Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT SKRIPSI WIDYA PITA LOKA E

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

PEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 2. LUMPUR SAWIT KERING DAN PRODUK FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKAN ITIK JANTAN YANG SEDANG TUMBUH

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

PEMANFAATAN CASSAPRO (SINGKONG FERMENTASI) DALAM RANSUM AYAM KAMPUNG PERIODE STARTER

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

SUPLEMENTASI JAMU TERNAK PADA AYAM KAMPUNG DI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Pemberian Ransum Komplit Berbasis Bahan Baku Lokal Fermentasi terhadap Konsumsi, Pertambahan Bobot Badan, dan Berat Telur Itik Lokal Sumatera Selatan

MATERI DAN METODE. Materi

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budidaya ayam arab di Indonesia semakin pesat hal ini

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

PENGARUH PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PAKAN TERHADAP BERAT HIDUP AYAM BROILER ABSTRAK

LUMPUR MINYAK SAWIT KERING (DRIED PALM OIL SLUDGE) SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI DALAM RANSUM RUMINANSIA

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

PENDAHULUAN. cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

ISBN: Seminar Nasional Peternakan-Unsyiah 2014

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Transkripsi:

Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi 1, & J. W. Wardana 1 1 Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Jl. Palembang-Prabumulih KM 32, Indralaya Ogan Ilir * Email: nova_lbs@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh lumpur sawit fermentasi terhadap performa ayam kampung periode grower, yang dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan April sampai Mei, bertempat di kandang percobaan Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan, perlakuan yang digunakan adalah menambahkan produk lumpur sawit ke dalam ransum. Adapun perlakuan sebagai berikut: R0 = Ransum + 4% lumpur sawit fermentasi, R2 = Ransum + 8% lumpur sawit fermentasi, R3 = Ransum + 12% lumpur sawit fermentasi dan R4 = Ransum + 4% lumpur sawit segar. Parameter yang diamati selama penelitian adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan lumpur sawit segar dan lumpur sawit fermentasi dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Kata kunci : Lumpur sawit, ayam kampung, fermentasi PENDAHULUAN Protein hewani berperan penting dalam kesehatan dan kecerdasan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani, masyarakat dapat memperolehnya dari ternak unggas antara lain itik, ayam kampung, ayam ras dan unggas jenis lainnya. Tetapi masyarakat lebih memilih ternak ayam buras (kampung) karena terbebas dari residu obat obatan atau antibiotik selama pemeliharaannya. Ayam kampung menjadi salah satu komoditi unggas yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar ayam kampung dipelihara dengan sistem tradisional, ayam kampung berpotensi menjadi penghasil daging dan telur yang baik apabila dikelola dengan manajemen yang benar, salah satunya dengan perbaikan nutrisi pakan. Pakan yang baik adalah memiliki kandungan energi, protein, lemak, mineral dan vitamin yang dibutuhkan dalam jumlah tepat dan seimbang, sehingga bisa menghasilkan produk daging yang berkualitas dengan kuantitas tinggi. Hal yang menjadi masalah utama, yakni biaya ransum cukup besar yang disebabkan keterbatasan bahan baku pakan yang sangat tergantung pada bahan baku import. Keberhasilan budidaya ayam kampung secara intensif memerlukan ketersediaan sumber ransum yang berkualitas dan berkesinambungan. Untuk itu penggunaan bahan pakan alternatif sangat dibutuhkan agar kebutuhan nutrisi ternak dapat terpenuhi 41

dengan harga yang terjangkau. Bahan pakan alternatif tersebut antara lain dengan memanfaatkan limbah non konvesional, salah satu limbah non konvensional adalah limbah industri perkebunan kelapa sawit yang setiap tahun meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya industri kelapa sawit yang mulai menjadi primadona untuk devisa negara, di antara limbah tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan adalah lumpur sawit. Menurut Batubara et al. (2003) dalam tiap hektar kebun kelapa sawit dapat menghasilkan sebanyak 10-15 ton tandan buat sawit segar (TBS) dan jika diolah maka tiap ton TBS dapat menghasilkan tiga jenis limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yaitu 45-46% bungkil inti sawit, 12% sabut sawit dan 2% lumpur sawit. Hasil analisa Sinurat (2003) melaporkan bahwa kandungan nutrisi lumpur sawit kering adalah protein kasar 11,9% dan serat kasar 29,76%. Kandungan nutrisi yang rendah tersebut menjadi kendala dalam pemanfaatan lumpur sawit sebagai bahan pakan untuk ternak unggas, maka diperlukan sentuhan teknologi fermentasi. Kandungan nutrisi lumpur sawit yang difermentasi dengan Aspergillus niger mengandung protein kasar 22,07%, serat kasar 18,6%, energi 1717 kkal/kg, Ca 1,24% dan P 0,65%. Menurut Hidayat et al. (2007) lumpur minyak sawit merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai bahan pakan ternak, murah, tersedia dalam jumlah besar dan relatif tersedia sepanjang waktu. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang pengaruh lumpur sawit fermentasi dalam ransum tehadap performa ayam kampung periode grower. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Ternak yang dipelihara adalah ayam kampung yang berumur 8 minggu sebanyak 30 ekor, yang ditempatkan pada kandang 15 unit kandang baterai yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini berupa campuran dari beberapa bahan pakan, yaitu jagung, dedak, konsentrat dan lumpur sawit. Campuran ransum tersebut sebanyak 25% konsentrat, 35% jagung, 40% dedak dan untuk penambahan lumpur sawit dilakukan dengan mensubtitusi dedak. Tabel 1. Susunan ransum penelitian Bahan Pakan Perlakuan R0 R1 * R2 * R3 * R4 ** Konsentrat 25 25 25 25 25 Jagung 35 35 35 35 35 Dedak 40 36 32 28 36 Lumpur Sawit 0 4 8 12 4 Jumlah 100 100 100 100 100 Keterangan: *Lumpur Sawit Fermentasi, **Lumpur Sawit Segar, Susunan Ransum Berdasarkan Bahan Segar 42

Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan baku pakan Bahan Baku PK (%) SK (%) LK(%) P(%) Ca(%) EM (kkal/kg) Konsentrat 36 7,0 5,0 15 13 2700 Jagung 8,5 5,03 12,1 0,3 0,03 3300 Dedak 13 12 12,1 0,14 0,05 2400 LS. Segar 12 29 10 0,55 1,24 1593 LS. Fermentasi 22 18 9,9 0,65 1,24 1717 Keterangan: (LS) Lumpur Sawit, (PK) Protein Kasar, (SK) Serat Kasar, (LK) Lemak Kasar, (P) Posfor, (Ca) Kalsium, (EM) Energi Metabolisme Perlakuan pada penelitian ini antara lain : R0 = Ransum tanpa lumpur sawit (kontrol) R1 = Ransum dengan 4% LS. Fermentasi R2 = Ransum dengan 8% LS. Fermentasi R3 = Ransum dengan 12% LS. Fermentasi R4 = Ransum dengan 4% LS. Segar Tabel 3. Kandungan nutrisi pakan penelitian Kandungan Nutrisi Jumlah R0 R1 * R2 * R3 * R4 ** Protein Kasar (%) 14,1 14,8 15,4 16 14,4 Serat Kasar (%) 4,2 4,53 4,92 5,2 4,6 Lemak Kasar (%) 3 3 3,2 3,4 3,5 Posfor (%) 0,5 0,42 0,4 0,43 0,42 Kalsium (%) 1,14 2,65 2,5 2,6 1,15 Energi Metabolisme (kkal/kg) 2700 2709 2745 2780 2717 Keterangan: *Lumpur Sawit Fermentasi, **Lumpur Sawit Segar, data diatas berdasarkan perhitungan Proses Fermentasi Lumpur Sawit Fermentasi lumpur sawit bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi yang terkandung didalamnya, alur pembuatan lumpur sawit fermentasi menurut Sinurat et al. (2001) ditunjukkan pada Gambar 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan 30 ekor ayam kampung berumur 8 minggu, yang dibagi menjadi 5 perlakuan, masing-masing perlakuan berisi 2 ekor ayam kampung. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Analisis Data Analisis data hasil penelitian dengan analisa ragam (ANOVA) Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. 43

Gambar 1. Bagan proses pembuatan lumpur sawit fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum hasil analisa statistik pada Tabel 4. menunjukan bahwa penambahan lumpur sawit fermentasi dan lumpur sawit segar berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransum tersebut berbeda dengan penelitian Sinurat et al. (2001) yang menyatakan bahwa rataan konsumsi ransum yang diberi produk lumpur sawit fermentasi dan lumpur sawit segar memiliki jumlah konsumsi ransum sebesar 338,7 g/ekor/minggu. Perbedaan tersebut dikarenakan umur ayam yang dipelihara dalam penelitian tersebut berbeda. Rataan konsumsi ransum perlakuan tidak jauh berbeda dibandingkan ransum kontrol, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan nutrisi pada setiap perlakuan tidak jauh berbeda dibandingkan pakan kontrol. Disamping itu kandungan energi pada pakan perlakuan tidak jauh berbeda dengan kontrol, sehingga kebutuhan akan energi terpenuhi sehingga ayam berhenti makan. Kusumasari et al. (2013) menyatakan bahwa ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi maka ayam akan terus makan. Jika ayam diberi ransum dengan kandungan energi yang rendah maka ayam akan makan lebih banyak begitu pula sebaliknya. 44

Tabel 4. Rataan konsumsi ransum ayam kampung (g/ekor/minggu) Perlakuan Rataan Konsumsi R0 408,29 ± 1,06 R1 411,54 ± 4,77 R2 412,00 ± 5,12 R3 413,63 ± 5,75 R4 410,04 ± 8,02 Keterangan: R0: kontrol, R1: ransum + 4% lumpur sawit fermrntasi, R2: ransum + 8% lumpur sawit fermentasi, R3: ransum + 12% lumpur sawit fermentasi, R4: ransum + 4% lumpur sawit segar Pertambahan Bobot Badan (PBB) Hasil analisa statistik pada Tabel 5. menunjukan bahwa penambahan lumpur sawit fermentasi dan lumpur sawit segar menghasilkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung yang dihasilkan selama penelitian berkisar 45-56,25 g/ekor/minggu, besarnya pertambahan bobot badan tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Sinurat et al. (2001) yang berkisar 77,58-82,58 g/ekor/minggu, hal ini disebabkan karena penelitian yang dilakukan Sinurat et al. (2001) menggunakan ayam kampung yang berumur 0-24 minggu. Pertambahan bobot badan yang dihasilkan tidak jauh berbeda antara ternak yang diberi pakan perlakuan dengan ternak yang diberi pakan kontrol, hal tersebut disebabkan oleh pakan perlakuan yang diberi produk lumpur sawit memiliki nilai nutrisi hampir sama dengan pakan kontrol hal ini dikarenakan pada proses fermentasi menyebabkan menurunnya nilai serat kasar sehingga pakan mudah dicerna oleh ternak ayam. Sinurat et al. (2001) melaporkan bahwa fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan kapang Aspergillus niger dapat meningkatkan kecernaan dan kandungan protein kasar lumpur sawit. Bintang et al. (2003) juga menyatakan bahwa proses fermentasi ternyata dapat meningkatkan nilai gizi lumpur sawit, seperti meningkatnya daya cerna bahan kering, energi metabolis dan daya cerna protein. Tabel 5. Pertambahan bobot badan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 Rataan PBB (gr/ekor/minggu) 56,25 ± 7,10 45,00 ± 3,51 45,21 ± 7,40 44,58 ± 6,88 47,71 ± 9,04 Keterangan: R0: kontrol, R1: ransum + 4% lumpur sawit fermrntasi, R2: ransum + 8% lumpur sawit fermentasi, R3: ransum + 12% lumpur sawit fermentasi, R4: ransum + 4% lumpur sawit segar Konversi Ransum Hasil analisa yang telah dilakukan untuk konversi ransum pada Tabel 6 menjelaskan bahwa analisa terhadap konversi ransum pada perlakuan yang diberi produk lumpur sawit 45

fermentasi dan lumpur sawit segar menunjukan hasil yang tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi ransum. Nilai konversi ransum yang dihasilkan pada penelitian berkisar 7,34-9,41. Tabel 6. Rataan konversi ransum ayam kampung Perlakuan Rataan Konversi R0 7,34 ± 1,01 R1 9,20 ± 0,83 R2 9,25 ± 1,28 R3 9,41 ± 1,33 R4 8,77 ± 1,36 Keterangan: R0: kontrol, R1: ransum + 4% lumpur sawit fermentasi, R2: ransum + 8% lumpur sawit fermentasi, R3: ransum + 12% lumpur sawit fermentasi, R4: ransum + 4% lumpur sawit segar Pemberian lumpur sawit segar dan lumpur sawit fermentasi pada pakan menghasilkan tingkat efisiensi pakan yang tidak jauh berbeda dengan pakan kontrol, hal ini disebabkan oleh pengaruh konsumsi ransum yang tidak berpengaruh nyata dan pertambahan bobot badan juga yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata, sehingga konversi ransum yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata juga. Sinurat (2001) menyatakan bahwa fermentasi lumpur sawit dapat menurunkan konversi ransum pada ayam kampung, berarti pertambahan bobot badan yang diperoleh memuaskan atau ternak makan dengan efisien KESIMPULAN Pemberian lumpur sawit dalam ransum tidak mengganggu pertumbuhan ayam kampung pada periode grower. Perlakuan yang diberi lumpur sawit segar menunjukan hasil yang cukup baik dibandingkan perlakuan yang diberi produk lumpur sawit fermentasi. DAFTAR PUSTAKA Batubara, L.P., K. Ginting, J. Simanhuruk, Sianipar & A. Tarigan. 2003. Pemanfaatan limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum kambing potong. Prosiding Seminar Nasional: Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. Hlm. 106-109. Bintang, I.A.K., A.P. Sinurat & T. Purwadaria. 2003. Respon broiler terhadap pemberian ransum yang mengandung lumpur sawit fermentasi pada berbagai lama penyimpanan. JTV. 8(2): 71 75. Kusumasari, D.P., I. Mangisah & I. Estiningdriati. 2013. Pengaruh penambahan vitamin A dan E dalam ransum terhadap bobot telur dan mortalitas embrio ayam kedu hitam. J. Anim. Agr. 2(1): 191-200. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, P. Ketaren, D. Zainuddin & I.P. Kompiang. 2001. Pemanfatan lumpur sawit untuk ransum unggas: 1. Lumpur sawit kering dan produk fermentasinya sebagai bahan pakan ayam broiler. JITV. 5(2): 107-112. 46

Sinurat, A.P. 2003. Pemanfaatan Lumpur Sawit Untuk Bahan Pakan Unggas. Wartazoa. 13(2): 9-47. Steel, R.G.D & J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 47