Analisa Setting Mho Rele Sebagai Proteksi Hilang Penguat Generator



dokumen-dokumen yang mirip
Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

RELE PROTEKSI GANGGUAN GENERATOR 65 MW PADA PLTU PT. PLN (PERSERO) TANJUNG ENIM

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

GENERATOR SINKRON Gambar 1

ANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR PLTU UNIT 1 DAN 2 TAMBAK LOROK

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN EKSITASI TERHADAP DAYA REAKTIF GENERATOR

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD.

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : MESIN ELEKTRIK / AK SEMESTER / SKS : VI / 2

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI PADA GENERATOR SINKRON YANG BEKERJA PARALEL TERHADAP PERUBAHAN FAKTOR DAYA

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

Studi Koordinasi Pengaman Rele Arus Lebih Akibat Adanya Proses Integrasi Sistem Kelistrikan Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI GENERATOR DAN TRAFO GENERATOR DI PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1

PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)

Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN SIMETRIS DAN TIDAK SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK PT. PLN P3B SUMATERA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

PENGARUH PENGETANAHAN SISTEM PADA KOORDINASI RELE PENGAMAN PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENERTOR SINKRON ( Aplikasi PLTG Pauh Limo Padang )

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II GENERATOR SINKRON

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI

MOTOR INDUKSI SPLIT PHASE SEBAGAI GENERATOR INDUKSI SATU FASA

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

Makalah Seminar Tugas Akhir PENENTUAN KAPASITAS GENSET CONTAINER CRANE STUDI KASUS TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Nama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PEMBUMIAN TRANSFORMATOR 15 MVA TERHADAP GANGGUAN SATU FASA KE TANAH SUBIANTO ABSTRAK

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati

PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF

Mesin Arus Bolak Balik

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.

Analisis Kestabilan Transien di PT. PUSRI Akibat Penambahan Pembangkit 35 MW dan Pabrik P2-B Menggunakan Sistem Synchronizing Bus 33 kv

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Perubahan Tegangan Terhadap Torsi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Simulasi Matlab

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

Transkripsi:

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 1 Makalah Seminar Tugas Akhir Analisa Setting Mho Rele Sebagai Proteksi Hilang Penguat Generator Oleh : Edi Subeno NIM : L2F097629 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 2002 ABSTRAK Bila arus eksitasi generator hilang, akibat adanya kerusakan pada sistem eksitasi, sedangkan generator masih terhubung dengan jala-jala kelistrikan, maka generator akan menarik daya reaktif dari sistem kelistrikan dan bertindak sebagai generator induksi. Peristiwa ini dikenal sebagai gangguan hilang penguat (Loss of Field). Gangguan hilang penguat generator dapat berupa penurunan GGL generator tanpa disertai adanya slip dan penurunan GGL generator yang disertai dengan slip. Untuk mengatasi terjadinya gangguan-gangguan di atas, pada unit pembangkit dipasang rele proteksi di sisi generator untuk mendeteksi adanya gangguan hilang penguat (Loss of Field) pada generator. Tugas akhir ini membahas analisa tentang perhitungan setting untuk Mho rele yang digunakan sebagai proteksi terhadap adanya hilang penguat pada generator serta daerah proteksi yang dapat dijangkau oleh Mho rele tersebut. Setting rele proteksi hilang penguat kemudian dibandingkan dengan respon generator saat mengalami gangguan hilang penguat, dengan demikian dapat diketahui apakah setting rele proteksi hilang penguat yang digunakan sudah tepat untuk mengatasi adanya gangguan hilang penguat pada generator. I. LATAR BELAKANG Dalam pengoperasian generator dibutuhkan adanya kestabilan dari tegangan yang dibangkitkan. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi besarnya tegangan keluaran adalah medan eksitasi. Dengan eksitasi yang lemah, maka e.m.f. fasa (E) dari generator akan lebih rendah dibandingkan dengan tegangan terminal (V) sehingga mesin akan bekerja pada faktor daya leading. Kekurangan eksitasi ini akan menyebabkan generator berputar pada kecepatan konstan, di atas kecepatan sinkron dan bekerja sebagai generator induksi. Hal ini akan berpengaruh terhadap kestabilan sistem, karena generator yang kehilangan eksitasinya akan menarik daya reaktif (VAR) dari sistem. Untuk mendeteksi adanya hilang penguatan pada generator dapat digunakan beberapa macam rele proteksi, yaitu Rele arus kurang (Under Current Rela dan Rele Jarak (Distance Rela. Rele arus lebih kurang dapat dipakai pada sirkuit medan, untuk itu digunakan Rele Jarak. Rele jarak yang paling banyak digunakan adalah Mho Rele. Hal ini karena Mho rele mempunyai karakteristik yang paling cocok untuk digunakan sebagai proteksi hilang penguat. Dalam penggunaan Mho rele sebagai proteksi hilang penguat ditemukan permasalahan yang sangat mendasar, yaitu apakah setting dari Mho rele tersebut sudah dapat meng-kover daerah proteksi yang dibutuhkan, dengan kata lain apakah terjadi out of setting dari Mho rele tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu simulasi dari kerja Mho rele sebagai proteksi hilang penguat. II. TUJUAN Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah : 1. Menentukan nilai setting Mho rele dan daerah operasi kerja rele sebagai proteksi terhadap gangguan hilang penguat (Loss Of Field) generator. 2. Mensimulasikan respon generator saat terjadi gangguan ke dalam bentuk perangkat lunak. 3. Mengetahui kebenaran setting Mho rele sebagai proteksi hilang penguat dibandingkan dengan respon generator saat terjadi gangguan hilang penguat. III. BATASAN MASALAH Batasan masalah yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Ruang lingkup analisa adalah setting Mho rele sebagai proteksi hilang penguat serta daerah operasinya dan respon generator saat terjadi gangguan hilang penguat. 2. Analisa gangguan hilang penguat untuk kondisi generator berupa penurunan GGL generator tanpa disertai slip dan penurunan GGL generator yang disertai dengan adanya perubahan slip yang tidak dapat diatasi oleh unit pembatas arus eksitasi kurang (Under Exciter Limiter = UEL).

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 2 3. Model sistem tenaga listrik yang digunakan adalah sebuah generator yang terhubung dengan infinite bus dan sistem (beban). 4. Analisa dibatasi hanya untuk proteksi pada pembangkit berupa proteksi hilang penguat generator. 5. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Delphi release 6.0 sebagai program bantu dalam pemodelan setting rele dan respon sistem. IV. GANGGUAN HILANG PENGUAT GENERATOR Proses Terjadinya Hilang Penguat Generator Gangguan hilang penguat generator adalah kondisi abnormal operasi sistem tenaga dimana generator tidak mendapatkan suplai arus dc sebagai arus eksitasi agar dihasilkan tegangan keluaran pada terminal stator. Kegagalan dalam sistem eksitasi ini dapat disebabkan oleh [1] : 1. Breaker medan mengalami trip. 2. Hubung buka belitan medan. 3. Hubung singkat belitan medan (percikan api pada slip ring). 4. Sistem regulasi mengalami kegagalan. 5. Hilangnya suplai daya ke sistem eksitasi. Akibatnya kopling magnetik (magnetic coupling) antara rotor dan stator melemah, sehingga putaran rotor bertambah cepat sehingga bisa terjadi kehilangan keserampakan (loss of synchronism) dan mengakibatkan generator bekerja sebagai generator induksi, yang akan menyebabkan : 1. Terjadinya pengambilan daya reaktif dari sistem oleh generator untuk digunakan sebagai eksitasi. Besarnya daya reaktif yang diambil ini berkisar antara 2 4 kali rating KVA generator [11], yang dapat menimbulkan ketidakstabilan pada sistem. 2. Naiknya temperatur rotor yang disebabkan karena pengaliran arus induksi yang besar, sehingga menyebabkan perubahan sifat mekanis peralatan-peralatan pada rotor. 3. Penurunan tegangan terminal generator dengan cepat ( 10 15 detik) [11], terutama pada generator tanpa AVR. 4. Kenaikan temperatur pada stator akibat naiknya arus stator ( 2 4 I nom ) [11]. Formulasi Gangguan Hilang Penguat Pada saat generator mengalami hubung singkat secara tiba-tiba, maka untuk sesaat putaran generator akan mengalami perubahan. Perubahan putaran generator yang berarti perubahan slip putaran generator terhadap sistem akan mengakibatkan perubahan pula pada nilai impedansi generator. Perubahan nilai impedansi generator ini tergantung pada nilai slip yang terjadi seperti terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Impedansi generator terhadap slip [14] Slip (%) Reaktansi generator 0 X d 0.065 0.8 x X d 0.1 0.7 x X d 0.33 2 x X d 50 X d 100 X d Untuk nilai slip lainnya, nilai impedansi generator di dapatkan dari interpolasi data yang ada. Untuk analisa gangguan hilang penguat generator digunakan perumusan kondisi perubahan tegangan dan arus generator saat terjadi gangguan hilang penguat generator sebagai berikut [14] : 1. Gangguan hilang penguat berupa penurunan GGL generator tanpa disertai dengan terjadinya slip pada rotor generator. 2. Gangguan hilang penguat berupa penurunan GGL generator disertai dengan terjadinya slip pada rotor generator. Gangguan hilang penguat berupa penurunan GGL generator tanpa disertai dengan terjadinya slip pada rotor generator Pada gangguan hilang penguat kondisi tanpa slip, maka tegangan GGL generator akan mengalami penurunan dari kondisi normalnya dan putaran generator masih sinkron atau tidak terjadi slip atau nilai slip adalah 0 %. Sesuai tabel 4.1, maka nilai impedansi generator (Z g ) adalah sama dengan reaktansi sinkronnya (X d ). Perubahan nilai maksimum GGL generator : y Egl( = n. n. Esm a...(4.1) dimana Esm = teg. mak. sistem (p.u.) n = Eg/Esm pada kondisi awal y/a = 0 1 a = konstanta. Dengan impedansi total antara generator dan sistem adalah Z tot, maka arus di generator adalah : IIr( = Egl(. e Z j. ga tot Esm dan tegangan di terminal generator adalah :...(4.2) VVr( = Egl(. e j. ga - IIr(. Zg...(4.3)

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 3 dimana : ga = kondisi awal sudut GGL generator thd tegangan sesaat sistem (es) Z ( = Vloss( Iloss(...(4.10) Dari persamaan (4.2) dan (4.3) di atas maka bisa didapatkan perubahan impedansi generator yang dilihat di terminal generator : Z( = VVr( IIr(.. (4.4) Gangguan hilang penguat berupa penurunan GGL generator disertai dengan terjadinya slip pada rotor generator Untuk kedua kondisi 4.2.1 dan 4.2.2 di atas, perubahan impedansi sebagai akibat dari berkurangnya arus eksitasi generator diperoleh dengan menganggap perubahan arus eksitasi linier dan nilai slip yang tetap. Karakteristik impedansi pada terminal keluaran generator dalam diagram R-X pada saat terjadi hilang penguat pada berbagai tingkat beban (100%, 50% dan 30%) ditunjukkan seperti pada gambar 4.1. Penurunan arus eksitasi yang mengakibatkan terjadinya slip baru akan terjadi jika [14] : (1) penurunan arus eksitasi tidak dapat diatasi oleh pembatas arus eksitasi kurang (Under Exciter Limiter = UEL) dan (2) batas stabilitas pada keadaan mantap dilampaui. Nilai impedansi generator (Z g ) akan mengalami perubahan dengan nilai sesuai tabel 4.1 di atas. Besar sudut rotor : s ( 2.. y = T.(4.5) dengan T = 1. 10 3 / f dimana T = periode (detik) f = frekuensi generator (Hz) Perubahan sudut rotor generator terhadap sistem : ( = S. s (....(4.6) Perubahan nilai GGL generator : y Eloss ( = n. n. Esm a.(4.7) Gambar 4.1 Karakteristik impedansi hilang penguat generator [10] : (1) keluaran = 100 %, (2) keluaran= 50 %, (3) keluaran = 30 % V. RELE PROTEKSI Rele Proteksi Hilang Penguat Generator Untuk memberikan proteksi terhadap generator dari gangguan hilang penguat generator, dapat digunakan rele arus kurang (under current rela atau rele jarak (distance rela dalam hal ini Mho rele. Rangkaian yang digunakan diperlihatkan seperti gambar 5.1 dan 5.2 berikut. Field Breaker Arus di generator adalah : Iloss( = Eloss(. e j. ( ( ga) Tegangan di terminal generator adalah : Z tot Esm..(4.8) Exciter Discharge Resistor T1 T2 Shunt Relay + - Field Winding Vloss ( = Eloss(. e j. ( ( + ga) - IIr(. Zg..(4.9) Dari kedua persamaan (4.8) dan (4.9) maka bisa didapatkan perubahan impedansi generator yang dilihat di terminal generator : Trip or Alarm Gambar 5.1 Proteksi terhadap hilang penguat generator menggunakan rele arus kurang [13]

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 4 Stator Winding R Y B jx R 0,5 X'd 40 40 Mho Loss of Field Relay Xd + 0.5 X'd 27 Complete Shut Down + Master Trip Relay - 40-1 27-1 Alarm Instantaneous Undervoltage Relay 86 Deloading Relay 96 2 Timing Relay Master Tripping Relay Secondary Governor Equipment Gambar 5.2 Proteksi terhadap gangguan hilang penguat generator menggunakan rele Mho [13] Rele Proteksi Hilang Penguat Generator Tipe CEH51A Penentuan Setting Rele Setting rele untuk mendeteksi adanya gangguan hilang penguat dari rele CEH51A ada dua, yaitu setting offset tap dan restraint tap. a. Offset tap, penentuan settingnya adalah sebagai berikut : OFFSET = X ' d 2..(5.1) b. Restraint tap, penentuan settingnya adalah sebagai berikut : Restraint tap = d min dasar d yg diinginkan dimana d = diameter (ohm) x 100 ohm sek % (5.2) Penentuan Daerah Kerja Rele Daerah kerja rele untuk mendeteksi adanya gangguan hilang penguat dari rele CEH51A adalah sesuai dengan diagram gambar 5.3 berikut. Gambar 5.3 Daerah Kerja Rele Proteksi Hilang Penguat [15] VI. ANALISA Untuk analisa digunakan data dari jurnal [14] sebagai data masukan. Analisa mencakup sejauh mana setting rele proteksi hilang penguat dapat melindungi generator saat terjadi hilang penguat, bentuk lintasan impedansi generator saat terjadi gangguan hilang penguat generator dengan berbagai variasi gangguan dan kondisi trip rele saat terjadi gangguan hilang penguat generator dengan berbagai variasi gangguan. Sistem yang Dianalisa Model sistem tenaga yang digunakan adalah berupa generator tunggal yang terhubung dengan sebuah rel tak terhingga dan sistem (beban). CT G PT 40 Relay Loss Of Field Sal. Trans. Bus Tak Hingga Gambar 6.1 Model sistem yang digunakan [14] Sistem Data sistem yang digunakan untuk analisa berdasarkan literatur adalah sebagai berikut : Tabel 6.1 Data masukan sistem [14] Generator (pu) X d = j 2.14 X d = j 0.245 X d = j 0.155 KV = 23 kv MVA = 846 MVA CT = 24000/5 A PT = 23000/115 V Sal. Trans. (pu) R tr = 0.00123 X tr = 0.09879 Sistem (pu) Z s = 0.1675

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 5 Tabel 6.2 Data Kemampuan Generator [14] No P (KW) Q (KVAR) 1 845 0 2 805-270 3 635-310 4 520-330 5 445-340 6 340-350 7 260-350 8 0-320 Setting dan Daerah Kerja Rele Dari hasil perhitungan dengan program bantu, didapat nilai offset sebesar 1,84 ohm. Untuk penentuan tap L dan H, nilai offset tap hasil perhitungan dibulatkan ke nilai atas terdekat agar sesuai dengan nilai tap L dan H yang ada. Dengan demikian offset tap akan bernilai 2 ohm, sehingga tap L dan H akan memiliki selisih 2. Penentuan tap L dan H adalah : - Setting tap L = 0,5 - Setting tap H = 2,5. Nilai restraint tap yang didapat sebesar 15,57 %. Untuk penentuan lead upper dan lower, nilai restraint tap hasil perhitungan dibulatkan ke nilai di bawahnya agar sesuai dengan nilai lead upper dan lower yang ada dan diameter rele yang didapat lebih besar dari diameter sebenarnya. Dengan demikian restraint tap akan bernilai 15 %. Restraint tap diperoleh dari pengesetan lead upper dan lead lower. Penentuan lead upper dan lower adalah sebagai berikut : - Lead upper = 5 - Lead lower = 10. Daerah kerja rele yang didapat sesuai hasil perhitungan ditunjukkan seperti gambar 6.2 berikut : 2.14 jx (0,0.1225) (0,2.2625) Gambar 6.2 Daerah kerja rele CEH51A Kondisi Penurunan GGL Tanpa Disertai Slip Sesuai gambar 6.3, bentuk lintasan impedansi generator saat terjadi gangguan berupa lingkaran R yang linier. Hal ini dikarenakan perumusan gangguan yang digunakan menganggap penurunan arus eksitasi yang terjadi adalah linier. Lintasan impedansi akan berakhir di titik yang nilainya sama dengan reaktansi sinkron sumbu direct generator (X d ). Lintasan impedansi generator yang dilihat rele saat terjadi gangguan telah memasuki daerah kerja rele. Dengan demikian rele akan mengalami trip dan memisahkan generator dari sistem. Kondisi trip ini, sesuai hasil simulasi terjadi saat impedansi gangguan (Z) = 0,054 2,313i pu, atau pada nilai (y/a) = 0,94. Hal ini berarti rele CEH51A akan bekerja sebelum generator mencapai nilai impedansi akhirnya saat terjadi gangguan. Dengan kondisi ini terlihat bahwa penentuan setting rele CEH51A tersebut telah mencukupi untuk mendeteksi adanya gangguan hilang penguat generator. Kondisi Penurunan GGL Dengan Disertai Slip Dari diagram gambar 6.4 terlihat lintasan impedansi generator saat mengalami gangguan hilang penguat berupa lingkaran yang berhenti di sumbu X negatif. Saat terjadi gangguan maka lintasan impedansinya lebih kecil jika dibandingkan dengan saat terjadi gangguan tanpa disertai slip dan memasuki daerah kerja rele CEH51A. Hal ini karena saat terjadi gangguan, maka akan terjadi perubahan sudut rotor generator terhadap sistem ( y ) yang nilainya tergantung pada besar slip yang terjadi, dengan adanya perubahan sudut rotor maka akan berpengaruh terhadap nilai arus generator saat terjadi gangguan. Lintasan impedansi kemudian berhenti pada nilai diantara reaktansi sinkron sumbu direct generator (X d ) dan reaktansi transien sumbu direct generator/2 (X d /2). Lintasan impedansi generator yang dilihat rele saat terjadi gangguan telah memasuki daerah kerja rele. Dengan demikian rele akan mengalami trip dan memisahkan generator dari sistem. Kondisi trip ini, sesuai hasil simulasi terjadi saat impedansi gangguan (Z) = 0,348 2,243i pu, atau pada nilai (y/a) = 0,72. Hal ini berarti rele CEH51A akan bekerja sebelum generator mencapai nilai impedansi akhirnya saat terjadi gangguan. Pengaruh Perubahan Nilai Slip Dari diagram lintasan impedansi gambar 6.5 dapat dilihat bahwa untuk nilai slip yang semakin besar maka lintasan impedansi generator saat gangguan akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena perubahan nilai slip berpengaruh terhadap perubahan sudut rotor generator dimana semakin besar slip maka perubahan sudut rotor akan semakin besar pula. Dengan sudut rotor yang semakin besar, maka nilai arus generator saat gangguan akan semakin besar sehingga nilai

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 6 impedansi (tegangan dibagi arus) akan semakin kecil. Dari kondisi trip rele terlihat bahwa semakin besar nilai slip, maka lintasan impedansi akan semakin cepat memasuki daerah kerja rele sehingga rele akan trip lebih cepat. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi sistem, dimana adanya slip berarti generator sinkron telah kehilangan sinkronisasi, yang dapat membahayakan generator dan sistem. Semakin cepat rele beroperasi maka kondisi hilang sinkronisasi generator dapat dicegah. Kecepatan operasi atau trip rele ini juga akan meminimumkan kerusakan-kerusakan peralatan akibat adanya gangguan yang mungkin timbul. Pengaruh Perubahan Nilai Eg/Esm Dari diagram lintasan impedansi gambar 6.6 terlihat bahwa nilai perbandingan Eg/Esm (n) berpengaruh terhadap nilai impedansi generator saat terjadi gangguan. Semakin besar nilai perbandingan Eg/Esm, maka nilai impedansi generator saat terjadi gangguan juga akan semakin besar. Nilai perbandingan Eg/Esm ini juga akan mempengaruhi kerja trip rele. Semakin besar nilai perbandingan Eg/Esm, maka lintasan impedansi akan semakin lama memasuki daerah kerja rele, sehingga rele akan trip lebih lama. Kondisi trip rele yang lebih lama ini akan berpengaruh terhadap pegamanan generator, karena rele lebih lama dalam memutuskan atai mengisolasi generator dari sistem. Akibatnya generator dapat kehilangan sinkronisasinya. Pengaruh Penggunaan Rele Tegangan Kurang Penggunaan rele tegangan kurang berpengaruh pada kondisi trip sistem proteksi terhadap gangguan hilang penguat generator. Kondisi trip sistem proteksi dengan penggunaan rele CEH51A tanpa rele tegangan kurang akan dicapai saat lintasan impedansi generator memasuki daerah kerja rele CEH51A, sedangkan jika penggunaan rele CEH51A dilengkapi dengan rele tegangan kurang, kondisi trip sistem proteksi akan dicapai saat lintasan impedansi generator memasuki daerah kerja rele CEH51A dan terjadi penurunan GGL generator hingga mencapai 70 % tegangan normal. Perbandingan dengan data lapangan Hasil perhitungan menggunakan program bantu akan dibandingkan dengan hasil setting di lapangan (PLTGU Blok 2 UBP Tambaklorok Semarang). Perbandingannya dapat dilihat pada tabel 6.3 berikut. Tabel 6.3 Perbandingan hasil program bantu dan data lapangan Setting Program bantu Data lapangan Offset 2,5 ohm 2,5 ohm Tap Lead L = 0 Lead L = 0 Restraint Tap Lead H = 2,5 14 % Tap Upper = 4 Tap Lower = 10 Lead H = 2,5 13 % Tap Upper = 3 Tap Lower = 10 Dari tabel 6.3 di atas terlihat bahwa setting rele untuk offset tap antara hasil perhitungan menggunakan program bantu dan data lapangan mempunyai nilai yang sama, yaitu 2,5 ohm. Sedangkan untuk restraint tap terdapat perbedaan, dimana dengan menggunakan program bantu didapatkan nilai restraint tap = 14 %, sedangkan dari data lapangan restraint tap = 13 %. Perbedaan ini terjadi karena setting rele proteksi hilang penguat di PLTGU Blok 2 UBP Tambaklorok telah diperbesar jangkauan relenya untuk mendapatkan daerah kerja rele yang lebih besar dan proteksi yang lebih baik. Dengan setting restraint tap = 13 %, maka diameternya 38,46 ohm, sedangkan menurut hasil perhitungan dengan program bantu, restraint tap = 14 %, maka diameter rele hilang penguat yang digunakan adalah 35,71 ohm. Dengan penentuan setting restraint tap sebesar 13 % diketahui bahwa diameter rele yang digunakan telah diperbesar 38,46 35,71 = 2,75 ohm. Meskipun demikian, penetapan setting restraint tap sebesar 14 %, dimana diameter relenya adalah 35,71 ohm sudah mencukupi untuk mendeteksi adanya gangguan hilang penguat generator karena diameter yang digunakan lebih besar jika dibandingkan dengan diameter yang diinginkan dimana nilai diameter yang diinginkan sesuai hasil perhitungan program bantu adalah 33,92 ohm. VII. KESIMPULAN Kesimpulan Dari hasil simulasi menggunakan program bantu dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Penggunaan rele CEH51A sebagai proteksi terhadap hilang penguat generator dengan setting Offset tap = 2 ohm dan restraint tap = 15 %, telah mencukupi untuk mendeteksi adanya gangguan hilang penguat pada generator baik gangguan berupa penurunan GGL tanpa disertai slip maupun untuk penurunan GGL yang disertai dengan slip. 2. Lintasan impedansi generator saat gangguan berbentuk lingkaran yang akan berhenti di sumbu X negatif. Untuk gangguan penurunan GGL tanpa disertai slip lintasan impedansi akan berhenti pada nilai yang sama dengan reaktansi sinkron sumbu direct generator (X d ).

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 7 Untuk gangguan penurunan GGL yang disertai slip lintasan impedansi akan berhenti pada nilai di antara reaktansi sinkron sumbu direct generator (X d ) dan 0.5 reaktansi transient sumbu direct generator (X d /2). 3. Perubahan nilai slip berpengaruh pada bentuk lintasan impedansi generator saat gangguan, dimana semakin besar nilai slip maka impedansi generator akan semakin kecil dan lintasan impedansinya semakin tidak beraturan. Perubahan nilai slip juga berpengaruh kepada kecepatan trip rele untuk mengamankan generator, semakin besar nilai slip maka kondisi trip rele semakin cepat. 4. Perubahan nilai Eg/Esm (n) berpengaruh pada nilai impedansi generator saat gangguan dan kondisi trip rele. Semakin besar nilai n maka impedansi generator saat gangguan juga semakin besar dan kondisi trip rele CEH51A akan semakin lama. 5. Penggunaan rele tegangan kurang berpengaruh pada kondisi trip sistem proteksi terhadap gangguan hilang penguat generator. Kondisi trip sistem proteksi dicapai saat lintasan impedansi generator memasuki daerah kerja rele dan terjadi penurunan GGL generator hingga mencapai 70 % tegangan normal. 6. Sesuai hasil program bantu, setting rele proteksi hilang penguat generator untuk PLTGU Blok 2 UBP Tambaklorok adalah offset tap = 2,5 ohm dan restrain tap 14 %. Saran Program bantu belum memberikan analisa mengenai waktu operasi rele hilang penguat generator saat terjadi gangguan, untuk itu program bantu masih dapat dikembangkan untuk analisa ini. DAFTAR PUSTAKA 1. AC Generator Protection Guide Working Group, IEEE Guide For AC Generator Protection : Project No. P604/D7 6-1-85 ANSI/IEEE C37.102-198X, IEEE Inc., New York, 1985. 2. A.E. Fitzgerald, Charles Kingsley Jr, Stephens D Umans, Djoko Achyanto. Ir. MSc.EE, Mesin-mesin Listrik, Penerbit Erlangga, 1992. 3. A.R. van C. Warrington, Protective Relays, Chapman and Hall, New York, 1982. 4. A. Stalewski, JLH Goody and JA Downes, Pole Slipping Protection, CEGB, Transmission and Technical Services Division, United Kingdom. 5. Dani Okianto, Panduan Belajar Borland Delphi 3.0, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 1998. Lampiran 6. D. Jones M.Sc. C.Eng. M.I.E.E, Analysis and Protection Of Electrical Power System, Wheeler Publishing, India, 1979. 7. M Titarenko and I. Noskov-Dukelsky, ProtectiveRelaying In Electric Power System, Second Printing, Peace Publisher, Moskow, -. 8. PT. PLN (Persero) Jasa Teknik Kelistrikan, Energi & Listrik, Majalah Triwulan Vol VI No 4, PT. PLN (Persero) Jasa Teknik Kelistrikan, Jakarta, 1996. 9. Prabha Kundur, Power System Stability and Control, Mc Graw-Hill Inc., New Delhi, 1994. 10. S.B. Wilkinson and C.A. Mathews, Dynamic Characteristics of Mho Distance Relays, GE Power Management, Jerman, 1998. 11. Stanley Horowitz, Protective Relaying For Power Systems,. 12. T.S. Madhava Rao, Power System Protection : Static Relays, Tata McGraw-Hill Publishing Co. Limited, New Delhi, 1979. 13. The English Electric Company Limited, Meter Relay And Instrument Division, Protective Relays Application Guide, ST Leonard Works, Stafford, 1968. 14. Wirawan, Kriteria Umum Kinerja Proteksi GeneratorTerhadap Kondisi Lepas Sinkron, Jakarta. 15. www.ge.com, Instructions Loss Of Field Relays Type CEH51A. 16. Leo Heru Murtopo, Pengaruh Sistem Eksitasi Pada Stabilitas Dinamik Generator Sinkron, Teknik Elektri Fakultas Teknik UNDIP, Semarang, 2001. Edi Subeno, lahir di Semarang 26 Maret 1980. Saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa Teknik Elektro Angkatan 97 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro konsentrasi Ketenagaan Mengetahui Pembimbing II, Mochammad Facta, ST. MT NIP. 132 231 134

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 8 Gambar 6.3 Respon generator untuk gangguan tanpa slip Gambar 6.4 Respon generator untuk gangguan yang disertai slip a. Slip = 0,1 % b. Slip = 0,33 % c. Slip = 50 % Gambar 6.5 Pengaruh slip terhadap lintasan impedansi generator

Makalah Seminar TA Edi Subeno L2F 097 629 9 a. Eg/Esm = 1,25 b. Eg/Esm = 1 c. Eg/Esm = 0.8 Gambar 6.6 Pengaruh nilai Eg/Esm terhadap lintasan impedansi generator