PERATURAN TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DAN MEKANISME PEMBAYARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA (APBN)



dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI, DAN PEGAWAI TIDAK TETAP (PMK Nomor 113/PMK.05/2012)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 10 21/12/ :40

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI E

DEPARTEMAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-34/PB/2007 TENTANG

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERJALANAN DINAS. A. Pendahuluan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN RANCANGAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KOTA BENGKULU

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Nomor 5, TambahanLembaran Negara Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 41 TAHUN 2015

PERJALANAN DINAS DASAR HUKUM UMUM. 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 Tentang Standar Perjalanan Dinas Jabatan

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

SURAT PERJALANAN DINAS (SPD)

SELINTAS TENTANG PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT/PEGAWAI NEGERI YANG MENGIKUTI DIKLAT

Metode Pembayaran Tagihan Negara

SURAT PERJALANAN DINAS (SPD)

- 1 - PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP WALIKOTA SURABAYA,

2016, No dari Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/PMK.05/2013 NOMOR 15 TAHUN 2013

SISTEM PENGELUARAN NEGARA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 17 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LAMONGAN BAGIAN BINA PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DIPERBANYAK OLEH :

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2017

Written by Admin Wednesday, 24 February :25 - Last Updated Thursday, 27 May :56

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR :01 TAHUN 2014 TENTANG

PENCAIRAN DANA. B. Standar Kompetensi Memahami tata cara pelaksanaan pencairan dana melalaui KPPN.

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

2015, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2016, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Perj

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB II KERANGKA TEORI. A. Tinjauan Pustaka

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

PENYIAPAN DOKUMEN PENGGANTIAN UANG PERSEDIAAN REVOLVING

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

- 1 - REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

GUBERNUR MALUKU. PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 10.a TAHUN 2015

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM BOGOR, 1 FEBRUARI 2016

LANDASAN HUKUM KEUANGAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PERJALANAN DINAS PADA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.05/2007 TENTANG

BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 07/PMK.05/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota / Wakil Walikota, Ketua / Wakil Ketua DPRD. Pejabat Eselon III dan dibawahnya. Pejabat Eselon II

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI, DAN PEGAWAI TIDAK TETAP. Disusun Oleh : BAGIAN BINA PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

2017, No Dinas Luar Negeri di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 97/PMK.05/2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS GUBERNUR JAWA TIMUR,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

M O N E. LANGKAH STRATEGI PELAKSANAAN ANGGARAN Jakarta, 2017 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU KPPN JAKARTA VI

PANDUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI RESTORASI GAMBUT

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

2 Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaporan Program dan Anggaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 005 TAHUN 2013 R TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

Pengujian Dokumen Persyaratan Administrasi Belanja Non Pegawai

DAFTAR ISI 1. SE DJPB NO.S-2056/PB/2013 TENTANG LANGKAH-LANGKAH DALAM PENINGKATAN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARASI BELANJA PERJADIN.

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 268/PMK.05/2014

BUPATI BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2016

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DAN MEKANISME PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA (APBN) (PMK NO. 113/PMK.05/2012 DAN PMK NO. 190/PMK.05/2012) 05/2012)

PENGERTIAN 1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri selanjutnya disebut Perjalanan Dinas adalah perjalanan ke luar Tempat Kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara. 2. Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas Kota dan/atau dalam Kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula di dalam negeri. 3. Perjalanan Dinas Pindah adalah Perjalanan Dinas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru berdasarkan surat keputusan pindah. Aturan Lama PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI SELANJUTNYA DISEBUT PERJALANAN DINAS ADALAH PERJALANAN KE LUAR TEMPAT KEDUDUKAN BAIK PERORANGAN MAUPUN SECARA BERSAMA YANG JARAKNYA SEKURANG KURANGNYA 5 (LIMA) KILOMETER DARI BATAS KOTA, YANG DILAKUKAN DALAM WILAYAH REPUBLIK INDONESIA UNTUK KEPENTINGAN NEGARA ATAS PERINTAH PEJABAT YANG BERWENANG, TERMASUK PERJALANAN DARI TEMPAT KEDUDUKAN KE TEMPAT MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK BERTOLAK KE LUAR NEGERI DAN DARI TEMPAT TIBA DI INDONESIA DARI LUAR NEGERI KE TEMPAT YANG DITUJU DI DALAM NEGERI.

PENGERTIAN 4. Surat Perjalanan Dinas, selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang diterbitkan PPK dalam rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap, dan Pihak Lain. 5. Pelaksana SPD adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas. 6. Kota adalah Kota/Kabupaten pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah Provinsi. Aturan Lama Surat Perintah Perjalanan Dinas, selanjutnya disebut SPPD adalah surat perintah kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap untuk melaksanakan Perjalanan Dinas. Pejabat yang Berwenang adalah PA/KPA atau pejabat yang diberi wewenang oleh PA/KPA di lingkungan K/L. Kota (tidak didefinisikan)

RUANG LINGKUP PERJALANAN DINAS 1. Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada APBN. 2. Perjalanan Dinas, meliputi: a. Perjalanan Dinas Jabatan; dan b. Perjalanan Dinas Pindah. 3. Pegawai Negeri, meliputi: a. Pegawai Negeri Sipil; b. Calon Pegawai Negeri Sipil; c. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan d. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Aturan Lama Pengaturan Perjalanan Dinas Jabatan dan Perjalanan Dinas Pindah secara terpisah Pegawai Negeri belum memuat Calon Pegawai Negeri Sipil

PRINSIP PERJALANAN DINAS a. selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan; b. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian p kinerja Kementerian Negara/Lembaga; g c. efisiensi penggunaan belanja negara; dan d. akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan Perjalanan Dinas dan pembebanan b biaya Perjalanan Dinas. Aturan Lama Prinsip prinsip prinsip Perjalanan Dinas belum diatur

PERJALANAN DINAS JABATAN...(1) 1. Perjalanan Dinas Jabatan digolongkan menjadi: a. Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; dan b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota. 2. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota, terdiri atas: a. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam; dan b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan sampai dengan 8 (delapan) jam.

PERJALANAN DINAS JABATAN...(2) Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan dalam rangka: a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; b. mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya; c. Pengumandahan (detasering); d. menempuh ujian dinas/ujian jabatan; e. mengikuti pendidikan dan pelatihan

PERJALANAN DINAS JABATAN...(3) SURAT TUGAS 1) Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan sesuai perintah atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat Tugas. 2) Surat Tugas dimaksud d diterbitkan oleh: a. kepala satker untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan oleh Pelaksana SPD pada satuan kerja; b. atasan langsung kepala satker untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan oleh kepala satker 3) Kewenangan penerbitan Surat Tugas dapat didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk 4) Permohonan surat tugas untuk perjalanan dinas diajukan ke Kepala Balai/KPA (dibuat rangkap 2) 5) Setelah surat permohonan mendapat persetujuan dari Kepala Balai/KPA >> SPD dikeluarkan dan ditandatangani PPK.

PERJALANAN DINAS JABATAN...(4) SURAT TUGAS DAN SPD 4) Surat Tugas paling sedikit mencantumkan : a. Pemberi tugas; b. Pelaksana tugas; c. Waktu pelaksanaan tugas; dan d. Tempat pelaksanaan tugas. 5) Surat Tugas menjadi dasar penerbitan SPD oleh PPK. 6) Dalam penerbitan SPD, PPK berwenang untuk menetapkan tingkat biaya Perjalanan Dinas dan alat transpor yang digunakan untuk melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan Perjalanan Dinas tersebut.

Format SPD Halaman 1 (Lampiran I PMK) Pada Keterangan lain lain dicantumkan Pada Keterangan lain lain dicantumkan Nomor dan tanggal Surat Tugas

Format SPD Halaman 2 (Lampiran I PMK) Untuk PDJ yang biayanya dibebankan pada DIPA Pelaksana SPD ditandatangani oleh Kepala Satker atau Pejabat yang ditunjuk pada instansi Pelaksana SPD Untuk PDJ yang biayanya dibebankan pada DIPA Satker Penyelenggara, tidak perlu ditandatangani oleh Kepala Satker atau Pejabat yang ditunjuk atau Atasan Pelaksana SPD

BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN...(1) 1) Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen komponen sebagai berikut: a. uang harian (sdh mencakup uang makan, transport lokal, uang saku); b. biaya transpor (tiket, retribusi diterminal/bandara); c. biaya penginapan; d. sewa kendaraan dalam Kota (sdh termasuk supir, BBM, pajak)

Format Rincian Biaya Perjadin (Lampiran II PMK)

STRUKTUR PERJALANAN DINAS JABATAN Perjalanan Dinas Jabatan Melewati Batas Kota Perjalanan Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Dinas Jabatan Kota Lebih dari 8 Jam Untuk daerah yang sulit transportasi ; atau Untuk pelaksanaan tugasnya memerlukan waktu lebih dari 8 jam. Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota sampai dengan 8 Jam biaya yang diberikan dijelaskan dalam bentuk tabel

Jenis Perjalanan Dinas Jabatan (PDJ) MELEWATI BATAS KOTA Uang Harian Biaya Pengina pan Biaya Transpor Pegawai Jumlah Hari Dibayarkan a. PDJ dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat Sesuai pada jabatan Penugasan b. PDJ untuk mengikuti rapat, seminar dan sejenisnya. 1) 1) 1) Sesuai Penugasan c. PDJ dalam rangka detasering. 2) 3) d. PDJ untuk menempuh ujian dinas / ujian jabatan. 2 hari e. PDJ untuk mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3. Maks 2 hari f. PDJ untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. 4) 5) Keterangan: Sesuai Penugasan 1) : Rincian i biaya Perjalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya di atur dalam PMK No. 113/2012. 2) : Biaya Penginapan diberikan pada saat kedatangan dan selama masa pengumandahan (Detasering) dalam hal tidak tersedia rumah dinas. 3) : Biaya transpor pegawai diberikan untuk transpor pada saat kedatangan dan kepulangan. 4) : Uang Harian diberikan berupa uang saku sesuai standar biaya selama mengikuti kegiatan. 5) : Biaya Penginapan diberikan 1 (satu) hari pada saat kedatangan dan 1 (satu) hari pada saat kepulangan.

Jenis Perjalanan Dinas Jabatan (PDJ) DALAM KOTA LEBIH DARI 8 JAM a. PDJ dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan Uang Haria n Biaya Pengina pn Biaya Transpor Pegawai Jumlah Hari yg Dibayarkan Sesuai Penugasan b. PDJ untuk mengikuti rapat, seminar dan 1) 1) 1) Sesuai sejenisnya. Penugasan c. PDJ dalam rangka detasering. 2) 3) d. PDJ untuk menempuh ujian dinas /ujian jabatan. 2 hari e. PDJ untuk mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3. Maksimal 2 hari f. PDJ untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. 4) 5) Sesuai Penugasan

TINGKATAN BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN No Pejabat Negara 1. Ketua/Wakil Ketua dan Anggota pada Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Menteri, Wakil Menteri, pejabat setingkat Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, Ketua/Wakil Ketua/ Anggota Komisi, Pejabat Eselon I, dan Pejabat Lainnya yang setar 2. Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon II, dan Pejabat Lainnya yang setara 3. Pejabat Eselon III/PNS Golongan IV, Pejabat Eselon IV/PNS Golongan III, PNS Golongan II dan I Tingkat Biaya Perjalanan Dinas Pesawat Udara Moda Transpotasi Kapal Laut A Bisnis VIP / Kelas I A Kereta Api/ Bus Spesial / Eksekutif Lainnya Sesuai Kenyataan B Ekonomi Kelas I B Eksekutif Sesuai Kenyataan C Ekonomi Kelas II A Eksekutif Sesuai Lama : 6 tingkatan Kenyataan

BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN... Dalam Rangka Mengikuti Rapat, Seminar, dan Sejenisnya 1) Dilaksanakan dengan biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang ditanggung oleh panitia ii penyelenggara; 2) Apabila tidak ditanggung oleh panitia penyelenggara, biaya Perjalanan Dinas Jabatan dimaksud dibebankan pada DIPA satuan kerja Pelaksana SPD. 3) Panitia penyelenggara menyampaikan pemberitahuan mengenai pembebanan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dimaksud dalam surat/undangan mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya.

RINCIAN BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN UNTUK MENGIKUTI KEGIATAN RAPAT, SEMINAR, DAN SEJENISNYA I. DI DALAM KANTOR (RUANG RAPAT/AULIA/SERBAGUNA / DAN SEJENISNYA) Komponen Biaya Perjalanan Dinas Uang Saku Rapat Uang Harian Uang Transpor Pegawai Biaya Penginapan I. MELEWATI BATAS KOTA 1. Peserta 1) 2. Panitia/Operator 3. Narasumber 1) II. DALAM KOTA LEBIH DARI 8 JAM 1. Peserta 2) 3) 4) 2. Panitia/Operator 3. Narasumber 3) 4) III. DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 JAM 1. Peserta 2. Panitia/Operator 3. Narasumber 1. 1) Biaya transpor kepulangan Pelaksana SPD dalam rangka mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya dapat dibayarkan sebesar biaya transpor kedatangan tanpa menyertakan bukti pengeluaran transpor kepulangan. 2. 2) Uang Saku Rapat diberikan untuk rapat di luar jam kerja sesuai ketentuan yang diatur dalam standar biaya. 3. 3) Uang Transpor Pegawai diberikan sesuai Biaya Riil. Dalam hal tidak diperoleh bukti pengeluaran riil, diberikan berupa biaya transpor kegiatan dalam kota yang dibayarkan secara lumsum sesuai standar biaya. 4. 4) Biaya Penginapan diberikan apabila terdapat kesulitan transportasi sehingga memerlukan waktu untuk menginap. 5. Uang Transpor Pegawai diberikan sepanjang tidak menggunakan kendaraan dinas, disertai dengan surat tugas, dan tidak bersifat rutin serta tidak diberikan kepada Pelaksana SPD yang melakukan rapat dalam komplek perkantoran yang sama

RINCIAN BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN UNTUK MENGIKUTI KEGIATAN RAPAT, SEMINAR, DAN SEJENISNYA II. DI LUAR KANTOR PENYELENGGARA (HOTEL/TEMPAT LAIN) Komponen Biaya Perjalanan Dinas I. MELEWATI BATAS KOTA 1. Peserta 2. Panitia/Operator 3. Narasumber Uang Saku Paket Fullboard 3) 3) Uang Saku Paket Fullday/Halfday Uang Transpor Pegawai 2 2 2 Biaya Penginapan Uang Harian 1) II. DALAM KOTA LEBIH DARI 8 JAM 1. Peserta 3) 3) 4) 2. Panitia/Operator 3) 3) 4) 3. Narasumber 4) III. DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 JAM 1. Peserta 2. Panitia/Operator 3. Narasumber 1 1) Uang Harian diberikan 1 (satu) hari pada saat kedatangan dan 1 (satu) hari pada saat kepulangan. 2 2) Biaya transpor kepulangan Pelaksana SPD dalam rangka mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya dapat dibayarkan sebesar biaya transpor kedatangan tanpa menyertakan bukti pengeluaran transpor kepulangan. 3 3) Uang Saku Fullboard/Fullday/Halfday diberikan sesuai dengan paket rapat, seminar, dan sejenisnya yang diatur dalam Standar Biaya. 4 4) Biaya Penginapan diberikan apabila memerlukan waktu untuk menginap 1 (satu) hari pada saat kedatangan dan/atau 1 (satu) hari pada saat kepulangan. 5 Uang Saku Fullboard/Fullday/Halfday mengikuti ketentuan yang diatur dalam Standar Biaya. 6 Uang Transpor Pegawai diberikan sepanjang tidak menggunakan kendaraan dinas, disertai dengan surat tugas, dan tidak bersifat rutin.

BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN... Dalam Rangka Mengikuti Rapat, Seminar, dan Sejenisnya 5) Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan secara bersama sama untuk melaksanakan suatu kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya, seluruh Pelaksana SPD dapat menginap pada hotel/ penginapan yang sama. 6) Dalam hal biaya penginapan pada hotel/penginapan yang sama tersebut lebih tinggi dari satuan biaya hotel/penginapan p sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya, maka Pelaksana SPD menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah pada hotel/penginapan dimaksud.

SATUAN BIAYA UANG HARIAN TERTUANG DALAM PMK NO. 37/PMK.02/2012 / No. Provinsi Satuan Biaya TA. 2013 (Rp) 1 Aceh OH 360.000 2 Sumut OH 370.000000 3 Riau OH 360.000 4 Jambi OH 370.000 5 Sumbar OH 360.000 6 Sumsel OH 360.000 7 Lampung OH 380.000 000 8 Bengkulu OH 370.000 9 Banten OH 360.000 10 Jabar OH 430.000000 11 DKI. Jakarta OH 530.000 12 Jateng OH 370.000 13 Jatim OH 410.000 14 DI. Yogyakarta OH 420.000

No. Provinsi Satuan Biaya TA. 2013 (Rp) 15 Bali OH 480.000 16 NTB OH 440.000 17 NTT OH 420.000 18 Kalbar OH 370.000 000 19 Kalteng OH 360.000 20 Kalsel OH 370.000 21 Kaltim OH 430.000 22 Sulut OH 370.000 23 Gorontalo OH 370.000 24 Sulbar OH 360.000 25 Sulsel OH 430.000 26 Sulteng OH 370.000000 27 Sultra OH 380.000 28 Papua Barat OH 480.000 29 Papua OH 580.000 30 Maluku OH 360.000

SATUAN BIAYA UANG HARIAN FULL BOARD, HALF DAY/FULLDAY (dalam Rupiah) Provinsi Satuan Fullboard FULLBOARD DLM HALFDAY/FULLDAY luar kota KOTA DLM KOTA BANTEN OH 120.000 100.000 85.000 JABAR OH 150.000 125.000 105.000 DKI. JAKARTA OH 180.000 150.000 130.000 JAWA TENGAH OH 130.000 110.000 95.000 D.I. YOGYAKARTA OH 140.000000 115.000 100.000000 JAWA TIMUR OH 140.000 115.000 100.000 Dst..

BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN... Tambahan dan Kelebihan Hari 1) Dalam hal jumlah hari PDJ melebihi jumlah hari yang ditetapkan dalam Surat Tugas/SPD dan tidak disebabkan oleh kesalahan/ kelalaian Pelaksana SPD dapat diberikan tambahan uang harian. 2) Tambahan uang harian dapat diajukan kepada PPK untuk mendapat persetujuan dengan melampirkan dokumen berupa: a. surat keterangan kesalahan/kelalaian dari Syahbandar/ Kepala Bandara/Penyedia di Jasa Transportasi Lainnya; b. surat keterangan perpanjangan tugas dari pemberi tugas. 3) Dalam hal jumlah hari Perjalanan Dinas kurang dari jumlah hari yang ditetapkan dalam SPD, Pelaksana SPD harus mengembalikan kelebihan uang harian, biaya penginapan, uang representasi, dan sewa kendaraan dalam Kota yang telah diterimanyakepadappk.

PELAKSANAAN DAN PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS 1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas diberikan dalam batas pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA satuan kerja berkenaan. 2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada Pelaksana SPD paling cepat 5 (lima) hari kerja sebelum Perjalanan Dinas dilaksanakan. 3) Pada akhir tahun anggaran, menyesuaikan dengan ketentuan yang mengatur mengenai langkah langkah menghadapi akhir tahun anggaran.

PELAKSANAAN DAN PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS Mekanisme Pembayaran 1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dilakukan melalui mekanisme UP dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung (LS). 2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS dilakukan melalui: a. Perikatan dengan penyedia jasa; b. Bendahara Pengeluaran; atau c. Pelaksana SPD. 3) Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan perikatan dengan pihak penyedia jasa meliputi : a. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan b. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat, seminar dan sejenisnya.

PELAKSANAAN DAN PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS Mekanisme UP 1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPD oleh Bendahara Pengeluaran. 2) Pemberian uang muka tersebut berdasarkan persetujuan pemberian uang muka dari PPK dengan melampirkan: a. Surat Tugas atau surat keputusan pindah; b. Fotokopi SPD; c. Kuitansi tanda terima uang muka; dan d. Rincian perkiraan biaya Perjalanan Dinas.

PELAKSANAAN DAN PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS Mekanisme Melalui Penyedia Jasa 1) Penyedia jasa untuk pelaksanaan Perjalanan Dinas dapat berupa event organizer, biro jasa perjalanan, penyedia jasa transportasi, dan perusahaan jasa perhotelan/penginapan. 2) Penetapan penyedia jasa tersebut dilakukan sesuai ketentuan yang mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah. 3) Komponen biaya Perjalanan Dinas yang dapat dilaksanakan dengan perikatan meliputi biaya transpor termasuk pembelian/pengadaan tiket dan/atau biaya penginapan.

PELAKSANAAN DAN PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS Mekanisme Melalui Penyedia Jasa 1) Kontrak/perjanjian dengan penyedia jasa dapat dilakukan untuk 1 (satu) paket kegiatan atau untuk kebutuhan periode tertentu. 2) Nilai satuan harga dalam kontrak/perjanjian tidak diperkenankan melebihi tarif tiket resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa transportasi atau tarif penginapan/ p hotel resmi yang dikeluarkan oleh penyedia jasa penginapan/hotel. 3) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada penyedia jasa didasarkan atas prestasi kerja yang telah diselesaikan sebagaimana diatur dalam kontrak/ perjanjian. 4) Atas dasar prestasi kerja yang telah diselesaikan, pihak ketiga mengajukan tagihan kepada PPK.

PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PERJALANAN DINAS Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas 1) Pelaksana SPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan Perjalanan Dinas kepada pemberi tugas dan biaya Perjalanan Dinas kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah Perjalanan Dinas dilaksanakan. 2) Pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas, disertai dengan: a. Surat Tugas yang sah dari atasan Pelaksana SPD; b. SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat di tempat pelaksanaan Perjalanan Dinas atau pihak terkait yang menjadi Tempat Tujuan Perjalanan Dinas; c. tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi, dan bukti pembayaran moda transportasi lainnya; d. Daftar Pengeluaran Riil e. bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan dalam Kota berupa kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh badan usaha yang bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan; dan f. bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya.

PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PERJALANAN DINAS Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas 1. PPK melakukan Perhitungan Rampung seluruh bukti pengeluaran biaya Perjalanan Dinas dan disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran. 2. PPK berwenang untuk menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya biaya yang tercantum dalam Daftar Pengeluaran Riil. 3. PPK mengesahkan Bukti Pengeluaran Riil dan menyampaikan kepada Bendahara Pengeluaran sebagai pertanggungjawaban UP atau bukti pengesahan Surat Permintaan Membayar/Surat Permintaan Pencairan Dana (SPM/ SP2D) LS Perjalanan Dinas. Pihak pihak yang melakukan pemalsuan dokumen, menaikkan dari harga sebenarnya (mark up), dan/atau Perjalanan Dinas rangkap (dua kali atau lebih) dalam pertanggungjawaban Perjalanan Dinas yang berakibat kerugian yang diderita oleh negara, bertanggung jawab sepenuhnya atas seluruh tindakan yang dilakukan.

MEKANISME PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN Proses SPPSPM SPMSP2DSP2D Tata cara pengajuan tagihan kepada PPK, pengujian surat permintaan pembayaran, dan penerbitan surat perintah membayar oleh Pejabat Penanda Tangan SPM, dan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) mengikuti Peraturan Menteri Keuangan No. 190/ PMK.05/2012 yang mengatur tentang tata cara pembayaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

MENYELESAIKAN TAGIHAN NEGARA DENGAN PEMBUATAN KOMITMEN Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen. Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk: Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau Penetapan keputusan Pembuatan komitmen melalui l penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk: pelaksanaan belanja pegawai pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola; pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau

Bukti perjanjian/kontrak Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan Berita Acara Pembayaran Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran; Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah Dokumen lain yang dipersyaratkan. Surat Keputusan Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas Daftar penerima pembayaran; dan/atau Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan. >>> Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPMLS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN

Penerbitan SPP LS : Belanja Pegawai Honorarium Langganan Daya dan Jasa PerjalananDinas ejaa a as Pengadaan Tanah

Dilengkapi dengan: 1. perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri: a. Daftar nominatif perjalanan dinas; dan b. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap. 2. perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar nominatif perjalanan dinas. 3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi mengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masingmasing pejabat.

SPPLS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikanik kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar. SPPLS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran. Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPPLS kepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelum tanggal 5. SPPLS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterimai secara lengkap dan benar dari penerima hak.

1. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional seharihari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS. 2. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving). 3. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp.50.000.000, (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas. 4. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000, (lima puluh juta rupiah).

5. UP dapat diberikan untuk pengeluaranpengeluaran: Belanja Barang; Belanja Modal; dan Belanja Lainlain lain. 6. Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia dalam DIPA. 7. Penggantian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen). 8. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran, apabila UP yang dikelolanya l telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).

Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, 2 (dua) bulan sejak SP2DUP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP. 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan, belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima persen). 1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima puluh persen). Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara: memperhitungkan potongan UP dlm SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara. Ilustrasi : UP: 100 Juta 10 Januari S.D 10 Maret belum ajukan GUP Kepala KPPN menyampaikan Surat S.D 10 April belum ajukan GUP UP dipotong 25% Pemotongan pada SPM GUP atau disetor Setelah dipotong/disetor UP, pengajuan GUP berikutnya diawasi S.D 10 Mei belum ajukan GUP UP dipotong 50%

KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP Pemberian UP diberikan paling banyak: a. Rp. 50.000.000, (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah); b. Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah); c. Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau d. Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 6.000.000.000 (enam miliar rupiah). Persetujuan perubahan besaran UP dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

1. Persetujuan TUP dilakukan oleh Kepala KPPN dengan disertai: Rincian Rencana Pengguna TUP; dan Surat Pernyataan dari KPA bahwa TUP digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 bulan sejak SP2D diterbitkan, dan tidak digunakan untuk kegiatan yg harus dilaksanakan dengan pembayaran LS. 2. Kepala KPPN melakukan penilaian atas pengajuan TUP meliputi: 3. KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu) bulandenganpertimbangankegiatanyangakandilaksanakanmemerlukanwaktu melebihi 1 (satu) bulan. 4. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat dilakukan secara bertahap. 5. Bila 1 bulan (sesuai waktu pertanggungjawab UP) belum dilakukan pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, maka Kepala KPPN menyampaikan surat teguran TP kepada KPA. 6. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu pengajuan pertanggungjawaban TUP. (SPM PTUP)

1. Jangka waktu penerbitan: SPPUP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja; SPPGUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja; SPPPTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan SPPLS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja. 2. Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP. 3. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM disimpan oleh PPSPM, menjadi bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.

5. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi i yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 6. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM tersebut memuat Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah. 7. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung jawab atas: a. keamanan data pada aplikasi SPM; b. kebenaranspmdankesesuaianantaradatapada SPM dengan data pada ADK SPM; dan c. penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.

1. PPSPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN. 2. Penyampaian SPMUP, SPMTUP, dan SPMLS diatur sebagai berikut: a. SPMUP dilampiri surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format; b. SPMTUP dilampiri surat persetujuan pemberiantup dari Kepala a KPPN; atau c. SPMLS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima. 3. Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping mengacu pada angka 1 dan 2 juga disertai dengan Faktur Pajak. 4. Khusus untuk penyampaian SPMLS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan: a. Asli surat jaminan uang muka; b. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan jaminan uang muka; dan c. Asli konfirmasi i tertulis t dari pimpinan i penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

5. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. 6.SPMLSuntukpembayarangajiindukdisampaikankepada KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.

SPM yang di diajukan j k kke KPPN digunakan g sebagai g dasar penerbitan SP2D. Dalam pencairan anggaran belanja negara, g, KPPN melakukan PENELITIAN DAN PENGUJIAN penelitian dan pengujianspm atasoleh SPM KPPN yang disampaikan oleh PPSPM. PPSPM

KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah memenuhi sarat syarat. KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belum mengirimkan: a. Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui SPMLS kepada pihak ketiga; atau b. Daftar perubahan data pegawai beserta ADK Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standar operasional dan norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan. Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat, Kepala KPPN mengembalikan SPM beserta dokumen pendukung secara tertulis.