BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

Hakikat Tes, Pengukuran. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan

PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF PORTOFOLIO IPA KELAS VIII MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan yang menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) SISWA SMA PADA PRAKTIKUM HIDROLISIS GARAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. seolah tidak kunjung selesai bahkan muncul permasalahan lain. Hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran di dalam kelas. Pada proses pembelajaran, anak. untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi

Inisiasi III ASESMEN PEMBELJARAN SD

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENILAIAN PORTOFOLIO D ALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR PAD A MATA PELAJARAN PROD UKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

Sri Susilogati Sumarti. Jurusan Kimia FMIPA UNNES, Semarang, Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Asesmen Autentik. By: Prof. Dr. AD. Corebima, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak untuk meningkatkan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

I Wayan Karmana Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam pengembangan kemampuan berfikir kreatif, kritis, serta

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PERFORMANCE ASSESSMENT SEBAGAI BENTUK PENILAIAN BERKARAKTER KIMIA

Oleh : AYU METI SEPTIANINGSIH A

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar setiap guru dapat mempergunakan model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

KONSEP DASAR PENILAIAN. Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

7. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. (Edisi pertama cetakan kedua 2011, cetakan pertama 2010). Yogyakarta: BPFE.

The Effect Model Problem Based Learning on Learning Outcomes Biology Class X SMAN 1 Palembayan. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

PENILAIAN PEMBELAJARAN IPA. Heru Kuswanto

2014 PENERAPAN ASESMEN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN RESPIRASI SERANGGA DI SMP

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena

LAPORAN PELAKSANAAN PERKULIAHAN SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih

PENERAPAN PENILAIAN BERBASIS KELAS DALAM BIDANG STUDI PAI DI SEKOLAH DASAR. Oleh : Drs.Zainal Arifin, M.Pd.

SUATU CONTOH IMPLEMENTASI PORTOFOLIO SEBAGAI ASESMEN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENILAIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL. fungsi penilaian dalam pendidikan, prinsip penilaian, ciri-ciri penilaian dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (Anonim, 2005). Untuk mengukur kadar ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah ataupun universitas, khususnya yang mencakup tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran harus dilakukan. Komponen penilaian dalam Kurikulum menempati posisi penting. Komponen penilaian diyakini memberikan dampak nyata bagi keberhasilan pembelajaran. Bentuk dan cara penilaian dalam banyak hal memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran, bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa harus belajar, dan karenanya menentukan capaian kompetensi terhadap materi yang diajarkan. Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek domein pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sebab siswa yang memiliki kemampuan kognitif baik saat diuji dengan paper-and-pencil test belum tentu ia dapat menerapkan dengan baik pengetahuannya dalam mengatasi permasalahan kehidupan sehari-hari. Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom, yaitu cognitive, affective dan psychomotor. Cognitive adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Affective adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi. Sedangkan psychomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatankegiatan atau ketrampilan motorik (Degeng, dalam Haryono, 2009). Namun 1

2 ketiga domein pembelajaran itu memang tidak dapat dipaksakan pada semua mata pelajaran dalam porsi yang sama. Kecenderungan di lapangan menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar lebih menitik beratkan pada aspek kognitif. Terbukti dengan tes-tes yang diselenggarakan di sekolah baik lisan maupun tulis lebih banyak mengarah pada pengungkapan kemampuan aspek kognitif. Tuntutan pada kurikulum yang ada penilaian harus mengarah pada kompetensi siswa, sesuai dengan kompetensi tuntutan kurikulum. Kompetensi yang dimaksud pada kurikulum adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan perilaku. Penilaian harus mengacu pada pencapaian standar kompetensi siswa (Haryono, 2009). Selama ini pembelajaran biologi terutama yang berkaitan dengan mata kuliah kultur jaringan yang dilakukan biasannya dengan menekankan pemahaman terhadap konsep-konsep agar mahasiswa lebih mudah memahami materi yang disajikan dosen, pada kenyataannya masih ada saja kesulitan dalam pemahaman materi yang diajarkan terutama materi kultur jaringan. Oleh karena itu agar pencapaian nilai mahasiswa dapat diperoleh dengan baik hendaklah digunkan perangkat penilaian yang sesuai dengan jenis pembelajaran mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. Dalam pembelajaran kultur jaringan tidak hanya menerapkan penilaian kognitif saja tetapi penilaian yang diharapkan dari pembelajaran kultur jaringan ini nantinya adalah penilaian yang diharapkan mampu mengukur bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru/dosen harus menggunakan berbagai metoda dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai melalui tes tertulis (paper-pencil test), sedangkan tujuan dan pengalaman belajar yang lain (seperti diskusi dan praktikum) akan sangat efektif dinilai dengan tes praktek

3 (performance assessment). Demikian juga metoda observasi sangat efektif digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran siswa dalam kelompok, dan skala sikap (rating scale) sangat cocok untuk menilai aspek afektif, minat dan motivasi anak didik. Oleh sebab itu, guru/dosen hendaknya memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metoda dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat metoda dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan (Jihad, 2012). Prinsip dasar tugas-tugas asesmen dalam pembelajaran yaitu asesmen merupakan: (1) bagian dari perencanaan yang efektif; (2) menitikberatkan pada bagaimana siswa belajar; (3) pusat dari pelatihan di kelas; (4) kunci keterampilan professional; (5) sesitif dan konstruktif; (6) meningkatkan motivasi; (7) mendukung pencapaian tujuan; (8) membantu siswa mengetahui bagaimana memperbaiki; (9) mengembangkan kemampuan melalui penilaian diri; (10) mengembangkan pendidikan (ARG: 2002).Tentunya prinsip asesmen ini jika diterapkan dengan baik dalam pembelajaran akan memberikan hasil sesuai tuuan yang diharapkan, sebagaimana yang telah ditemukan oleh Pantiwati (2011) bahwa siswa di sekolah kategori rendah yang menggunakan asesmen autentik kemampuan kognitif, berpikir kritis, dan berpikir kreatifnya sama dengan siswa di sekolah kategori tinggi yang tidak menggunakan asesmen aautentik. Hasil ini membuktkan bahwa asesmen autentik dapat meningkatkan kemampua kognitif, berpikir kritis, dan berpikir kreatif dengan tetap memperhatikan karakter siswa. Penilaian dalam pembelajaran kultur jaringan selama ini adalah berbasis masalah yang dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan (kumpulan fortofolio mahasiswa). Selama ini memang sudah diterapkan penialaian seperti yang di atas, hanya saja para dosen belum menemukan perangkat penilaian yang layak untuk penilaian kinerja mahasiswa tersebut. Tidak hanya itu selama ini yang kita ketahui pemberian nilai mahasiswa hanya diberikan dari penjumlahan nilai atau rata-rata nilai keseluruhan saja, tidak

4 ada perangkat evaluasi atau alat evaluasi yang sesuai untuk menilai kinerja mahasiswa. Berdasarkan hasil observasi yang didapat bahwa pada pembelajaran mata kuliah Kultur Jaringan terdapat 16 kali pertemuan dan 2 kali ujian dalam 1 semester, dan selama 16 kali pertemuan itulah jenis tagihan mahasiswa yang digunakan untuk penilaian hanya sekedar tugas-tugas saja seperti makalah dan review jurnal. Maka dari itu perangkat penilaian pada pembelajaran berbasis masalah pada mata kuliah Kultur Jaringan ini perlu dikembangkan, karena selama ini belum adanya perangkat penilaian yang baku yang dapat diguanakan dosesebagai acuan untuk proses penilaian hasil kinerja mahasiswa. Hingga yang diharapkan nantinya untuk menilai aktivitas mahasiswa tidak hanya dari tes saja. Selama ini perangkat penilaian yang ada hanya berupa kumpulan dari nilai-nilai formatif saja tanpa adanya perangkat penilaian yang dianggap baku. Maka dari itu pentingnya dilakukan pengkuran terhadap konsep dari materi yang dipelajari oleh mahasiswa tentang materi kultur jaringan setelah pembelajaran tersebut perlu diukur, sehingga diperlukanlah suatu perangkat penilaian (alat evaluasi) yang sesuai, dimana alat evaluasi ini nantinya akan dibuat sesuai dengan konsep pembelajaran kultur jaringan yang berbasis memecahkan masalah, dan dapat mengukur dan menilai semua hasil atau gambaran perkembangan belajar mahasiswa (kinerja). Salah satunya berupa perangkat penilaian untuk mengetahui struktur kognitif siswa. Penilaian otentik ini dapat mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan ilmiah pada konteks riil bukan membuat/menyusun sesuatu yang baru dan tidak dikenal siswa. Penilaian yang selama ini bersifat hafalan bukan membangun dan mengaplikasikan konsep yang telah dimiliki siswa dan belum berbasis otentik. Sehingga jenis penilaian yang sesuai dengan pembelajaran pada mata kuliah Kultur Jaringan yang berbasis masalah ini adalah penilaian otentik. Perbedaan perangkat penilaian terdahulu dengan yang akan dikembangkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

5 Tradisonal Autentik Periode waktu tertentu Waktu ditentukan oleh guru dan siswa Mengungkapkan fakta dan kecakapan Mengungkapkan konsepdan proses Untuk mengukur keberhasilan Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, guru/dosen harus pembelajaran, guru/dosen harus mengetes peserta didik untuk meminta peserta didik mengetahui tingkat penguasaan Melakukan aktivitas tertentu secara keilmuan dan keterampilan itu bermakna yang mencerminkan aktivitas di dunia nyata Kurikulum menetukan penilaian Penilaian menentukan kurikulum, guur pengetahuan yang harus dikuasai dan ditentukan terlebih dahulu (belum berbasis otentik) terleih dahulu menentukan tugas-tugas yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk menunjukkan penguasaannya Penilaian bersifat tertutup karena Penilaian bersifat terbuka karena hanya guru yang mengetahuinya. peserta didik dapat mengetahui indikator/kompetensi penilaian yang diseratai adanya rubrik dan kriteria. (Dikembangkan dari Nurgiyantoro, 2011) Pembelajaran biologi memerlukan asessmen yang komprehensif untuk menilai segenap kemampuan siswa. Selama ini pembelajaran kultur jaringan sudah menerapkan proses penilaian dengan fortofolio, dalam pembelajaran Kultur Jaringan ini salah satu asesmen yang dapat dikembangkan adalah asesmen alternative portofolio. Penilaian portofolio ini teramsuk kedalam penilaian autentik. Pada mata kuliah Kultur Jaringan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah sehingga jenis penilaian yang sesuai dengan pembelajaran tersebut adalah penilaian autentik. Menurut (Ngadip, 2010), Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Sedangkan (Abidin, dalam Ngadip, 2010) Saluran terakhir yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter adalah melalui penilaian autentik. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

6 gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, penilaian ini tidak dilakukan di akhir periode saja (akhir semester). Berdasarkan hasil penelitian Setyandari (2012) telah dihasilkan asesmen alternatif portofolio IPA yang layak digunakan pada mata pelajaran IPA di SMP N 1 GirimartoWonogiri, yang langsung melibatkan siswa. Siswa yang bersangkutan dapat ikut menilai proses dan hasil belajar berdasarkan kumpulan pekerjaan dan catatan hasil belajar mereka. Dengan berperan aktifnya siswa dalam penilaian, maka siswa akan termotivasi untuk mendapatkan nilai tinggi pada setiap aspek penilaian. Persentase ketuntasan belajar sebesar 95%. Tingginya nilai yang dicapai oleh siswa pada setiap aspek tersebut menyebabkan banyak siswa yang tuntas belajar. Pengembangan perangkat penelitian ini sangat penting dikembangkan di Prodi Pendidikan Biologi dikarenakan dalam pembelajaran biologi banyak pembelajaran yang dapat menuntut mahasiswa untuk dapat lebih belajar aktif, inovatif dan progresif yang semuanya itu dapat dinilai dengan menggunakan perangkat penilaian. Terutama pada pembelajaran Kultur Jaringan yang proses pembelajarannya dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah terhadap suatu materi. Tentunya juga untuk menyempurnakan perangkat penilaian yang ada sebelumnya, yang belum baku menjadi baku dengan disempurnakan oleh perangkat penilaian ini nantinya. Oleh karena itu, perlunya mengembangkan perangkat penilaian otentik ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas perangkat penilaian pada pembelajaran kultur jaringan bagi mahasiswa dan menyempurnakan perangkat penilaian yang belum baku.. Dengan adanya perangkat penilaian otentik ini tentunya juga dapat membantu guru atau para tenaga pengajar dalam menetapkan nilai akhir dari pembelajaran mata kuliah kultur jaringan yang akan diterapkan di

7 Prodi Pendidikan Biologi ini. Hal ini dikarenakan jenis tagihan tugas yang sesuai dengan mata kuliah tersebut adalah bentuk penilaiannya berupa penilaian otentik. Dengan demikian, dapat memudahkan dosen atau tenaga pengajar dalam pemberian nilai kepada mahasiswa. Berdasarkan alasan-alasan sebelumnya maka penulis ingin mengajukan prosposal penelitian yang berkaitan dengan permasalahan di atas. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Penilaian pembelajaran saat ini belum menggunakan perangkat penilaian otentik yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang ada. 2. Belum adanya pengembangan produk perangkat penilaian otentik pada pembelajaran mata kuliah Kultur Jaringan. 3. Belum adanya perangkat penilaian yang baku yang dapat digunakan untuk proses penilaian. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan yang ada maka penelitian ini hanya dibatasi pada: 1. Pengembangan produk Perangkat Penilaian Otentik pada Mata Kuliah Kultur Jaringan untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi semester VIII angkatan 2010 di FMIPA UNIMED. 2. Perangkat penilaian yang dikembangkan nantinya berupa penilaian Otentik, dan hanya dibatasi pada penilaian kinerja, penilaian tertulis dan penilaian portofolio. 3. Perangkat penilaian yang dikembangkan akan divalidasi oleh ahli materi dan ahli desain untuk kelayakan perangkat penilaian yang akan dikembangkan. 4. Uji coba perangkat penilaian ini akan dilakukan secara perorangan, kelompok kecil dan kelompok besar.

8 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Seberapa besarkah tingkat kelayakan perangkat penilaian otentik yang dikembangkan pada Mata Kuliah Kultur Jaringan untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi VIII angkatan 2010 di FMIPA UNIMED? 2. Bagaimanakah kualitas dari perangkat penilaian otentik yang dikembangkan pada Mata Kuliah Kultur Jaringan untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi VIII angkatan 2010 di FMIPA UNIMED? 3. Bagaimanakah keefektivan dari perangkat penilaian otentik yang dikembangkan pada Mata Kuliah Kultur Jaringan untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi VIII angkatan 2010 di FMIPA UNIMED? 1.5. Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kelayakan produk Perangkat Penilaian Otentik pada Mata Kuliah Kultur Jaringan untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi VIII angkatan 2010 di FMIPA UNIMED. 2. Untuk mengetahui kualitas Perangkat Penilaian Otentik pada Mata Kuliah Kultur Jaringan untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi VIII angkatan 2010 di FMIPA UNIMED 3. Untuk mengetahui keefektivan dari Perangkat Penilaian Otentik pada Mata Kuliah Kultur Jaringan pada mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi VIII angkatan 2010 di FMIPA UNIMED 1.6. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis penelitian ini antara lain adalah: (1) untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas penilaian khususnya yang berkaitan dengan pengembangan perangkat penilaian berupa penilaian autentik pada pembelajaran; dan (2) sebagai

9 sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru/dosen, pengelola, pengembang lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dan mengembangkan secara lebih mendalam tentang perangkat penilaian autentik ini. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini antara lain adalah sebagai bahan pengembangan dan alternatif bagi guru/dosen dalam pemberian nilai kepada siswa, sehingga guru/dosen dapat merancang pembelajaran agar menggunakan perangkat penilaian otentik ini nantinya sebagai acuan akhir yang dapat membantu dan mempermudah untuk pemberian nilai kepada siswa. 1.7. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah perangkat penilaiain otentik pada Mata Kuliah Kultur Jaringan untuk mahasiswa Pendidikan Biologi semester VIII angkatan 2010 yang sudah valid dan dapat diimplementasikan dengan mudah sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran, sebagai penyempurna dari perangkat penialaian yang belum baku yang selama ini digunakan pada pembelajaran Kultur Jaringan, dapat membantu guur/dosen dalam melihat semua kinerja yang dilakukan mahasiswa dan dengan mengembangkan perangkat penilaian ini juga dapat membantu guru/dosen atau tenaga pengajar dalam pemberian nilai kepada mahasiswa sebagaimana yang diharapkan dalam pembelajaran sesuai dengan perangkat penilaian yang telah dikembangkan tersebut.