akan menghasilkan kepatuhan yang akan lebih tinggi pula. Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa Kabupaten Badung memiliki perbedaan nominal yang paling besar dalam perbandingan antara SPTPD dan 111

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 SKPD. Perbedaan yang cukup besar antara SPTPD dan SKPD yang diterbitkan dapat disebabkan oleh kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap ketentuanketentuan perpajakan yang berlaku atau kurangnya pengetahuan Wajib Pajak Hotel dan Restoran tentang ketentuan-ketentuan perpajakan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran oleh Wajib Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung pada tahun 2011? Kajian Pustaka Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011:1). Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak merupakan suatu sistem yang mengatur pihak yang berwenang dalam menentukan dan memungut jumlah besarnya pajak. Terdapat empat macam sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011:7), yakni: 1) Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh wajib pajak. 112

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... 2) Semi self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang seseorang. 3) Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. 4) With holding assessment sytem adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pajak Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Hotel Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Badung Nomor 15 Tahun 2011, yang dimaksud Pajak Hotel adalah iuran wajib atau pungutan daerah atas pelayanan hotel dan tempat menginap lainnya yang sejenis dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu dan dikelola oleh pihak yang sama. 113

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 Pajak Restoran Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Badung Nomor 16 Tahun 2011, yang dimaksud Pajak Restoran adalah iuran wajib atau pungutan daerah atas pelayanan restoran, rumah makan, bar, café, warung catering, atau boga dan sejenisnya yang harus dibayar oleh perusahaan atau industri restoran, rumah makan, bar, café, warung catering, atau boga kepada Pemerintah Daerah. Teori Legitimasi Teori legitimasi merupakan suatu kondisi dimana suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya (Ghozali, 2007). Dalam hal kepatuhan wajib pajak atas pemenuhan kewajiban pajak hotel dan restoran, wajib pajak wajib mengikuti atau sejalan dengan suatu sistem dimana wajib pajak merupakan bagian di dalamnya, yaitu kebijakan atas kewajiban perpajakan. Dengan demikian, wajib pajak diharapkan dapat berlegitimasi atau menerima kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yakni kewajiban perpajakan. Kriteria Wajib Pajak Patuh Kepatuhan perpajakan yang dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam Devano (2006:110) tercermin dalam beberapa situasi, antara lain wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan; mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; menghitung jumlah pajak terutang dengan benar; serta membayar pajak terutang tepat pada waktunya. 114

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... Jenis Kepatuhan Wajib Pajak Ada dua jenis kepatuhan wajib pajak menurut Devano dan Siti Kurnia Wahayu (2006), yaitu kepatuhan formal, dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan Undang-undang perpajakan; serta kepatuhan material, dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan. Kepatuhan Atas Pemenuhan Kewajiban Pajak Hotel dan Restoran Kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran adalah suatu ketaatan untuk melakukan kewajiban perpajakan sesuai dengan aturan-aturan perpajakan yang berlaku. Adapun peraturan perpajakan yang berlaku telah diatur dalam Peraturan Daerah Tingkat II Badung No. 15 dan 16 Tahun 2011. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada hotel dan restoran yang terdapat di Kabupaten Badung, yang tercatat sebagai Wajib Pajak Hotel dan Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung dengan objek yang diteliti adalah tingkat kepatuhan pemenuhan atas kewajiban Pajak Hotel dan Restoran pada Hotel dan Restoran yang terdaftar di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung yang meliputi kewajiban perhitungan, kewajiban penyetoran atau pembayaran, dan kewajiban pelaporan Pajak Hotel dan Restoran. 115

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 Definisi Operasional Variabel Tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran adalah sejauh mana ketaatan perusahaan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan khususnya PHR yang meliputi: 1) Kewajiban perhitungan Pajak Hotel dan Restoran. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 15 dan 16 tentang Pajak Hotel dan Pajak Restoran, menyebutkan bahwa pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Besarnya tarif pajak yang dikenakan adalah sebesar 10% (sepuluh persen), sedangkan DPP adalah sejumlah pembayaran yang dilakukan oleh konsumen kepada hotel atau restoran. 2) Kewajiban pembayaran atau penyetoran Pajak Hotel dan Restoran. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 15 dan 16 tentang Pajak Hotel dan Pajak Restoran, kewajiban pembayaran dilakukan di Kas Daerah, Bendahara Penerima Dinas Pendapatan atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati. Pembayaran dilakukan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) diterima. Apabila lewat dari waktu yang ditentukan akan dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2 persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). 3) Kewajiban pelaporan Pajak Hotel dan Restoran. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 15 dan 16 tentang Pajak Hotel dan Pajak Restoran, pelaporan PHR dilakukan dengan 116

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan menyampaikannya kepada Bupati paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya masa pajak dengan disertai dokumen pendukungnya. Jenis dan Sumber Data Data kuantitatif berupa data Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan data skor hasil pengukuran jawaban responden yang meliputi jawaban mengenai kewajiban perhitungan, pelaporan dan penyetoran PHR pada hotel dan restoran yang terdapat di Kabupaten Badung. Data primer pada penelitian ini berupa hasil kuesioner atau jawaban dari responden, yang diperoleh dengan menggunakan teknik survei kuesioner dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden. Metode Pengumpulan Data Kuesioner berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Wawancara dengan Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung dan pihak yang mengisi kuesioner untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menafsir pertanyaan kuesioner. Metode Penentuan Sampel Menurut data pembukuan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung jumlah Pengusaha Kena Pajak Hotel dan Restoran yang terdaftar hingga akhir tahun 2011 adalah sebanyak 1.187 WP. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proportionate stratified random sampling sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 270 WP. 117

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 Uji Instrumen Pengujian validitas dan realibilitas instrument dengan bantuan komputer melalui program SPSS. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 15.0 for Windows. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif, yaitu dengan melakukan perhitungan sehubungan dengan tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran yang ada di Kabupaten Badung. Dengan teknik ini, analisis data didasarkan pada kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam kuesioner tersebut telah dikelompokkan secara jelas pernyataan-pernyataan yang diajukan untuk setiap unsur kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak. Menurut Sugiyono (2007:132) skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian ini menggunakan skala likert yang dimodifikasi dengan skala ukur 4, dengan tujuan menghindari keraguraguan atas jawaban responden terhadap pengisian kuesioner. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis kuantitatif adalah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan kuesioner tersebut yang terdiri dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka berisikan pertanyaan mengenai gambaran umum struktur pengendalian intern pelaksanaan pajak hotel dan restoran, sedangkan pertanyaan tertutup berisikan pernyataan mengenai kewajiban perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Hotel dan Restoran. 118

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... 2. Penentuan skor pada kuesioner menggunakan skala likert (Sugiyono, 2007:86). Untuk pertanyaan positif, skor nilai atas masing-masing pilihan jawaban kuesioner yaitu: a) Jawaban selalu mempunyai skor nilai 4 b) Jawaban sering mempunyai skor nilai 3 c) Jawaban jarang mempunyai skor nilai 2 d) Jawaban tidak pernah mempunyai skor nilai 1 Skor nilai atas masing-masing pilihan jawaban kuesioner untuk pertanyaan negatif adalah terbalik dengan skor nilai pertanyaan positif yaitu: a) Jawaban selalu mempunyai skor nilai 1 b) Jawaban sering mempunyai skor nilai 2 c) Jawaban jarang mempunyai skor nilai 3 d) Jawaban tidak pernah mempunyai skor nilai 4 3. Melakukan pengukuran terhadap tingkat kepatuhan hotel dan restoran yang ada di Kabupaten Badung yang dilakukan dengan langkah-langkah: a) Mencari total skor tertinggi dan terendah Misal: X = Total skor tertinggi Y = Total skor terendah b) Menentukan besarnya range skor berdasarkan selisih X-Y Range skor = X Y. (1) c) Setelah diketahui besarnya range skor, maka dapat ditentukan besarnya interval berdasarkan perbandingan antara range skor nilai dengan jumlah 119

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 kriteria. Dalam penelitian ini menggunakan 4 (empat) kriteria yaitu: Sangat Patuh (SP), Patuh (P), Kurang Patuh (KP) dan Tidak Patuh (TP). Formulasi untuk mencari besarnya interval kelas (C) adalah: Interval kelas (C) = X Y... (2) 4 d) Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh dengan formulasi tertentu, formulasi ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki (2008) adalah sebagai berikut: - Y + 3C SP X... (3) artinya tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung adalah sangat patuh. - Y + 2C P < Y + 4C. (4) artinya tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung adalah patuh. - Y + C KP < Y + 2C (5) artinya tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung adalah kurang patuh. - Y TP < Y + C... (6) artinya tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung adalah tidak patuh. e) Setelah dikelompokkan dalam kriteria tersebut, penilaian akhir yang harus dilakukan adalah untuk menentukan persentasi dari masing-masing kriteria tersebut dengan formulasi sebagai berikut: 120

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... = jumlah reponden dengan kriteria tertentu x 100%.... (7) total jumlah responden Pada dasarnya tingkat kepatuhan dinilai dari 2 (dua) kriteria yaitu kriteria patuh dan kriteria tidak patuh. Yang termasuk dalam kriteria patuh terdiri dari kriteria sangat patuh (SP) dan kriteria patuh (P), sedangkan yang termasuk kriteria tidak patuh terdiri dari kriteria kurang patuh (KP) dan kriteria tidak patuh (TP). PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Uji Instrumen Uji validitas dilakukan terhadap jawaban 30 responden pertama yang berhasil ditemui dan dikumpulkan jawabannya. Hasil uji diperoleh bahwa semua butir peryataan mempunyai koefisien lebih besar dari 0,30 sehingga semua instrument dinyatakan valid. Sedangkan hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai cronbach alpha > 0,60, hal ini menunjukkan bahwa semua instrument yang digunakan adalah reliabel. Pembahasan Penilaian Tingkat Kepatuhan atas Pemenuhan Kewajiban Pajak Hotel dan Restoran Penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran (PHR) dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dari jawaban responden atas pernyataan kuisioner bagian IIB. 1) Total skor tertinggi yang mungkin dapat dicapai (x) adalah sebesar 20.520 dan total skor terendah yang mungkin dapat dicapai (y) adalah sebesar 5.130. 121

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 2) Range skor dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban PHR adalah sebesar 15.390. 3) Interval dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban PHR adalah sebesar 3.847,5. 4) Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh untuk masing-masing kriteria penilaian. a. Sangat Patuh (SP) : 16.672,5 SP 20.520 b. Patuh (P) : 12.825 P < 16.672,5 c. Kurang Patuh (KP) : 8.977,5 KP < 12.825 d. Patuh (P) : 5.130 TP < 8.977,5 Penilaian Tingkat Kepatuhan atas Pemenuhan Kewajiban Perhitungan Pajak Hotel dan Restoran Penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajibn perhitungan Pajak Hotel dan Restoran dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut. 1) Total skor tertinggi yang mungkin dapat dicapai (x) adalah sebesar 8.640 dan total skor terendah yang mungkin dapat dicapai (y) adalah sebesar 2.160. 2) Range skor dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban PHR adalah sebesar 6.480. 3) Interval dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban perhitungan PHR adalah sebesar 1.620. 122

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... 4) Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh untuk masing-masing kriteria penilaian. a. Sangat Patuh (SP) : 7.020 SP 8.640 b. Patuh (P) : 5.400 P < 7.200 c. Kurang Patuh (KP) : 3.780 KP < 5.400 d. Patuh (P) : 2.160 TP < 3.780 Berdasarkan hasil tabulasi data, total skor sebesar 8.116 berada pada rentang kriteria Sangat Patuh, yaitu di antara 7.020 sampai dengan 8.640. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak atas pemenuhan kewajiban perhitungan Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung tahun 2011 adalah Sangat Patuh. Keberhasilan dalam memperoleh kriteria Sangat Patuh dalam kewajiban perhitungan ini lebih disebabkan oleh penggunaan sistem komputerisasi yang diterapkan hotel dan restoran dalam menghitung penjualan serta kewajiban Pajak Hotel dan Restoran. Penilaian Tingkat Kepatuhan atas Pemenuhan Kewajiban Penyetoran/Pembayaran Pajak Hotel dan Restoran 1) Total skor tertinggi yang mungkin dapat dicapai (x) adalah sebesar 5.400 dan total skor terendah yang mungkin dapat dicapai (y) adalah sebesar 1.350. 2) Range skor dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban PHR adalah sebesar 4.050. 3) Interval dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban perhitungan PHR adalah sebesar 1.013. 123

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 4) Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh untuk masing-masing kriteria penilaian. a. Sangat Patuh (SP) : 4.387,5 SP 5.400 b. Patuh (P) : 3.375 P < 4.387,5 c. Kurang Patuh (KP) : 2.362,5 KP < 3.375 d. Patuh (P) : 1.350 TP < 2.362,5 Berdasarkan hasil tabulasi data, total skor sebesar 4.970 berada pada rentang kriteria Sangat Patuh, yaitu di antara 4.387,5 sampai dengan 5.400. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak atas pemenuhan kewajiban penyetoran/pembayaran Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung tahun 2011 adalah Sangat Patuh. Keberhasilan dalam memperoleh kriteria Sangat Patuh dalam kewajiban penyetoran/pembayaran ini lebih disebabkan oleh adanya sistem jemput bola yang diterapkan oleh fiskus dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung untuk memungut langsung ke lapangan. Penilaian Tingkat Kepatuhan atas Pemenuhan Kewajiban Pelaporan Pajak Hotel dan Restoran Penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban pelaporan Pajak Hotel dan Restoran dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut. 1) Total skor tertinggi yang mungkin dapat dicapai (x) adalah sebesar 6.480 dan total skor terendah yang mungkin dapat dicapai (y) adalah sebesar 1.620. 2) Range skor dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban PHR adalah sebesar 4.860. 124

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... 3) Interval dalam penilaian tingkat kepatuhan atas pemenuhan kewajiban perhitungan PHR adalah sebesar 1.215. 4) Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh untuk masing-masing kriteria penilaian. a. Sangat Patuh (SP) : 5.265 SP 6.480 b. Patuh (P) : 4.050 P < 5.265 c. Kurang Patuh (KP) : 2.835 KP < 4.050 d. Patuh (P) : 1.620 TP < 2.835 Berdasarkan hasil tabulasi data, total skor sebesar 5.796 berada pada rentang kriteria Sangat Patuh, yaitu di antara 5.265 sampai dengan 6.480. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak atas pemenuhan kewajiban pelaporan Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung tahun 2011 adalah Sangat Patuh. Keberhasilan mencapai kriteria Sangat Patuh tidak terlepas dari pemeriksaan pajak yang rutin dilakukan oleh fiskus dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung untuk meminimalisir kecurangankecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis, diperoleh total skor jawaban responden yaitu sebesar 18.882, dimana total skor tersebut berada pada kategori sangat patuh yang memiliki rentang nilai antara 16.672,5 20.520. Hasil penelitian tersebut 125

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 110-127 menyimpulkan bahwa Wajib Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung Tahun 2011 telah sangat patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 15 dan 16 Tahun 2011. Saran 1) Wajib pajak diharapkan agar dapat terus meningkatkan dan mempertahankan kepatuhan dalam memenuhi kewajibannya dalam hal perhitungan, pembayaran serta pelaporan Pajak Hotel dan Restoran. 2) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung diharapkan agar terus meningkatkan dan mempertahankan kontrol dalam pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak. 3) Peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan atau mereplikasi penelitian ini hendaknya melakukan pemilihan sampel secara random dan lebih luas lagi. REFERENSI Anonim. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Anonim. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 15 Tahun 2011. Tentang Pajak Hotel. Anonim. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 16 Tahun 2011. Tentang Pajak Restoran. Ali et al. 2001. The Effects of Tax Rates and Enforcement Policies on Taxpayer Compliance: A Study of Self-Employed Taxpayers. Antlantic Economic Journal, 29(2). Chau, Liung. 2009. A Critical Review of Fischer Tax Complience Model (A Research Syntesis). Journal of Accounting and Taxation, 1 (2): h:34-40. 126

A.A.A. Chintya D. Dan Ni K.Lely A.M. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak... Devano, Sony. dan Kurnia Rahayu, Siti. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta: Kencana Grenada Media Group. Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip. Harahap, Abdul Asri. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi. Mardiasmo, 2002. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2006. Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2002. Yogyakarta: Penerbit Andi. Omweri, Lumumba. 2010. Taxpayers Attitudes and Tax Compliance Behaviour in Kenya. African Journal of Business and Management. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Webley, P., H. Robben, H. Elffers, and D. Hessing. 1991. Tax Evasion: An Experimental Approach. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press. 127