: Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman : PT. Remaja Rosda Karya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

TEORI / AJARAN TTG HUBUNGAN H.I. DGN. H.N.: TEORI DUALISME, MONISME DAN PRIMAT HI

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan undang-undang atau keputusan pengadilan. Hukum internasional

REPOSISI POLITIK HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL

Bola Panas Putusan Pengujian Undang-Undang Pengesahan Piagam ASEAN oleh: Ade Irawan Taufik *

Hubungan Hukum Internasio nal dan Hukum Nasional H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

Fitra Rizki Yudhaputra. S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya,

BAB VII. KEPRIBADIAN HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL (International Personality of International Organization)

BAB IV PENUTUP. yang dikemukakakan sebelumnya maka Penulis memberikan kesimpulan sebagai

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN INTERNASIONAL DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

RESENSI BUKU. : Investor-State Arbitration. Rubins, Borzu Sabahi. Judul. Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D.

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

KONSEKUENSI PEMBATALAN UNDANG-UNDANG RATIFIKASI TERHADAP KETERIKATAN PEMERINTAH INDONESIA PADA PERJANJIAN INTERNASIONAL *

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan permasalahan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN

: Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit :

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

POLITIK PEMBANGUNAN HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL TERKAIT STATUS DAN KEDUDUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL DI TINJAU DARI PRAKTIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diubah oleh MPR sekalipun, pada tanggal 19 Oktober 1999 untuk pertama

2. Perundingan: Merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Ganewati Wuryandari, 2009, Format Baru Politik Luar Negeri Indonesia,

Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI:

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan

SILABUS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENINGKATAN PEMAHAMAN HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA PUSAT PENDIDIKAN PANCASILA DAN KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1968 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA NEGARA DAN WARGA NEGARA ASING MENGENAI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003

BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA)

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERIODE BULAN MEI S.D. NOVEMBER TAHUN ANGGARAN 2015

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RechtsVinding Online. Aktor Non-Negara

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas

Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *)

Positive. Personality. OLEH-OLEH DARI MEDAN hal. 4. Disiplin Tanpa Batas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA

BAB I PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN ORGANISASI INTERNASIONAL 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita, gagasan, konsep, bahkan ideologi. Cita-cita, gagasan, konsep bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016

Resensi Buku DESA DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANG DI INDONESIA

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BENTUK NEGARA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG

P U T U S A N. Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN FILOSOFI NEGARA HUKUM PANCASILA. Oleh :

HPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

Poin-poin Kunci: Introduction

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. perairan yang sangat luas. Kondisi wilayah ini dikenal dengan Archipelago State atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL

RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk-bentuk keterlibatan DPR dalam praktik pelaksanaan kekuasaan Presiden di bidang hubungan

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H.

PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 (UUD Tahun 1945) telah melahirkan sebuah

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional

POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

TINJAUAN YURIDIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SEBAGAI RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

Varida Megawati Simarmata dan Fatmawati Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.

Transkripsi:

REVIEW BUKU Judul : Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman Penerbit : PT. Remaja Rosda Karya Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 554 Halaman Tahun penerbitan : Oktober 2014 Pembuat resensi : Prita Amalia, S.H., M.H Masalah implementasi perjanjian internasional di suatu negara sampai saat ini selalu menjadi menarik untuk didiskusikan. Begitu juga dengan pelaksanaan perjanjian internasional di Indonesia, sebagai sebuah negara yang aktif melakukan kegiatan dengan negara lain baik dalam bentuk bilateral, regional dan multilateral. Permasalahan yang mungkin timbul adalah terkait apakah suatu perjanjian internasional yang sudah diratifikasi suatu negara dapat langsung dianggap sebagai bagian hukum nasional ataupun mengenai status perjanjian internasional di suatu negara. Sebut saja mengenai judicial review Undang-undang No. 38 Tahun 2008 tentang 76 Pengesahan Piagam ASEAN oleh Mahkamah Konstitusi.

Undang-undang pengesahan pada dasarnya hanya berisi ketentuan yang menegaskan meratifikasi atau mengesahkan Piagam ASEAN dan berisi Piagam ASEAN tersebut yang menjadi lampirannya. Dengan dilaksanakannya judicial review tersebut apakah hal ini juga sama saja dengan Indonesia melakukan judicial review terhadap Perjanjian Internasional dan apakah Perjanjian Internasional memiliki status yang sama dengan Undang-undang Republik Indonesia pada umumnya. Masalah implementasi perjanjian internasional juga terkait dengan apakah setelah suatu negara meratifikasi perjanjian internasional harus dibuat peraturan pelaksana (implementing legislation) untuk melaksanakan kewajiban internasional yang melekat dalam perjanjian internasional tersebut, atau proses ratifikasi sudah memiliki akibat hukum bahwa kewajiban internasional harus sudah dapat dilaksanakan tanpa atau adanya peraturan pelaksana (implementing legislation). Suatu kasus yang sudah cukup lama terkait dengan pelaksanaan dari Convention on Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award (New York Convention 1958) yang oleh salah satu hakim di Indonesia pada saat itu, berpendapat bahwa walaupun konvensi ini sudah diratifikasi Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1981, bukan berarti langsung dapat dilaksanakan sehingga diperlukan peraturan pelaksana lainnya. Pada akhirnya dibuatlah Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pengakuan dan 77

Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing. Permasalahan selanjutnya yang sangat ramai didiskusikan adalah mengenai ketentuan Pasal 85 Undang-undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam pasal tersebut mengatur bahwa Pemerintah Indonesia memiliki kewenangan untuk membatalkan perjanjian internasional yang diratifikasi oleh Indonesia baik melalui Undang- Uundang maupun Peraturan Presiden, pada saat perjanjian internasional tersebut merugikan kepentingan nasional. Diskusi mengenai permasalahan ini juga merupakan hal yang menarik, apakah memang dibenarkan bahwa suatu negara dapat memiliki kewenangan untuk membatalkan perjanjian internasional atau suatu negara hanya dapat menarik diri dari perjanjian internasional pada saat merugikan kepentingan nasional. Tentu saja pembatalan perjanjian internasional dan penarikan diri dari perjanjian internasional memiliki akibat hukum yang berbeda. Berdiskusi mengenai implementasi perjanjian internasional tidak terlepas dari bagaimana hubungan antara Hukum Internasional atau Hukum Nasional. Apakah sebuah Hukum Internasional merupakan sistem hukum yang sama dengan hukum nasional atau Hukum Internasional memiliki sistem hukum yang berbeda dengan hukum nasional. Terkait 78

hal ini maka diskusi mengenai teori monism dan dualism dalam hukum perjanjian internasional sangat menarik untuk dibahas. Beberapa masalah yang kami coba sampaikan di atas, menunjukkan bahwa diskusi permasalahan dalam hukum perjanjian internasional merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk didiskusikan dan memerlukan beberapa sumber untuk mendapatkan jawabannya. Kehadiran literature-literature terkait hukum perjanjian internasional sangat diperlukan, khususnya buku-buku yang secara khusus mengkaji hukum perjanjian internasional baik secara praktik dan teori. Dr. Iur.s Damos Dumoli Agusman, S.H., M.A. merupakah salah satu ahli hukum yang sangat memiliki perhatian terkait Hukum Perjanjian Internasional lebih khusus mengenai Teori Monisme dan Dualisme baik dari segi praktik maupun teori. Penulis sehari-harinya beraktifitas di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia sejak tahun 1988, dan bertugas di Direktorat Hukum dan Perjanjian Internasional, yang tentu saja selalu terlibat dalam diskusi-diskusi dan pekerjaan yang terkait dengan perjanjian internasional dimana Indonesia menjadi pihak dalam perjanjian internasional tersebut. Berbekal aktifitas sehari-harinya di Direktorat Hukum dan Perjanjian Internasional ini, semakin melengkapi pribadi penulis yang menurut hemat saya memiliki jiwa akademisi seperti mengajar dan meneliti. Buku ini Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study. merupakan intisari dari disertasi pada Doctoral 79

Degree di Goethe University of Frankfurt, Jerman pada 2014, yang secara lengkap berjudul The Legal Status of Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study of China, South Africa, Germany and The Netherlands. Penulis mengambil Doctoral Degree bersamaan dengan ketika beliau mendapat tugas untuk menjadi Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Frankfrurt. Dapat dilihat dari karya-karya penulis sebelumnya merupakan karya-karya yang secara linear membahas Hukum Perjanjian Internasional sejak beliau menulis Skripsi untuk gelar Sarjana dan Thesis untuk gelar Master dari University of Hull pada tahun 1991. Buku ini merupakan buku mengenai Hukum Perjanjian Internasional yang kedua yang ditulis penulis, setelah buku yang pertama telah beberapa kali diterbitkan ulang. Buku tersebut berjudul Hukum Perjanjian Internasional: Teori dan Praktik Indonesia, diterbitkan oleh Refika Bandung pada tahun 2010. Buku pertama ini cukup banyak diminati oleh para mahasiswa dan pemerhati Hukum Perjanjian Internasional, sehingga telah mengalami cetak ulang untuk memenuhi permintaan pembaca. Kehadiran buku Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study, sepertinya akan melengkapi dan sangat memberikan pengetahuan serta wawasan bagi para pemerhati Hukum Perjanjian Internasional, khususnya bagaimana perjanjian internasional diimplementasikan di 80

Indonesia, dan di beberapa negara untuk menjadi bahan perbandingan. Penulis menggambarkan bagaimana perjanjian internasional berkembang di Indonesia dan beberapa negara, yang pada akhirnya menghasilkan suatu analisis dari hasil studi banding mengenai bagaimana status perjanjian internasional berdasarkan hukum nasional masing-masing negara, tinjauan mengenai hukum perjanjian internasional di beberapa negara dan yang terpenting adalah bagaimana hubungan antara hukum perjanjian internasional dengan hukum nasional di negara tersebut.. Buku Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study yang memiliki 554 Halaman, membahas Hukum Perjanjian Internasional dalam Enam Bab yang terdiri dari sub bab- sub bab yang saling mendukung. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa buku ini merupakan hasil penelitian disertasi penulis yang telah disesuaikan, sehingga dalam penulisannya penulis menggunakan Bahasa Inggris. Penggunaan Bahasa Inggris menjadi bahasa dalam penulisan buku ini merupakan hal yang baik, mengingat buku ini dapat dinikmati oleh semua pembaca tidak hanya pemerhati Hukum Perjanjian Internasional yang berasal dari Indonesia, namun juga pemerhati Hukum Perjanjian Internasional dari luar negeri. Perlunya bagaimana Hukum Perjanjian Internasional di Indonesia untuk dapat diketahui oleh dunia internasional, merupakan hal yang cukup penting, sebagai contoh dalam praktik penanaman modal di Indonesia dengan negara mitra yang biasa terjalin melalui Bilateral Investment Treaties (BITs), untuk melaksanakan 81

BITs tersebut negara mitra ataupun investor negara mitra perlu mengetahui bagaimana praktik hukum perjanjian internasional di Indonesia, mengingat BITs merupakan perjanjian internasional yang juga tunduk pada Vienna Convention on The Law of Treaties 1969. Enam bab ini terdiri dari Pendahuluan, Status Hukum Perjanjian Internasional berdasarkan Hukum Nasional berdasarkan Perbandingan Praktik Negara, Tinjauan mengenai Hukum Perjanjian Internasional di Cina, Afrika Selatan, Jerman, Belanda dan Indonesia, Hubungan antara Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional di Cina, Afrika Selatan, Jerman, Belanda dan Indonesia, Analisis Komparatif serta Kesimpulan. Pada Bab Pertama yang merupakan Pendahuluan, bab ini terbagi lagi menjadi 4 sub bab yang terdiri dari Pengantar, Sejarah Hukum Internasional di Indonesia dalam beberapa tahun, Kebutuhan akan kejelasan mengenai Hukum Internasional di Republik Indonesia dan Metodologi yang digunakan dalam penulisan buku ini. Pada sub bab pengantar penulis menjelaskan mengenai Hukum Internasional dan Hukum Nasional di Indonesia. Dalam Sub Bab ini penulis mengungkapkan mengenai masih terdapatnya perdebatan mengenai bagaimana hubungan di antara dua hukum ini, khususnya mengenai teori monism dan dualism dan juga mengenai teori adoption dan transformation. Begitu banyak penelitian yang menulis mengenai perdebatan ini, dan juga menulis bagaimana beberapa sistem hukum 82

menggunakan kedua teori ini untuk pelaksanaan perjanjian internasional. Dalam bab ini penulis membahas Indonesia sebagai salah satu contoh khususnya sebagai negara yang merdeka dan bebas dari negara kolonialnya. Pada dasarnya negara bekas koloni akan mengikuti pendekatan tradisional dari negara koloninya terkait dengan hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional. Namun demikian, menurut penulis, hal ini tidak berlaku bagi Indonesia, karena status perjanjian internasional dalam hukum nasional Indonesia belum dapat ditentukan. Permasalahan hubungan antara perjanjian internasional dan hukum nasional di Indonesia menjadi masalah yang cukup penting. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang yang mungkin sesuai untuk memeriksa bagaimana pandangan Indonesia mengenai hukum internasional khususnya hukum perjanjian internasional. Penulis mengutip pendapat Ko Swan Sik, yang berpendapat bahwa permasalahan mengenai akibat hukum dari Hukum Internasional dalam kaitannya dengan hukum nasional sangat terkait dengan sejarah atau pengalaman negara-negara tersebut di dunia internasional. Dalam sub bab ini penulis juga mencoba memaparkan bagaimana perkembangan permasalahan hubungan hukum internasional dan hukum nasional di Indonesia sejak lepas dari negara koloni sampai dengan era reformasi dan saat ini. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan status hubungan hukum internasional dan hukum nasional di Indonesia sampai dengan saat ini belum dapat ditentukan. 83

Permasalahan mengenai hubungan hukum internasional dan hukum nasional di Indonesia semakin tajam khususnya apabila terdapat tekanan internal dan tekanan eksternal. Sebagai contoh dari tekanan eksternal adalah globalisasi, yang mengakibatkan batas antar negara menjadi tidak ada batas. Pembahasan selanjutnya adalah mengenai bagaimana Indonesia dan Hukum Internasional terbagi menjadi 3 fase yaitu fase Perang dan Kemerdekaan, Fase Orde Baru dan Fase Era Reformasi sampai dengan sekarang. Bagian terpenting dari Bab Pendahuluan ini adalah sub bab mengenai pentingnya untuk mendapatkan kejelasan mengenai Hukum Internasional dalam sistem hukum Internasional. Penulis menjawab kebutuhan akan kejelasan hukum internasional ini dari beberapa segi di antaranya sebagai konsekuensi sistem hukum demokrasi, adanya kewajiban untuk tunduk pada hukum internasional termasuk di dalamnya mengenai standar internasional, dan adanya sistem desentralisasi, dimana kewenangan Pemerintah Daerah terpusat dari Pemerintahan Pusat. Pada bab kedua dari buku ini, yang berjudul Analysis of General Theories: The Legal Status of Treaties under domestic law with reference to contemporary state practice. Penulis membahas mengenai teori-teori yang terkait dengan hukum perjanjian internasional khususnya dalam hubungannya dengan hukum nasional. Dibahas dalam bab ini adalah 84

perbedaan antara beberapa aliran terkait implementasi hukum perjanjian internasional di suatu negara, seperti teori dualism dan monism, teori adoption dan transformation, serta mengenai non self dan self executing treaties. Pada bagian terakhir dari bab ini, terdapat pembahasan yang menarik terkait pengaruh globalisasi yang memberikan pengaruh mengenai pendekatan hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional, khususnya karena pada masa globalisasi batasan antara satu negara dengan negara lain menjadi tidak terlihat. Metode yang digunakan dalam buku ini adalah metode perbandingan. Penulis melakukan perbandingan dengan beberapa negara dan termasuk di dalamnya Indonesia. Negara-negara yang menjadi objek perbandingan penulis terkait dengan tinjauan umum mengenai hukum perjanjian internasional di negara tersebut, yaitu di antaranya Cina, Afrika Selatan, Jerman, Belanda dan pada akhirnya Indonesia. Bab yang diberi judul Overview of the Law of Treaties: China, South Africa, Germany, The Netherlands and Indonesia merupakan Bab ketiga dari buku ini. Pada umumnya yang menjadi objek pembanding dari negara-negara tersebut terkait dengan Hukum Perjanjian Internasional adalah terkait bagaimana konstitusi dari negara tersebut mengatur mengenai Perjanjian Internasional, bagaimana hukum dari negara tersebut secara khusus mengatur hukum perjanjian internasional sesuai dengan hukum nasional yang digunakan. Perbandingan juga dilakukan dengan meninjau bagaimana hukum nasional dari negara tersebut memberikan batasan apa 85

yang dimaksud dengan perjanjian internasional termasuk mengetahui terminologi perjanjian internasional yang digunakan treaties atau international agreements. Hal yang sangat penting yang menjadi objek perbandingan negara-negara ini adalah terkait Treaty Making Power, yaitu lebih tepatnya untuk mengetahui bagaimana suatu perjanjian internasional dapat disepakati atau dibuat oleh negara-negara, terhadap lembaga atau badan mana yang memiliki power untuk membuat atau menyetujui perjanjian internasional di negaranya. Pembahasan treaty making power juga terkait dengan bagaimana aspek politik dan ekonomi mempengaruhi di suatu negara. Khusus untuk Indonesia, Penulis membahas treaty making power dilihat dari sejarahnya berdasarkan konstitusi terdahulu sampai dengan sekarang, bagaimana akhirnya perjanjian internasional dibuat secara bersama antara Presiden dan DPR. Penulis membahasnya tentu saja dengan meninjau ketentuan Undang- Uundang No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Apabila pada Bab III penulis melakukan studi perbandingan dengan beberapa negara terkait dengan hukum perjanjian internasional, Maka pada bab selanjutnya atau Bbab IV penulis melakukan perbandingan dengan negara yang sama, namun pada bab ini perbandingan dilakukan terkait dengan hubungan antara perjanjian internasional dan hukum nasional. Seperti yang telah dijelaskan di muka bahwa hubungan antara hukum perjanjian internasional dan hukum nasional atau dalam hal ini hukum internasional dengan hukum nasional selalu menjadi topik 86

diskusi yang menarik terkait dengan apa pun, khususnya mengenai bagaimana sikap negara memberikan status perjanjian internasional dalam hukum nasionalnya. Negara-negara yang menjadi objek studi perbandingan penulis masih sama dengan bab sebelumnya yaitu negaranegara China, Afrika Selatan, Germany, Netherlands, dan tentunya Indonesia. Pembahasan Bab IV ini yang diberi judul The Relationship Between Treaties and Domestic Law: China, South Africa, Germany, Netherlands, and Indonesia. Hubungan antara perjanjian internasional dan hukum nasional dibahas oleh Penulis dengan memaparkan beberapa hal, di antaranyayaitu, kerangka konstitusi di masing-masing negara terkait perjanjian internasional dan hukum nasional, status perjanjian internasional khususnya dalam hukum nasional suatu negara, praktik non self dan self executing treaties di suatu negara, bagaimana hierarki peraturan perundang-undangan berdasarkan hukum nasonal mengakui perjanjian internasional, dan yang tidak kalah penting terkait dengan bagaimana sikap pemerintah terhadap perjanjian internasional, khususnya terkait kewenangan pengadilan suatu negara untuk melakukan judicial review terhadap perjanjian internasional. Di Indonesia diskusi terkait bagaimana status perjanjian internasional dalam hukum nasional masih terus berkembang, bahkan perdebatan di antara para sarjana pun masih terus terjadi. Sesuai dengan judulnya A Comparative Study, maka setelah dua bab penulis menggambarkan hasil dari studi perbandingan di beberapa 87

negara baik terkait perjanjian internasional maupun hubungan hukum antara hukum internasional dan hukum nasional, pada bab lima dari buku ini dibahas mengenai analisa dari studi perbandingan tersebut (Comparative Analysis). Hasil studi perbandingan tersebut dikerucutkan oleh penulis menjadi beberapa hal penting terkait dengan keterlibatan atau partisipasi parlemen dalam hal perjanjian internasional, mengidentifikasi kriteria dari perjanjian internasional yang harus mendapatkan persetujuan parlemen, khususnya terkait dengan proses ratifikasi dari perjanjian internasonal, mengidentifikasi perjanjian internasional yang terinkorporasi secara langsung dalam hukum nasional, hierarki atau tata urutan perjanjian internasional berdasarkan hukum nasional dan permasalahan mengenai non self executing treaties. Terkait dengan hierarki perjanjian internasional berdasarkan hukum nasional di Indonesi, penulis berpendapat bahwa hierarki mengenai perjanjian internasional di Indonesia masih belum mendapatkan kepastian, karena tidak adanya rezim hukum yang pasti untuk menentukan dimana status dari perjanjian internasional tersebut. Hal ini salah satunya terkait perdebatan dan perbedaan pendapat di antara penganut paham monism dan dualism. Ketidakjelasan mengenai hierarki perjanjian internasional dalam hukum nasional di Indonesia, sama hal nya dengan mengenai permasalahan non self executing treaties di Indonesia. 88

Pada akhir dari buku Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study penulis menutupnya dengan Bab Kesimpulan atau conclusion dari penelitian dan studi perbandingan yang telah dilakukan. Penulis memberikan beberapa hal untuk kesimpulan terkait dengan perjanjian internasional berdasarkan Hukum Indonesia. Suatu kritikan dan pendapat penulis terkait dengan perjanjian internasional di Indonesia, adalah bahwa masih terdapatnya peraturan di Indonesia khususnya dalam bentuk konstitusi yang masih bersifat ambiguity terkait dengan perjanjian internasional berdasarkan hukum nasional. Dapat ditambahkan bahwa ketidak jelasan ini juga termasuk bagaimana sikap pemerintah memberikan status terhadap perjanjian internasional. Selain itu catatan juga diberikan oleh penulis terkait dengan policy options, yang seharusnya ditentukan oleh Indonesia. Sebagai penutup, penulis juga memberikan kesimpulan atau catatan terkait keterlibatan parlemen dalam perjanjian internasional, kriteria dari perjanjian internasional yang memerlukan keterlibatan parlemen dikaitkan dengan Undang-Uundang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, metode terkait perjanjian internasional yang terinkorporasi dalam hukum nasional dan status perjanjian internasional dalam hierarki peraturan perundangundangan. Pembahasan mengenai Hukum Perjanjian Internasional dalam buku ini serta dalam bentuk penyajian perbandingan dengan beberapa negara terkait praktik perjanjian internasional, membuat buku ini memiliki nilai 89

lebih untuk dapat dibaca oleh semua kalangan baik akademisi, mahasiswa, praktisi dan Pemerintah, khususnya bagi Pemerintah Republik Indonesia yang sering terkait dengan praktik pelaksanaan perjanjian internasional atau yang terlibat dalam pembuatan perjanjian internasional dimana Indonesia menjadi pihak. *** 90